BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap tahun 4,2 juta bayi lahir di Indonesia (Lombok. News, 2011), sedangkan angka kematian ibu sebesar 228

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB 5 HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB V HASIL PENELITIAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan K4 di Desa Sukarame Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur Tahun

DETERMINAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN OLEH IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang memiliki

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN IUD POST PLASENTA. Risneni*, Mugiati*

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB III METODE PENELITIAN. Liyodu, Desa Batuloreng. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 bulan yaitu

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

BAB I PENDAHULUAN. akan menghadapi risiko yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB VI PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai variabel independen

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN IBU TENTANGPIJAT BAYI DI BPS JAUNIWATI INDRAPURI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013

Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Pendamping Persalinan di RSUD. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibudan Anak (KIA)merupakan masalah kesehatan yang sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pukesmas Induk yang ada di kota semarang salah satunya yaitu

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN ANC DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

2 nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2017 ISSN: Tegal - Indonesia, Mei 2017 ISBN:

BAB VI HASIL PENELITIAN

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN K4 DI PUSKESMAS BAQA KOTA SAMARINDA TAHUN 2016

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Transkripsi:

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria (n = 50) Tingkat Banyak Responden Kepercayaan N % Percaya 31 62 Tidak percaya 19 38 Total 50 100 Hasil distribusi pada tabel 4.1 menunjukan bahwa mayoritas responden (62 %) memiliki kepercayaan kepada pria sebagai penolong persalinan sedangkan 19 responden (38 %) tidak percaya kepada pria sebagai penolong persalinan. 48

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur (n = 50) Usia Jumlah % 20 5 10 21 5 10 22 5 10 23 4 8 24 2 4 25 3 6 26 2 4 27 2 4 28 4 8 29 2 4 30 3 6 31 1 2 32 1 2 33 1 2 34 6 12 35 4 8 Total 50 100 Mayoritas responden berada pada umur 34 tahun yaitu 6 orang (12 %), disusul pada umur 20, 21, 22 tahun masing-masing 5 orang (10 %) selanjutnya 23-35 bervariasi dalam jumlah. 49

4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n = 50) Banyak Responden Pendidikan N % TIDAK SEKOLAH 0 0 SD 5 10 SMP 13 26 SMA 22 44 PT 10 20 TOTAL 50 100 Hasil distribusi pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak satupun responden yang tidak sekolah (0 %) sebanyak 5 responden (10 %) pernah sekolah sampai tingkat SD, 13 responden (26 %) pernah sekolah sampai tingkat SMP, 22 responden (44 %) pernah sekolah sampai tingkat SMA, 10 responden (20 %) pernah sekolah sampai tingkat perguruan tinggi. 50

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan (n = 50) Tingkat Banyak Responden pengetahuan N % Baik 35 70 Kurang 15 30 TOTAL 50 100 Hasil distribusi pada tabel 4.4 menunjukan bahwa mayoritas responden yaitu 35 orang (70 %) memiliki tingkat pengetahuan yang baik sedangkan 15 orang responden (30 %) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. 4.1.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Persepsi (n = 50) Persepsi Banyak Responden N % Positif 31 70 Negatif 19 30 TOTAL 50 100 51

Hasil distribusi pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu 31 orang (70 %) memiliki persepsi yang positif kepada pria sebagai penolong persalinan sedangkan 19 responden (30 %) memiliki persepsi yang negatif kepada pria sebagai penolong persalinan. 4.1.2 Analisis Bivariat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara variable-variabel independen dengan variabel dependen. Untuk membuktikan adanya tidaknya hubungan tersebut, dilakukan uji statistic Chi- Square dengan derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05). Bila p value < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variable dependen. 52

4.1.2.1 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Umur pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Tabel 4.6 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Umur Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50) Tingkat Kepercayaan Umur Tidak Percaya Total percaya P n % n % N <27 tahun 9 18 10 20 19 >27 tahun 17 34 14 28 31 0,608 Total 19 38 31 62 50 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan responden dengan umur lebih dari 27 tahun lebih percaya terhadap pria sebagai penolong persalinan dengan presentase sebesar 28% dibandingkan dengan yang umur kurang dari 27 tahun yaitu sebesar 20 %. Pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) didapatkan nilai (ρ= 0,608 ; α = 0,05) yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepercayaan ibu pada pria sebagai penolong persalinan. 53

4.1.2.2 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Pendidikan pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Tabel 4.7 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Pendidikan Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50) Tingkat kepercayaan Pendidikan Tidak Percaya Total percaya n % n % N <12 tahun 1 20 9 18 19 >12 tahun 20 40 11 22 31 Total 19 38 31 62 50 P 0,020 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan responden yang menempuh pendidikan lebih dari 12 tahun cenderung lebih percaya kepada pria sebagai penolong persalinan dengan presentase sebesar 22% dibandingkan dengan responden yang menempuh pendidikan kurang dari 12 tahun yaitu sebesar 18%. Hasil uji statistik berdasarkan uji Chi Square (x 2 ) didapatkan (ρ= 0,020 ; α = 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepercayaan ibu pada pria sebagai penolong persalinan 54

4.5.2.3 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Tingkat pengetahuan pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Tabel 4.8 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Tingkat Pengetahuan Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50) Tingkat kepercayaan Tingkat pengetahuan Tidak percaya Percaya Total n % n % N Kurang 4 8,0 15 30 19 Baik 11 22 20 40 31 Total 19 38 31 62 50 P 0,280 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan 40% responden yang memiliki tingkat tingkat pengetahuan yang baik lebih percaya kepada pria sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 30%. Hasil uji statistik berdasarkan uji Chi Square (x 2 ) didapatkan (ρ= 0,280; α = 0,05). Hal ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepercayaan ibu pada pria sebagai penolong persalinan. 55

4.5.2.4 Hubungan antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Persepsi pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Tabel 4.9 Hubungan Antara Kepercayaan Pada Penolong Persalinan Pria dengan Persepsi Pada Pasien Ruang VK dan Dahlia RSUD, Kota Salatiga Bulan Maret-April 2013 (N=50) Tingkat kepercayaan Persepsi Tidak Percaya Total percaya n % n % N Negatif 7 14 12 24 19 Positif 12 24 19 38 31 Total 19 38 31 62 50 P 0,895 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 menunjukkan 38 % responden memiliki persepsi yang positif lebih percaya terhadap pria sebagai penolong persalinan, dibandingkan responden dengan persepsi yang negatif yaitu sebesar 24%. Pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) nilai ρ= 0,895 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi dengan kepercayaan ibu terhadap pria sebagai penolong persalinan. 56

4.2 Pembahasan 4.2.1 Umur Umur adalah lama waktu hidup seseorang atau ada sejak dilahirkan (Kamus Bahasa Indonesia Milenium, 2002). Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, umur dianggap optimal untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang dianggap berbahaya adalah umur 35 tahun ke atas dan dibawah 20 tahun (Prawiroharjo, 2007). Hal serupa juga diungkapkan Rustam Mochtar (2008) bahwa usia yang baik untuk usia kehamilan dan persalinan antara umur 20-35 tahun, ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden yaitu usia 27 tahun. Pada usia di atas 27 tahun ibu lebih percaya kepada pria sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan usia yang kurang dari 27 tahun. Selama penelitian memang terlihat lebih antusias ibu yang berumur lebih dari 27 tahun untuk menjadi responden. Berbeda dengan 57

