SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH SALAK PONDOH DI KABUPATEN SLEMAN PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES OF Salacca Edulis REINW FRUIT IN SLEMAN DISTRICT

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

Determining of Physiological Maturity and Wax Coating for Inhibiting Snake Fruit var Gading Deterioration during Storage in Room Temperature

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

PENENTUAN MASAK FISIOLOGIS DAN PELAPISAN LILIN SEBAGAI UPAYA MENGHAMBAT KERUSAKAN BUAH SALAK KULTIVAR GADING SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Effect of Harvesting Time and Wax Coating on Deterioration Rate of Pondoh Snake Fruit Stored at Room Temperature

KARAKTERISASI SIFAT KUALITATIF BUAH PADA ENAM KULTIVAR PISANG(Musaspp.) LOKAL KAMPAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PENENTUAN UMUR PETIK DAN PELAPISAN LILIN SEBAGAI UPAYA MENGHAMBAT KERUSAKAN BUAH SALAK PONDOH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus contrasinences) DI KABUPATEN PELALAWAN

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH EDIBLE COATING BERBASIS PATI KULIT UBI KAYU TERHADAP KUALITAS DAN UMUR SIMPAN BUAH JAMBU BIJI MERAH PADA SUHU KAMAR

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, salah satunya

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

Effect of Storage and Frequency Extraction on Sugar Content of Pumkins (Cucurbita moschata) Extract. Agnes Murdiati 1, Zuheid Noor 1, Debby Sisilia 1

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Hydrocooling dan Tempat Penyimpanan untuk Mempertahankan Kualitas Cabai Gendot (Capsicum annum var. Abbreviata)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

PENGARUH JENIS PLASTIK DAN CARA KEMAS TERHADAP MUTU TOMAT SELAMA DALAM PEMASARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah.

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK


PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Noveria Sjafrina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta ABSTRACT

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. HASIL PENGAMATAN. Tabel 1. Kontak dengan peralatan pengolahan besi. Sampel Warna Tekstur Warna Tekstur

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Food Science and Culinary Education Journal

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dalam 3 tahun terakhir, 2010, 2011, dan 2012 berturut-turut

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

SERTA PENGGUNWAM FUNGISIDA SEBAGAI PEMGNAMBWT PERTUMBUHAH KAPAHG PENYEBAB KERUSARAN BUAN

SERTA PENGGUNWAM FUNGISIDA SEBAGAI PEMGNAMBWT PERTUMBUHAH KAPAHG PENYEBAB KERUSARAN BUAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENGARUH RASIO DAGING DAN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP KARAKTERISTIK SELAI SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.)

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

I. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

Pengaruh Pelapisan Lilin Lebah dan Suhu Penyimpanan Terhadap Kualitas Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.)

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

PENGARUH KONSENTRASI PATI UBI JALAR PADA BAHAN PELAPIS EDIBEL TERHADAP MUTU BUAH SALAK SIDIMPUAN TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia adalah tanaman buah-buahan. Permintaan produk buah-buahan di pasar dunia cenderung (trend) terus

Karakterisasi dan Evaluasi 10 Aksesi Salak di Sijunjung Sumatera Barat

PENGARUH PENGGUNAAN KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BUAH SALAK BALI

Analisis Sifat Fisik Dan Kimia Buah Salak Pangu (Salacca zalacca) Dengan Pelilinan Selama Penyimpanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

Pengaruh Lama Hidrolisis dan Konsentrasi Larutan Pati pada Pembuatan Sirup Glukosa dari Biji Jagung Muda secara Hidrolisis Asam

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG HIJAU PADA BEBERAPA WAKTU PERENDAMAN

Transkripsi:

Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: 166-173 ISSN 1411-0172 SIFAT FISIK DAN KIMIA BUAH SALAK PONDOH DI KABUPATEN SLEMAN PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES OF Salacca Edulis REINW FRUIT IN SLEMAN DISTRICT ABSTRACT Nurul Hidayati 1 Akademi Pertanian Yogyakarta Yogyakarta Special Province decided Salak Pondohs (Salacca edulis Reinw) as excellent commodity, particularly in Sleman. To support successful strategy, development of salak pondoh cultivation in terms of its post harvest, namely character of salah pondoh, is required. Purpose: to study physical and chemical properties of various types salak pondoh from farmers, wholesalers and retailers at three levels of quality. Samples were taken by using Purposive Random Sampling method. Aspects to observe involved physical properties of fruit flesh and chemical properties of fruit flesh Results: salak pondoh among various market players showed, teksture, water content, total acid, and tanine content of fruit flesh were significantly different. While color, thickness, edible section percentage, and total sugar content of fruit flesh were not significantly different. Characteristics of salak pondoh at various levels of quality indicated that color and textures of flesh fruits were significantly different. Edible section percentage, thickness, water content, total sugar, total acid and tanine content of fruit flesh not significantly different. Characters of various types salak pondoh showed that edible section percentage, water content, total acid, and tanine content of fruit flesh significantly different. While color, thickness, textures and total sugar content of fruit flesh not significantly different. Key-words: salak pondoh, character, Sleman. INTISARI Daerah Istimewa Yogjakarta menetapkan Salak Pondoh sebagai komoditas unggulan di Sleman. Agar berhasil, perlu upaya pengembangan di bidang pasca panen, yaitu karakter salak pondoh. Tujuan: mengidentifikasi sifat fisik dan kimia buah salak pondoh dari petani, pedagang pengepul, dan pedagang pengecer pada tiga tingkat mutu. Pengambilan sampel dengan metode Purposive Random Sampling. Aspek yang diamati: sifat fisik daging buah dan sifat kima daging buah. Hasil: salak pondoh di berbagai pelaku pasar menunjukkan bahwa tekstur, kadar air, asam total, dan tanin daging buah berbeda nyata, sedang warna, ketebalan, dan kadar gula total daging buah, serta persentase bagian yang dapat dimakan tidak berbeda nyata. Karakter salak pondoh di berbagai tingkat mutu menunjukkan bahwa warna, dan tekstur daging buah berbeda nyata, sedang persentase bagian yang dapat dimakan, ketebalan, kadar air, gula total, asam total, dan tanin daging buah tidak berbeda nyata. Karakter salak pondoh di berbagai jenis salak yang berbeda menunjukkan bahwa persentase bagian yang dapat dimakan, kadar air, asam dan tanin daging buah berbeda nyata, sedang warna, ketebalan, tekstur, dan kadar gula total daging buah tidak berbeda nyata. Kata kunci : salak pondoh, karakter, Sleman. 1 Alamat penulis untuk korespondensi: Nurul Hidayati. Akademi Pertanian Yogyakarta. Jln.Palagan Tentara Pelajar Km.7, Sariharjo, Ngaglik, Sleman. HP: 081225824531 Email: hidaynur67@yahoo.com

