BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Bappenas,2006)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah memasuki berbagai lapisan kehidupan di dunia termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya

FENOMENA MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF SDM (SUMBER DAYA MANUSIA) 1 Oleh: Dra. Sri Mulyani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, sumber daya alam, dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai tujuannya yaitu sebagai pengelola sistem yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan atau Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan yang. sangat penting bagi perusahaan. SDM dapat memberikan sumbangan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Sebagai salah satu unsur dari suatu organisasi, manusia tidak dapat

bekerja yang dimiliki seseorang atau golongan atau suatu bangsa (Tasmara 1995). Sinamo (2002) menata tiga elemen tesis Schumacher menjadi etos kerja,

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di seluruh tanah air. Seperti halnya perusahaan lain, PT Novell pun juga

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

MEMBANGUN SIKAP DAN ETOS KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh bangsa tersebut. Etos kerja merupakan salah satu kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2011, Hlm. 13.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alnis Dwipayana, 2013

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi persaingan bisnis khususnya di perusahaan jasa berlombalomba

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

Pendidikan Meningkatkan Kualitas dan Produktivitas Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. perusahaan atau organisasi dalam mengatasi persaingan. Perusahaan atau organisasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dewasa ini sedang menghadapi sejumlah tantangan yang sangat

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Galih Septian, 2014

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manajemen sumber daya manusia merupakan kunci penting

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan atau operasional sehari-hari dengan kata lain lingkungan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dibutuhkan etos kerja dalam diri karyawan karena etos kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

merasa dirinya penting (sense of importance) Kebutuhan akan kemajuan dan tidak gagal (sense of achievement) 4) Esteem or status needs

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTERNALISASI NILAI-NILAI REVOLUSI MENTAL DALAM MEMBANGUN BUDAYA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk

Kode Etik Guru Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Produktivitas Kerja. (2005) mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi. telekomunikasi dan transportasi menyumbangkan berbagai hal positif

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sangat ketat dari perusahaan-perusahaan yang di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Bagaimanapun baiknya suatu organisasi, lengkapnya sarana dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Bab 1. Pendahuluan. Dalam sebuah organisasi, pengakuan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. yang ideal untuk memberikan pelayanan publik secara baik dan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat ekonomi dunia sedang menghadapi proses peralihan besar -besaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB II STUDI PUSTAKA. Istilah produktivitas mempunyai arti yang berbeda-beda untuk setiap orang yang berbeda,

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Ditahun ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya Bangsa itu

BAB I PENDAHULUAN. korporat dimana di dalamnya terdapat budaya kerja. untuk memperoleh status sosial, pengembangan karir, dan memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Apabila dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki oleh suatu organisasi, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi terpenting yang mungkin dilakukan oleh suatu organisasi adalah di bidang sumber daya manusia. Dalam pencapaian tujuan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin (Bappenas,2006). Sumber daya manusia merupakan alat aktif dalam mengelola sumber daya alam serta pelaksanaan pembangunan, terutama sumber daya manusia yang bekerja di pemerintah diharapkan memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja merupakan totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal penting seperti Orientasi ke masa depan, Menghargai waktu dengan adanya disiplin waktu, Tanggung jawab, Hemat dan sederhana, Persaingan sehat. Dengan demikian dapat dikatakan etos kerja sangat terkait pada kerja keras, ketekunan, loyalitas, komunikasi, cara pengambilan keputusan, sikap, perilaku, dedikasi, dan disiplin tinggi sehingga dapat menciptakan produktivitas yang tinggi serta menciptakan nilai tambah suatu organisasi. Sumber (aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html) Produktivitas merupakan salah satu yang dihasilkan dari etos kerja yang dimiliki oleh organisasi dan pegawai secara individu. definisi produktivitas kerja adalah sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Sumber (http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2187423-definisi- 1

