KUALITAS SUSU PADA BERBAGAI PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN

dokumen-dokumen yang mirip
Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor Dinas Petemakan Kotamadya Bogor

KAJIAN PEMBUATAN YOGHURT DARI BERBAGAI JENIS SUSU DAN INKUBASI YANG BERBEDA TERHADAP MUTU DAN DAYA TERIMA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN TEH HIJAU TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIAWI YOGHURT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB I PENDAHULUAN. dalam susu dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari,

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6,

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

I. PENDAHULUAN. vitamin, mineral, laktosa serta enzim-enzim dan beberapa jenis mikroba yang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

KOMBINASI Lactobacillus plantarum DENGAN Lactobacillus bulgaricus DAN Streptococcus thermophilus TERHADAP MUTU SUSU FERMENTASI SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

PENGGUNAAN BERBAGAI TINGKAT KADAR LEMAK SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI TERHADAP MUTU DAN CITA RASA YOGHURT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Afriani 1. Intisari. Kata Kunci : Bakteri Asam Laktat, Fermentasi, Dadih

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang dikenal oleh masyarakat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

Susu Fermentasi dan Yogurt

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

Chemistry In Our Daily Life

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

KENAMPAKAN ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN ASAM LAKTAT YOGHURT DENGAN STARTER KOMERSIAL YANG MENGGUNAKAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Berbagai inovasi dilakukan oleh para produsen untuk. memproduksi susu fermentasi yang sesuai dengan selera konsumen di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

Transkripsi:

KUALITAS SUSU PADA BERBAGAI PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN (The Quality of Milk and its Products on Several Processing and Storage) HETI RESNAWATI Balai Penelitian Ternak, Bogor ABSTRACT The development of dairy cows husbandry have changed the variation of milk production ability and quality of milk. Milk is an essential food for human. It contains many nutritional essentialities for human life, such as protein, fat, carbohydrate, mineral, vitamin and growth factors. Besides that, milk is also a medium for several microorganisms that change milk chemical composition during storage. Research has demonstrated that the bacterial growth on milk can be inhibited by processing and storage methods. Therefore, efforts to prolong storing period of milk product such us pasteurization, have been conducted by development of various milk products have also been done such as addition of green tea to yoghurt or making dali can maintain the nutritional quality of milk and increase the consumer s preference. Keywords: Milk, pasteurization, green tea, yoghurt, dali, quality ABSTRAK Perkembangan peternakan sapi perah yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan variasi kemampuan produksi dan kualitas susu. Susu adalah bahan pangan yang mengandung zat-zat nutrisi yang utama untuk kehidupan manusia, antara lain protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan faktorfaktor pertumbuhan. Selain itu susu merupakan medium untuk beberapa mikroorganisme yang dapat merubah komposisi kimia susu selama penyimpanan. Penelitian melaporkan bahwa pertumbuhan bakteri pada susu dapat dihambat dengan cara pengolahan dan penyimpanan yang tepat. Upaya untuk memperpanjang waktu simpan produk susu adalah dengan cara sterilisasi menggunakan pasteurisasi, penganekaragaman produk susu seperti penambahan teh hijau pada yoghurt dan pembuatan dali mampu mempertahankan kualitas susu dan meningkatkan daya kesukaan konsumen. Kata kunci: Susu, pasteurisasi, teh hijau, yoghurt, dali, kualitas PENDAHULUAN Peningkatan produksi susu nasional perlu diimbangi dengan pendayagunaannya secara optimal sehingga secara langsung dapat dikonsumsi oleh lingkungan masyarakat kota dan pedesaan. Sebagian besar produksi susu nasional dimanfaatkan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk diproduksi menjadi produk susu olahan. Produk susu olahan dengan cara modifikasi proses penambahan maupun pengurangan komposisi zat-zat nutrisi, penambahan flavor dan aroma. Hasil modifikasi tersebut umumnya lebih disukai konsumen dibandingkan dengan susu segar. Beberapa macam susu olahan antara lain whole milk, susu skim, fortified milk, concentrated milk, masing-masing mengandung zat-zat nutrisi yang berbeda-beda sesuai tujuan dan hasil produknya. Susu mempunyai sifat lebih mudah rusak dibandingkan dengan hasil ternak lainnya sehingga penanganan susu harus tepat dan cepat. Pengolahan susu secara sederhana merupakan salah satu penanganan lepas panen yang perlu dikembangkan karena untuk memperluas pemasaran susu sebagai usaha perbaikan gizi masyarakat disamping para peternak tidak terlalu tergantung pada Industri Pengolahan Susu. Penganekaragaman produk olahan susu sebagai salah satu upaya untuk mendapat nilai tambah produk susu. Produk susu olahan secara sederhana yang sudah dikembangkan diantaranya adalah susu 497

pasteurisasi, yoghurt dan dali. Tujuan tulisan ini untuk menginformasikan kualitas susu segar dan beberapa produk susu olahan dalam hal perbedaan proses pengolahan dan penyimpanannya. Susu segar Susu segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat (AAK, 1995). Susu merupakan bahan minuman yang sesuai untuk kebutuhan hewan dan manusia karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang. Selain sebagai sumber protein hewani, susu juga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Kriteria air susu sapi yang baik setidaktidaknya memenuhi hal-hal sebagai berikut (AAK, 1995): (i) bebas dari bakteri pathogen, (ii) bebas dari zat-zat yang berbahaya ataupun toksin seperti insektisida, (iii) tidak tercemar oleh debu dan kotoran, (iv) zat gizi yang tidak menyimpang dari codex air susu, dan (v) memiliki cita rasa normal. Zat-zat gizi yang terkandung dalam susu sapi segar, seperti terlihat pada Tabel 1. Jumlah kuman susu yang ditentukan dengan codex susu adalah 3 x 10 6 sel/ml. Jumlah bakteri dalam susu yang diproduksi dapat dihambat dengan penanganan susu yang baik. Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah higenitasnya dengan cara melindungi susu dari kontak langsung ataupun tidak langsung dengan sumber-sumber yang dapat mencemari air susu selama pemerahan, pengumpulan dan pengangkutan. Selain itu perlu penanganan yang tepat dalam proses pengolahan dan penyimpanan (EVERITT et al., 2002). Susu pasteurisasi Pasteurisasi merupakan salah satu usaha pengolahan susu dengan cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Usaha ini adalah proses pembasmian bakteri patogen yang mungkin masih terdapat dalam air susu. Susu pasteurisasi merupakan bentuk lain dari susu segar dan sebagai usaha untuk memperpanjang daya tahannya. Pasteurisasi susu perlu dilakukan untuk mencegah pemindahan penyakit dan mencegah kerusakan selama enzimatis (WARNER, 1976). Selama proses pasteurisasi, susu akan terus mengalami kontaminasi baik langsung maupun tidak langsung. Organisme dapat masuk pada saat pengemasan susu dengan daya virulensinya (ECKLES et al., 1960). Dilaporkan oleh UMIYASIH (1986) bahwa pembuatan susu pasteurisasi dapat dilakukan secara sederhana dengan memanaskan susu dalam kemasan plastik polyethylene (PE) dengan menggunakan dandang yang diisi air pada suhu 75 0 C. Pasteurisasi cara ini ternyata mampu menekan perkembangan jumlah bakteri hingga dapat mempertahankan kualitas sekaligus daya simpan susu sampai 8 hari dengan penyimpanan dalam lemari pendingin. Menurut SAUNDER (1973) dan SYARIEF (1989) pengemasan polietilen (PE) bersifat lentur, liat dan tahan robek, tahan air dan bahan kimia pada suhu kamar, sedangkan polypropilen (PP) tahan terhadap bahan kimia dan air. Lebih lanjut UMIYASIH dan WIJONO (1990) melaporkan bahwa sterilisasi sederhana mampu mempertahankan kualitas susu sampai 48 jam dengan penyimpanan pada suhu kamar. Lama pemanasan berpengaruh nyata terhadap kadar kasein dan angka keasaman. Semakin lama proses penyimpanan kadar kasein cenderung menurun, tapi angka keasaman cenderung meningkat seperti terlihat pada Tabel 2. FOSTER (1957) dan PEDERSON (1971) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya angka keasaman susu antara lain disebabkan oleh banyak sedikitnya asam laktat yang merupakan hasil penguraian laktosa oleh bakteri dan aktivitas enzim yang terdapat dalam susu. Pengemasan susu yang telah dipasteurisasi sebaiknya dilakukan dengan segera setelah suhu dingin dibawah 10 0 C tercapai, ditempatkan dalam wadah yang tertutup untuk menghindari kontaminasi dan pencemaran dari luar (TULL, 1987). Jumlah mikroba dalam susu segar sebagai bahan baku mempengaruhi kualitas susu pasteurisasi yang dihasilkan. Menurut ATHERTON dan NEWLANDER (19820, suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri susu adalah berkisar antara 10-38 0 C. Yoghurt Salah satu cara pengawetan susu adalah dengan mengasamkan melalui proses 498