Sifat Fisik dan Kimia Buah (Nurul Hidayati) 167 PENDAHULUAN Departemen Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2005 mencanangkan rencana strategis yang diaplikasikan ke dalam beberapa program, diantaranya pengkajian dan pengembangan pertanian di bidang pasca panen, inventarisasi, dan pengembangan komoditas spesifik lokal, serta pengembangan agribisnis unggulan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menetapkan Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw) sebagai komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura, khususnya di wilayah Kabupaten Sleman. Agar rencana strategis pemerintah tersebut dapat berhasil, perlu didukung upaya pengembangan salak pondoh di bidang pasca panen dan agribisnisnya, yaitu tentang mutu salak pondoh Tanaman salak pondoh banyak tumbuh di wilayah kabupaten Sleman, DIY, sehingga salak pondoh menjadi ciri khas Sleman. Sentra produksi komoditas salak pondoh di Kecamatan Turi, Tempel, dan Pakem yang produksinya mencapai 96,96 persen dari total produksi Kabupaten Sleman. Buah salak pondoh mempunyai sifat rasa manis (tidak sepet ) sejak buah masih muda, dengan daging buah berwarna putih susu. Berdasar warna kulit dan morfologinya, ada tiga jenis salak pondoh, yaitu salak pondoh super, manggala, dan hitam. Setiap komoditas hasil pertanian termasuk didalamnya salak pondoh, di dalam pemasarannya sering mengalami kendala dalam memanfaatkan peluang pasar pada masing-masing pelaku pasar, terutama terletak pada ketidaksesuaian antara mutu produk yang diinginkan pasar dan mutu produk yang dihasilkan oleh produsen. Salak pondoh setelah dipanen akan memasuki distribusi pemasaran melalui pelaku pasar yang terdiri dari: pedagang pengepul dan pengecer, kemudian sampai ke tangan konsumen. Selama berada dalam distribusi pemasaran tersebut, salak pondoh dapat mengalami perubahan unsur pembentuk mutu. Perubahan ini akan berdampak pada perubahan karakter salak pondoh. Untuk itulah maka dilakukan penelitian tentang sifat fisik dan kimia buah salak pondoh di Kabupaten Sleman DIY guna mengkaji karakter salak pondoh yang ada dari aspek fisik dan kimia yang selama ini belum pernah dilakukan. Aspek fisik yang diamati adalah warna daging buah, ketebalan buah, bagian yang dapat dimakan, dan tekstur buah. Aspek kimia berupa: kadar air, kadar gula total, kadar asam total, dan tanin. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi salak pondoh jenis super, manggala, dan hitam dari petani, pedagang pengepul, dan pedagang pengecer, masing-masing pada tiga kelas mutu di Kabupaten Sleman Provinsi DIY. Bahan kimia untuk analisis karakter salak pondoh secara fisik dan kimia adalah: aquades, glukosa, 0,1 N Na OH, asam tanat, reagen Nelson, Arsenomolybdat, reagen folin denish, Na2CO3 jenuh, phenolptialin, diperoleh dari Merck. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Random Sampling. Aspek yang diamati adalah warna daging buah (pengamatan dengan kamus warna), ketebalan daging buah (pengamatan dengan jangka sorong), tekstur buah (denganuniversal Testing Machine Lloyd-

168 Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: 166-173 1000 UK), bagian yang dapat dimakan (penghitungan persentase berat daging buah terhadap berat seluruh buah), kadar air (Metode Oven, AOAC, 1980), kadar gula total (Metode Nelson-Somogyi), AOAC, 1980), kadar asam total (AOAC, 1980), dan kadar tanin (Renggana 1979). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Data yang diperoleh diolah dengan Anova, jika terdapat beda yata dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan lima persen. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Buah. Pengukuran warna daging buah dilakukan dengan menggunakan kamus warna. Ketebalan daging buah salak pondoh diukur dengan cara mengukur ketebalan bagian buah yang berhubungan dengan ujung biji dengan menggunakan jangka sorong. Tekstur buah dinyatakan dengan besarnya energi yang dibutuhkan untuk memecah daging buah salak pondoh, yang diukur dengan alat Universal Testing Machine. Semakin rendah energi yang digunakan untuk memecah daging buah, maka semakin lunak daging buah tersebut. Persentase bagian yang dapat dimakan merupakan persentase dari berat daging buah salak pondoh terhadap berat total buah. Pada umumnya warna daging salak pondoh adalah putih susu atau putih kekuningan, atau juga disebut kuning gading. Hasil sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen menunjukkan bahwa warna daging buah salak pada berbagai pelaku pasar, berbagai Tabel 1. Warna, Ketebalan, dan Tekstur Daging Buah serta Persentase Bagian yang Dapat Dimakan Buah Salak Pondoh di dalam Pelaku Pasar Pelaku Pasar Petani Pedagang pengepul Pedagang pengecer Warna 2,17 a (Putih susu) 2,12 a (Putih susu) 2,05 a (Putih susu) Daging Buah Ketebalan Tekstur ( cm ) ( N ) 0,93 a 219,32 a 0,89 a 205,78 a 0,90 a 176,41 b Persentase 61,42 a 60,75 a 61,18 a Tabel 2. Warna, Ketebalan, dan Tekstur Daging Buah serta Persentase Bagian Yang Dapat Dimakan Buah Salak Pondoh pada Tiap Tingkat Mutu Tingkat Mutu Warna Daging Buah Ketebalan ( cm ) Tekstur ( N ) Persentase A B C 1,80 b (Putih) 2,28 a (Putih susu) 2,18 a (Putih susu) 0,91 a 0.93 a 0.88 a 158,25 b 213,51 a 220,84 a 61,30 a 61,60 a 60,66 a

