BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan kota jasa, hal tersebut tentunya sejalan dengan kondisi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

Pertumbuhan ekonomi wilayah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, Negara kesatuan, dimana rencana-rencana pembangunan meliputi rencana

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Analisis Input-Output (I-O)

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 4 METODE PENELITIAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

APLIKASI INPUT OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengurangi tingkat pengangguran. Monacelli et al (2010), IMF (2010),

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan tingkat upah minimum, dan mengatur penyingkapan informasi. Secara ekonomi makro, pemerintah mempunyai kekuasaan umum tetapi terbatas, khususnya pemerintah dapat mempengaruhi perekonomian melalui dua kebijakan: kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal, fokus merujuk kepada perilaku pemerintah di bidang pengeluaran dan perpajakan dengan kata lain, kebijakan anggarannya. Kebijakan fiskal umum dibagi atas tiga kategori: (1) kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atau barang dan jasa, (2) kebijakan yang menyangkut perpajakan, dan (3) kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer (seperti kompensasi pengangguran, keamanan sosial, pembayaran kesejahteraan, dan tunjangan veteran) kepada rumah tangga. Kebijakan moneter, merujuk kepada perilaku bank sentral Negara, federal reserve, yang menyangkut penawaran uang Negara (Case dan Fair, 2002:95) Peran ekonomi pemerintah, meskipun mekanisme pasar merupakan sebuah cara yang menakjubkan untuk memproduksi dan mengalokasikan barangbarang, kadang-kadang kegagalan pasar membawa kepada kekurangan- 1

2 kekurangan dalam hasil-hasil ekonomi. Peran pemerintah dalam sebuah ekonomi modern adalah menjamin efisiensi, memperbaiki distribusi pendapatan yang tidak adil, dan memajukan pertumbuhan serta menjaga stabilitas ekonomi. Pasar tidak selalu menghasilkan suatu distribusi pendapatan yang adil, mungkin menghasilkan ketidakadilan yang terlalu tinggi dan tidak dapat diterima atas pendapatan dan konsumsi. Sebagai jawabannya, pemerintah dapat mengubah pola pendapatan (untuk siapa) yang ditimbulkan oleh upah, sewa, bunga, dan dividend pasar. Pemerintah modern menggunakan pajak untuk meningkatkan penghasilan guna membiayai program-program pemberian tunjangan atau program penunjang pendapatan yang menempatkan jaring pengaman keuangan untuk kaum fakir miskin. Peran pemerintah terus bertambah seperti mengatur monopoli, memungut pajak pendapatan dan mulai menyediakan jaring pengaman sosial dengan memberi tunjangan bagi orang-orang berusia lanjut. Sistem baru ini, yang disebut Negara kesejahteraan, adalah sistem dimana pasar mengatur aktifitas-aktifitas ekonomi yang rinci, sementara pemerintah mengatur kondisi-kondisi sosial dan menyediakan pensiun, perawatan kesehatan, dan keperluan-keperluan lain untuk keluarga-keluarga miskin (Samuelson dan Nordhaus, 2003;27). Dalam kerangka teori Keynes, tinggi rendahnya produksi nasional yang belum mencapai tingkat pengerjaan penuh (below full employment level) ditentukan oleh permintaan agregat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2011). Permintaan agregat tersusun dari

3 komponen permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah dan maupun swasta dan ekspor bersih-selisih nilai ekspor dan impor (Slavin, 2009). Komponen permintaan akhir, selain secara mempengaruhi tingkat produksi nasional, pada akhirnya juga mempengaruhi penciptaan lapangan kerja, baik di sektor barang dan jasa yang diminta, ataupun disektor yang menyediakan input antara (bahan baku) bagi sektor penghasil barang dan jasa yang di minta tersebut. Besarnya pengaruh terhadap produksi maupun penciptaan lapangan kerja ini, tentu saja, sangat bergantung pada intensitas keterkaitan antar sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Penelitian ini akan menganalisis tentang pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap kinerja pertumbuhan pada perekonomian yang lebih kecil (regional), yakni perekonomian Propinsi Jawa Tengah. Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap produksi akan dianalisis secara sektoral dengan membandingkan kondisi perekonomian tahun 2004-2008, analisis komparatif statis. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai salah satu indikator ekonomi karena dari konsekuensi keterlibatan pemerintah di bidang ekonomi. Di mana, pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menjalankan pemerintahannya membutuhkan aparat, investasi, sarana dan prasarana, yang berarti pula harus mengeluarkan sejumlah dana/uang untuk mencapai tujuan pembangunan.

4 Tabel 1.1 Total Pengeluaran Pemerintah dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Ribu Rupiah) Tahun Pengeluaran Jumlah Kenaikan Laju Pertumbuhan ekonomi 2004 2.572.554.359 5.13% 2005 2.936.310.815 363.756.456 14.14% 5.35% 2006 3.028.854.792 92.543.977 3.15% 5.33% 2007 3.016.826.562-12.028.230-0.40% 5.59% 2008 4.104.562.434 1.087.735.872 36.06% 5.46% Sumber : Bps Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2004-2008 Pendapatan Provinsi Jawa Tengah diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD) dan Dana Perimbangan (bagi hasil pajak dan bukan pajak). Pada table 1.1 diatas menunjukkan Pengeluaran dan laju Pertumbuhan Ekonomi dari tahun 2004-2008. Meningkatnya jumlah pengeluaran sebesar 14.14% tahun 2004-2005 juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah sebesar 5.35% (2004=5.13%). Hal tersebut karena kondisi perekonomian relatif terus membaik selama tahun 2001-2005. Berdasarkan hasil Susenas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2005 mencapai 16.63 juta orang atau naik sebesar 4.13 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan angka ini, tingkat partisipasi angkatan kerja di Jawa Tengah sebesar 60.88. Sedang angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah relatif kecil, sebesar 5.88 persen (BPS Jawa Tengah, 2006). Tahun