fermentasi oleh bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus yang menghasilkan konsistensi menyerupai pudding (TAMIME dan ROBINSON, 1989). Yoghurt bermanfaat bagi orang yang tidak tahan terhadap gula susu (laktosa) yang dikenal sebagai penderita lactose intolerance karena selama proses pembuatan yoghurt, kadar gula susu diturunkan sampai seperempatnya. Yoghurt merupakan makanan yang bergizi sehingga dengan minum yoghurt dapat meningkatkan kesehatan. Selain itu, bakteribakteri yoghurt dapat menyelimuti dan membuat dinding usus menjadi asam. Kondisi ini menyebabkan mikroba patogen tidak dapat menyerang (HALFERICH dan WESTHOFF, 1980). Pada dasarnya dalam pembuatan yoghurt, susu yang akan difermentasikan perlu dipanaskan dulu untuk menurunkan populasi mikroba untuk memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan dan mengurangi airnya agar diperoleh yoghurt yang lebih padat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemanasan susu dilakukan sampai 85-90 0 C selama 10-15 menit atau 80-85 0 C selama 15-20 menit, kemudian didinginkan sampai 48 0 C, selanjutnya diinokulasi biakan (starter) sebanyak 2-3% dan diinkubasikan pada suhu 45 0 C sampai keasaman mencapai 0,85-0,90% asam laktat (DEWIPADMA, 1978). Komponen susu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan sebagai sumber energi dan karbon selama pertumbuhan biakan yoghurt dan proses selanjutnya menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam laktat akan meningkatkan keasaman susu. Kasein yang merupakan bagian terbanyak dalam susu mempunyai sifat sangat peka terhadap perubahan keasaman sehingga dengan menurunnya ph susu menyebabkan kasein tidak stabil dan terkoagulasi menjadi yoghurt (HAFERICH dan WESTHOFF, 1980). Kualitas yoghurt sangat dipengaruhi oleh jenis susu, starter dan suplemen yang digunakan dalam pembuatan yoghurt (ABRAHAM et al., 1993). Menurut ABUBAKAR et al. (2000), jenis susu yang baik untuk pembuatan yoghurt berdasarkan kualitasnya dan preferensi konsumen, berturut-turut adalah susu sapi, susu kambing, susu kental manis, susu krim dan susu skim. Sedangkan suhu penyimpanan yoghurt yang dianjurkan adalah 5 0 C. Teh hijau mengandung komponen nutrisi dan senyawa bioaktif catechin dan theoflavine yang bersifat antibakteri dan berperan membantu menjaga kadar normal lemak dalam darah (kolesterol) (YAMANISHI, 1995). Uji organoleptik (rasa, aroma, warna, homogenitas) terhadap yoghurt teh hijau berlemak 10% lebih disukai dibandingkan dengan yoghurt teh hijau skim. Sifat fisik dan kimiawi yoghurt teh hijau berlemak lebih baik dibandingkan teh hijau skim (KHUSMIATI et al., 2004). Keadaan ini diduga disebabkan oleh adanya perombakan protein dan lemak dalam proses fermentasi yoghurt teh hijau berlemak. Seperti dilaporkan ABRAHAM et al. (1993), bahwa selama proses fermentasi yoghurt terjadi perombakan senyawa nutrisi terutama protein dan lemak oleh adanya aktivitas L. Bulgaricus dan S. Thermophillus dalam starter yoghurt. Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik, kimiawi dan organoleptis yoghurt (NAKAZAWA dan HASONA, 1992). Kombinasi penggunaan bahan baku susu kedelai dan susu sapi pada pembuatan yoghurt, dilaporkan oleh ABUBAKAR dan SYAWALUDIN (2000), bahwa penambahan susu kedelai sebanyak 20% dari jumlah susu sapi yang akan dibuat yoghurt, paling disukai konsumen dan mempunyai karakteristik yoghurt yang optimal. Komposisi nutrisi dan uji organoleptik yoghurt dapat dilihat pada Tabel 3. Dali Dali merupakan produk olahan susu tradisional berbentuk gumpalan protein dengan tekstur lemak menyerupai tahu dibuat dari bahan baku susu kerbau. Pengolahan susu kerbau secara tradisional sudah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera Utara (disebut dali) dan di Nusa Tenggara Barat (disebut cologanti). ZULBARDI (2002) melaporkan mengenai pengolahan susu kerbau di Sumatera Barat, yang disebut dadih. Salah satu makanan spesifik terbuat dari susu kerbau. Susu kerbau dimasukkan ke dalam wadah tabung bambu, kemudian ditutup dengan daun pisang dan diikat. Juga dijelaskan bahwa usaha pembuatan dadih merupakan usaha utama dan termasuk industri rumah tangga yang perlu diperhitungkan keberadaan- 499

nya. Kandungan nutrisi dali (SIRAIT, 1991), dicantumkan pada Tabel 4. Produk olahan dali dari susu kerbau semakin sulit diperoleh dan harga yang relatif mahal. Produksi susu kerbau lebih sedikit daripada susu sapi, sementara hasil olahan dali belum diusahakan secara komersial, daya tahan simpan relatif singkat (SIRAIT, 1991). Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi susu dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, telah dilakukan beberapa penelitian mengenai penganekaragaman pengolahan susu tradisional. SIRAIT (1995), melaporkan bahwa susu sapi dapat juga digunakan untuk membuat dali karena nilai nutrisinya hampir sama dengan susu kerbau, disamping memang lebih disukai konsumen. Bahan penggumpal susu digunakan buah papaya dengan konsentrasi 0,4% yang ternyata lebih baik dibandingkan dengan menggunakan bahan penggumpal dari ekstrak buah nenas. Penambahan garam dan pengemasan dengan plastik propelin ataupun aluminium foil dapat memperpanjang daya simpan dali sampai tiga hari pada suhu kamar. Proses pengolahan susu kerbau menjadi dadih masih tradisional, belum memperhatikan faktor sanitasi dan higienis guna mendapat produk yang bermutu. Produk susu olahan yang sudah menggunakan teknologi maju dapat menghasilkan hasil yang bermutu, seperti yoghurt, keju, yakult dan lain-lain. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka proses pengolahan dan penyimpanan dali masih perlu terus dikaji supaya dapat memperluas jalur pemasaran. KESIMPULAN 1. Proses pengolahan secara sterilisasi sederhana dengan pasteurisasi dapat mempertahankan kualitas susu sampai 48 jam, dengan penyimpanan pada suhu kamar. Lama pemanasan, lama penyimpanan dan jenis pengemasan berpengaruh terhadap angka keasaman. 2. Proses fermentasi susu dengan bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus berpengaruh terhadap sifat fisik, kimiawi dan organoleptik yoghurt. Teh hijau yang ditambahkan pada yoghurt dapat meningkatkan daya kesukaan konsumen. 3. Dali yang merupakan produk olahan susu kerbau secara tradisional masih merupakan industri rumah tangga dan harganya relatif mahal. Susu sapi yang produksinya lebih tinggi dibandingkan susu kerbau dapat menjadi alternatif untuk membuat dali. Penambahan garam dan pengemasan dali dengan plastik propilen ataupun aluminium foil dapat memperpanjang daya simpan dali sampai tiga hari pada suhu kamar. 4. Penganekaragaman produk olahan susu secara komersial perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan peternak dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. DAFTAR PUSTAKA AAK. 1995. Petunjuk praktis beternak sapi perah. Cetakan ke 6 Penerbit Kanisius. Yogyakarta. ABRAHAM, A.G., G.L. DE ANTONI and M.C. ANON. 1993. Proteolitic activity of Lactobacillus bulgaricus grown in milk. J. Dairy Sci. 76:1498 1505. ABUBAKAR DAN M.L. NOOR. 1995. Pengaruh metode pasteurisasi dan pengemasan terhadap mutu susu selama penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Ciawi Bogor 25 26 Januari1995:315 321. ABUBAKAR, A. BUDI dan H. HARSONO. 2000. Pengaruh suhu dan macam susu terhadap mutu yoghurt selama penyimpan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor 18 19 Oktober 1999. p.755 760; ABUBAKAR dan M. SYAWALUDIN. 2000. Perbandingan persentase susu kedelai dan susu sapi terhadap karakteristik yoghurt. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor 18-19 Oktober 1999:443 450. ATHERTON, H.V. and J.A. NEWLANDER. 1982. Chemistry and testing of diary product. 4 th ed. AVI Publishing Company Inc. Connectucut. 500

