PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1"

Transkripsi

1 PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Tata Tertib ini yang dimaksud dengan: 1. Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang selanjutnya disebut SM KM UGM adalah lembaga legislatif yang berasal dari unsur Partai mahasiswa dan Perwakilan fakultas. 2. Anggota SM KM UGM, yang selanjutnya disebut Anggota, adalah wakil mahasiswa UGM yang telah ditentukan dan/atau ditetapkan sesuai perundangan-undangan KM UGM dan dalam melaksanakan tugasnya akan sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan mahasiswa UGM. 3. Alat kelengkapan adalah perangkat SM KM UGM dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya. 4. Fraksi adalah pengelompokan Anggota SM KM UGM berdasarkan konfigurasi unsur Partai Mahasiswa KM UGM dan Perwakilan fakultas. 5. Komisi adalah pengelompokkan bidang kerja SM KM UGM guna memenuhi seluruh fungsi legislasi, pengawasan, dan aspirasi. 6. Pimpinan SM KM UGM adalah alat kelengkapan SM KM UGM dan merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil ketua. 7. Kolektif dan kolegial sifat persamaan prinsip yang disepakati oleh semua anggota dalam pengambilan keputusan. 8. Pimpinan Sementara adalah anggota senat yang berasal dari partai mahasiswa yang memperoleh suara terbanyak pada pemilwa dan wakil pimpinan sementara berasal dari senat perwakilan fakultas/vokasi dengan presentase suara pemilih tertinggi pada pemilwa 9. Rapat dengar pendapat dengan mahasiswa adalah rapat yang diadakan untuk menggali aspirasi, melakukan sosialisasi kebijakan dan program kerja SM KM UGM secara langsung, yang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode. 10. Rapat dengan Presiden Mahasiswa adalah rapat yang diadakan untuk mendengar Laporan Perkembangan Kerja Presiden Mahasiswa dan membahas hal-hal lain yang diperlukan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam dua bulan.

2 11. Rapat Paripurna adalah rapat yang diadakan untuk membahas dan mengesahkan Undang- Undang antara SM KM UGM dan Presiden Mahasiswa. 12. Rapat Pleno SM KM UGM adalah rapat untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang SM KM UGM. 13. Rapat gabungan komisi adalah rapat bersama yang diadakan oleh lebih dari satu komisi, dihadiri oleh anggota-anggota komisi yang bersangkutan dan dipimpin oleh Pimpinan Rapat Gabungan Komisi. 14. Rapat komisi adalah rapat yang dipimpin oleh ketua komisi untuk membahas permasalahan yang terkait dengan tugas dan wewenang komisi tersebut. 15. Rapat Panitia Kerja adalah rapat anggota Panitia Kerja yang dipimpin oleh Ketua Panitia Kerja. 16. Rapat terbuka adalah rapat yang selain dihadiri oleh Anggota, juga dapat dihadiri oleh bukan Anggota, baik yang diundang maupun yang tidak diundang. 17. Rapat tertutup adalah rapat yang boleh dihadiri oleh Anggota rapat dan pihak diundang. 18. Risalah adalah catatan yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan dalam rapat serta dilengkapi dengan catatan tentang : a. jenis dan sifat rapat; b. hari dan tanggal rapat; c. tempat rapat; d. acara rapat; e. waktu pembukaan dan penutupan rapat; f. ketua dan sekretaris rapat; g. jumlah dan nama Anggota yang menandatangani daftar hadir; dan h. undangan dan peninjau yang hadir. 17. Catatan Rapat adalah catatan yang memuat pokok pembicaraan dalam rapat. 1. Laporan Singkat adalah laporan yang memuat kesimpulan dan/atau putusan rapat. 2. Undangan adalah peserta yang bukan Anggota, yang hadir dalam rapat atas undangan Pimpinan SM KM UGM. 3. Peninjau adalah peserta yang hadir dalam rapat tanpa undangan Pimpinan SM KM UGM dengan sepengetahuan dari Pimpinan SM KM UGM. 4. Pengambilan keputusan adalah proses penyelesaian akhir suatu masalah yang dibicarakan dalam setiap jenis rapat SM KM UGM. 5. Peninjauan Kembali yang selanjutnya disebut dengan PK adalah upaya istimewa untuk meninjau kembali hasil pembahasan sebelum diambil keputusan akhir dalam rapat SM KM UGM

3 BAB II KEDUDUKAN, SUSUNAN, FUNGSI, TUGAS, DAN WEWENANG Pasal 2 Kedudukan SM KM UGM merupakan lembaga perwakilan mahasiswa yang berkedudukan sebagai pengurus organisasi KM UGM, sebagaimana dimaksud dalam Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun Pasal 3 Susunan 1. SM KM UGM terdiri atas anggota partai mahasiswa dan anggota dari perwakilan fakultas yang dipilih melalui Pemilu Mahasiswa. 2. SM KM UGM terdiri atas : a. Perwakilan partai mahasiswa yang berjumlah 24 orang yang dipilih melalui Pemilu Mahasiswa; dan b. Perwakilan Fakultas yang berjumlah 19 orang terdiri dari unsur perorangan yang dipilih melalui Pemilu Mahasiswa. 3. SM KM UGM terdiri atas : a. Fraksi; b. Kelengkapan SM KM UGM yang meliputi : a) Pimpinan SM KM UGM b) Sekretaris Senat c) Bendahara Senat c) Komisi d) Staf Ahli e) Panitia Kerja f) Badan Kehormatan Pasal 4 Fungsi SM KM UGM memiliki fungsi legislasi, fungsi aspirasi, dan fungsi pengawasan. Pasal 5 Tugas dan Wewenang SM KM UGM melaksanakan tugasnya berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KM UGM, Ketetapan Kongres KM UGM, dan Undang-Undang KM UGM. Pasal 6

4 1. SM KM UGM mempunyai tugas : a. Secara umum mengawasi pelaksanaan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) oleh BEM KM UGM; b. Secara khusus mengawasi jalannya kepengurusan organisasi yang dipimpin oleh Presiden Mahasiswa dan tidak menjadi panitia dalam seluruh kegiatan di bawah koordinasi Presiden Mahasiswa; c. Menghimpun dan merumuskan aspirasi mahasiswa UGM untuk diteruskan kepada Presiden Mahasiswa; d. Menyosialisasikan kebijakan dan program-program kerja SM KM UGM kepada mahasiswa; e. Bersama Presiden Mahasiswa membuat Undang-undang sebagai aturan yang lebih detail daripada AD/ART sesuai dengan kebutuhan; f. Mendengar dan memberikan tanggapan terhadap Laporan Pertanggungjawaban Presiden Mahasiswa selama satu periode dalam Kongres KM UGM; g. Menyampaikan Laporan Pelaksanaan Tugasnya dalam Kongres KM UGM; dan h. Menyosialisasikan perkembangan kerja KM UGM sekurangkurangnya satu kali pada tengah kepengurusan kepada mahasiswa dalam bentuk laporan publik. 2. SM KM UGM mempunyai wewenang: a. Jika dalam penilaian SM KM UGM, Presiden Mahasiswa tidak melaksanakan tugasnya dan atau melanggar AD/ART, maka SM KM UGM dapat melakukan rapat untuk mengeluarkan memorandum I dengan kesepakatan 2/3 jumlah anggota SM KM UGM dan jika dalam batas waktu 2 minggu Presiden Mahasiswa masih melakukan kesalahan maka SM KM UGM dapat melakukan rapat untuk mengeluarkan memorandum II dengan kesepakatan 50 % + 1 jumlah anggota SM KM UGM. Jika dalam batas waktu 2 minggu setelah batas waktu tersebut Presiden Mahasiswa tidak memperbaikinya, maka SM KM UGM dapat mengajukan usulan diadakannya Kongres Istimewa; b. Apabila dianggap darurat, Kongres Istimewa dapat diadakan atas usulan 2/3 jumlah anggota SM KM UGM sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam AD/ART KM UGM; c. Mewakili KM UGM yang berhubungan dengan lembaga legislatif mahasiswa; d. Membuat Rancangan Perubahan AD/ART KM UGM jika diperlukan; e. Mengusulkan penggantian senat partai mahasiswa dan senat perwakilan fakultas/sekolah vokasi berdasarkan mekanisme dalam pasal 9; f. Dapat mengeluarkan pernyataan sikap terkait dengan kondisi internal maupun eksternal KM UGM di lingkup UGM dan di luar UGM; dan g. Mengajukan pertanyaan, meminta keterangan dan memberikan pertimbangan kepada Presiden Mahasiswa menyangkut sikap organisasi yang diambil terhadap persoalanpersoalan yang ada dalam kehidupan kampus, bangsa, dan negara. 3. SM KM UGM, dalam kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya dapat meminta menteri BEM KM UGM, staf kementrian BEM KM UGM, atau mahasiswa UGM untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan mahasiswa UGM.