Sifat Fisik dan Kimia Buah (Nurul Hidayati) 169 Tabel 3. Warna, Ketebalan, dan Tekstur Daging Buah serta Persentase Bagian Yang Dapat Dimakan Buah Salak Pondoh pada Tiap Jenis Jenis Salak Warna Daging Buah Ketebalan ( cm ) Tekstur ( N ) Persentase Super Manggala Hitam 2,13 a (Putih susu) 2,07 a (Putih susu) 2,07 a (Putih susu) 0,91 a 0,93 a 0,85 a 194,83 a 209,93 a 185,94 a 61,25 a 61.47 a 59,42 b jenis salak pondoh, dan kelas mutu B dengan mutu C tidak berbeda nyata, sedang mutu A berbeda nyata dengan mutu B dan C. Zat warna yang mendominasi daging buah salak pondoh adalah flavonoid, khususnya jenis flavon, yang memberi sumbangan warna kuning gading atau kuning pucat, di samping polifenol, yang umumnya berupa zat tanin (Harborn 1987). Ketebalan daging buah salak pondoh di berbagai pelaku pasar, pada berbagai kelas mutu dan pada berbagai jenis salak pondoh menunjukkan tidak berbeda nyata. Pada berbagai pelaku pasar tidak berbeda nyata, karena perubahan ketebalan daging buah terjadi selama proses pematangan buah di pohon, bukan penanganan buah setelah panen. Pada berbagai kelas mutu tidak berbeda nyata, penambahan ketebalan daging buah selama proses pematangan buah kemungkinan terjadi di bagian tengah dari buah salak pondoh, tidak di bagian ujung biji. Oleh karena itu salak pondoh di tingkat mutu A yang mempunyai ukuran buah lebih besar mempunyai ketebalan buah yang tidak berbeda nyata dengan salak pondoh di tingkat mutu B dan C yang umumnya mempunyai ukuran buah lebih kecil. Sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen terhadap tekstur daging buah salak pondoh di dalam pelaku pasar menunjukkan bahwa tekstur daging buah salak pondoh di tingkat petani tidak berbeda nyata terhadap tekstur daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengepul, tetapi berbeda nyata dengan tekstur daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengecer. Tekstur daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengecer lebih lunak dari pada tekstur daging buah salak pondoh di tingkat petani dan pedagang pengepul. Setelah buah dipanen, menurunnya tekstur daging buah disebabkan oleh pembongkaran protopektin yang tak larut menjadi asam pektat dan pektin yang mudah larut (Pantastico 1986). Penanganan dari petani ke pedagang pengepul belum memungkinkan terjadinya perubahan tersebut karena selang waktunya pendek. Oleh karena itu tekstur daging buah salak di tingkat petani tidak berbeda dengan yang di tingkat pedagang pengepul, tetapi penanganan sampai ke pedagang pengecer dimungkinkan sudah dapat menyebabkan perubahan tekstur buah. Tekstur buah salak pondoh mutu A berbeda nyata dengan salak pondoh mutu B dan C. Daging salak pondoh