DEWIPADMA, J.K. 1978. Pekerjaan laboratorium mikrobiologi pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. IPB, Bogor. EVERITT, B., T. EKMAN and M. GYLLENWARD. 2002. Monitoring milk qulity and adder health in Swedish AMS herds. Proc. of the 1 st North American Conference on Robotic Milking. p V 72. ECKLES, C.H.B., W. COMB and H. MACY. 1960. Milk and milk production. 5 th ed. McGraw Hill Book Co. New York. FOSTER. 1957. Dairy microbiology. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. HALFERICH, W. and WESTHOFF. 1980. All about yoghurt. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. KHUSMIATI, T., SUMIDJAH dan R. HANDAYANI. 2004. Pengaruh penambahan teh hijau terhadap sifat fisik dan kimiawi yoghurt. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor 4 5 Agustus 2004:262 267. NAKAZAWA, Y. and A. HASONA. 1992. Function of fermented milk. Elsevier Applied Science. London. SAUNDERS, K.J. 1973. Organic polymer chemistry. Chapman and Hall. London. SIRAIT, C.H. 1991. Evaluasi produk dali di daerah Porsea Sumatera Utara.. Prosiding Seminar Nasional Usaha Peningkatan Produktivitas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro, Semarang. SIRAIT, C.H. 1995. Uji organoleptik dali sapi dan dali kerbau dengan bahan penggumpal ekstrak nenas dan getah buah papaya. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Ciawi Bogor 25 26 Januari 1995:322 327. SIRAIT, C.H. dan H. SETIYANTO. 1995. Evaluasi mutu dadih di daerah produsen. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Ciawi Bogor 25 26 Oktober 1994:281 284. SYARIEF, R. 1989. Teknologi pengemasan pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor. TAMIME, A.Y. and R.K. ROBINSON. 1989. Yoghurt science and technology. Pergamon Press. Oxford New York. Paris. Beijing. Frankfurt. San Paolo. Sydney. Tokyo. Toronto. TULL, A. 1987. Food and nutrition. Oxford University Press. Pp 78 83. UMIYASIH, U., D.B. WIJONO dan SOEMARMI. 1986. Pengaruh pasteurisasi sederhana terhadap kualitas susu. Proc. Seminar Pemanfaatan Lahan Sempit untuk Meningkatkan Produksi peternakan. Nuffic Univ. Brawijaya. Malang. UMIYASIH, U. dan D.B. WIJONO. 1990. Pengaruh sterilisasi sederhana terhadap kualitas dan daya tahan susu. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati Vol.1(1):39 43. WARNER, J.N. 1976. Principle of dairy processing. Willey Eastern Limited. New York. YAMANISHI, T. 1995. Biochemistry on the chemical component in tea. Proc. of 95 International Tea Quality Human Health Symp. November 7 10: 31 37. Shanghai, China. ZULBARDI, M. 2002. Upaya peningkatan produksi susu kerbau bagi ketersediaan dan mempertahankan potensi dadih. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Ciawi Bogor, 30 September 1 Oktober 2002:186 189. Lampiran Tabel 1. Komposis zat-zat nutrisi susu sapi segar Komposisi nutrisi (Persentase) Air 87,7 Bahan kering 12,3 Bahan kering tanpa lemak 8,6 Lemak 3,4 Protein 3,2 Laktosa 4,6 Mineral 0,8 Lain-lain 0,4 Sumber: AAK (1995) 501

Tabel 2. Kualitas susu pasteurisasi berdasarkan lama pemanasan dan penyimpanan Kualitas susu Kasein (%) Lemak (%) Keasaman ( 0 D) Lama pemanasan (menit) 10 20 30 10 20 30 10 20 30 Sumber: UMIYASIH dan WIJONO (1990) Keterangan: 0 D = Derajat dornic Tabel 3. Komposisi nutrisi dan uji organoleptik yoghurt Uraian Komposisi nutrisi Asam laktat ( 0 D) ph Uji organoleptik Aroma Warna Tekstur Rasa Susu sapi 82,33 4,21 4,27 3,35 3,92 3,97 Jenis susu Susu kedelai 57,00 4,78 2,04 2,50 2,67 2,40 Sumber : ABUBAKAR dan SYAWALUDIN (2000) Keterangan : 0 D = Derajat dornic Lama penyimpanan (jam) 12 24 36 48 2,78 2,68 2,38 3,63 3,63 3,86 9,00 9,33 9,66 2,81 2,73 2,40 3,63 3,70 4,03 11,33 11,83 10,67 2,51 2,68 2,57 3,83 3,70 3,80 12,83 13,00 12,17 Tabel 4. Kandungan nutrisi dali Uraian Kadar air (%) Rendemen (%) Protein (%) Lemak (%) Sumber : SIRAIT (1991) 2,51 2,46 2,51 3,73 3,66 3,76 12,00 16,67 17,33 Kandungan nutrisi Susu kerbau 76,94 32,58 7,29 11,35 Rata-rata 2,65 2,63 2,46 3,70 3,67 3,86 11,29 12,70 12,45 Susu sapi 75,37 23,80 9,90 11,72 502