produktivitas-kerja/#ixzz1p5gkik84) karena konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi organisasi dan dimensi individu. Dimensi organisasi melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluar (output). Sedangkan dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai produktivitas pada dimensi organisasi dan dimensi individu dengan cara meningkatkan etos kerja yang dimiliki oleh pegawai dalam suatu organisasi kepemerintahan maupun non kepemerintahan. Etos kerja pegawai di Indonesia masih sangat rendah di bandingkan dengan pegawai pegawai Asia-Timur (Jepang, Cina, Korea),Eropa dan Amerika. Hal ini tercermin dari skor indeks persepsi Indonesia di mata ekspatriat yang di survei yang angkanya 7.50 (dari angka terbaik nol dan terburuk 10 yang dimungkinkan). Sebagai pembanding Cina (3.75), Hongkong (2.81), India (6.75), Jepang (1.50), Malaysia (6.00), Filipina (6.20), Singapura (3.00), Korea selatan (1.50), Taiwan (3.71), Thailand (6.00) dan Vietnam (5.75). buruknya etos kerja di Indonesia terlihat dari bidang birokrasi dimana untuk duduk di jabatan tertentu harus menyogok, yang mencerminkan etos yang mengutamakan jabatan demi uang dan kekuasaan dari pada prestasi, pelayanan publik dan produktivitas (Laurance Manullang, 2010). Hal ini dapat terlihat jelas pada pelaksanaan tugas oleh penyelenggara negara yaitu para pegawai kepemerintahan. Dengan adanya permasalahan diatas maka diadakanlah suatu gerakan membudayakan etos kerja pada kalangan pegawai negeri sipil hal ini tercantum pada peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Membangun Budaya dan Etos Kerja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan adanya ini diharapkan etos kerja pegawai dapat meningkat sehingga produktivitas kerja pegawai pun meningkat, dengan demikian tujuan dari pembangunan dapat tercapai. Menurut Batubara (yoanan,2005), salah satu kunci kemajuan dan keberhasilan pembangunan nasional adalah etos kerja. Etos kerja merupakan Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat terhadap kerja. Kalau padangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai 2

suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau etos kerja melihat kerja sebagai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi. Sumber (http://id.shvoong.com/writingand-speaking/2134050-pengertian-etos-kerja/#ixzz1p6gv0vmf) sedangkan pada tahun 2005, peringkat produktivitas kerja Indonesia berada pada posisi 59 dari 60 negara yang disurvei atau semakin turun ketimbang tahun 2001 yang mencapai urutan 46. Sementara itu, negara-negara Asia lainnya berada di atas Indonesia seperti Singapura (peringkat 1), Thailand (27), Malaysia (28), Korea (29), Cina (31), India (39), dan Filipina (49). Urutan peringkat ini berkaitan juga dengan kinerja pada dimensi lainnya yakni pada Economic Performance pada tahun 2005 berada pada urutan buncit yakni ke 60, Bussiness Efficiency (59), dan Government Efficiency (55). Hal ini diduga kuat bahwa semuanya itu karena mutu sumber daya manusia Indonesia yang tidak mampu bersaing, kemungkinan karena faktor budaya kerja dan etos kerja yang masih lemah dan tidak merata (Insititute for management of development, Swiss, Word Competitiveness Book,2007) Selain itu menurut (Gyoki Kovacs, 2009) dalam penelitiannya membuktikan bahwa budaya kerja yang dimiliki suatu organisasi membentuk suatu etos kerja yang tercerminkan dalam perilaku individu pegawai sehingga semangat kerja serta produktivitasnya dapat meningkat. Menurut (Jansen Sinamo, 2005) maka etos merupakan kunci dan fondasi keberhasilan suatu masyarakat atau bangsa diterima secara aklamasi. Selain itu, Etos kerja merupakan syarat utama bagi semua upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level individual, organisasional, maupun sosial. Selain itu, metode pembangunan integritas bangsa harus dilakukan secara fokus dan serius, membawa misi perbaikan dalam proses berkesinambungan, serta keterlibatan total dari seluruh elemen masyarakat Indonesia. 3