170 Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: 166-173 mutu A lebih lunak dibanding salak pondoh mutu B dan C. Salak pondoh mutu A mempunyai ukuran buah yang besa. Buah yang besar biasanya dipanen pada tahap pematangan yang maksimal, yaitu tahap enam. Menurut Supriyadi dkk (2002), selama proses pematangan buah salak pondoh, tekstur daging buah meningkat hingga tahap lima, mencapai tingkat maksimum pada tahap empat dan lima, dan kemudian menjadi lunak lagi saat tahap enam. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat mutu, di sini ukuran buah semakin besar, ketegaran buah justru menurun. Hasil sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk memecah daging buah salak pondoh jenis super tidak berbeda dengan energi yang dibutuhkan untuk memecah daging buah salak pondoh jenis manggala dan jenis hitam. Hal ini berarti tekstur daging buah salak pondoh super tidak berbeda nyata dengan tekstur buah salak pondoh jenis manggala dan hitam. Hasil sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen juga menunjukkan bahwa persentase bagian yang dapat dimakan dari buah salak pondoh yang terdapat di berbagai pelaku pasar dan berbagai tingkat mutu tidak berbeda nyata. Berarti mengonsumsi buah salak pondoh yang berasal dari petani, pedagang pengepul maupun pedagang pengecer maupun dari mutu A, B, dan C mempunyai persentase bagian yang dapat dimakan yang sama, yaitu sekitar 61,3 persen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi dkk (2002 ), bahwa berat daging buah salak pondoh bertambah selama pematangan buah, sedang rasio biji dan kulit menurun. Rasio daging bertambah dengan tajam pada tahap pematangan dua, dan secara perlahan bertambah selama periode pematangan hingga mencapai tingkat maksimumnya pada lebih dari 60 persen berat total buah pada tahap enam, tahap ketika salak pondoh dipanen. Berat daging tidak bertambah setelah panen, sehingga buah salak pondoh selama berada dalam pelaku pasar tidak terjadi penambahan persentase bagian yang dapat dimakan. Hasil penelitian menghasilkan bahwa persentase bagian yang dapat dimakan dari salak pondoh jenis super tidak berbeda nyata terhadap salak pondoh jenis manggala, tetapi berbeda nyata dengan salak pondoh jenis hitam. Salak pondoh jenis hitam biasanya berukuran kecil, karena dipanen saat perkembangan buah belum maksimal, tetapi perkembangan kulit dan biji sudah maksimal. Seperti yang dinyatakan oleh Supriyadi, dkk. (2002) bahwa biji salak tumbuh dengan cepat pada tahap pematangan pertama, tetapi berat daging buah bertambah selama pematangan buah salak, sehingga persentase bagian yang dapat dimakan dari salak pondoh hitam lebih kecil dari salak pondoh super dan manggala. Sifat Kimia Daging Buah. Berdasarkan sidik ragam pada taraf lima persen, diketahui kadar air daging buah salak pondoh di tingkat petani berbeda nyata dengan kadar air daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengepul dan di tingkat pedagang pengecer. Terjadi penurunan kadar air daging buah salak pondoh mulai dari petani sampai ke pedagang pengecer. Penurunan kadar air tersebut disebabkan terjadinya transpirasi dan respirasi setelah panen dan selama penanganan buah di dalam pelaku pasar. Kusumo dkk (1995), menyatakan bahwa pada suhu 28 0-30 0 C laju transpirasi buah salak sangat cepat, sehingga memungkinkan penurunan kadar air yang nyata.