5 BAB III KEANGGOTAAN Pasal 7 1. Keanggotaan SM KM UGM ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan KM UGM. 2. Anggota harus memenuhi persyaratan keanggotaan SM KM UGM, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang KM UGM. 3. Keanggotaan SM KM UGM yang dipilih melalui PEMILU MAHASISWA, dilantik oleh Kongres KM UGM dengan ketetapan kongres KM UGM. 4. Anggota SM KM UGM sebelum mengampu jabatannya mengucapkan sumpah secara bersama-sama yang dipandu oleh pimpinan sidang dalam kongres KM UGM 5. Anggota yang berhalangan mengucapkan sumpah bersama-sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) akan mengucapkan sumpah yang dipandu oleh pimpinan SM KM UGM dalam sidang SM KM UGM Pasal 8 1. Masa Keanggotaan SM KM UGM adalah satu periode kepengurusan sebagaimana yang diatur AD/ART KM UGM. 2. Setiap Anggota masuk ke dalam komisi. 3. Pimpinan, Sekretaris, dan Bendahara tidak masuk ke dalam komisi. 4. Setiap anggota, sebagaimana maksud ayat 2, dapat merangkap sebagai alat kelengkapan SM KM UGM. Pasal 9 1. Anggota berhenti antar waktu karena : a. Meninggal dunia; b. Diusulkan oleh Badan Kehormatan SM KM UGM berdasarkan kesepakatan BK SM KM UGM 2. Anggota yang diusulkan oleh BK SM KM UGM untuk diberhentikan antarwaktu karena : a. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota; b. Tidak lagi memenuhi persyaratan kenggotaan SM KM UGM berdasarkan AD/ART KM UGM dan Undang-Undang tentang Pemilu Mahasiswa; c. Melanggar Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada; d. Melanggar Tata Tertib SM KM UGM dan telah mendapat Surat Peringatan sebanyak 3 kali; e. Mengundurkan diri secara tertulis serta memberikan alasan yang rasional dan menguatkan

6 3. Pemberhentian Anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung disampaikan dan disahkan secara tertulis oleh Pimpinan SM KM UGM. 4. Pemberhentian Anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), dibahas dan disahkan melalui rapat pleno SM KM UGM. 5. Apabila rapat pleno menyetujui anggota senat unsur partai mahasiswa untuk diberhentikan antar waktu maka pimpinan senat km ugm mengirimkan surat kepada ketua partai mahasiswa untuk mengganti senat unsur partai mahasiswa tersebut dari daftar calon senat pemilu mahasiswa 6. Apabila calon senat pemilu mahasiswa sebagaimana yang dimaksud ayat (5) tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan alasan tertentu maka partai mahasiswa dapat mengusulkan anggota terbaiknya dengan sebelumnya melakukan publikasi berkaitan alasan ketidaksanggupan calon tersebut kepada publik 7. Apabila rapat pleno menyetujui anggota senat unsur perwakilan fakultas/sekolah vokasi untuk diberhentikan antar waktu maka pimpinan senat km ugm mengirimkan surat kepada calon senat perwakilan fakultas/sekolah vokasi yang memperoleh suara terbanyak berikutnya pada pemilu mahasiswa 8. Apabila calon senat perwakilan fakultas/sekolah vokasi yang memperoleh suara terbanyak berikutnya pada pemilu mahasiswa sebagaimana yang dimaksud ayat (7) tidak dapat memenuhi kewajibannya dengan alasan tertentu maka pimpinan senat km ugm mengirimkan surat kepada lembaga eksekutif dan/atau legislatif tingkat fakultas/sekolah vokasi untuk mengganti senat unsur perwakilan fakultas /sekolah vokasi 9. Surat pemberhentian antar waktu SM KM UGM diterima oleh pimpinan paling lambat 1 x 12 jam sebelum rapat terdekat dimulai. 10. Anggota yang telah diberhentikan antar waktu tidak dapat kembali menjadi anggota SM KM UGM dalam satu periode kepengurusan. 9. Adanya anggota yang berhenti antar waktu, diumumkan dalam rapat SM KM UGM terdekat. BAB IV HAK SM KM UGM DAN HAK ANGGOTA Pasal 10 Hak SM KM UGM SM KM UGM dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai hak : 1. Mengajukan RUU dan/atau perubahan atas RUU; 2. Menyatakan pendapat; 3. Interpelasi; 4. Angket; 5. Menghadirkan seseorang untuk dimintai keterangan; 6. Bertanya; dan

7 7. Budgeting Pasal 11 Hak Anggota Anggota mempunyai hak : a. Mengajukan usul atas RUU; b. Mengajukan pertanyaan; c. Mengajukan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih; e. Membela diri ; dan f. Mengundurkan diri BAB V FRAKSI Pasal 12 Kedudukan 1. Fraksi sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat 3 huruf a, merupakan bagian dari SM KM UGM namun bukan merupakan alat kelengkapan SM KM UGM 2. Fraksi bersifat mandiri, dan dibentuk dalam rangka optimalisasi dan keefektifan pelaksanaan fungsi, tugas, wewenang, dan hak SM KM UGM. Pasal 13 Susunan Fraksi mempunyai jumlah anggota minimal 7 orang dan maksimal 8 orang. Pasal Fraksi dibentuk oleh salah satu unsure atau lebih dari satu unsur yang terdapat di dalam SM KM UGM. 2. Setiap Anggota harus menjadi anggota salah satu Fraksi. 3. Ketua Fraksi ditetapkan oleh Fraksinya masing-masing. Pasal 15 Tugas dan Fungsi Fraksi bertugas meningkatkan kemampuan, disiplin, keefektifan, dan efisiensi kerja anggotanya dalam melaksanakan tugas-tugas SM KM UGM.

8 BAB VI Pimpinan SM KM UGM Pasal 16 Susunan dan Kedudukan 1. Pimpinan SM KM UGM adalah kelengkapan SM KM UGM. 2. SM KM UGM dipimpin oleh 3 (tiga) orang pimpinan. 3. Pimpinan SM KM UGM terdiri dari tiga orang yang dipilih dan berasal dari unsur Partai Mahasiwa dan/atau Perwakilan fakultas. 4. Pimpinan SM KM UGM didampingi oleh 1 (satu) orang Sekretaris dan Bendahara Senat yang ditunjuk langsung oleh Pimpinan dan bertanggungjawab kepada seluruh anggota. 5. Masa jabatan Pimpinan SM KM UGM sama dengan masa keanggotaan SM KM UGM. Pasal Pimpinan SM KM UGM berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena : a. Meninggal dunia; b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; c. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Pimpinan SM KM UGM; d. Ditarik keanggotaannya dari senat KM UGM sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 9. e. Melanggar AD/ART KM UGM; f. Melanggar Tata Tertib SM KM UGM dan telah mendapat Surat Peringatan sebanyak 3 kali; dan e. Keputusan bersama rapat SM KM UGM. 2. Dalam hal salah seorang Pimpinan SM KM UGM diberhentikan dari jabatannya, Anggota mengadakan musyawarah untuk menentukan Pimpinan SM KM UGM yang baru. Pasal 18 Tugas 1. Tugas Pimpinan SM KM UGM meliputi : a. Memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil putusan; b. Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antar Pimpinan; c. Mengadakan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas komisi di SM KM UGM; d. Menjadi juru bicara SM KM UGM; dan e. Melaksanakan dan menyosialisasikan putusan SM KM UGM. 2. Pimpinan SM KM UGM bertanggungjawab kepada SM KM UGM dalam melaksanakan tugasnya. 3. Pimpinan SM KM UGM dalam melaksanakan tugasnya dapat : a. Mengadakan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas Komisi;

9 b. Mengadakan konsultasi dengan Ketua Fraksi apabila dipandang perlu; dan c. Menghadiri rapat alat kelengkapan SM KM UGM yang lain apabila dipandang perlu. Pasal 19 Pimpinan Sementara SM KM UGM 1. Selama Pimpinan SM KM UGM yang baru belum terpilih, SM KM UGM untuk sementara waktu dipimpin oleh Pimpinan Sementara dan dibantu oleh satu orang wakil Pimpinan Sementara SM KM UGM. 2. Pimpinan sementara berasal dari partai mahasiswa yang memperoleh suara terbanyak pada pemilwa dan wakil pimpinan sementara berasal dari senat perwakilan fakultas/vokasi dengan presentase suara pemilih tertinggi pada pemilwa. Pasal 20 Tata Cara Pemilihan Pimpinan SM KM UGM 1. Pimpinan SM KM UGM dipilih dari dan oleh Anggota. 2. Calon Pimpinan SM KM UGM diusulkan kepada PJS SM KM UGM secara tertulis atau lisan. 3. Inventarisasi nama-nama calon Pimpinan SM KM UGM yang diusulkan lalu dikerucutkan menjadi 5 (lima) nama melalui mekanisme forum. 4. Jika telah terdapat 5 (lima) nama calon, selanjutnya diserahkan kapada mekanisme forum untuk mendapatkan tiga orang pimpinan SM KM UGM. Pasal 21 Pimpinan Sementara SM KM UGM menyerahkan tanggung jawab kepada Pimpinan SM KM UGM terpilih yang telah ditetapkan pada rapat SM KM UGM dengan surat keputusan SM KM UGM. BAB VII SEKRETARIS SENAT dan BENDAHARA SENAT Pasal 22 Kedudukan 1. Sekretaris senat dan Bendahara senat adalah alat kelengkapan SM KM UGM.

10 2. Sekretaris senat dan Bendahara senat berada di bawah koordinasi langsung pimpinan SM KM UGM dan bertanggung jawab kepada seluruh anggota SM KM UGM. 3. Masa jabatan Sekretaris senat dan Bendahara senat sama dengan masa keanggotaan SM KM UGM. 4. Sekretaris Senat dan Bendahara senat diangkat oleh Pimpinan SM KM UGM dari unsur non Partai Mahasiswa dan bukan anggota SM KM UGM. Pasal Sekretaris senat dan Bendahara senat SM KM UGM berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena: 1. Meninggal dunia; 1. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; 2. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Sekretaris Senat SM KM UGM; 3. Ditarik menjadi anggota Partai Mahasiswa; 4. Melanggar Tata Tertib SM KM UGM dan telah mendapat Surat Peringatan sebanyak 3 kali; dan 5. Keputusan bersama rapat SM KM UGM. 6. Apabila seorang Sekretaris Senat berhenti atau diberhentikan dari jabatannya, Sekretaris Senat yang baru dipilih oleh Pimpinan SM KM UGM. 1. Tugas Sekretaris Senat meliputi: Pasal 24 Tugas 1. Menjalankan fungsi kesekretariatan dan administratif SM KM UGM; dan 2. Hal-hal yang berhubungan dengan kesekretariatan dan administrasi selanjutnya diatur oleh Sekretaris Senat. 3. Hal-hal yang berhubungan dengan kesekretariatan dan administrasi komisi selanjutnya diatur oleh Sekretaris Senat bersama sekretaris komisi. 4. Mengatur keuangan SM KM UGM. 5. Segala keputusan yang akan diambil oleh Sekretaris Senat harus disetujui oleh Pimpinan SM KM UGM dan disampaikan pada SM KM UGM. 2. Tugas Bendahara senat meliputi : 1. Menjalankan fungsi administrasi keuangan SM KM UGM. 2. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran anggaran setiap bulannya.

11 BAB VIII KOMISI Pasal 25 Kedudukan Komisi dibentuk oleh SM KM UGM dan bersifat tetap. Pasal 26 Susunan 1. Komisi di dalam SM KM UGM terdiri dari: a. Komisi I yaitu komisi hukum dan perundang-undangan; b. Komisi II yaitu komisi jaringan dan media; c. Komisi III yaitu komisi aspirasi dan riset; dan d. Komisi IV yaitu komisi pengawasan 2. Setiap Anggota harus menjadi anggota salah satu komisi kecuali Pimpinan dan Sekretaris SM KM UGM. 3. Setiap komisi memiliki Ketua dan Sekretaris Komisi. Pasal SM KM UGM menetapkan keanggotaan komisi menurut perimbangan dan pemerataan jumlah Anggota pada permulaan masa keanggotaan SM KM UGM. 2. Setiap Anggota dapat menghadiri Rapat Komisi/ Panitia tertutup yang bukan Komisi Panitia nya dengan terlebih dahulu meminta ijin kepada Ketua Rapat. Pasal 28 Ketua Komisi dan Sekretaris Komisi 1. Ketua Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi setelah penetapan susunan dan keanggotaan Komisi. 2. Sekretaris komisi diangkat oleh ketua komisi dari anggota komisi tersebut. 3. Apabila ketua komisi berhalangan dalam menjalankan tugasnya, dapat memberikan mandat kepada salah satu anggota komisi dengan persetujuan seluruh anggota komisi. 4. Penggantian Ketua dan sekretaris komisi dapat dilakukan apabila Ketua dan sekretaris Komisi berhalangan tetap atau tidak menjalankan fungsinya sesuai dengan pertimbangan seluruh anggota komisi. 1. Tugas-tugas umum setiap komisi: Pasal 29 Tugas

12 a. Dapat memberikan rekomendasi materi-materi yang akan diatur dalam undang-undang KM UGM; b. Mengampu fungsi aspirasi, pengawasan, dan legislasi sesuai komisinya masing-masing; c. Mengkritisi dan memberikan masukan konstruktif terhadap kebijakan-kebijakan internal maupun eksternal yang diambil oleh BEM KM UGM; d. Membuat inventarisasi masalah, baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan, untuk dapat diperguanakn sebagai bahan oleh Komisi pada masa keanggotaan berikutnya pada akhir masa keanggotaan SM KM UGM ; dan e. Mewadahi aspirasi, koordinasi, dan komunikasi antar mahasiswa Universitas Gadjah Mada maupun dengan mahasiswa nasional dan internasional, serta masyarakat pada umumnya. 2. Tugas-tugas khusus : a. Komisi I: 1. Menjalankan fungsi legislasi, meliputi persiapan, pembahasan, dan penyempurnaan Rancangan Undang-undang yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. 2. Membuat Proleg (Program legislatif) KM UGM 3. membuat produk hukum sesuai dengan AD/ART KM UGM 4. menindaklanjuti aspirasi berkaitan dengan rancangan produk hukum 5. melakukan perbaikan produk hukum lembaga legislatif tingkat universitas b. Komisi II: a) Membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara KM UGM dengan lembaga-lembaga mahasiswa fakultas-fakultas di UGM, unit kegiatan mahasiswa UGM, badan legislatif universitas lain dan organisasi di luar kampus baik secara bilateral dan multilateral; b) Melakukan pengelolaan media untuk menekan pihak yang berwenang yaitu pihak BEM KM UGM dan/atau rektorat UGM agar menindaklanjuti aspirasi yang timbul dari mahasiswa UGM. c) Membentuk dan mendampingi Forum Komunikasi Lembaga Legislatif Mahasiswa UGM. c. Komisi III: a) Menghimpun aspirasi yang timbul dari mahasiswa UGM dan menghimpun data dan informasi dari pihak rektorat terkait dengan kebijakan atau perkembangan yang berhubungan dengan kepentingan mahasiswa untuk dijadikan pusat data dan informasi; b) Membawa dan menindaklanjuti aspirasi yang timbul dari mahasiswa UGM dengan meneruskan hasil analisa dari data dan/atau informasi yang diterimanya kepada pihak yang berwenang yaitu pihak BEM KM UGM dan/atau rektorat UGM; dan c) Melakukan riset atau kajian sebagai bentuk tindak lanjut aspirasi yang telah ditampung. d. Komisi IV: a) Mengawasi AD/ART KM UGM beserta implementasinya; b) Mengawasi kebijakan BEM KM UGM beserta implementasinya; c) Mengawasi anggaran pendapatan dan belanja BEM KM UGM dan melakukan penyelidikan jika diperlukan; d) Mengawasi peraturan pelaksanaan BEM KM UGM yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; dan e) Mengawasi kinerja dan dinamika di BEM KM UGM. 3. Komisi dalam melaksanakan tugasnya dapat : a. Mengadakan Rapat Kerja dengan Presiden Mahasiswa, yang dapat diwakili oleh Menteri; b. Mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan mahasiswa UGM secara langsung; c. Membentuk Panitia Kerja;

13 d. Mengadakan Rapat Gabungan Komisi; dan e. Mengadakan kunjungan kerja dan/atau studi banding. BAB IX PANITIA KERJA Pasal 30 Kedudukan 1. SM KM UGM dapat membentuk Panitia Kerja berdasarkan kesepakatan Anggota di dalam rapat SM KM UGM dan disahkan melalui surat keputusan Pimpinan SM KM UGM. 2. Panitia Kerja dibubarkan di dalam rapat SM KM UGM setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai, dan disahkan melalui surat keputusan SM KM UGM. 3. Panitia Kerja bertanggung jawab kepada SM KM UGM. 4. Panitia Kerja dengan Kegiatan Khusus yang disingkat Pansus selambat-lambatnya 60 hari sebelum pelaksanaan kegiatan. 5. Kegiatan khusus sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4 adalah kegiatan Pemilwa, PPSMB, dan Kongres KM UGM. Pasal 31 Susunan Susunan keanggotaan Panitia Kerja ditetapkan Anggota di dalam rapat SM KM UGM dengan sedapat mungkin didasarkan pada perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi dan dapat juga menyertakan orang-orang di luar SM KM UGM yang menguasai bidang/permasalahan yang sedang dikaji oleh Panitia Kerja. Pasal 32 Panitia Kerja dipimpin oleh salah seorang Anggota yang berada di dalam Panitia Kerja dengan Surat Keputusan (SK) SM KM UGM. Pasal 33 Tugas dan Wewenang 1. Panitia Kerja bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam rapat SM KM UGM. 2. Tata cara kerja, hak, dan kewajiban Panitia Kerja ditetapkan di dalam rapat SM KM UGM atau peraturan pelaksana SM KM UGM. 3. Tindak lanjut hasil kerja Panitia Kerja disepakati oleh Anggota untuk selanjutnya ditetapkan oleh Pimpinan SM KM UGM di dalam rapat SM KM UGM.

14 BAB X STAF AHLI Pasal 34 Dalam menjalankan tugasnya, komisi dapat dibantu oleh Staf Ahli yang diatur dalam Ketetapan SM KM UGM. BAB XI BADAN KEHORMATAN Pasal Badan Kehormatan dibentuk oleh SM KM UGM dan merupakan alat kelengkapan SM KM UGM yang bersifat tetap dan netral. 2. Keanggotaan Badan Kehormatan terdiri atas anggota dari tiap-tiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota. 3. Badan kehormatan bertugas menjaga kedisiplinan anggota SM KM UGM dalam melaksanakan tata tertib dan tugas lainnya. 4. Badan kehormatan bertugas melakukan penyelidikan, verifikasi, dan menindaklanjuti terhadap pengaduan atas peristiwa yang diduga dilakukan oleh anggota SM KM UGM sebagai suatu pelanggaran. 5. Segala keputusan yang akan diambil oleh badan kehormatan, wajib disetujui oleh Pimpinan SM KM UGM dan disampaikan pada rapat SM KM UGM. BAB XII RAPAT SM KM UGM Pasal 36 Jenis Rapat Jenis Rapat SM KM UGM adalah: 1. Rapat dengar pendapat dengan mahasiswa; 2. Rapat SM KM UGM dengan Presiden Mahasiswa; 3. Rapat Paripurna; 4. Rapat Pleno SM KM UGM; 5. Rapat SM KM UGM dengan Kementrian di BEM; 6. Rapat gabungan komisi; 7. Rapat Komisi; dan

15 8. Rapat Panitia Kerja. Pasal 37 Rapat Paripurna Apabila Presiden Mahasiswa berhalangan hadir, maka Presiden Mahasiswa wajib mendelegasikan Menteri BEM KM UGM disertai surat delegasi tertulis yang menyatakan kesediaan atas suara dan persetujuan delegasi tersebut. Pasal 38 Rapat SM KM UGM dengan Kementrian BEM Rapat SM KM UGM dengan kementrian di BEM merupakan rapat dengar pendapat oleh anggota SM KM UGM dengan Kementrian di BEM yang terkait dalam rangka meminta penjelasan tentang perencanaan dan realisasi program kerja yang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam dua bulan dan diusulkan oleh pimpinan dan/atau anggota SM KM UGM. Pasal 39 Rapat Gabungan Komisi Pembagian tugas Anggota Gabungan Komisi diatur berdasarkan tugas Gabungan Komisi. Pasal 40 Sifat Rapat 1. Rapat berikut pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali rapat tersebut memutuskan untuk tertutup, yaitu: 1. Rapat dengar pendapat SM KM UGM dengan mahasiswa; 2. Rapat Paripurna; 3. Rapat SM KM UGM dan Presiden Mahasiswa; 4. Rapat Pleno SM KM UGM; dan 5. Rapat SM KM UGM dengan Kementerian BEM KM UGM. 1. Rapat berikut pada dasarnya bersifat tertutup, kecuali rapat tersebut memutuskan terbuka, yaitu: 1. Rapat Gabungan Komisi; 2. Rapat Komisi; dan 3. Rapat Panitia Kerja. Pasal 41 Rapat terbuka yang sedang berlangsung dapat diusulkan untuk dinyatakan tertutup, baik oleh Ketua Rapat maupun oleh Anggota dan/atau pihak yang diundang menghadiri rapat tersebut.

16 Apabila rapat menyetujui usul tersebut, menyatakan rapat yang bersangkutan sebagai rapat tertutup. Pasal Pembicaraan dan keputusan dalam rapat tertutup dinyatakan secara tegas sebagai rahasia, tidak boleh diumumkan. 2. Karena sifatnya dan/atau karena hal tertentu, baik atas usul salah satu Anggota dan/atau pihak lain yang menghadiri rapat tersebut, rapat dapat memutuskan untuk mengumumkan seluruh atau sebagian pembicaraan dalam rapat tertutup itu. Pasal 43 Tata Cara Rapat Rapat SM KM UGM yang tertera dalam pasal 36 diselenggarakan atas persetujuan peserta rapat SM KM UGM. Pasal 44 Setiap Anggota wajib menandatangani daftar hadir yang disediakan oleh Sekretaris Bendahara Senat saat rapat berlangsung. Pasal Ketua Rapat membuka rapat pada waktu yang telah ditentukan. 2. Ketua Rapat memulai rapat apabila telah dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2/3 Anggota. 3. Apabila ketentuan dalam ayat (2) tidak terpenuhi maka rapat ditunda 1 x 15 menit. 4. Apabila waktu penundaan telah berakhir, dan tetap tidak terpenuhi kuorum, maka rapat dapat dimulai dan dinyatakan sah dengan syarat dihadiri 30% dari jumlah anggota SM KM UGM. Pasal Setelah rapat dibuka, Ketua Rapat dapat meminta kepada Sekretaris Senat agar memberitahukan surat masuk dan surat keluar kepada peserta rapat. 2. Rapat dapat membicarakan surat masuk dan surat keluar sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal Ketua Rapat menutup rapat setelah semua agenda yang ditetapkan selesai dibicarakan. 2. Ketua Rapat dapat menunda penyelesaian agenda tersebut untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya atau meneruskan penyelesaian agenda tersebut atas persetujuan rapat apabila agenda yang ditetapkan untuk suatu rapat belum terselesaikan.

17 3. Ketua Rapat mengemukakan pokok-pokok keputusan dan/atau kesimpulan yang dihasilkan oleh rapat sebelum menutup rapat. 4. Sekretaris rapat menyampaikan risalah rapat sebelum rapat ditutup. Pasal 48 Tata Cara Izin 1. Pada saat rapat, izin dilakukan dengan mengemukakan alasan secara lisan kepada seluruh anggota rapat dan/atau secara tertulis kepada Ketua Rapat kemudian Ketua Rapat mengemukakan alasan yang bersangkutan kepada seluruh anggota rapat dan keputusan diterima atau ditolaknya izin tergantung pada persetujuan rapat. 2. Pada sebelum rapat, izin terlambat maupun tidak mengikuti rapat dilakukan dengan mengemukakan alasan secara lisan dan/atau tertulis kepada Ketua Rapat setidak-tidaknya tiga jam sebelum rapat, yang keputusan diterima atau ditolaknya izin tergantung pada ketua rapat, kemudian ketua rapat mengemukakan alasan yang bersangkutan kepada seluruh anggota rapat. Pasal 49 Tata Cara Mengubah Agenda Rapat 1. Peserta rapat dapat mengajukan usul perubahan kepada Ketua Rapat mengenai rancangan agenda yang telah ditetapkan sebelumnya, baik mengenai perubahan waktu maupun mengenai masalah baru, yang akan diagendakan untuk segera dibicarakan. 2. Usul perubahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan secara tertulis atau lisan dengan menyebutkan waktu dan masalah yang diusulkan selambat-lambatnya satu hari sebelum acara rapat yang bersangkutan dilaksanakan. 3. Dalam keadaan memaksa, peserta rapat dapat mengajukan usul perubahan tentang agenda Rapat SM KM UGM yang sedang berlangsung. 4. Rapat yang bersangkutan segera mengambil keputusan tentang usul perubahan acara tersebut. Pasal 50 Tata Cara Pemusyawaratan 1. Ketua Rapat menjaga agar rapat berjalan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Tata Tertib SM KM UGM. 2. Ketua Rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat untuk menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan anggota rapat. 3. Ketua Rapat memiliki hak bicara sebagai mana peserta rapat lainnya dan menegaskan bahwa dirinya berbicara sebagai peserta rapat. Pasal Giliran berbicara diatur oleh Ketua Rapat. 2. Ketua Rapat berhak menentukan lamanya anggota rapat berbicara. 3. Peserta Rapat yang sedang berbicara dalam rapat tidak boleh diganggu selama berbicara.

18 4. Ketua Rapat memperingatkan dan meminta supaya peserta rapat yang sedang bicara mengakhiri pembicaraan apabila telah melampaui batas. Pasal Anggota rapat dapat melakukan interupsi dalam hal: a. meminta penjelasan mengenai masalah yang sedang dibicarakan; b. menjelaskan hal-hal yang menyangkut diri dan/atau tugasnya yang berada dalam pembicaraan; c. mengajukan usul terkait hal-hal yang sedang dibicarakan; atau d. mengajukan usul agar rapat ditunda untuk sementara. 2. Ketua Rapat dapat membatasi lamanya pembicara melakukan interupsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memperingatkan dan menghentikan pembicara apabila interupsi tidak ada hubungannya dengan materi yang sedang dibicarakan. 3. Usul, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d, untuk dapat dibahas harus mendapat persetujuan rapat. Pasal Seorang peserta rapat tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan peserta rapat yang sedang berbicara. 2. Apabila seorang peserta rapat yang sedang berbicara menyimpang dari pokok pembicaraan, maka Ketua Rapat memperingatkan dan meminta supaya peserta rapat kembali kepada pokok pembicaraan. Pasal Ketua Rapat memperingatkan peserta rapat yang sedang berbicara yang menggunakan katakata yang tidak layak, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban rapat, atau menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketertiban rapat. 2. Ketua Rapat meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan/atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali kata-katanya dan menghentikan perbuatannya. 3. Apabila peserta rapat memenuhi permintaan Ketua Rapat, kata-kata atau perbuatan pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam notulensi rapat yang ditulis oleh sekretaris rapat. Pasal Apabila seorang peserta rapat tidak memenuhi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Ketua Rapat melarang pembicara tersebut meneruskan pembicaraan dan perbuatannya. 2. Apabila larangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masih juga tidak diindahkan oleh yang bersangkutan, Ketua Rapat meminta kepada yang bersangkutan meninggalkan rapat.

19 3. Apabila pembicara tersebut tidak mengindahkan permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pembicara tersebut dikeluarkan dengan paksa dari ruang rapat atas perintah Ketua Rapat. Pasal Ketua Rapat dapat menutup atau menunda rapat apabila berpendapat bahwa rapat tidak atau mungkin dilanjutkan karena terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, 55, dan pasal Keputusan untuk menutup atau menunda rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disepakati oleh peserta rapat. Pasal 57 Risalah, Catatan Rapat dan Laporan Singkat 1. Dalam setiap Rapat SM KM UGM, dan Rapat dengar pendapat SM KM UGM dengan mahasiswa, Laporan Singkat yang ditandatangani oleh ketua rapat. 2. Sekretaris rapat menyusun Risalah untuk diberikan kepada Sekretaris SM KM UGM dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan dan diarsipkan dalam arsip SM KM UGM. Pasal Dalam Risalah, Catatan Rapat, dan Laporan Singkat mengenai rapat yang bersifat tertutup, harus dicantumkan dengan jelas kata rahasia. 2. Rapat yang bersifat tertutup dapat memutuskan bahwa suatu hal yang dibicarakan dan/atau diputuskan dalam rapat itu tidak dimasukkan dalam Risalah, Catatan Rapat, dan/atau Laporan Singkat. Pasal 59 Undangan dan Peninjau 1. Undangan dan Peninjau dapat berbicara dalam rapat atas persetujuan Ketua Rapat, tetapi tidak mempunyai hak suara. 2. Undangan dan Peninjau wajib menaati tata tertib rapat dan/atau ketentuan lain yang diatur oleh SM KM UGM. BAB XIII PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG Pasal 60 Rancangan Undang-Undang 1. Setiap Anggota berhak mengajukan usulan rancangan Undang-undang. 2. Usul rancangan undang-undang dapat juga diajukan oleh komisi, atau gabungan komisi. 3. Usul rancangan undang-undang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), beserta keterangan pengusul disampaikan secara tertulis oleh anggota, ketua komisi, atau ketua

20 gabungan komisi kepada Pimpinan SM KM UGM disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul 4. Penyusunan rancangan undang-undang dikoordinasikan dengan komisi yang membidangi hukum dan perundang-undangan. 5. Rapat Komisi I memutuskan apakah usul rancangan undang-undang tersebut secara prinsip dapat diterima menjadi rancangan undang-undang dari SM KM UGM atau tidak 6. Keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diambil setelah diberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasan dan kepada peserta rapat untuk memberikan pendapatnya 7. Keputusan dalam rapat SM KM UGM dapat berupa : a. Persetujuan tanpa perubahan; b. Persetujuan dengan perubahan; atau c. Penolakan. 8. Dalam hal persetujuan dengan perubahan, SM KM UGM menugaskan kepada Komisi atau panitia kerja untuk membahas dan menyempurnakan rancangan undang-undang tersebut. 9. Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui tanpa perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) atau yang telah dibahas dan disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dibahas bersama-sama dalam rapat SM KM UGM dengan Presiden Mahasiswa yang dapat diwakilkan kepada Menteri. 10. Dalam hal usulan perancangan undang-undang yang mengalami penolakan, maka usulan rancangan undang-undang tersebut tidak dapat diusulkan kembali dalam satu periode kepengurusan. Pasal Pengusul berhak menarik usulnya kembali, selama usul rancangan undang-undang tersebut belum diputuskan menjadi rancangan undang-undang dan materi usulan tersebut belum dibahas dalam rapat SM KM UGM. 2. Pemberitahuan tentang perubahan atau penarikan kembali usul harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM. BAB XIV ASPIRASI DAN PENGADUAN MAHASISWA Pasal SM KM UGM menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan mahasiswa tentang suatu permasalahan yang berada dalam ruang lingkup tugas dan wewenang SM KM UGM. 2. Selain melalui Rapat Dengar Pendapat dengan mahasiswa, dan melalui kunjungan kerja, SM KM UGM menerima penyampaian aspirasi dan pengaduan mahasiswa secara langsung dan/atau tidak langsung.

21 BAB XV TATA CARA PENYAMPAIAN HAK SM KM UGM Pasal 64 Mengajukan RUU dan/atau perubahan atas RUU Pengajuan rancangan undang-undang dan/atau perubahan atas RUU dan penyelesaian selanjutnya diatur sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab XIV. Pasal 65 Menyatakan pendapat 1. Setiap Anggota dapat mengajukan usul menyatakan pendapat mengenai: a. Kebijakan UGM, kebijakan BEM KM atau menge nai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional; b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; dan c. Dugaan bahwa Presiden Mahasiswa melakukan pelanggaran terhadap AD/ART KM UGM, pelanggaran hukum atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden Mahasiswa. 2. Usul menyatakan pendapat tersebut serta penjelasannya disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM, yang disertai dengan daftar nama dan tanda tangan pengusul. 3. Dalam Rapat SM KM UGM berikutnya, setelah usul menyatakan pendapat diterima oleh Pimpinan SM KM UGM, Pimpinan SM KM UGM memberitahukan kepada Anggota SM KM UGM masuknya usul menyatakan pendapat, kemudian usul tersebut dibagikan kepada seluruh Anggota. Pasal Dalam Rapat SM KM UGM yang telah ditentukan, kepada pengusul diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan atas usulnya. 2. Mengenai usul dan penjelasan pengusul, diberikan kesempatan kepada Fraksi untuk memberikan pandangannya. 3. Mengenai pandangan Fraksi, pengusul dapat memberikan jawaban. 4. Rapat SM KM UGM memutuskan apakah usul hak menyatakan pendapat tersebut dapat diterima atau tidak, dengan tata cara pengambilan keputusan. 5. Dalam hal Rapat SM KM UGM memutuskan untuk menolak usul hak menyatakan pendapat, usul tersebut dapat diajukan kembali dengan syarat mendapat dukungan Fraksi. 6. Dalam hal Rapat SM KM UGM menyetujui usul hak menyatakan pendapat, Rapat SM KM UGM menentukan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menindaklanjutinya. Pasal Selama usul menyatakan pendapat belum disetujui oleh Rapat SM KM UGM, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik usulnya kembali.

22 2. Pemberitahuan tentang perubahan atau penarikan kembali usul tersebut harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM, kemudian dibagikan kepada seluruh Anggota. Pasal 68 Hasil keputusan SM KM UGM mengenai usul menyatakan pendapat dapat berupa pernyataan pendapat SM KM UGM terhadap Kebijakan UGM, kebijakan BEM KM atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional, sampai dengan peringatan kepada Presiden Mahasiswa apabila SM KM UGM menganggap Presiden Mahasiswa melanggar AD/ART KM UGM dan dapat pula disertai dengan saran penyelesaiannya. Pasal 69 Hak Interpelasi 1. Sekurang-kurangnya tiga orang Anggota SM KM UGM dapat mengajukan usul kepada SM KM UGM untuk menggunakan hak interpelasi tentang suatu kebijakan BEM KM yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 2. Usul, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun secara singkat dan jelas, serta disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM dengan disertai daftar nama dan tanda tangan pengusul. Pasal Dalam Rapat SM KM UGM berikutnya setelah usul interpelasi diterima oleh Pimpinan SM KM UGM, Pimpinan SM KM UGM memberitahukan kepada Anggota tentang masuknya usul interpelasi dan usul tersebut kemudian dibagikan kepada seluruh Anggota. 2. Dalam Rapat SM KM UGM yang telah ditentukan, pengusul memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan usul interpelasi tersebut. 3. Rapat SM KM UGM memutuskan untuk menyetujui atau menolak usul tersebut. 4. Selama usul interpelasi belum diputuskan menjadi interpelasi SM KM UGM, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik usulnya kembali. Pasal Apabila usul interpelasi tersebut disetujui sebagai interpelasi SM KM UGM, Pimpinan SM KM UGM menyampaikannya kepada Presiden Mahasiswa dan mengundang Presiden Mahasiswa untuk memberikan keterangan. 2. Terhadap keterangan Presiden Mahasiswa, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan kesempatan kepada pengusul dan Anggota yang lain untuk mengemukakan pendapatnya. 3. Atas pendapat pengusul dan/atau Anggota yang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden Mahasiswa memberikan jawabannya.

23 4. Keterangan dan jawaban Presiden Mahasiswa, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dapat diwakilkan kepada Menteri. Pasal Terhadap keterangan dan jawaban Presiden Mahasiswa, Anggota dapat mengajukan usul pernyataan pendapat. 2. Usul pernyataan pendapat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan Pasal 65 sampai dengan Pasal 68. Pasal 73 Hak Angket 1. Sekurang-kurangnya sepertiga anggota SM KM UGM, dapat mengajukan usul kepada SM KM UGM untuk menggunakan hak angket mengenai kebijakan BEM KM yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan dan dinamika kampus yang diduga bertentangan dengan perundang-undangan KM UGM. 2. Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM yang disertai dengan daftar nama dan tanda tangan pengusul serta nama Fraksinya. 3. Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam suatu perumusan secara jelas tentang hal yang akan diselidiki yang disertai dengan penjelasan. Pasal 74 Dalam Rapat SM KM UGM berikutnya setelah usul untuk mengadakan angket diterima oleh Pimpinan SM KM UGM, Pimpinan SM KM UGM memberitahukan kepada Anggota SM KM UGM akan masuknya usul untuk mengadakan angket, kemudian usul tersebut beserta penjelasannya dibagikan kepada seluruh Anggota. Pasal Dalam Rapat SM KM UGM yang telah ditentukan, pengusul memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan usul untuk mengadakan angket. 2. Rapat SM KM UGM memutuskan untuk menyetujui atau menolak usul tersebut setelah mendengarkan pendapat setiap Fraksi. Pasal Selama usul untuk mengadakan angket mengenai suatu hal belum disetujui oleh Rapat SM KM UGM, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik usulnya kembali. 2. Pemberitahuan tentang perubahan atau penarikan kembali usul tersebut harus ditandatangani oleh pengusul dan disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan SM KM UGM. Pasal Dalam hal Rapat SM KM UGM menyetujui usul hak angket, Rapat SM KM UGM menentukan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menindaklanjutinya.

