PERATURAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO NOMOR : 08 / TKPSDA / III / 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W I L A Y A H S U N G A I W E L A N G R E J O S O

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

DAFTAR ISI. Tata Cara dan Tata Tertib Persidangan 11 Tata Cara dan Tata Tertib Pengambilan Keputusan 17

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FF UI No. 01/MUSMA FF UI/V/2012

PERATURAN KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK NOMOR 1/PKPAP/2014 TENTANG TATA TERTIB RAPAT KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

TATA TERTIB MUSYAWARAH PROVISI DPD HIPKI (Himpunan Penyelenggara Pelatihan Dan Kursus Indonesia) PROVINSI LAMPUNG. Pasal 1 NAMA DAN STATUS

KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/DPM UI/I/2015

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

KETETAPAN FORUM MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA Nomor: 001/TAP/FORMA/IKMFKUI/III/2013.

TATA TERTIB MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2016 BAB I KETENTUAN UMUM

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk-produk Peraturan Perundangundangan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA (ASLI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 355/MEN/X/2009 TENTANG

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

Pasal 3 Kedudukan SU MPM REMA UPI merupakan forum tertinggi dalam REMA UPI.

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

K O M I S I I N F O R M A S I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN TATA TERTIB RAKERDA DPD AREBI JABAR 2016

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA AD/ART

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

AMANDEMEN PERTAMA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SIDANG SENAT MAHASISWA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Memperhatikan : Hasil Sidang Pleno Senat Akademik IPB, tanggal 23 Desember MEMUTUSKAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

No.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

TATA CARA PERSIDANGAN KOMISI PEMILIHAN RAYA 2014 INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1960 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN TATA-TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR.

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 10/SK/K01-SA/2009 TENTANG KETENTUAN & TATA KERJA SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BELAWAN - ULAR - PADANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA TERTIB MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) VI FULDKT 2013 BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN TATA TERTIB

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13.

WALIKOTA BANJARMASIN

III. MEKANISME KERJA KPU PROVINSI, KPU KABUPATEN/KOTA, PPK, PPS KPPS DAN PPDP

Transkripsi:

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO SEKRETARIAT : JL. MADUKORO BLOK AA-BB NO. 1 C Telp. (024) 7600245, Fax (024) 7603229, Email : jratun@yahoo.com PERATURAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO NOMOR : 08 / TKPSDA / III / 2015 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO PERIODE 2015-2019 KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Diktum Ketiga Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 610 / 2 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto, perlu menetapkan Peraturan Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto; Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950 Hal 86-92); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10);

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah ( Lembaran daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 6 Seri D Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 12); 7. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 33 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah ; 8. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 610 / 2 Tahun 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto Periode 2015-2019. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO PERIODE 2015-2019. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. 2. Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto yang selanjutnya disingkat TKPSDA WS Bodri Kuto adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai (WS) Bodri Kuto. 3. Anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto adalah yang selanjutnya disebut Anggota Tim Koordinasi terdiri dari unsur pemerintah dan unsur non-pemerintah yang keanggotaannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah. 4. Unsur-unsur pemerintah adalah wakil-wakil dari instansi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal, Batang, Temanggung dan Semarang. 5. Unsur-unsur non-pemerintah adalah wakil-wakil yang berasal dari kelompok organisasi pengguna dan pengusaha sumber daya air, serta lembaga masyarakat adat dan lembaga masyarakat pelestari lingkungan sumber daya air. 6. Peserta sidang adalah Anggota sidang dan Narasumber. 7. Anggota sidang adalah Anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto yang mengikuti sidang. 8. Narasumber adalah perseorangan bukan anggota Tim Koordinasi dan berasal dari unsur praktisi, pakar, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesi dan /atau perwakilan kelompok masyarakat yang berkompeten yang ditunjuk oleh Ketua atau Ketua Harian Tim Koordinasi untuk menyampaikan informasi tertentu didalam sidang. 9. Tim Kerja adalah tim yang dibentuk oleh Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto yang terdiri atas tenaga ahli / pakar / praktisi di bidang pengelolaan sumber daya air untuk membantu tugas Tim Koordinasi Wilayah Sungai Bodri Kuto dalam jangka waktu tertentu.