kebanyakan ibu yang berumur kurang dari 27 tahun, peneliti harus menjelaskan dengan sangat detail tentang penelitian, manfaat, dan kerahasian ibu dikarenakan ibu merasa curiga dan tidak nyaman dengan kehadiran pria. Hal ini menurut peneliti sudah menggambarkan kepercayaan ibu usia <27 tahun terhadap pria. Hal ini sesuai dengan penelitian Nelli Susanti (2007) di Pariaman bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepercayaan ibu pada pria sebagai penolong persalinan (α = 0,60). Menurut Kristiani dan Abbas (2006) faktor umur berpengaruhi terhadap pemanfaatan pelayanan tenaga profesional juga termasuk faktor lain yaitu faktor lingkungan tempat bidan bertugas, kesadaran masyarakat, bidan yang bertugas di tempatnya, termasuk juga keadaan kemampuan biaya dari masyarakat. Bungsu (2001) berpendapat, faktor umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam 58

memilih tenaga kesehatan untuk membantu persalinannya. Gibson dalam Sutanto, 2002 mengatakan umur merupakan variabel individu yang pada dasarnya semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi dari sekitar kehidupannya yang akan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan. seperti halnya yang diungkapkan oleh Conner (1996). Semakin berumur seseorang seharusnya pola pikirnya semakin terasah dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi, hal itu berdasarkan banyaknya masalah yang sudah dialami dan berpikir bagaimana menanganinya. 4.2.2 Tingkat Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya 59

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Pendidikan dapat mempengaruhi daya pikir seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang dituakan. Pendidikan seseorang dikategorikan kurang bila ia hanya memperoleh ijazah SMP atau setara lainnya ke bawah, yaitu pendidikan dasar 9 tahun. Sementara pendidikan reproduksi baru diajarkan secara lebih mendetail di jenjang pendidikan SMA ke atas (Depdiknas, 2007). Tapi pada saat ini, di Indonesia, tepatnya dimulai pada tahun 2013 pemerintah akan mulai menerapkan wajib belajar 12 tahun yang mencangkup SD, SMP, dan SMA. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan standar pendidikan dan meningkatkan intelektual generasi penerus Indonesia (Kemendikbud, 2012) Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 % ibu yang menempuh lama pendidikan lebih dari 12 tahun 60

cenderung lebih percaya terhadap pria sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan 18 % ibu yang menempuh lama pendidikan kurang dari 12 tahun. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula tingkat pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997). Menurut Jihadin, dkk (2012), ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai kesadaran pentingnya pemeriksaan antenatal. Kunjungan pemeriksaan antenatal ibu yang berpendidikan tinggi rata-rata lebih sering dibanding dengan yang berpendidikan rendah. Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepercayaan ibu kepada pria sebagai penolong persalinan (p= 0,020). Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pendidikan dan pemilihan pria sebagai penolong persalinan. Adanya hubungan tingkat pendidikan dengan usaha pencaharian pelayanan kesehatan terhadap janin 61

yang dikandungnya. Tingkat pendidikan ibu akan memberi pengaruh dalam penerimaan informasi yang diberikan sehingga dapat meningkatkan tingkat pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi. Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana, teroganisir dan dilaksanakan di dalam kelas. Melalui proses ini seseorang belajar memperoleh tingkat pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar tersebut ke arah kedewasaan dalam bertindak. Dapat diartikan bahwa pendidikan formal merupakan sarana yang dapat mengubah pola pikir, sikap dan tindakan seseorang kearah kualitas pribadi yang lebih baik, dengan tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi akan membantu seseorang untuk memperoleh tingkat pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang akan membantu seserang berpikir rasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Lukito (2003) bahwa pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka akan semakin mudah 62

bagi seseorang itu untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat dari sebuah perubahan tersebut, khususnya bidang kesehatan (Lukito, 2003). Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga, perilakunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan (Depdiknas, 2007). Hal serupa juga dikemukakan oleh hasil penelitian yang dilakukan Bungsu pada tahun 2001 pada ibu yang pendidikannya rendah cendrung memanfaatkan tenaga persalinan seadanya (dukun) untuk membantu persalinan. Hasil ini mirip dengan apa yang dikemukan oleh Ejaz et al. (2007) yang menyatakan analisis berbagai tingkat pendidikan menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki tingkat pendidikan rendah sangat cenderung terlambat menerima informasi dikarenakan terbatasnya topik pembicaraan seputar kesehatan dan ekonomi, dibandingkan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. 63

