ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PULAU JAWA DAN KALIMANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan

1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

1. PENDAHULUAN. merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) ANALISIS APBD TAHUN 2012 Adenk Sudarwanto Dosen Tetap STIE Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I LATAR BELAKANG. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia saat ini semakin

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

MUDA ANDIKA MEIZA

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut menggunakan rasio keuangan. Antara lain untuk kinerja keuangan

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

2

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi. daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi. menjadi suatu fenomena yang umumnya sering terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerintahan suatu Negara tentu keberhasilan pembangunan tidak akan terlepas dari peran pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Sinergi diantara keduanya bisa memberikan hasil optimal, sehingga diharapkan dengan ditunjang peraturan yang mendukungnya seperti Undang-Undang beserta turunannya, bisa memberikan efek positif terhadap keberlangsungan pembangunan dalam suatu Negara. Dalam pembangunan tentu membutuhkan adanya pengeluaran pembangunan yang membutuhkan dana, adapun dana didapatkan melalui penerimaan yang lebih dikenal dengan sebutan pendapatan. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, maka pendapatan yang didapat daerah bisa lebih besar dari sebelum otonomi daerah dijalankan, sehingga pembangunan di daerah bisa berjalan lebih optimal. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, yang membutuhkan pendapatan, dalam wilayah pemerintah daerah dikenal ada pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pendapatan transfer, dan Lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan daerah menentukan skala prioritas pembangunan yang optimal, bila pendapatan daerah sedikit tentu skala prioritas dalam pembangunan tidak bisa optimal karena tidak bisa menjalankan banyak program pembangunan. Sehingga pendapatan daerah perlu ditingkatkan untuk pembangunan daerah yang optimal. Selain pendapatan daerah yang perlu dimaksimalkan, adanya pembagian alokasi belanja terhadap pembangunan menjadi hal yang sangat penting,belanja daerah yang terdiri dari belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga. Salah satu bagian belanja yaitu belanja modal akan menentukan seberapa besar pembangunan dapat dilaksanakan. 1

2 Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di suatu daerah, maka dibuat suatu indikator yaitu kinerja keuangan daerah, indikator tersebut mengukur salah satunya mengenai sejauh mana pendapatan daerah menunjang kelancaran belanja daerah, sehingga bisa disimpulkan bahwa pendapatan daerah memiliki peran penting untuk memberikan hasil kinerja keuangan pemerintah daerah yang baik.berdasarkan analisis yang dibuat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada analisis APBD 2013, terlihat fakta bahwa pulau Jawa- Kalimantan merupakan penyumbang Pendapatan Daerah terbesar di APBD Pemerintah Daerah. Komponen Daerah Nasional (perbandin gan tahun 2009 dengan 2013) PAD 2009 (62,7 T) 2013 (140,3 T) Dana Perimbangan Tabel 1.1 Analisis Realisasi APBD Tahun 2013 Terbaik Terburuk Rata-rata pertumbuhan selama kurun waktu 5 tahun Kaltim, Kalsel. Lampung Sulteng, Aceh, Bengkulu Fenomena Pertumbuhan PAD per tahun dengan persentase paling tinggi 22,4% Terjadi ketika 2012 ke 2013 (24,5%) 2009 (285 T) 2013 (432,7 T) DKI Jakarta Kepulauan Riau 11,1% Terjadi ketika 2012 ke 2013 (13,7%) Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Analisis LRA 2013 Jika dilihat dari tabel 1.1, maka pulau Jawa dan Kalimantan merupakan pulau yang memiliki anggaran pendapatan daerah yang lebih baik ketimbang pulau lainnya, dimana PAD terbaik adalah Kalimantan Timur yang berada di Pulau Kalimantan dan Dana Perimbangan terbaik adalah DKI Jakarta yang berada di Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan sumber daya alam yang berlimpah, dengan pusat objek wisata yang beraneka ragam, dan pulau paling maju diantara pulau lainnya dalam hal sarana prasana yang berkaitan infrastruktur untuk kelancaran kegiatan ekonominya, begitu pula dengan pulau Kalimantan yang kaya akan sumber daya alamnya terutama kehutanan

3 menjadikan Kalimantan sebagai pemasok ekspor ke luar negeri dan dalam negeri dalam memasok bahan bangunan dan pabrik kertas yang berasal dari bahan baku kayu sehingga dengan berbagai keuntungan yang dimiliki menjadikan kedua pulau tersebut memiliki potensi untuk mandiri tanpa campur tangan pemerintah pusat. Mengukur kinerja keuangan penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemerintah daerah dalam merealisasikan kebijakan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk dapat memaksimalkan potensi daerahnya melalui pendapatan asli daerah, serta mampu mengelola keuangan untuk melaksanakan berbagai belanja daerah. Berbagai cara untuk mengukur kinerja keuangan daerah adalah melalui analisis rasio yang terdiri dari rasio kemandirian daerah, rasio aktifitas, rasio pertumbuhan, rasio efisiensi, rasio efektifitas, dan rasio DSCR. Dari semua rasio yang ada mempunyai tujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan di daerah yang mana mengukur dengan menggunakan bagian APBD yang berbeda pada setiap rasio yang digunakan. Dalam Groves et al (2001), salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah faktor keuangan (financial factor) dimana terdiri atas revenues, expenditures, operating position, debt structure, unfunded liabilities, dan capital of plant. Dalam rincian APBD pemerintah daerah terdapat semua bagian faktor keuangan tersebut. Revenues atau pendapatan merupakan komponen pendapatan daerah, expenditures atau pengeluaran merupakan komponen belanja daerah dan pembiayaan daerah, operating position atau posisi keuangan merupakan neraca yang ada pada bagian laporan yang harus dibuat pemerintah daerah dalam jangka waktu 1 tahun. Debt structure atau struktur utang merupakan pinjaman daerah, unfunded liabilities atau utang yang tidak tersedia merupakan perhitungan utang pada pihak ketiga, dan capital of plant atau modal (asset) merupakan aset yang dimiliki daerah. Dalam penelitian terdahulu Anastasia Syanne Sandra Putra (2013) yang mengkaji perbandingan kinerja keuangan pemerintah daerah kab/kota di pulau

4 Kalimantan, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan indikator kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, efektifitas, dan belanja publik namun tidak ada perbedaan pada rasio efisiensi dan DSCR. Hal sama pada penelitian Mhd Karya Satya Azhar (2008) yang melakukan penelitian perbandingan sebelum dan setelah otonomi daerah pada kinerja keuangan daerah memberikan kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal, upaya fiskal, dan tingkat kemampuan pembiayaan memiliki perbedaan-perbedaan. Namun untuk penggunaan efisien penggunaan anggaran tidak ada perbedaan. Hal lain dikemukakan oleh Retno Dwijayanti dan Rusherlistyanti (2013) dimana melakukan perbandingan kinerja provinsi Se- Indonesia, bahwa tidak ada perbedaan dalam rasio pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran rutin, dan efisiensi, sedangkan rasio aktifitas dan efektifitas PAD memiliki perbedaan. Sedangkan menurut Ayu Febriyanti Puspitasari (2013) menyatakan bahwa rata-rata kinerja keuangan kota malang memiliki analisis rasio keuangan yang baik namun dana perimbangan masih mendominasi, dan rasio kemandirian masih rendah. Menurut Mentari dkk (2013), menyimpulkan bahwa kinerja keuangan dan kemampuan keuangan kota malang belum maksimal. Sedangkan Lidia (2013) menyatakan tidak ada perbedaan dalam rasio kinerja keuangan sesudah pemekaran daerah. Bahkan menurut Heny Susantih dan Yulia Saftaini (2010), tidak ada perbedaan diantara 5 provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Berdasarkan penelitian terdahulu yang ada, menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam kinerja keuangan baik di salah satu pulau dan provinsi, sehingga dalam penelitian ini dipaparkan 2 pulau di Indonesia yang memiliki beberapa fakta yang menarik sebagai perbandingan. Kedua pulau tersebut adalah Pulau Jawa dan Kalimantan dimana terdapat beberapa fakta yaang terjadi. Seperti terlihat di Tabel 1.2 Pulau Jawa yang memiliki PAD paling tinggi diantara pulau lainnya, dan juga paling tinggi dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Hal ini berbeda dengan Pulau Kalimantan dengan dana perimbangan masih tinggi dan PAD masih rendah bila dibandingkan Pulau Nusa Tenggara ataupun Pulau Sumatera. Hal ini bisa dilihat di Tabel 1.2 yang memperlihatkan rincian