10. Panitia khusus adalah panitia yang dibentuk oleh Ketua / Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto berdasarkan keputusan Sidang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto, yang terdiri dari beberapa orang anggota Tim atau Pejabat yang ditunjuk mewakili anggota tim untuk melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu. 11. Tamu undangan adalah perseorangan bukan peserta sidang yang diundang oleh Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto. 12. Sidang adalah pertemuan yang dihadiri oleh Anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto atau yang mewakilinya. 13. Sekretariat Tim adalah sekretariat yang dibentuk oleh Ketua Harian Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bodri Kuto untuk memfasilitasi penyelenggaraan sidang. 14. Materi sidang adalah pokok bahasan sidang yang disiapkan oleh sekretariat Tim Koordinasi Sumber Daya Air WS Bodri Kuto berdasarkan naskah atau tulisan yang disusun oleh anggota Tim atau panitia khusus atau tim kerja atau narasumber dari gagasan, pemikiran, pengamatan, simpulan atau temuannya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud Peraturan ini memberikan pedoman anggota sidang dalam penyelenggaraan persidangan dan pengambilan keputusan TKPSDA WS Bodri Kuto. (2) Tujuan disusunnya Peraturan ini adalah terselenggaranya persidangan dan pengambilan keputusan TKPSDA WS Bodri Kuto secara tertib, efektif dan efisien. BAB III TATA TERTIB SIDANG Pasal 3 (1) Jenis sidang TKPSDA WS Bodri Kuto adalah: a. Sidang Pleno; b.sidang Luar Biasa. (2) Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan sidang yang dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja tahunan TKPSDA WS Bodri Kuto. (3) Sidang Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan sidang yang dilaksanakan di luar rencana kerja tahunan TKPSDA WS Bodri Kuto, apabila:. a. diminta oleh Gubernur Jawa Tengah; b. dikehendaki oleh Ketua TKPSDA WS Bodri Kuto atau Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto; c. diusulkan oleh Anggota dan disetujui oleh paling sedikit setengah jumlah Anggota ditambah 1 (satu) orang anggota.

Pasal 4 (1) Sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dipimpin oleh Ketua TKPSDA WS Bodri Kuto. (2) Dalam hal Ketua TKPSDA WS Bodri Kuto berhalangan, sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto. (3) Dalam hal Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto berhalangan, sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh salah seorang anggota Sidang yang ditunjuk oleh Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto. Pasal 5 (1) Sidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dilaksanakan berdasarkan agenda sidang. (2) Agenda sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun memperhatikan rencana kerja tahunan TKPSDA WS Bodri Kuto. Pasal 6 (1) Sidang dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) Sidang dilaksanakan pada hari kerja dengan waktu yang ditentukan oleh Ketua Harian kecuali Sidang Luar Biasa. Pasal 7 Materi sidang dan rencana agenda sidang disiapkan oleh Sekretariat TKPSDA WS Bodri Kuto dan disampaikan kepada anggota paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal pelaksanaan sidang. Pasal 8 (1) Setiap Anggota Sidang wajib menandatangani daftar hadir sebelum memasuki ruang sidang. (2) Apabila Anggota TKPSDA WS Bodri Kuto berhalangan hadir, dapat mewakilkan kepada pihak lain yang ditunjuk berdasarkan Surat Kuasa atau Surat Penugasan. (3) Wakil dari Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang tidak dapat menunjukkan Surat Kuasa atau Surat Penugasan tidak memiliki hak suara. Pasal 9 (1) Ketua TKPSDA WS Bodri Kuto / Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto dapat membentuk Panitia Khusus atas persetujuan anggota TKPSDA WS Bodri Kuto. (2) Sebelum melaksanakan Sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Ketua TKPSDA WS Bodri Kuto / Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto dapat mengundang untuk meminta penjelasan kepada Panitia Khusus, Tim Kerja dan / atau Narasumber. (3) Dalam pelaksanaan sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemimpin Sidang dapat meminta penjelasan kepada Panitia Khusus, Tim Kerja dan /atau Narasumber.

