BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kasus otomikosis tersebar di seluruh belahan dunia. Sekitar 5 25% dari total UKDW

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

BAB I PENDAHULUAN. dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah satu-satunya cul-desac

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS EXTERNA

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pernapasan yang membuat pasien datang berobat ke dokter. (Rab, 2010) Batuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN. yang rendah menyebabkan keadaan yang menguntungkan bagi pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dokter bagian Telinga Hidung Tenggorok (THT) (Bashirudin et al, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan suatu kondisi kekambuhan pada kulit kepala dan berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

VARIABEL DETERMINAN PENGGUNAAN COTTON BUD TERHADAP INSIDENSI OTITIS EKSTERNA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk golongan tumbuhan. Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Referat Serumen 1

BAB II LANDASAN TEORI

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai, memiliki karakteristik kemerahan dan skuama, terjadi di. daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti di wajah, kulit

TUGAS KASUS OTOMIKOSIS

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

KEJADIAN KOLONI JAMUR PADA PENDERITA OTORE DENGAN BERBAGAI PENYEBAB DI POLIKLINIK THT RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNHAS

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

MAKALAH BIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TENTANG VAGINA SWAB

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang Lita Marlinda, Ety Aprilia Abstrak Kata kunci Otomycosis of Right Ear Canal on A Swimmer Abstract Keywords

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati dkk, 2011). Dan termasuk infeksi subakut atau akut mikotik superficial saluran telinga luar yang disebabkan oleh jamur oportunistik (Mahmoudabadi, 2006). Gejala yang dialami penderita otomikosis biasanya terasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema (Boel, 2003). Jamur Pytyaporum itu gejalanya berupa sisik superfisial yang menyerupai ketombe, atau dapat menyertai suatu dermatitis seberoika yang meradang, atau dapat menjadi dasar berkembangnya infeksi lain yang lebih 1

2 berat seperti furunkel atau perubahan ekzematosa. Pada jamur Aspergillus biasanya tanpa ada gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan menimbulkan gejala gejala akut (Adams dkk, 1997). Meskipun otomikosis dapat dijumpai di berbagai tempat di dunia, akan tetapi pada umumnya prevalensi otomikosis terkait dengan wilayah geografis dengan tingkat lebih tinggi di daerah tropis dan subtropis (Barati dkk., 2011). Menurut TangHo (2006) sebanyak 132 pasien dengan diagnosis otomikosis, dalam analisis. Kelompok ini terdiri dari 57 (43%) perempuan dan 75 (56%) laki-laki. Usia didiagnosis berkisar 6-91 tahun dengan rata-rata 47,6 tahun dan rata-rata 46,2 tahun. Berarti waktu tindak lanjut adalah 1,4 tahun, dan median followup time adalah 25 hari. Meskipun biasanya hanya satu telinga di pengaruhi penyakit, bilateral diamati pada 9 (7%) pasien pada presentasi awal. Otomikosis, di diagnosis dari 19.4% dari pasien. Umur pasien bervariasi dari 2 tahun sampai 66 tahun (rata rata umurnya 23.5 tahun). 60% dari kasus otomikosis terjadi pada wanita umur 2 tahun sampai 22 tahun (Pontes, 2009). Aspergillus niger dan Candida albicans adalah penyebab paling umum otomicosis. Aspergillus dianggap sebagai dominan kausal organisme di daerah tropis dan daerah subtropics (Munguia dkk, 2008). Dan aspergillus niger, sebuah jamur berfilamen oportunistik, diidentifikasi sebagai penyebab otomikosis kronis unilateral (Rutt & Sataloff, 2008). Selain itu jamur patogen yang lain adalah A.Flavus, A.fumigatus, Penicillium spp, Candida albicans, C. Parapsilosisdan Rhizopus (Mamoudabadi, 2006).

3 Jamur biasanya menginvasi secara sekunder pada jaringan luka yang pertama kali disebabkan oleh infeksi bakteri, cedera fisik atau penimbunan serumen yang berlebihan di kanalis auditorius externus (Ruci, 2010). Liang telinga merupakan tempat yang ideal untuk tumbuhnya organisme saprofit seperti jamur tertentu karena liang telinga dihubungkan dengan udara luar oleh suatu lubang yang sempit, sehingga dapat berfungsi sebagai tabung biakan dan merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur (Dzaarunnadwallauzia, 2011). Faktor predisposisi otomikosis mencakup pakaian mengenakan kepala atau penutup kepala (74,7 persen), adanya dermatomycoses (34,5 persen) dan renang (27.6 persen) (Ozkan dkk, 2006). Dan infeksi kronik pada telinga, penggunaan tetes telinga, steroid, berenang (lembab merupakan faktor predisposisi dari infeksi jamur), adanya infeksi jamur pada bagian tubuh lainnya seperti dermatomikosis atau vaginitis, gangguan fungsi imunitas, malnutrisi, perubahan hormonal dalam tubuh dapat memicu timbulnya infeksi seperti pada menstruasi ataupun pada wanita hamil dan sebelumnya mengalami OMC (Ruci, 2010). Terjadinya perubahan ph epitel liang telinga yang semula bersifat asam menjadi bersifat basa. Temperatur dan kelembaban udara. Trauma, kebiasaan mengorek telinga dengan bahan yang kurang bersih, atau mengorek telinga terlalu keras sehingga menimbulkan goresan pada kulit liang telinga. Korpus alienum (benda asing) dalam telinga seperti air, timbunan serumen atau serangga. Kelainan kongenital, yaitu bentuk liang telinga yang sempit dan

4 melekuk lebih tajam sehingga menghalangi pembersihan serumen atau menyebabkan kelembaban yang tinggi pada liang telinga. Penggunaan antibiotika dan steroid yang lama pada telinga. Imunnocompromised condition. Penyakit kulit seperti dermatitis seboroik dan psoriasis. Semua faktor ini dapat mempermudah terpapar otomikosis (Fakhrina, 2010). Dari uraian di atas banyak sekali faktor penyebab terjadinya otomikosis. Salah satunya adalah pemakaian penutup kepala. Oleh karena itu penulis ingin menjabarkan adanya hubungan pemakaian penutup kepala dengan terjadinya otomikosis. Sesuai firman ALLAH S.W.T ayat Al Israa ayat 46 Artinya : dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur`an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya, Dari uraian di atas kita ketahui bahwa apapun penyakit yang kita di derita, terutama dalam kasus ini yang berhubungan dengan telinga, selalulah menyebut nama Allah di setiap waktu. karena hanya atas izin Dialah kita bisa sembuh.

5 B. Perumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah pemakaian penutup kepala sebagai faktor resiko pada penyakit otomikosis? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pemakaian otomikosis sebagai faktor resiko pada penyakit otomikosis. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menentukan faktor predisposisi, terutama untuk mengetahui pengaruh pemakaian penutup kepala sebagai faktor risiko terjadinya otomikosis. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan diperoleh cara mencegah otomikosis melalui mekanisme sistem pertahanan flora normal yang seimbang. D. Manfaat Penelitian Manfaat bagi penderita, penelitian ini akan bermanfaat dalam upaya pencegahan otomikosis. Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti-peneliti yang lain, karena hasil ini juga akan memberikan sumbangan terhadap bidang kesehatan terutama dalam mengatasi kekambuhan penyakit otomikosis.

6 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang pasien otomikosis itu salah satunya dilakukan Kumar A (2005) melakukan analisis spektrum jamur dengan mengambil usapan dari eksudat di liang telinga dari 102 pasien yang secara klinis di duga otomikosis. Hasil penelitian menunjukkan jamur terbanyak Aspergillus niger (52.43%), Aspergillus fumigatus (34.14%). Candida albicans (11%), Candida pseudotropicalis (1.21%) dan Mucor Sp. (1.21%). 8 pasien mengalami infeksi jamur campuran dan 14 kasus mengalami infeksi ganda jamur dan bakteri. Factor presdiposisi terjadinya otomikosis adalah dermatomycosis (51.22%), pemakaian surban (29.26%), pemakaian purdah (14.63%) dan berenang (4.88%) Penelitian lainnya di lakukan pada semua pasien memiliki satu atau lebih dari gejala (gatal, otalgia, kehilangan pendengaran). Sekresi dan nanah dikumpulkan dari telinga oleh dua penyeka kapas steril. Satus wab digunakan untuk mikroskopi langsung dan lainnya untuk budaya pemeriksaan dimana sampel dilakukan dengan menodai pap dengan birumetilen dan teknik Gram. Dan didapatk aseptatemiselium, miseliumseptate, Aspergillus konida, berbuah tubuh, ragi dan pseudohifa (Mamoudabadi, 2006).