BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES MOLDING PEMBUATAN KEYMASCOD SEPEDA MOTOR MAULANA MUNAZAT

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN BAGIAN- BAGIAN MOLDING

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III RANCANGAN MODIFIKASI KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas baik Harga pantas Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri semakin maju sejalan dengan laju

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

BAB IV PROSES PENGERJAAN,PERAKITAN DAN BIAYA PRODUKSI

11 BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI PERANCANGAN MOULD PLASTIK BOX TEMPAT KERTAS UKURAN FOLIO DENGAN SISTEM INJEKSI BERBAHAN BAKU POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN APLIKASI CAD/CAM

PEPERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING

PENGESAHAN SKRIPSI. Jakarta, 27 Juni ( Ariosuko, MT ) ( DR. Ir. Abdul Hamid, M.Eng )

TUGAS AKHIR. ANALISA PEMBUATAN MOULD RADIATOR ADR 239 DITINJAU DARI LANGKAH DESIGN, PERHITUNGAN PERMESINAN UNTUK PRODUKSI PT. SELAMAT SEMPURNA.

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

Disusun Oleh : ALI KHAERUL MUFID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

Proses Pembuatan Tank Body Korek Api Gas PT. Tokai Dharma Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROSES MANUFAKTUR

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR

GYPSUM SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF UNTUK MEMBUAT CETAKAN PLASTIK INJEKSI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat

Parkway Street Batam Centre, Batam Jalan Kalimantan No.37, Jember. Jalan Kalimantan No.37, Jember

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Bab 4 ini akan membahas setiap pengambilan keputusan yang dilakukan di Bab 3 disertai dengan alasan dan logika berpikirnya.

RANCANG BANGUN PRESS TOOL SISTEM COMPOUND UNTUK MEMBUAT CYLINDER HEAD GASKET SEPEDA MOTOR RX KING

Mesin Perkakas Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

Cindy Puspita Sari / 4ID01

INJECTION MOULDING. Gb. Mesin Injeksi. Gambar. Skema proses injection moulding

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

DISAIN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN DIES SASIS MOBIL MINI TRUK ESEMKA

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

: Improvement Pengadaan Material. Dies

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

BAB II MESIN INJECTION MOLDING

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE

Transkripsi:

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity plate). Pemasangan mold pada mesin injection, mold bagian core plate dipasang pada pelat bergerak mesin injection (moveable platen) dan bagian cavity plate dipasang pada pelat diam (stationery plate) mesin injection. Mold adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) dan proses pencetakan material yang meleleh karena pemanasan (termoplastik) diinjeksikan oleh nozle melalui sprubush kedalam cetakan yang didinginkan dengan pendingin (cooling)sehingga material tersebut akan menjadi dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan dinama molding. Bahan mold sebagian besar dibuat dari baja dan sebagian kecil terbuat dari alumunium atau bahan paduan tenbaga-berilium untuk mold yang membutuhkan transper panas yang tinggi. Terdapat beberapa unsur pada saat pencetakan produk plastik yang perlu diperhatikan yaitu unsur perpindahan panas, mekanisme, unsur pembebanan. Maka dalam pembuatan mold diperlukan perencanaan dan design yang seksama sehingga dihasilkan mold dapat beroperasi dengan baik. Adabeberapa aspek yang perlu diperhatikan pada pembuatan mold antara lain : Material Saluran pendingin (Cooling system) 19

Sistem pengeluaran produk Sistem gate Faktor penyusutan produk (shrinkage) Kekuatan bagian-bagian mold Surface finish Saluran udara buang Karakteristik material plastik yang digunakan 3.2 Bagian-bagian mold grab rail k15a dan fungsinya Secara garis besar bagian-bagian mold antara lain : 1. Locating ring Berfungsi sebagai tahanan sprubush agar posisi dari sprubush tersebut tidak berubah/ dengan mesin injection 2. Sprubush/ Hot Runner Berpungsi sebagai tempat masuknya aliran material panas yang disemprotkan oleh nozle dari mesin injection kedalam mold. 3. TOP Clamping Plate Berfungsi bergerak dan berungsi sebagai pengarah pada saat penyatuan(setting) mold untuk mengikat mold pada saat dipasang pada bagian plate tidak bergerak pada mesin injection 4. Cavity Plate Berfungsi sebagai rumah untuk menempatkan bagian insert cavity 5. Insert Cavity Berfungsi membentuk Produk bagian luar 6. Insert Core Berfungsi membentuk Produk bagian dalam 20