(4) Dalam memberikan penjelasan, Panitia Khusus dapat dibantu oleh Tim Kerja dan /atau Narasumber. (5) Sebelum menyampaikan penjelasan, Tim Kerja dan /atau Narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memperkenalkan identitasnya kepada peserta sidang. (6) Peserta Sidang dari unsur Undangan, Tim Kerja dan /atau Narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mempunyai suara dalam pengambilan keputusan TKPSDA WS Bodri Kuto. (7) Peserta Sidang dari unsur Undangan, Tim Kerja dan /atau Narasumber diperbolehkan berbicara dalam sidang atas persetujuan Pemimpin Sidang. Pasal 10 (1) Sidang dibuka oleh Pemimpin Sidang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (2) Sidang memenuhi kuorum apabila dihadiri oleh ½ (setengah) jumlah Anggota ditambah 1 (satu) orang Anggota. (3) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan, sidang belum mencapai kuorum, Pemimpin Sidang mengumumkan penundaan pembukaan sidang. (4) Penundaan pembukaan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama tiga puluh menit. (5) Apabila pada akhir waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum memenuhi kourum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemimpin Sidang dapat menyatakan sidang tetap dilanjutkan setelah mendengar saran dan pendapat anggota sidang dengan mempertimbangkan urgensi materi sidang dan kebutuhan yang mendesak. Pasal 11 (1) Pemimpin Sidang berhak berbicara selaku Pemimpin dalam sidang untuk menjelaskan hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan, pokok persoalan yang sedang dibicarakan, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan peserta sidang. (2) Apabila Pemimpin sidang hendak berbicara selaku Anggota sidang harus menyatakan terlebih dahulu bahwa substansi yang disampaikan merupakan haknya sebagai Anggota Sidang. Pasal 12 (1) Pemimpin Sidang menutup sidang setelah semua agenda sidang yang ditetapkan selesai dibicarakan. (2) Dalam hal terdapat agenda sidang yang belum terselesaikan, Pemimpin Sidang dapat menunda penyelesaian agenda sidang tersebut untuk dibicarakan dalam sidang berikutnya atau meneruskan penyelesaian agenda sidang tersebut atas persetujuan Anggota Sidang. (3) Pemimpin Sidang menyampaikan pokok-pokok keputusan dan /atau kesimpulan yang dihasilkan dalam sidang sebelum sidang ditutup. Pasal 13