5 pendapatan daerah berupa PAD dan Dana Perimbangan keseluruhan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota yang diwakili berdasarkan Pulau di Indonesia. Tabel 1.2 Rincian Pendapatan Daerah Setiap Pulau di Indonesia Tahun 2013 (dalam milyaran rupiah) No Nama Pulau PAD Dana Perimbangan 1 Pulau Kalimantan 4.699 42.139 2 Pulau Jawa 30.282 114.583 3 Pulau Nusa Tenggara 5.440 23.137 4 Pulau Papua 1.002 27.783 5 Pulau Maluku 538 10.150 6 Pulau Sumatera 11.126 111.515 7 Pulau Sulawesi 3.460 41.735 Sumber: Data Hasil Pengolahan Hal lain diperlihatkan tabel 1.3, dimana keseluruhan belanja langsung dan tidak langsung pemerintah daerah kabupaten dan kota berdasarkan pulau yang ada di Indonesia. Pulau Jawa dan Sumatera memiliki anggaran untuk belanja langsung paling besar dibandingkan pulau lainnya, Apabila dilihat berdasarkan Pulau yang lebih besar alokasinya untuk belanja langsung dibanding belanja tidak langsung adalah Pulau Kalimantan, Pulau Maluku, dan Pulau Sumatera. hal ini menandakan belanja modal yang merupakan bagian belanja langsung di pulau tersebut berdasarkan kabupaten dan kota menjadi prioritas kepala daerah masingmasing, dan menunjukkan bahwa kecenderungan dana yang dimiliki daerah akan selalu digunakan untuk belanja modal.

6 Tabel 1.3 Rincian Belanja Daerah Setiap Pulau di Indonesia Tahun 2013 (dalam milyaran rupiah) No Nama Pulau Belanja Langsung Belanja Langsung 1 Pulau Kalimantan 37,768 29,270 2 Pulau Jawa 74,937 98,904 Pulau Nusa 3 Tenggara 15,503 16,492 4 Pulau Papua 20,610 7,850 5 Pulau Maluku 5,897 4,645 6 Pulau Sumatera 71,250 69,569 7 Pulau Sulawesi 23,303 25,801 Sumber: Data Hasil Pengolahan Tidak Dari fakta dan penelitian terdahulu yang sudah ada, maka saya bermaksud melakukan penelitian dengan topik yang sama mengenai perbandingan kinerja keuangan pemerintah daerah, dimana dalam penelitian saya menggunakan Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan sebagai fokus penelitian sehingga saya bermaksud untuk melakukan Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Alasan memilih judul tersebut dikarenakan belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti terdahulu, sehingga untuk memberikan manfaat yang berguna bagi pemerintah daerah yang bersangkutan, saya ingin membandingkan perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah, perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah objek yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya, belum pernah ada penelitian terdahulu yang membandingkan uji komparasi dengan 2 objek yang berbeda, diambilnya Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan adalah dikarenakan keunggulan yang ada pada kedua pulau yang berbeda

7 berdasarkan tabel 1.2. dan 1.3, yang memperlihatkan bahwa Pulau Kalimantan dengan Pendapatan yang bersumber lebih banyak dari dana perimbangan lebih memfokuskan kepada belanja langsung, dan Pulau Jawa dengan PAD paling tertinggi diantara Pulau lain yang lebih besar alokasi untuk belanja tidak langsung. Hal ini menarik diteliti dikarenakan memiliki keunggulan serta kelemahan yang berbeda diantara kedua Pulau. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Kemandirian pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 2. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Efektifitas pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 3. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Aktivitas Belanja Tidak Langsung pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 4. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Aktivitas Belanja Langsung pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 5. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 6. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan? 7. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan?

8 8. Apakah terdapat perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Belanja Langsung pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui : 1. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Kemandirian pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 2. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Efektifitas pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 3. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Aktivitas Belanja Tidak Langsung pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 4. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Aktivitas Belanja Langsung pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 5. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 6. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 7. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Belanja tidak langsung pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan.

9 8. Ada tidaknya perbedaan dalam Rasio Pertumbuhan Belanja Langsung pada kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih referensi mengenai analisis perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Dikarenakan sebelumnya tidak ada penelitian mengenai analisis perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yang membandingkan kedua pulau, sehingga dengan adanya penelitian ini akan memberikan referensi dalam hal membandingkan kedua provinsi, kedua pemerintah daerah Kab dan Kota, atau bahkan antar pulau seperti pada penelitian ini. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau masukan bagi Pemerintah Provinsi yang ada di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini ditampilkan perbedaan tiap daerah dalam berbagai analisis. Sehingga diharapkan mampu membantu pemerintah daerah yang masuk objek penelitian untuk digunakan sebagai acuan pertimbangan perencanaan dan pengalokasian anggaran di tahun selanjutnya terutama tahun 2016.serta menjadi pertimbangan Pemerintah Pusat maupun Provinsi dalam memberikan alokasi dana kepada

10 pemerintah daerahnya masing-masing dengan memperhatikan berbagai pertimbangan yang salah satunya terdapat pada penelitian ini.