24 2. Keputusan SM KM UGM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden Mahasiswa. Pasal Dalam melaksanakan hak angket, SM KM UGM berhak meminta menteri, atau masyarakat kampus atau pihak lain yang berhubungan, untuk memberikan keterangan. 2. Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib hadir untuk memberikan keterangan, termasuk menunjukkan dan/atau menyerahkan segala dokumen yang diperlukan kepada SM KM UGM. 3. Dalam hal menteri tidak hadir memberikan keterangan setelah dipanggil 3 (tiga) kali, SM KM UGM dapat memberikan rekomendasi kepada Presiden Mahasiswa untuk menindaklanjuti ketidak hadiran menteri tersebut. Pasal 79 Hak Bertanya 1. Setiap anggota secara perseorangan atau bersama-sama dapat mengajukan pertanyaan. 2. Apabila pertanyaan diajukan kepada presiden mahasiswa, pertanyaan tersebut di susun secara tertulis, singkat, dan jelas serta disampaikan kepada Pimpinan SM KM UGM. 3. Apabila memandang perlu, Pimpinan SM KM UGM dapat meminta penjelasan kepada penanya dan penanya memberikan penjelasan kepada Pimpinan SM KM UGM tentang pertanyaan tersebut. 4. Pimpinan SM KM UGM meneruskan pertanyaan kepada Presiden Mahasiswa yang disertai dengan permintaan agar presiden mahasiswa memberikan jawaban dalam waktu sesesingkatsingkatnya. 5. Sebelum disampaikan kepada presiden, pertanyaan tersebut tidak boleh diumumkan. Pasal Jawaban pertanyaan disampaikan oleh presiden mahasiswa secara tertulis. 2. Penanya dapat meminta agar pertanyaan dijawab oleh presiden mahasiswa secara lisan. 3. Dalam hal presiden mahasiswa menjawab secara lisan, dalam rapat berikutnya yang ditentukan oleh Pimpinan SM KM UGM penanya dapat mengemukakan lagi dengan singkat penjelasan tentang pertanyaan agar Presiden Mahasiswa dapat memberikan keterangan yang lebih jelas tentang duduk permasalahannya. 4. Pemberian jawaban oleh Presiden Mahasiswa dapat diwakilkan kepada menteri. Pasal 81 Hak Menghadirkan Seseorang untuk Dimintai Keterangan SM KM UGM dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta BEM KM UGM, civitas akademika dan para ahli untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani.

25 Pasal 82 Hak Budgeting 1. Hak Budgeting adalah hak SM KM UGM untuk mengatur keuangan SM KM UGM selama satu periode kepengurusan. 2. Sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dikelola oleh bendahara SM KM UGM. BAB XVI TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal Semua jenis rapat SM KM UGM harus mengambil keputusan. 2. Keputusan rapat SM KM UGM dapat berupa persetujuan, penolakan, dan/atau rekomendasi. Pasal 84 Tahapan Pengambilan Keputusan 1. Pengambilan keputusan dalam rapat SM KM UGM diusahakan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. 2. Apabila musyawarah tidak menghasilkan keputusan mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan lobi. 3. Apabila lobi tidak menghasilkan keputusan mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan pengambilan suara terbanyak. 4. Apabila pengambilan suara terbanyak tidak menghasilkan keputusan, maka keputusan diambil berdasarkan pandangan fraksi. Pasal Keputusan diambil bila dalam rapat SM KM UGM memenuhi persyaratan sebagaimana termaktub pasal Setiap keputusan rapat SM KM UGM, baik berdasarkan mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak, mengikat semua pihak yang terkait. Pasal 86 Keputusan Berdasarkan Mufakat 1. Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah anggota rapat yang hadir diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta saran, yang kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh rapat sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan. 2. Sebelum mengambil keputusan, ketua rapat atau orang yang ditunjuk, menyimpulkan pendapat yang berkembang dalam rapat untuk dijadikan rancangan keputusan.

26 3. Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh Anggota dan disetujui oleh semua yang hadir. Pasal 87 Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat dan lobi sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian anggota rapat yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain. Pasal Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dapat dilakukan secara terbuka atau secara tertutup oleh peserta yang hadir. 2. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan atau secara tertutup apabila menyangkut orang atau masalah lain yang dipandang perlu. Pasal Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh Anggota, dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah Anggota yang hadir. 2. Apabila sifat masalah yang dihadapi tidak tercapai dengan 1 (satu) kali pemungutan suara, diupayakan agar diperoleh jalan keluar yang disepakati atau dilakukan pemungutan suara secara berjenjang. 3. Pemungutan suara secara berjenjang, dilakukan untuk memperoleh 2 (dua) pilihan berdasarkan peringkat jumlah perolehan suara terbanyak. 4. Apabila telah diperoleh 2 (dua) pilihan, sebagaimana dimaksud pada ayat 3, pemungutan suara selanjutnya dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Pasal Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak, atau tidak menyatakan pilihan(abstain) dilakukan oleh anggota rapat yang hadir dengan cara lisan, mengangkat tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati oleh anggota rapat. 2. Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung tiap-tiap anggota rapat. 3. Anggota yang meninggalkan sidang (walk out) kehilangan hak suara dan hak bicara pada pokok pembahasan yang sedang berlangsung. 4. Apabila hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan, dilakukan pemungutan suara ulangan yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota SM KM UGM yang hadir. 5. Apabila hasil pemungutan suara ulangan ternyata tidak juga memenuhi ketentuan, keputusan diambil dengan pemungutan suara sekali lagi dan itu menjadi keputusan akhir.

27 BAB XVII PENINJAUAN KEMBALI (PK) Pasal 91 Mekanisme PK 1. PK dapat diusulkan oleh setiap anggota SM KM UGM yang hadir rapat SM KM UGM. 2. Tidak ada mekanisme ulang PK untuk hal yang sudah di PK. 3. Tidak ada PK setelah keputusan akhir diambil. BAB XVIII SURAT KELUAR DAN SURAT MASUK Pasal 92 Tata cara pencatatan surat masuk dan surat keluar serta penanganan selanjutnya diatur oleh Sekretaris Senat KM UGM. Pasal 93 Surat Masuk 1. Surat yang dialamatkan kepada SM KM UGM diterima oleh sekretaris senat dan segera dicatat serta diberi nomor agenda. 2. Surat masuk segera dijawab atas nama Pimpinan SM KM UGM, yang memberitahukan kepada pengirimnya bahwa suratnya telah diterima, dan apabila masalahnya sedang dalam proses pengolahan, hal ini dapat diberitahukan kepada pengirim surat. 3. Pimpinan SM KM UGM KM menentukan apakah surat masuk tersebut sesuai dengan permasalahannya akan ditangani sendiri atau diteruskan kepada alat kelengkapan lain di SM KM UGM. 4. Apabila Pimpinan SM KM UGM memandang perlu, maka surat masuk dapat diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh anggota. 5. Sekretaris Senat setelah menerima surat membuat daftar penerimaan surat, yang memuat dengan singkat pokok isi surat, dan segera manyampaikannya kepada pimpinan SM KM UGM yang bersangkutan. 6. Pimpinan SM KM UGM dalam rapat internal akan membicarakan isi surat masuk serta cara penyelesaian selanjutnya. 7. Apabila Pimpinan SM KM UGM KM memerlukan penjelasan tentang isi surat jawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), untuk selanjutnya penjelasannya akan dibicarakan dengan alat kelengkapan SM KM UGM lainnya. Pasal 94

Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Senat Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada UNDANG-UNDANG KM UGM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN KOORDINASI BADAN

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK Menimbang : Mengingat : Memperhatikan : SENAT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA, a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01/TT/DPM FE UNY/II/2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01/TT/DPM FE UNY/II/2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01/TT/DPM FE UNY/II/2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA UMUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA UMUM BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS TEKNIK BADAN PERWAKILAN MAHASISWA (BPM) Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121 Telepon (0331)

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI, KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor : 01/TUS/BPM FF UI/XII/13 Tentang TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN MAHASISWA PERIODE 2014 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa FakultasFarmasi

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13.