(1) Pemimpin Sidang memimpin dan mengatur jalannya persidangan. (2) Dalam proses persidangan, Anggota Sidang diberikan hak berbicara dengan mohon waktu dan menyebutkan identitas diri. (3) Pemimpin Sidang dapat menentukan giliran dan lama waktu Anggota berbicara. (4) Pembicara dalam sidang tidak boleh diganggu selama menyampaikan pendapatnya. (5) Dalam hal Anggota Sidang berbicara melampaui batas waktu yang ditentukan, Pemimpin Sidang berhak memperingatkan pembicara untuk mengakhirinya. Pasal 14 (1) Pemimpin Sidang berhak memperingatkan pembicara, apabila: a. menggunakan kata-kata diluar batas kesopanan; b. melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban; c. melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau norma yang berlaku;dan d. menyampaikan materi diluar substansi pembicaraan. (2) Pemimpin Sidang berhak meminta pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menghentikan pembicaraannya dan /atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali pembicaraan. (3) Apabila pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi permintaan Pemimpin Sidang, pembicaraan yang telah diucapkan pembicara dianggap telah terhapus dan tidak dimuat dalam notulen. (4) Apabila pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi permintaan Pemimpin Sidang, Pemimpin Sidang berhak melarang pembicara tersebut meneruskan pembicaraannya. (5) Apabila larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak diindahkan, pimpinan sidang berhak meminta kepada pembicara untuk meninggalkan ruang sidang. Pasal 15 (1) Pemimpin Sidang dapat menunda sidang sementara paling lama 30 (tiga puluh) menit apabila Pemimpin Sidang berpendapat bahwa sidang tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5). (2) Dalam hal terjadi kekacauan dalam persidangan, Pemimpin Sidang dapat menutup sidang. Pasal 16 (1) Setiap Anggota Sidang dapat mengajukan interupsi dalam sidang. (2) Interupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal: a. meminta penjelasan tentang persoalan mengenai hal yang sedang dibicarakan; b. menjelaskan substansi pembicaraan menyangkut kepentingan yang diwakilinya; c. mengajukan usulan yang berhubungan dengan substansi pada materi yang sedang dibicarakan. (3) Interupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh setiap Anggota sidang setelah mendapatkan persetujuan dari Pemimpin Sidang.

(4) Pemimpin Sidang berhak memperingatkan dan menghentikan pembicaraan apabila interupsi yang disampaikan tidak ada hubungannya dengan substansi pembicaraan. Pasal 17 (1) Dalam setiap sidang, Sekretariat TKPSDA WS Bodri Kuto menyusun Laporan singkat yang ditanda tangani oleh Pemimpin Sidang dan segera dibagikan kepada seluruh anggota sidang serta pihak lain yang berkepentingan. (2) Laporan singkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat simpulan dan keputusan sidang Pasal 18 (1) Dalam setiap sidang wajib dibuat risalah sidang oleh Sekretariat TKPSDA WS Bodri Kuto dan ditanda tangani oleh Pemimpin Sidang. (2) Risalah sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi catatan yang memuat pokokpokok pembicaraan, simpulan dan keputusan yang dihasilkan dalam sidang serta dilengkapi dengan informasi mengenai: a. jenis sidang; b. hari dan tanggal sidang; c. tempat sidang; d. acara sidang; e. waktu pembukaan dan penutupan sidang; f. pimpinan sidang; g. jumlah dan nama anggota sidang yang menandatangani daftar hadir; h. jumlah anggota dalam undangan; i. notulen dan /atau rekaman pembicaraan. (3) Risalah sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan di Sekretariat TKPSDA WS Bodri Kuto. BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 19 (1) Pengambilan keputusan dalam sidang, didasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. (2) Apabila pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, maka pengambilan keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. (3) Keputusan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku mengikat semua Anggota. Pasal 20 (1) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah Anggota sidang menyetujui atau menyepakati hasil sidang yang telah dimusyawarahkan. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemimpin Sidang menyampaikan Rancangan Keputusan Sidang yang mencerminkan pendapat dan saran dari Anggota Sidang.

Pasal 21 (1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak dalam sidang diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak tercapai. (2) Keputusan berdasarkan suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui pemungutan suara secara terbuka. Pasal 22 (1) Keputusan berdasarkan pemungutan suara terbanyak dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah Anggota Sidang yang hadir. (2) Apabila hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dilakukan pemungutan ulang yang pelaksanaannya ditangguhkan dengan tenggang waktu tidak lebih dari 1 (satu) jam. (3) Hasil pemungutan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dinyatakan sah dan mengikat sebagai keputusan berdasarkan suara terbanyak. (4) Anggota Sidang yang meninggalkan sidang (walk out) tidak mempengaruhi sahnya keputusan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Ketua Harian TKPSDA WS Bodri Kuto. (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Semarang pada tanggal: 31 Maret 2015 KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO URIP SIHABUDIN