5 2005-2006 jumlah pengeluaran meningkat sebesar 3.15%, lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5.33%, dengan angkatan kerja tahun 2006 mencapai 16.41 juta orang atau turun sebesar 1.36 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedang pengangguran terbuka di Jawa Tengah relatif kecil, sebesar 7.30 persen (BPS Jawa Tengah, 2007). Tahun 2004-2008 jumlah pengeluaran paling kecil tahun 2007 yaitu sebesar - 04.40% dibandingkan tahun sebelum, namun dari segi laju pertumbuhan ekonomi justru paling besar yaitu 5.59% hal tersebut karena kondisi perekonomian yang baik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk usia kerja didefinisikan yang berumur 10 tahun keatas, pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja tahun 2007 mencapai 17.66 juta orang atau naik sebesar 7.66 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan angka pengangguran relatif kecil, yaitu sebesar 7.70 persen (BPS Jawa Tengah, 2008). Jumlah pengeluaran tahun 2007-2008 meningkat sebesar 1.087.735.872 atau 36.06% ini merupakan pengeluaran paling banyak, namun dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yaitu sebesar 5.46% dibanding tahun sebelumnya, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yaitu adanya gejolak krisis moneter yang melanda seluruh Negara di dunia. Dengan angkatan kerja tahun 2008 yang mencapai 16.69 juta orang atau turun sebesar 5.51 persen dibanding tahun sebelumnya, jumlah partisipasi angkatan kerja penduduk Jawa Tengah sebesar 68.37 persen

6 sedangkan jumlah angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah relatif kecil, yaitu sebesar 7.35 persen (BPS Jawa Tengah, 2009). Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2004-2008 diolah Gambar 1.1 Total Pengeluaran Pemerintah Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Ribu Rupiah) Pada gambar 1.1 Diatas menjelaskan tentang pengeluaran pemerintah Jawa Tengah dari tahun 2004-2008 jumlah pengeluaran yang paling besar pada tahun 2008 yaitu sebesar 36.06% dan pengeluaran yang paling rendah pada tahun 2007 sebesar 0.40%. hal tersebut menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah akan mengalami perubahan yang dipengaruhi kondisi perekonomian Jawa Tengah.

7 Melalui pengeluaran ini pemerintah ikut serta dalam arus uang dan arus barang/jasa, dengan demikian dapat mempengaruhi seluruh kegiatan kehidupan ekonomi. Dari uraian diatas maka penulis mengambil judul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Output Sektoral Jawa Tengah : Analisis Tabel Input-Output Tahun 2004 dan 2008. B. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap output sektoral Perekonomian Jawa Tengah? 2. Bagaimana perkembangan sektoral Jawa Tengah dengan data tabel Input- Output tahun 2004 dan 2008? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap output perekonomian di Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui perkembangan sektoral Jawa Tengah dengan tabel Input- Output tahun 2004 dan 2008.

8 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Sebagai masukan dalam mengambil kebijakan. 2. Bagi Akademis Sebagai masukan Penelitian selanjutnya. 3. Bagi Penelitian ini merupakan salah satu proses aplikasi dari teori-teori ekonomi yang telah diterima Penulis selama studi. E. Metodologi Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu tabel input output perekonomian Propinsi jawa tengah tahun 2004-2008. Tabel input output disajikan dalam bentuk matriks. Data tabel input output perekonomian jawa tengah yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jawa tengah tahun 2004-2008 dan dari instansi terkait lainnya. 2. Metode Dan Alat Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model input-output. Model input-output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan antar sektor dalam perekonomian (Nazara, 1997:48). Komponen yang paling penting dalam analisis input output adalah inverse matriks tabel input output, yang

9 sering disebut sebagai inverse Leontif (Miller, 1985:15). Matriks ini mengandung informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor (industri) akan menyebabkan berkembangnya sektor-sektor lainnya. Matriks kebalikan leontif merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi suatu sektor terhadap total produksi sektor-sektor lainya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier (aij). Multiplier ini adalah angka-angka yang terlihat di dalam matriks (1-A) -1. Adapun analisis yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Indeks Keterkaitan ke depan Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Total keterkaitan ke depan disebut juga sebagai indeks derajat kepekaan (degree of sensitivity) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke depan, menurut Wassily Leontief,1930. b. Indeks keterkaitan ke belakang Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Indeks total keterkaitan ke belakang disebut juga sebagai indeks daya penyebaran (power of dispersion) yang digunakan untuk mengukur kaitan ke belakang, menurut Wassily Leontief, 1930.

10 c. Analisis Sektor Kunci Dari analisis I-O dapat dilihat sektor-sektor kunci yang memiliki backward linkages (keterkaitan ke belakang) atau disebut juga derajat kepekaan yang tinggi dan forward linkages (keterkaitan ke depan) atau daya sebar yang tinggi. Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi menunjukan sektor tersebut mempunyai daya dorong yang cukup kuat dibandingkan sektor lainya. Sedangkan sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi menunjukan bahwa sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan. Sektor kunci adalah sektor yang memiliki indeks total keterkaitan ke belakang dan ke depan lebih besar dari satu (Nazara, 1997). F. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

11 Bab II. Landasan Teori Bab ini berisikan tentang landasan teori-teori yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Bab III. Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang variable penelitian dan definisi operasional variable, jenis data dan sumber data, metode analisis data. Bab IV. Hasil dan Analisis Bab ini berisi tentang diskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi hasil. Bab V. Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.