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13. KETETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13 Tentang ATURAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa

Lebih terperinci

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN MAHASISWA BAB I KEANGGOTAAN PM UNPAR Pasal 1 (1) Anggota PM Unpar terdiri dari: a. mahasiswa baru b. mahasiswa lama (2) Mahasiswa baru yang dimaksud dalam ayat (1) huruf

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014 SURAT KETETAPAN No. 003/TAP SI/DPM-H IPB/II/2014 Tentang TATA KERJA Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Periode 2013/2014 Mengingat: 1. Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2014 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan

Lebih terperinci

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015 ANGGARAN RUMAH TANGGA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (ART KM FEB UB) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota KM FEB UB adalah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 PEMBUKAAN Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus diarahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN MAHASISWA BAB I KEANGGOTAAN PM UNPAR Pasal 1 (1) Anggota PM UNPAR terdiri dari: a. mahasiswa baru; b. mahasiswa lama. (2) Mahasiswa baru yang dimaksud dalam ayat (1) huruf

Lebih terperinci

b. bahwa perlunya sebuah aturan perundang-undangan yang jelas yang mengatur susunan dan kedudukan kelembagaan legislatif di masa jabatannya;

b. bahwa perlunya sebuah aturan perundang-undangan yang jelas yang mengatur susunan dan kedudukan kelembagaan legislatif di masa jabatannya; UNDANG-UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN SIDANG UMUM, DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA, BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA, UNIT KEGIATAN MAHASISWA

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEWAN MAHASISWA Sekretariat : Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 DRAFT PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 02 TAHUN 2012

RANCANGAN UNDANG-UNDANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 02 TAHUN 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN SIDANG UMUM, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA BADAN PERWAKILAN DESA Menimbang : a. Bahwa untuk mewujudkan efisiensi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6 Persandingan UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 dan TATIB DPR Dalam kaitannya dengan pembahasan dan penetapan APBN, Peran DPD, Partisipasi Masyarakat, dan tata cara pelaksanaan rapat. UU NOMOR 27 TAHUN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGA KEMA TEL-U

ANGGARAN RUMAH TANGA KEMA TEL-U ANGGARAN RUMAH TANGA KEMA TEL-U BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Kema Tel-U adalah Mahasiswa Telkom University Pasal 2 Pola Umum Kaderisasi Berdasarkan (PUK) Kema Tel-U Pasal 3 Setiap Anggota Kema Tel-U

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 01/BPM FIK UI/I/2016 TENTANG

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 01/BPM FIK UI/I/2016 TENTANG KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 01/BPM FIK UI/I/2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA NOMOR : 02/KPTS/BPD/2013 TENTANG TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) Peningkatan. dan Pemantapan Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Indonesia ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota JMKI adalah lembaga eksekutif

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1 AD/ART LK FEM IPB Mukadimah Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Mahasiswa sebagai generasi muda dan penerus cita-cita bangsa memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan dharma

Lebih terperinci

KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA MALANG BAB I KONGRES Pasal 1 Pengertian Kongres Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya yang selanjutnya disingkat KM FIB-UB merupakan forum pengambilan

Lebih terperinci

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/ DPR RI/I/2005.2006

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

Lebih terperinci

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KEPPRES 76/1993, PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 76 TAHUN 1993 (76/1993) Tanggal: 18 AGUSTUS 1993 (JAKARTA)

Lebih terperinci

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 1 RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan tata tertib ini yang dimaksud dengan: a. Kongres adalah forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi yang sepenuhnya

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS - 2 - DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA PADI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.805, 2015 DPR. Tata Tertib. Perubahan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: GedungFakultasFarmasi UI,

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: GedungFakultasFarmasi UI, KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor : 01/TUS/BPM FF UI/II/15 Tentang TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN MAHASISWA PERIODE 2015 DenganRahmatTuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa FakultasFarmasi

Lebih terperinci

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015 Mengingat Menimbang PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 001 TAHUN 2015 Tentang PERATURAN DASAR ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO

KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO KEPUTUSAN KONGRES I ISKINDO NOMOR : KEP.003/KONGRES I/VI/2015 TENTANG PENGESAHAN TATA TERTIB KONGRES I ISKINDO Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan Kongres I ISKINDO, Panitia

Lebih terperinci

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA

KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN KOMITE PENGAWAS PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2 BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN BUPATI KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran sebagai

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN MAHASISWA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

Daftar Isi. Ketetapan SK Rektor. 2. Konstitusi Penjalas... 13

Daftar Isi. Ketetapan SK Rektor. 2. Konstitusi Penjalas... 13 Daftar Isi Ketetapan... 1 SK Rektor. 2 Konstitusi... 3 Penjalas... 13 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, KONSTITUSI KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG Sesungguhnya mahasiswa Universitas Lampung

Lebih terperinci

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015. UNDANG- UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PARTAI MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan

Lebih terperinci

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN MASA KEANGGOTAAN

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Nomor : TENTANG TATA

Lebih terperinci

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/DPR RI/IV/2007-2008 TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015

PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015 PERATURAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN NOMOR 002 TAHUN 2015 Tentang TATA KERJA ORGANISASI KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Dewan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

KETETAPAN MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/MUBESMA IKM FIK UI/IV/2014

KETETAPAN MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/MUBESMA IKM FIK UI/IV/2014 KETETAPAN MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA NOMOR 02/MUBESMA IKM FIK UI/IV/2014 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA MAHASISWA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH Jakarta, 2013 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE 2012-2015 MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta semangat mewujudkan visi organisasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1776, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA SJSN. Persidangan.Penyelenggaraan DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERSIDANGAN

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KULIAH 11 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SUSUNAN DAN KEDUDUKAN DPRD terdiri dari anggota Parpol hasil Pemilu Fungsi DPRD Fungsi Pengawasan Fungsi Anggaran 2 Fungsi legislasi DPRD merupakan lembaga perwakilan

Lebih terperinci

TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN R A TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN IN D S A I PENGELOLAAN SU M B E R O D O A Y K M AI TI R PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUM BER DAYA AIR W ILAYAH SUNGAI SERAYU BOGOW ONTO

Lebih terperinci

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa perlu diadakan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah menurut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: 1) UI adalah Universitas Indonesia 2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 3) IKM FMIPA UI adalah

Lebih terperinci

prodinya masing-masing. ANGGARAN RUMAH TANGGA REPUBLIK MAHASISWA TELKOM APPLIED SCIENCE SCHOOL 3. Dipilih sebagai : Applied Science School, dan

prodinya masing-masing. ANGGARAN RUMAH TANGGA REPUBLIK MAHASISWA TELKOM APPLIED SCIENCE SCHOOL 3. Dipilih sebagai : Applied Science School, dan ANGGARAN RUMAH TANGGA REPUBLIK MAHASISWA TELKOM APPLIED SCIENCE SCHOOL BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota REMA School terdiri atas : 1. Anggota Penuh, yaitu mahasiswa Telkom yang telah dinyatakan lulus

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangg a Keluarga Mahasiswa Politeknik Keuang an Negara STAN ART KM PKN STAN

Anggaran Rumah Tangg a Keluarga Mahasiswa Politeknik Keuang an Negara STAN ART KM PKN STAN Anggaran Rumah Tangg a Keluarga Mahasiswa Politeknik Keuang an Negara STAN ART KM PKN STAN BAB I STRUKTUR KM PKN STAN Pasal 1 Struktur organisasi KM PKN STAN adalah sebagai beriku t: Pasal 2 Garis Kemitraan

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KABUPATEN CIAMIS Jln. Ir. H. Juanda No. 164 Tlp. (0265) 771522 Ciamis 46211 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI 2016-2017 MPA PPI TURKI 2016-2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI) TURKI PERIODE 2016-2017 BAB I SIFAT Pasal 1 1.

Lebih terperinci

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006 K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006 T E N T A N G PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA DEWAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DEWAN

Lebih terperinci

No.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th

No.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th No.35 Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotamadya Yogyakarta Th.1968 -------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Yang dimaksud dengan : 1) UI adalah Universitas Indonesia BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 2) FF UI adalah Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Muchamad Ali Safa at DPRD Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah FUNGSI: Legislasi; Anggaran; Pengawasan; Representasi RAKYAT DI DAERAH

Lebih terperinci