Kerja sebagai kehormatan, dan karenanya kita wajib menjaga kehormatan itu dengan menampilkan kinerja yang unggul (excellent performance). Kehormatan itu berakar pada kualitas dan keunggulan. Misalnya, Singapura, meskipun negeri kecil dari segi ukuran, tetapi tinggi dari segi mutu birokrasi, nyaris bebas KKN, dan unggul di bidang SDM dan pelayanan sehingga memperoleh status terhormat dalam percaturan bangsa-bangsa. Yang utama adalah keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia Mahakarya. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi yang bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil. (de-kill.blogspot.com/2009/01/etos-kerja.html). Selain itu melalui pengamatan terhadap karakteristik masyarakat di bangsa-bangsa yang di pandang unggul, para peneliti menyusun daftar tentang ciri-ciri etos kerja yang penting. Misalnya, etos kerja bushindo dinilai sebagai faktor penting dibalik kesuksesan ekonomi Jepang kancah dunia. Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa etos kerja bangsa Indonesia ini. Apakah etos kerja kita menjadi penyebab dari rapuh dan rendahnya kinerja sistem sosial, ekonomi, dan cultural, yang lantas berimplikasi pada kualitas kehidupan? Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul Pengaruh Etos Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai di Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 4

1. Bagaimana etos kerja Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 2. Bagamana produktivitas pegawai Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 3. Seberapa besar pengaruh etos kerja terhadap produktivitas pegawai di Dinas Koperasi Ukm perindustrian dan perdagangan Indramayu. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana etos kerja Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 2. Mengetahui bagaimana produktivitas pegawai Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 3. Mengetahui sejauh mana pengaruh etos kerja terhadap produktivitas pegawai Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi : 1. Tempat Penelitian yaitu Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan Indramayu, agar menjadi bahan masukan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan Pengaruh Etos Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai. 2. Pengembangan dibidang ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia agar memberikan kontribusi berharga, khususnya bagi kajian tentang Pengaruh Etos Kerja Terhadap Produktivitas Kerja. 3. Penelitian lain yang memerlukan informasi terkait dengan penelitian ini. 5

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1. Kerangka Pemikiran Di era global saat ini sumber daya manusia dituntut agar memiliki kompetensi diri yang tinggi guna mengembangkan organisasi dan membuat organisasi agar mampu bertahan dalam dunia persaingan yang cukup tinggi. Sumber daya manusia diharapkan untuk terus menerus mampu mengembangkan diri secara proaktif, mau belajar, bekerja keras, dan penuh semangat. Karena sumber daya manusia yang dibutuhkan saat ini ialah mereka yang memiliki kompetensi etis dan spiritual, yaitu mereka yang memiliki kemampuan untuk mendalami dan memaknai kerja secara mendalam, dan dengan demikian pekerjaan harus ditekuni sebagai sarana untuk menunaikan visi, misi, dan nilainilai pribadi sang pekerja yang disebut dengan etos kerja. Sumber Daya Manusia diakui sebagai unsur penting dalam suatu organisasi, dan merupakan aset dinamis karena manusia memiliki pangetahuan, keterampilan dan pola perilaku (sikap) dan tanggung jawab yang satu sama lain berbeda. Potensi perbedaan inilah yang perlu dikelola dengan baik, sehingga dampak dari etos kerja yang baik diharapkan mampu memberikan daya dukung yang optimal bagi keberhasilan tujuan organisasi, dan tujuan organisasi dapat dicapai apabila produktivitas karyawannya baik. Etos kerja menurut Jansen H. Sinamo (2005:70) diformulasikan pada delapan etos kerja professional di era globalisasi yang terdiri dari : Etos 1 : Kerja adalah Rahmat : Bekerja Tulus Penuh Syukur. Etos 2 : Kerja adalah Amanah : Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab. Etos 3 : Kerja adalah Panggilan : Bekerja Tuntas Penuh Integritas. Etos 4 : Kerja adalah Aktualisasi : Bekerja Keras Penuh Semangat. Etos 5 : Kerja adalah Ibadah : Bekerja Serius Penuh Kecintaan. Etos 6 : Kerja adalah Seni : Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas. Etos 7 : Kerja adalah Kehormatan : Bekerja Tekun Penuh Keunggulan. Etos 8 : Kerja adalah Pelayanan : Bekerja Paripurna Penuh Kerendahan Hati. 6

Delapan formalitas etos kerja ini diharapakan mampu membuat normanorma kerja pegawai atau karyawan ke arah yang lebih baik sehingga keefektifan, efisiensi, kualitas kerja dapat tercapai dengan baik. Pencapaian itu dapat terlihat melalui pengukuran atau penilaian produktivitas pegawai atau karyawan. Menurut Sedarmayanti (2009:57) menyatakan bahwa produktivitas adalah: Produktivitas adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kekuatannya dan mewujudkan segenap potensi yang ada pada dirinya. Dengan demikian peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan terus menerus yang dilakukan oleh pegawai, efektivitas, efisiensi, kreatifitas, kerja sama, cinta pekerjaan, pengetahuan dan disiplin, dan faktorfaktor yang mempengaruhi produktifitas menurut Sedarmayanti (2009:57) adalah sebagai berikut ; 1. Sikap mental Sikap mental adalah suatu gabungan semua sikap dalam bekerja, yang menggabungkan antara motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja. 2. Pendidikan Orang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya produktivitas. 3. Keterampilan Keterampilan akan membuat Pegawai lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. 4. Manajemen Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong karyawan untuk melakukan tindakan yang produktif. 5. Hubungan industrial pancasila Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan menciptakan ketenangan kerja, menciptakan hubungan kerja yang 7

serasi dan dinamis Menciptakan harkat dan martabat karyawan sehingga mendorong diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatkan produktivitas. 6. Tingkat penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai, maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja. 7. Gizi dan kesehatan Apabila karyawan dapat dipenuhi kebutuhan gizinya, maka akan lebih kuat bekerja, 8. Jaminan sosial Apabila jaminan sosial karyawan mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja. 9. Lingkup dan iklan kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan agar senang bekerja. 10. Sarana produksi sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai. 11. Teknologi penerapan teknologi dapat mendukung peningkatan produktivitas. 12. Kesempatan prestasi Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja. Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas, maka dapat digambarkan pengaruh dua variable seperti gambar dibawah ini : 8

Kerangka Pemikiran Variabel X Etos Kerja Sumber : Jansen H. Sinamo (2005:70) Kerja adalah Rahmat Kerja adalah Amanah Kerja adalah Panggilan Kerja adalah Aktualisasi Kerja adalah Ibadah Kerja adalah Seni Kerja adalah kehormatan Kerja adalah pelayanan Variabel Y Produktivitas Karyawan Sumber : Sedarmayanti (2009:56) Sikap mental Pendidikan Keterampilan Manajemen Hubungan industrial pancasila Tingkat penghasilan Gizi dan kesehatan Jaminan sosial Lingkup dan iklan kerja Sarana produksi Teknologi Kesempatan prestasi 1.5.2. Hipotesis penelitian Menurut Ulber Silalahi, (2009 : 160) hipotesis adalah pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan kemudian hipotesis dapat diverifikasi hanya setelah hipotesis diuji secara empiris. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : Terdapat Pengaruh Etos Kerja Terhadap Produktivitas Pegawai di Dinas Koperasi Ukm Perindustrian dan Perdagangan di Indramayu. 9

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Dinas koperasi ukm perindustrian dan perdagangan JL. MT. Haryono No 11b kecamatan sindang kabupaten indramayu. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai dengan selesainya penelitian ini. 10