Sifat Fisik dan Kimia Buah (Nurul Hidayati) 171 Tabel 4. Kadar Air, Gula total, Asam Total dan Tanin Daging Buah Salak Pondoh di dalam Pelaku Pasar Pelaku Pasar Kadar Air Kadar Gula Total Kadar Asam Total Kadar Tanin Petani Pedagang pengepul Pedagang pengecer 81,92 a 80,91 b 79,87 c 83,09 a 72,31 a 72,03 a 1,85 a 1,43 b 1,14 b 1,58 a 1,06 b 0,87 b Tabel 5. Kadar Air, Gula total, Asam Total dan Tanin Daging Buah Salak Pondoh di Tiap Tingkat Mutu Tingkat Mutu Kadar Air Kadar Gula Total ( % ) Kadar Asam Total Kadar Tanin A B C 81,16 a 80,82 a 80,78 a 77,40 a 77,71 a 75,67 a 1,84 a 1,38 a 1,27 a 1,26 a 1,01 a 1,23 a Tabel 6. Kadar Air, Gula total, Asam Total dan Tanin Daging Buah Salak Pondoh Pada Tiap Jenis Jenis Salak Kadar Air Kadar Gula Total Kadar Asam Total Kadar Tanin Super Manggala Hitam 80,81 ab 81,25 a 80,02 b 77,19 a 79,95 a 62,75 a 1,44 ab 1,59 a 1,16 b 1,06 ab 1,38 a 0,81 b Dari sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen, diketahui bahwa kadar air daging buah salak pondoh pada tingkat mutu A tidak berbeda nyata terhadap kadar air daging buah salak pondoh mutu B dan mutu C. Hal ini berarti kadar air buah salak pondoh adalah sama untuk semua tingkat mutu. Kadar air daging buah salak pondoh jenis super tidak berbeda nyata dengan kadar air daging buah salak pondoh jenis manggala dan hitam, tetapi kadar air daging buah salak pondoh jenis manggala berbeda nyata dengan kadar air daging buah salak pondoh jenis hitam. Kadar air daging buah pada jenis salak pondoh dapat dilihat pada Tabel 6.

172 Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: 166-173 Ditunjukkan dalam Tabel 4, 5, dan 6 kadar gula total daging salak pondoh di berbagai pelaku pasar dan di tingkat mutu maupun jenis salak pondoh yang berbeda menunjukkan tidak berbeda nyata. Ini berarti tidak terjadi perombakan pati menjadi gula sederhana selama penanganan maupun penyimpanan buah salak pondoh sejak dari petani hingga pedagang pengecer. Kelas mutu dan jenis salak pondoh tidak berpengaruh terhadap kadar gula total daging buah salak pondoh. Hasil sidik ragam pada taraf kepercayaan lima persen menunjukkan bahwa kadar asam total daging buah salak pondoh di tingkat petani berbeda nyata terhadap kadar asam total daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengepul maupun pedagang pengecer. Kandungan asam di dalam buah buahan didominasi oleh asam sitrat dan asam malat. Kandungan asam organik di dalam buah akan meningkat selama pertumbuhan dan perkembangan buah, tetapi menurun selama pematangan yang disebabkan karena proses oksidasi dan transpirasi (Tranggono & Sutardi 1990). Setelah buah dipanen, terjadi perubahan kandungan asam karena mengalami degradasi yang dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan tingkat kematangan buah (Pantastico 1986). Kadar asam total daging buah salak pondoh di tingkat mutu A, tidak berbeda nyata dengan kadar asam total daging buah salak pondoh di tingkat mutu B dan C. Kadar asam total daging buah salak pondoh jenis super tidak berbeda terhadap kadar asam total daging buah salak pondoh jenis manggala dan hitam. Akan tetapi kadar asam total daging buah salak pondoh jenis manggala berbeda nyata terhadap jenis hitam. Menurut Teguh Santosa (1996), rasa buah salak pondoh jenis manggala sedikit asam sedang jenis hitam tidak ada rasa asam, maka kadar asam total daging buah salak pondoh jenis manggala lebih besar dari pada jenis hitam. Senyawa tanin merupakan senyawa yang memberikan rasa sepet pada buah buahan. Konsentrasi tanin berkurang dengan semakin masaknya buah yang mungkin merupakan akibat terjadinya polimerisasi tanin. Kadar tanin daging buah salak pondoh di dalam pelaku pasar disajikan dalam Tabel 4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar tanin daging buah salak pondoh di tingkat petani berbeda nyata terhadap kadar tanin daging buah salak pondoh di tingkat pedagang pengepul dan pedagang pengecer. Penurunan kadar tanin daging buah salak pondoh dari petani ke pedagang pengepul, dapat disebabkan terjadi polimerisasi tanin menjadi senyawa berat molekul tinggi dan tidak larut dalam air (Suhardi 1997). Sidik ragam kadar tanin daging buah salak pondoh pada tiap tingkat mutu menunjukkan bahwa kadar tanin daging buah salak pondoh tidak berbeda nyata pada senua tingkat mutu. Hal ini berarti tingkat mutu tidak memengaruhi kadar tanin daging buah salak. Berdasarkan sidik ragam terhadap kadar tanin dalam daging buah salak, menunjukkan bahwa kadar tanin daging buah salak pondoh jenis super tidak berbeda nyata terhadap kadar tanin daging buah salak pondoh jenis manggala dan hitam, tetapi kadar tanin daging buah salak pondoh jenis manggala berbeda nyata terhadap jenis hitam, di sini kadar tanin salak pondoh jenis hitam lebih rendah. Hal ini berarti rasa sepet daging buah salak pondoh jenis manggala sama dengan jenis super, tetapi lebih tinggi dari salak pondoh jenis hitam.