4.2.3 Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Hasil penelitian menunjukkan 70% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik lebih percaya terhadap pria sebagai penolong persalinan dibandingkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebesar 30%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parit pada tahun 2008 di wilayah kerja Puskesmas juga. Didapatkan lebih dari separuh responden yang memiliki tingkat tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 57,5%. Salah satu tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah tentang tugas dan fungsi pria sebagai penolong persalinan. 64

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 0,280 karena Tingkat pengetahuan tidak menjadi indikator yang sangat penting dalam pemilihan tenaga penolong persalinan oleh pria, karena ibu biasanya hanya pasrah dan percaya saja menerima pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan tingkat pengetahuan biasanya didapatkan dari media yang tersedia di sekitar ibu selama ibu hidup atau dikarenakan ibu malas mencari informasi terbaru yang berhubungan dengan dengan proses dan tenaga penolong persalinan, tapi ibu juga tidak dapat disalahkan secara menyeluruh, hal-hal yang mungkin membuat tingkat pengetahuan ibu kurang juga dikarenakan kurangnya media informasi atau keadaan sekitar kehidupan ibu yang tidak mendukung mendapat informasi lebih tentang persalinan (Yenita, 2011). Menurut Green (1991) banyak ibu yang tidak memanfaatkan fasiltas yang tersedia di masyarakat terutama tentang persalinan. Karena masih banyak yang mengaggap nasehat dari orang terdekat yang telah pernah atau melihat persalinan sudah cukup. Ini dikarenakan kurangnya kepercayaan yang ditanamkan oleh tenaga kesehatan dalam mempromosikan 65

kesehatan kehamilan ibu. Kurangnya tingkat pengetahuan ibu juga akibat kurang pedulinya dan masih tradisionalnya pemikiran tokoh masyarakat atau orang yang dipercayai oleh masyarakat dalam suatu komunitas tertentu untuk membantu tenaga kesehatan dalam memberikan tingkat pengetahuan dan pelayanan kesehatan ibu hamil. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Notoatmojdo, 2003 bahwa tingkat pengetahuan akan sesuatu adalah hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu melalui panca indera, walaupun mereka memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sedang atau rendah tentang perawatan kehamilan, persalinan, nifas dan tenaga penolong persalinan. Banyak ibu sebenarnya bertingkat pengetahuan baik tentang persalinan, tapi karena budaya yang ada, yaitu budaya mendengarkan yang lebih tua, pernah mengalami atau berpengalaman membuat ibu cendrung hanya pasrah terhadap siapa yang akan menolong persalinannya. Seandainya ibu hamil sudah mengetahui dan mengerti kebaikan perawatan kehamilan atau siapa yang sebaiknya menolong persalinan akan timbul pemikiran yang positif. 66

Pemikiran ini akan menghasilkan sikap positif yaitu setuju dalam hal tersebut dan selanjutnya ibu hamil berniat untuk memeriksakan kehamilan atau melahirkan di tempat yang aman dan sehat buat ibu dan bayinya. 4.2.4 Persepsi Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu berpersepsi positif terhadap pria sebagai penolong persalinan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian yaitu sebesar 70% atau 31 responden berpersepsi positif cenderung lebih percaya terhadap pria sebagai penolong persalinan. Persepsi tentang risiko-risiko dan bahaya dalam persalinan memicu ibu hamil dan keluarga untuk mencari orang-orang yang memiliki tingkat pengetahuan ahli seperti dokter, bidan, dan professional kesehatan lain untuk memberikan bimbingan dan pertolongan saat melahirkan (Lupton, dalam Carlson 2009). Hal-hal menurut peneliti yang mempengaruhi persepsi ibu adalah budaya dan agama. Proses berbudaya dan beragama sangat mempengaruhi persepsi ibu dalam memilih penolong persalinan. Ini dikarenakan budaya Islam yang kuat dalam mengatur hubungan suami istri, 67

Jika bukan muhrimnya ibu, pria manapun dilarang untuk melihat daerah sensitif sang ibu. Tapi pada saat ini banyak ibu dan suami yang mulai terbuka pemikirannya dalam hal menolong persalinan. Jika ibu ingin ditolong dalam persalinan oleh penolong pria maka hal itu dapat dilakukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit tersebut atau ancaman yang dilihat mengenai gejala dan penyakit terhadap individu atau masyarakat. Bila ibu hamil merasakan ada ancaman keselamatan terhadap dirinya dan bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong persalinannya. Pada saat menghadapi ancaman yang dianggap serius ibu hamil dan keluarga akan cendrung melihat kepada seseorang yang dianggap ahli dan mampu untuk membantu persalinan, maka orang tersebut bisa menjadi pilihan dalam membantu persalinan. Menurut Notoatmodjo (2007), jika menghendaki suatu perilaku yang memasyarakat, maka diperlakukan adanya tingkat pengetahuan dan keyakinan/attitude yang positif tentang apa yang akan dikerjakan. 68

Seseorang yang memperoleh rangsangan dari luar akan timbul proses pengenalan sesuatu. Hal ini akan membangkitkan faktor kognitif (tingkat pengetahuan) dari orang tersebut. Menurut Edberg (2009) hasil dari apa yang dialami dan dipelajari akan menciptakan stimulus yang membuat munculnya suatu pola pemikiran akan suatu hal. Berdasarkan teori tersebut bahwa keyakinan atau persepsi sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan yang disosialisasikan atau disebarkan. Dibuktikan dengan hasil uji Chi Square yang didapatkan sebesar 0,895 (α >0,005). Oleh sebab itu kalau kita menginginkan seseorang mempunyai persepsi yang positif terhadap pria sebagai penolong persalinan maka diperlukan adanya komunikasi, informasi dan edukasi yang berkesinambungan seperti penyuluhan pada setiap kali posyandu. Demikian juga mengaktifkan kelas ibu dalam rangka meningkatkan tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan pelayanan kesehatan ibu hamil oleh pria yang telah ada saat ini dimasyarakat. Hal ini juga diperkuat dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mullen (1987), bahwa sekarang ini keselamatan yang terancam bukan 69

dipersepsikan lagi dengan terlihatnya tanda-tanda bahaya yang ada pada ibu saat hamil ataupun melahirkan, tapi saat awal kehamilan pun sudah sangat diwaspadai semua kemungkinan buruk yang akan terjadi, salah satunya dengan cara memilih tenaga persalinan yang dianggap mampu dalam menolong persalinan yang akan dihadapi. Persepsi ini juga muncul dari apa yang sudah masyarakat lihat, dengar dan alami, pada saat tenaga kesehatan yang ada dalam menangani, melayani dan berusaha untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak. 70

4.3 Kendala dalam penelitian a. Pada awal penelitian, peneliti sulit meminta ibu menjadi responden dikarenakan peneliti datang ke RS pada saat ibu beristirahat. Selain itu kendala dengan bahasa yang digunakan. Karena hampir semua ibu menggunakan bahasa jawa. b. Perbedaan gender menyebabkan 10 orang ibu menolak menjadi responden. Mereka ini yang menolak berpendidikan kurang dari 12 tahun, yaitu 3 orang berpendidikan SD, 5 orang berpendidikan SMP, dan 2 orang berpendidikan SMA. Peneliti tidak menemukan ibu yang tidak sekolah. c. Kendala budaya, cukup banyak ibu yang menaruh curiga pada peneliti. Namum setelah diberikan informasi yang lengkap, mereka bersedia menjadi responden. 71