7. Ejector pin Berfungsi sebagai pendorong untuk mengeluarkan produk 8. Springs Berfungsi untuk mendorong ejektor pin mengembalikan keposisi semula 9. Core Plate Berfungsi sebagai rumah untuk menempatkan bagian insert core dan berfungsi juga sebagai dudukan/tempat mengikat spacer block, ejector & retainer plate, dan battom clamping plate. 10. Spacer Block Berfungsi memberi jarak antara core plate / Support plate untuk membatasi gerakan dari ejector & retainer plate. 11. Ejector Plate Berfungsi untuk menempatkan ejector pin / lifter. 12. Ejector Reatainer Plate Berfungsi sebagai pengikat ejector plate 13. Bottom Clamping Plate Berfungsi untuk mengikat mold pada saat dipasang pada dinding bergerak mesin injection. 14. Guide Bush Berfungsi untuk rumah/ jalur guide pin sifat materalnya lebih keras dari molbase agar bertahan lama karena mengalami gasekan terus menerus. 15. Guide Pin Berfungsi untuk mengarahkan pada saat penyatuan antara cavity plate dan core plate. Sifat matrialnya lebih keras dari molbase 16. Support Pin Berfungsi untuk mengarahkan ejector plate dan retainer ejector plate. 17. Bushing 21

Berfungsi untuk mengarahkan pada saat penyatuan antara retainer ejector plate dengan ejector palte. Gambar 3.1Mold Grab Rail K15A Sumber : Dokumen PT. Yasunli Abadi Utama Plastik 22

3.3 Bahan Mold Grab Rail K15A Bahan moldbase umumnya menggunakan material S50C, pemilihan bahan bahan perlu menganalisa terlebih dahulu sifat bahan. Sifat-sifat bahan yang umumnya dibutuhkan dalam pembuatan Mold antara lain, Heat conduktive ( Penghantar panas), Ductile (Liat), Corrosion resist(tahan terhadap karat), Mechineability (Dapat dikerjakan dengan proses mesin), Polishable (Dapat dipolish)toughness (Tahan terhadap kelelahan (fatique), retak), Wear resist (Tahan terhadap keausan) dan disesuikan dengan sifat material plastik yang akan digunakan pada waktu produksi. Material plastik yang digunakan untuk produk grab rail K15A ini menggunakan material Nylon / Polymaide (PA6(30%)) dengan penyusutan pembentukan (shrinkage) 0,5% tergolong material yang cukup keras jika dibandingkan dengan material ABS (Acrylonitriel Bbutadiene styrene). Maka dari itu material mold yang digunakan juga haruslah material memiliki kekerasan yang bagus. Material yang digunakan untuk pembuatan mold grab rail K15A bagian insert cavity dan insert core menggunakan material PX4. Setiap bagian mold tidak mesti memiliki sifat-sifat yang disebutkan diatas, cukup dengan beberapa sifat yang disebutkan diatas saja, asalkan sesuai dengan fungsi dan perlakuan yang akan dialami dan kemudahan dalam pengerjaannya. Mengingat akibat yang ditimbulkan maka pemilihan bahan harus dilakukan dengan seksama, adapun maksud dalam pemilihan bahan disini tidak berarti bahan yg mesti dipilih harus dari jenis yang paling mahal atau super, melainkan lebih menekankan pada segi tepat guna, dengan itu perlu pengetahua yang baik mengenai jenis bahan dan sifatnya.tentang perlakuan beban dan kondisi yang akan dialami oleh bagian-bagian mold pada pada waktu pengoperasiannya kemudian mempelajari sifat bahan dari segi mekanical dan physical properties, untuk mendukung beban maupun 23

kondisi yang akan dialami selanjutnya, sifat mechineabilitytermasuk kemungkinan treatmen yang diperlukan, guna mencapai performance yang optimal. FLOWCHART PROSES Start Project Data Layout Setuju /tidak Desain Part Qc Machining ASSY Poleshing Qc Produk end 24

3.4 Pembuatan Mold Grab Rail K15A 3.4.1 Produk Grab Rail K15A Grab rail K15 (behel belakang) pada sepeda motor ini merupakan produk yang dipesan oleh PT. Astra Honda Motor (AHM). Gambar 3.2 Grab Rail K15A Sumber : Dokumen PT. Yasunli Abadi Utama Plastik 3.4.2 Flow Proses pembuatan Mold Grab Rail K15A Ada beberapa tahapan dalam proses pembuatan mold grab rail yaitu : 3.4.2.1 Persiapan Material (Procurement) Penyediaan material sesuai dengan fungsi, ukuran dan sifat dari material plastik yang akan dipakai pada saat proses molding injection. 25

3.4.2.2 Proses pembuatan Design Proses design ini dibagi 2 yaitu : a. Design Produk Gambar sebuah bentuk dari sebuah produk yang akan dibuat proses pembuatan design produk ini melihat segala aspek apa saja yang dibutuhkan dari pada hasil produk tersebut baik yang berhubungan dengan Fungsi product, maupun yang berhubungan dengan proses machining mold tersebut. b. Desing Mold Proses perencanaan secara matang pada tahapan proses design ini, segala mekanisme mold direncanakan dengan matang karena sedikit saja kesalahan pada proses ini akan berdampak fatal, proses selanjutnya, hasil dari proses design ini membuat gambar design assembling mold, gambar detail mold, B.O.M (Bill of Material). 3.5.2.3 Proses Machining Pada tahap proses machining ini melewati beberapa tahapan proses machining sesuai urutan yang telah ditentukan, tahapan machining ini meliputi beberapa proses yaitu : a. Proses Cutting Material dipotong sesuai kebutuhan design, dipotong dengan menggunakan gergaji mesin, sesuai dengan sifat material jika material yang bersifat sangat keras proses pemotongan menggunakan mesin wirecut. Setelah material digergaji tahap selanjutnya proses roughing. b. Proses Roughing Proses pembentuk mantrial yang pada umumnya dibentuk persegi dengan ukuran dimensi yang masih kasar (ukuran dilebihkan) pada proses ini biasanya digunakan mesin milling/ Frais, untuk ukuran material yng relatif kecil untuk 26

ukuran dengan kapasitas benda kerja yang lebih besar proses roughing ini biasa menggunakan mesin CNC milling yang kapasitasnya lebih besar. c. Proses Grinding Pada proses ini benda kerja yang telah melewati proses Roughing difinishing yaitu memasukkan ukuran benda kerja sesuai design, dengan menggunakan mesin surface grinder( mesin grinding). d. Proses CNC Milling Proses ini adalah proses dimana material yang telah selesai finishing melalui pengerjaan mesin grinding yang sudah sesuai dengan dimensi design bertujuan memfinish konturkontur benda kerja yang akan diproses dengan otomatis sesuai dari program yang di post ke mesin CNC milling tersebut. Keunggulan mesin CNC milling dibandingkan dengan Milling manual adalah Proses pekerjaan lebih cepat, toleransi ukuran lebih akurat dan dapat bekerja secara otomatis. e. Proses EDM (Elektrical Discharge Machine) Proses EDM merupakan proses finishing dari yang tidak terjangkau atau tidak bisa dilakukan oleh proses mesin CNC milling, biasanya untuk pengerjaan kontur radius (sudut) yang kecil yang sulit dijangkau oleh tool/ cutter mesin CNC milling. Proses EDM ini membutuhkan elektode (tool) yang terbuat dari tembaga yang memiliki kontur sesuai kontur yang diinginkan. f. Proses Wirecut Proses wirecut ini merupakan proses pemotongan bagian dalam material yang tidak bisa dilakukan oleh proses gergaji mesin. Proses pemotongan di mesin wirecut dapat menghasilkan bentuk kontur, sesuai kontur yang diinginkan serta menghasilkan benda kerja yang sesuai dengan design yang lebih akurat. g. Proses Boring 27

Proses ini merupakan proses pembuatan Cooling system (saluran pendingin) dengan mata bor sesuai dengan ukurannya proses ini biasa dilakukan setelah pengerjaan proses CNC Milling. h. Proses Dies Spoting Pada Proses ini adalah proses fitting dimana proses ini mencocokkan antara kontur (parting line) cavity insert dengan core insert dengan bantuan tinta atau pewarna untuk mengetahui bagian yang belum saling menyentuh antara parting line cavity dengan core sehingga dapat dilakukan proses pengurangan Kontur secara manual dengan menggunakan alat bantu Rotari. Tujuan dari proses ini agar pada saat proses produksi tidak terjadi kebocoran material plastik/ flash. 28

Gambar 3.3Flow proses machining Sumber : Dokumen PT. Yasunli Abadi Utama Plastik 3.4.2.4 Proses Asembling Mold Proses ini merupakan proses penggabungan bagian-bagian mold dimana akan diteruskan ke proses Fitting/ adjusting. 3.4.2.5 Proses Poleshing 29

Gambar 3.4 proses poleshing Sumber : Dokumen PT. Yasunli Abadi Utama Plastik Proses ini adalah proses finishing yang paling akhir pada proses pembuatan mold dimana proses pleshing ini menggunakan alat bantu berupa batu poles, amplas dan coumpont. Kehalusan permukaan mold disesuaikan dengan kebutuhan mold itu sendiri. Proses poleshing Diperlukan ketelitian pada waktu memoles bagian parting line agar kondisi dari parting line tersebut tetaptajam/berbentuk garis tipis atau tidak membentuk radius, untuk menghindari bocor tipis plash pada produk, setelah permukaan sudah cukup halus mold siap untuk trial. 30