Sifat Fisik dan Kimia Buah (Nurul Hidayati) 173 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Karakter salak pondoh bila dilihat pada berbagai pelaku pasar menunjukkan bahwa warna, ketebalan, dan kadar gula total daging buah, serta persentase bagian yang dapat dimakan tidak berbeda nyata. Tekstur, kadar air, asam total, dan tanin daging buah berbeda nyata. Karakter salak pondoh bila dilihat pada berbagai tingkat mutu, persentase bagian yang dapat dimakan, ketebalan, kadar air, gula total, asam total dan tanin daging buah menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan warna, dan tekstur daging buah berbeda nyata. Karakter salak pondoh jika dilihat pada berbagai jenis salak menunjukkan bahwa warna, ketebalan, tekstur, dan kadar gula total daging buah tidak berbeda nyata, sedang persentase bagian yang dapat dimakan, kadar air, asam dan tanin daging buah berbeda nyata. Saran. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat penerimaan konsumen terhadap ketiga jenis salak pondoh guna mengkaji kemungkinan pengembangan salak pondoh jenis manggala agar dapat meningkatkan kelas mutu yang tinggi pada salak pondoh. DAFTAR PUSTAKA Kusumo S., F.A.Bahar, S.Sulihanti, Y.Krisnawati, Suhardjo & T. Sudaryono. 1995. Teknologi Produksi Salak. Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Harbone, J.B., 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kokasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung. Pantastico,E.B. 1986. Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables. The AVI Publishing Co.Inc.,Wesport, Connecticut. Suhardi, 1997. Perubahan Tanin, Asam Malat, Asam Sitrat dan Vitamin C Dalam: Salak Pondoh Selama Periode Perkembangan Buah. Buletin Agro Industri 3: 38 44. Supriyadi, Suhardi, Suzuki M., Yoshida K., Muto T., Fujita A. & Watanabe N. 2002. Changes in the Volatile Compounds and in the Chemical and Physical Properties of Snake Fruit (Salacca edulis Reinw) Cultivar Pondoh during Maturation. Journal of Agricultur Food Chemistry 50 (26) : 7627 7633. Teguh Santosa, Sujono, & Rohadi PN. 1996. Diskripsi Salak Pondoh dan Teknologi Penyerbukan Bantuan. IPPTP Departemen Pertanian, Yogyakarta. Tranggono & Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta