PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN DOSIS RAGI TERHADAP KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

Limbah tapioka padat kering (Onggok) merupakan bahan pangan sumber energi yang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Ketela pohon banyak dikenal masyarakat sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ETHANOL D Jurusan Teknik Kimia. Abstrak. cukup tinggi tersebut, memproduksi etanol. sebagai. fermentasi sebesar 3,21%.

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya.

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. produk komersial termasuk makanan, kosmetik, dan obat -obatan (Priyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jumlah Ragi dan Waktu Fermentasi terhadap Kadar Bioetanol yang Dihasilkan dari Fermentasi Kulit Pepaya

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Umbi-umbian adalah bahan nabati yang dapat diperoleh dari dalam

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

NURUL FATIMAH A

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Laporan Praktikum Bioteknologi FERMENTASI ALKOHOL (PEMBUATAN SARI BUAH BERALKOHOL)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

II. Tujuan : Setelah melakukan percobaan ini praktikan dapat mengetahui proses pembuatan dan proses fermentasi pada tape singkong.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

LAPORAN BIOINDUSTRI FERMENTASI TAPE CAMPURAN BERAS KETAN HITAM DAN PUTIH

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH COKELAT SEBAGAI BIOETHANOL SKRIPSI

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Jurnal Atomik., 2016, 01 (2) hal 65-70

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.2 JULI-DES 2017 ISSN : 2089-8592 PENGARUH LAMA FERMENTASI DAN DOSIS RAGI TERHADAP KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING Mahyu Danil Dosen Fakultas Pertanian UISU, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian ABSTRAK Industri tapioka merupakan salah satu industri pangan yang terdapat di Indonesia. Bahan baku industri ini adalah umbi ketela pohon (Manihot utilissima) yang diolah menjadi tepung tapioka. Limbah padat (onggok) telah banyak dimanfaatkan, yaitu sebagai pakan ternak, pembuatan kompos dan sebagainya. Upaya minimalisasi limbah dari proses pembuatan tepung ubi kayu salah satunya dengan memanfaatkan kembali limbah. Etanol dapat diperoleh melalui konversi biomasa seperti serealia, umbi akar dan molase dengan menggunakan teknologi fermentasi dan oleh aktivitas mikroba. Limbah onggok ketela pohon sebagai sisa pembuatan tepung topioka dianggap kurang berguna bagi masyarakat, karena nilai ekonomisnya yang masih rendah dan pemanfaatannya belum optimal. Masih adanya beberapa kandungan nutrisi di dalam limbah onggok, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai bahan alternatif pembuatan alkohol. Metode Penelitian : Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri atas dua faktor utama yaitu : Faktor I : Waktu Fermentasi (W) yang terdiri dari 3 taraf yaitu W1 = 5 hari, W2 = 7 hari, W3 = 9 hari. Faktor II : Dosis Ragi (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : D0 = 0g/500g, D1 = 10g/500g, D2 = 20g/500g, D3 = 30g/500g, dengan penelitian menggunakan 3 ulangan. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol pada fermentasi limbah tapioka padat kering berpengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air terbaik 10,79% (70 0 C) dan 10,30% (3 jam). Kadar etanol terbaik diperoleh pada waktu fermentasi selama 9 jam sebesar 25,017% dan dosis ragi 30/150gr sebesar 27,433%. Rendemen terbaik diperoleh pada waktu fermentasi selama 9 jam sebesar 0,634% dan dosis ragi 30/150gr sebesar 0,687%. Kata kunci : Fermentasi, Ragi, Bioetanol, Limbah, Tapioka PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris, kehidupan sebagian besar masyarakat ditopang oleh hasil-hasil pertanian. Proses pembangunan di Indonesia mendorong tumbuhnya industri-industri yang berbahan baku hasil pertanian (Agroindustri). Salah satu dampak negatif dari adanya industri adalah timbulnya pencemaran terhadap lingkungan yang berasal dari limbah industri. Industri tapioka merupakan salah satu industri pangan yang terdapat di Indonesia. Bahan baku industri ini adalah umbi ketela pohon (Manihot utilissima) yang diolah menjadi tepung tapioka. Tepung tapioka merupakan suatu bahan baku maupun bahan pembantu untuk keperluan industri tekstil, industi kertas dan lain-lain. Industri tepung tapioka mempunyai efek samping yang berupa limbah padat dan cair. Untuk satu industri dengan kapasitas 3-5 ton perhari menghasilkan limbah cair 4.500 6.000 liter per hari. Sumber limbah cair tersebut berasal dari proses pencucian bahan baku, penyaringan bubur singkong (ekstraksi) dan pengendapan pati. Limbah padat (onggok) telah banyak dimanfaatkan, yaitu sebagai pakan ternak, pembuatan kompos dan sebagainya. Ampas ketela pohon ini masih berguna sebagai sumber karbohidrat. (Anonim, 2006). Selain digunakan sebagai bahan pembuatan tapioka, ketela pohon dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan etil alkohol. Beberapa manfaat yang diperoleh dari alkohol yaitu: 1) sebagai bahan baku dalam pembuatan

115 senyawa-senyawa organik misalnya asam asetat, eter dan khloroform, 2) pelarut dalam pembuatan pernis dan sebagai pelarut bahan organik lainnya seperti minyak wangi, 3) bahan bakar setelah didenaturasikan terlebih dahulu, dan 4) salah satu komponen dalam kosmetik (Restiani, 2005). Upaya minimalisasi limbah dari proses pembuatan tepung ubi kayu salah satunya dengan memanfaatkan kembali limbah. Teknologi biokonversi merupakan konversi bahan secara enzimatik melalui fermentasi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomi onggok. Perkembangan bioteknologi melalui pemanfaatan mikroba dengan proses fermentasi dapat mengkonversi bahan secara enzimatik, misalnya onggok dapat dimafaatkan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya dan mengurangi pencemaran udara atau gas yang terjadi. Untuk berlangsungnya proses fermentasi oleh suatu mikroba perlu adanya medium fermentasi yang mengandung nutrien untuk pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesis produk-produk metabolisme (Rahman, 1989). Saccharomyces cerevissiae merupakan khamir yang banyak digunakan dalam industri fermentasi alkohol sebagai industri modern, khamir tersebut dalam bioteknologi konvensional telah digunakan untuk memproduksi beberapa pangan tradisional seperti : bir, anggur, wiski, sake, pengembangan roti, tempe dan sebagainya. Dalam teknologi modern khamir tersebut telah digunakan jasad inang eukariotik untuk memproduksi protein-protein heterolog seperti : vaksin haepatitis B yang telah ada di pasaran, hemoglobin, serum albumin dan glisin betain (Rahmawati, 2004). Etanol dapat diperoleh melalui konversi biomasa seperti serealia, umbi akar dan molase dengan menggunakan teknologi fermentasi dan oleh aktivitas mikroba. Etanol sebagai sumber energi banyak menarik perhatian seluruh dunia, ongkos produksinya lebih murah dan proses produksinya lebih sederhana dari pada bensin. Saat ini sedang dintensifkan penelitian untuk mencapai mikroba fermentasi yang efisien, substrat dengan harga murah dan kondisi yang optimum untuk fermentasi. Limbah onggok ketela pohon sebagai sisa pembuatan tepung topioka dianggap kurang berguna bagi masyarakat, karena nilai ekonomisnya yang masih rendah dan pemanfaatannya belum optimal. Masih adanya beberapa kandungan nutrisi di dalam limbah onggok, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai bahan alternatif pembuatan alkohol. Limbah padat dari produksi tapioka disebut ampas tapioka atau onggok yang merupakan hasil sampingan industri tapioka berbentuk padat yang berasal dari unit ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini hasil parutan ketela pohon ditambahkan air lalu disaring dengan menggunakan kain saring, sehingga diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal di kain saring. Komponen penting yang terdapat dalam onggok adalah kandungan zat organik berupa pati dan serat kasar (Sosrosoedirdjo,1992). Onggok sebagai limbah padat dari pabrik tapioka apabila dibiarkan akan mengganggu masyarakat, terutama yang ada disekitar lokasi pabrik. Onggok merupakan limbah padat dari industri tapioka yang masih mengandung kadar pati yang cukup tinggi. Oleh sebab itu onggok masih cukup potensial digunakan untuk dibuat suatu produk. Selama ini onggok dimanfaatkan untuk pakan ternak (konsentrat), dan digunakan dalam industri tempe sebagai campuran (Restiani, 2005). Hasil fermentasi dipengaruhi oleh teknologi yang dipakai. Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium. Misalnya untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula dipergunakan Saccharomyces cerevisiae (Said, 1987). Khamir banyak terdapat pada buahbuahan, dan lain-lain dalam cairan yang mengandung gula, khamir dapat mengubah gula menjadi alkohol. Jenis khamir dapat mengubah gula menjadi alkohol, salah satunya adalah galur Saccharomyces (Tjitrosoepomo, 1991) Saccharomyces cereviceae merupakan khamir yang penting pada fermentasi yang utama dan akhir, karena mampu memproduksi alkohol dalam konsentrat tinggi dan fermentasi spontan (Sudarmaji, 1982). Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

116 waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar bioetanol pada fermentasi limbah tapioka padat kering. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UISU Medan. Alat dan Bahan penelitian yang digunakan adalah limbah tapioka padat kering, ragi, timbangan kasar, timbangan analitik, mangkuk besar, erlenmeyer, toples, mortar, panci, seperangkat alat distilasi, pipet 1ml, tabung reaksi, beker glass, piknometer 5ml, H2SO4, NaOH, Aquadest. Model rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri atas dua faktor utama yaitu : Faktor I : Waktu Fermentasi (W) yang terdiri dari 3 taraf yaitu W1 = 5 hari, W2 = 7 hari, W3 = 9 hari. Faktor II : Dosis Ragi (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu : D0 = 0g/500g, D1 = 10g/500g, D2 = 20g/500g, D3 = 30g/500g Pelaksanaan penelitian 1. Pembuatan fermentasi onggok a. Onggok ditimbang sebanyak 500 g untuk masing-masing perlakuan (ada 12 perlakuan jadi onggok yang dibutuhkan 6000 g untuk setiap ulangan) b. Onggok dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5 dan ditambahkan H2SO48% c. Campuran direbus dalam panci dengan api sedang dan diaduk secara terus -menerus sampai campuran berwarna kecokelatan d. Adonan didinginkan selama 1 sampai 2 jam hingga suhu kamar. e. Setelah dingin, bahan dinetralkan dengan penambahan NaOH, setelah itu ph diturunkan kembali dengan menggunakan H2SO4 sampai ph 4,5-5,5 f. Starter dibuat menggunakan air gula sebanyak 16% dari dosis ragi yang telah ditentukan (0g,10g, 20g, 30g) kemudian dicampurkan pada ragi. g. Bahan dicampur dengan ragi tape yang sudah dibuat starter, masingmasing dengan dosis yang telah ditentukan (0g,10g, 20g, 30g) h. Bahan dimasukkan ke dalam toples kemudian ditutup dengan plastik i. Bahan difermentasikan masingmasing selama 5, 7, 9 hari. 2. Distilasi alkohol a. Sampel dimasukkan ke dalam alat distilasi air. b. Alkohol didistilasi dengan cara memanaskan cairan ampas umbi ketela pohon hasil fermentasi sampai mendidih pada suhu 78 o C 79 o C. c. Uap hasil distilasi diembunkan dan ditampung dalam tabung penampung (erlenmeyer). d. Bila uap sudah tidak menetes lagi, maka hasil distilasi diambil dan disimpan dalam botol. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan uji statistik, secara umum menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol pada fermentasi limbah tapioka padat kering berpengaruh terhadap parameter yang diamati. Data rata-rata hasil pengamatan pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Pengaruh waktu fermentasi terhadap parameter yang diamati Waktu Fermentasi (W) Densitas (gr/ml) Rendemen W1 = 5 Hari W2 = 7 Hari W3 = 9 Hari 11.433 cc 19.433 bb 25.017 aa 0.251 cc 0.459 bb 0.634 aa 4.533 cc 5.655 bb 6.980 aa

117 Tabel 2. Pengaruh dosis ragi terhadap parameter yang diamati Dosis Ragi (D) Densitas (gr/ml) Rendemen D0 = 0/500 gr D1 = 10/500 gr D2 = 20/500 gr D3 = 30/500 gr 0.000 dd 22.767 cc 24.311 bb 27.433 aa 0.000 dd 0.520 cc 0.582 bb 0.687 aa 0.000 dd 5.477 cc 6.155 bb 6.889 aa Dari Tabel 1 dapat dilihat semakin lama waktu fermentasi yang dilakukan terhadap limbah tapioka padat kering maka kadar etanol, densitas dan rendemen semakin meningkat. Dari Tabel 2 dapat dilihat dengan semakin meningkat dosis ragi yang diberikan menyebabkan terjadinya peningkatan pada kadar etanol, densitas dan rendemen. Pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar etanol Waktu fermentasi dan dosis ragi berpengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap kadar etanol pada fermentasi limbah tapioka padat kering. Kadar etanol semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu fermentasi dan dosis ragi yang diberikan pada limbah tapioka padat kering. Hal ini disebabkan semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak pati yang dirubah menjadi gula akibatnya gula yang dirombak menjadi etanol pun semakin banyak sehingga kadar etanol meningkat seiring dengan lamanya waktu fermentasi. Menurut Hidayat, et all., (2006), fermentasi merupakan perubahan gradual oleh enzim yang dihasilkan oleh khamir, yaitu meliputi perubahan pati menjadi gula, dan gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Menurut Asngad dkk (2011), semakin lama proses fermentasi dan semakin banyak dosis ragi yang diberikan maka volume bioetanol semakin meningkat. Volume bioetanol yang tertinggi diperoleh pada waktu fermentasi 9 hari dan dosis ragi 30/500 gr. Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu tersebut aktivitas khamir Saccaromyces cerevisiae bekerja secara optimal serta kegiatan enzimatis tidak terhambat. Waktu fermentasi berpengaruh terhadap hasil perolehan bioetanol di mana semakin lama waktu fermentasi maka perolehan bioetanol akan meningkatkan. Setyohadi (2006),semakin tinggi jumlah ragi dan semakin lama waktu fermentasi, mikroorganisme yang terdapat pada bahan semakin tinggi. Hal ini berarti semakin besar jumlah mikroba perombak glukosa menjadi alkohol,sehingga kadar alkohol yang dihasilkan akan semakin tinggi. 28.00 24.00 20.00 16.00 12.00 8.00 3 5 7 9 Waktu Fermentasi (Hari) 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 0 10 20 30 Dosis Ragi (per 500 gr) Pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap densitas bioetanol Waktu fermentasi dan dosis ragi berpengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap densitas bioetanol pada fermentasi limbah tapioka padat kering. Densitas bioetanol semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu fermentasi dan dosis ragi yang diberikan pada limbah tapioka padat kering. Densitas adalah massa dari suatu zat dalam setiap satuan volume. Semakin banyak jumlah ragi yang diberikan dan semakin lama waktu fermentasi maka

118 densitas bioetanol yang diperoleh juga semakin besar, hal ini menunjukkan bahwa jumlah ragi dan waktu fermentasi pada saat fermentasi sangat berpengaruh terhadap densitas bioetanol yang dihasilkan di mana pada kondisi ini bakteri lebih aktif bekerja untuk mengubah glukosa menjadi bioetanol (Anonim, 2007). Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa densitas bioetanol tertinggi diperoleh pada dosis ragi 30/500 gram (27.433%) dengan waktu fermentasi 9 hari (25.017%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh dosis ragi dan waktu fermentasi yang terbaik yaitu pada dosis ragi 30/500 gram dengan waktu fermentasi 9 hari. Densitas 0.8 0.6 0.4 0.2 0 3 5 7 9 Waktu Fermentasi (hari) Pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap rendemen Waktu fermentasi dan dosis ragi berpengaruh berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap rendemen pada fermentasi limbah tapioka padat kering. rendemen semakin meningkat seiring lamany waktu fermentasi pada limbah tapioka padat kering. Hal ini disebabkan lamanya waktu fermentasi terhadap limbah tapioka padat kering memberikan kesempatan pada khamir untuk lebih banyak merombak pati dan menghasilkan lebih banyak alkohol sehingga rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Menurut Setyohadi (2006), semakin tinggi jumlah ragi dan semakin lama fermentasi, ragi khamir yang terdapat pada bahan semakin tinggi. Hal ini berarti semakin besar jumlah pati yang dihidrolisis menjadi glukosa, dan ragi khamir perombak Densitas 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 10 20 30 Dosis Ragi (per 500gr) glukosa menjadi alkohol semakin banyak jumlahnya, karena waktu fermentasi yang semakin lama sehingga kadar alkohol yang dihasilkan semakin tinggi. rendemen semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya dosis ragi yang diberikan pada limbah tapioka padat kering. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya dosis ragi maka pertumbuhan khamir semakin banyak sehingga alkohol yang dihasilkan dari perombakan glukosa semakin meningkat dan mempengaruhi rendemen. Menurut Desrosier (1989), semakin banyak jumlah glukosa yang terdapat pada bahan, semakin tinggi jumlah alkohol yang dihasilkan dari perombakan glukosa tersebut. Semakin besar jumlah pati yang dihidrolisis menjadi glukosa, dan semakin banyak mikroba perombak glukosa menjadi alkohol, akibatnya alkohol yang dihasilkan semakin tinggi. Rendemen 0.64 0.56 0.48 0.40 0.32 0.24 0.16 0.08 0.00 3 5 7 9 Waktu Fermentasi (Hari) Kadar Etanol 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0 10 20 30 Dosis Ragi (per 500 gr)

119 KESIMPULAN 1. Kadar etanol terbaik diperoleh pada waktu fermentasi 9 hari (25,017%) dengan dosis ragi 30/500 gr (27,433%). 2. Densitas etanol terbaik diperoleh pada waktu fermentasi 9 hari (0,634 gr/ml) dengan dosis ragi 30/500 gr (0,687 gr/ml). 3. Rendemen terbaik diperoleh pada waktu fermentasi 9 hari (6,980%) dengan dosis ragi 30/500 gr (6,889%). DAFTAR PUSTAKA Crueger, W. dan Crueger, A. 1984. Biotechnologi. A Textbook Of Industri Micrologi. Sunderlan Sinaver Associates. Inc Cotton, F. Albert danwilkinson Geoffery. 1989. Dasar- Dasar Kimia Anorganik. Penerjemah Suharto pendamping R. A. Koestor. UI- Press, Jakarta. Said, Gumbiro. 1987. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi Edisi 1. Mediatama Sarana Perkasa.Jakarta. Schlegel, H. G. 1994. Mikrobiologi Umum. Universitas Gadjahmada press. Yogyakarta. Sosrosoedirdjo, R. S. 1992. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Yasaguna. Bogor. Tarwotjo, Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta. Widianarko, Budi. 2002. Teknologi Nutrisi dan Keamanan Pangan. PT. Gramedia Widasarana Indonesia. Jakarta. Zubaidah, E. 1998. Teknologi Pangan Fermentasi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Desrosier, 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Mulyohardjo. UI-Press. Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rahman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. PAU IPB. Bogor. Rahmad, Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius. Yogyakarta. Rahmawati, Dewi. 2004. Uji Kemampuan Fermentasi Star Haploid (Saccharomyces cerevisiae) Hasil Rekayasa pada Cairan Buah Belimbing Manis (Averhoa carambola). Skripsi FKIP Biologi. UMS. Surakarta. Restiani, Erna Swesti. 2005. Perancangan Pabrik Etil Alkohol dan Tapioka Kapasitas 70.000 ton pertama. Skripsi Teknik Kimia. UMS. Surakarta.