BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia (1990: 752). Profesor Tjandra mengatakan, konsumsi tembakau di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

STUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam Mencapai derajat (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Hal ini seperti dituliskan dalam KBBI merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas (Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 752). Profesor Tjandra mengatakan, konsumsi tembakau di Indonesia yang tinggi dan terus meningkat bisa mengancam kesehatan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dari data WHO 2008 saja, Indonesia menempati posisi ketiga setelah China dan India. Demikian disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam surat elektronik yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Selasa (12/11/2013). Sementara dari Data Riskesdas 2010, di kalangan remaja 15-19 tahun sebesar 38,4 persen laki-laki dan 0,9 persen perempuan yang merokok. Data GYTS 2011 menunjukkan, prevalensi merokok orang dewasa Indonesia sebesar 34,8% terbagi atas 67,4% laki-laki, dan 4,5% perempuan (GYTS, 2011). Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009, menunjukkan 20,3% anak sekolah 13-15 tahun merokok (Febrida, 2013). Seorang teknisi komputer bercerita, bahwa dia pernah memperbaiki komputer (CPU) di sebuah kantor. CPU yang hendak diperbaiki itu ada di dalam sebuah ruangan yang ketika dia masuk langsung tercium aroma asap rokok yang 1

2 kuat sekali. Rupanya pegawai-pegawai di sana bekerja di sana sambil merokok, entah sudah berapa lama hal itu berlangsung. Sesuatu yang membuat dia terkejut adalah ketika dia membuka CPU yang hendak diperbaiki itu. Begitu dilepaskan tutupnya dia melihat di dalamnya ada banyak jelaga berwarna coklat kehitamhitaman menempel di beberapa bagian. Ketika dia mencoba meraba jelaga tersebut dan menciumnya, segera tercium aroma asap rokok yang keras sampai dia terbatuk-batuk. Rupanya penyebab kerusakan pada CPU tersebut ternyata adalah jelaga yang tercipta dari asap rokok. Berdasasarkan hasil wawancara dengan salah seorang perokok, subyek merokok sejak duduk di kelas 2 SMP. Subyek pun mengaku merokok karena pengaruh teman-teman pergaulannya, sehingga subyek merasa ingin merokok. Pada awal-awal mulai merokok, subyek mengaku hanya menjadi perokok ringan yang hanya menghabiskan beberapa batang rokok perhari. Namun setelah subyek menginjak Bangku SMA dan semakin besar pengaruh lingkungan pergaulan yang sebagian besar temannya adalah perokok, subyek semakin suka merokok dan menjadi perokok berat, kemudian juga mengaku saat itu subyek bisa menghabiskan ± 1 hingga ± 2 bungkus rokok perhari. Berbeda dengan hasil wawancara diatas dimana subyek merokok sejak remaja, seperti yang diberitakan dalam surat kabar harian Kompas (20/04/2012) Manajer Program Komnas PA Lisda Sundari menemukan sedikitnya 20 kasus anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang menjadi perokok aktif. Data resmi Kementerian Kesehatan tentang anak balita yang merokok aktif tidak ada. Pemerintah hanya mengeluarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang

3 meneliti perokok aktif pada anak usia 10-14 tahun. Untuk perokok aktif usia 10-14 tahun, data Riskesdas menunjukkan terjadi peningkatan yang mengejutkan. Dari 1995 hingga 2010, jumlah perokok aktif usia 10-14 tahun melonjak enam kali lipat. Jika pada 1995 jumlah perokok aktif usia 10-14 tahun hanya sekitar 71.000 anak, pada 2010 menjadi 426.000 anak (Indriasari, 2012). Salah seorang perwakilan dari Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), Suminar Siregar (dalam surat kabar Kompas, 28/11/201), menyatakan bahwa keadaan kelompok anak-anak dan remaja sangat memprihatinkan karena penggunaan jumlah perokok terus meningkat setiap tahun. Bahkan, berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, Indonesia merupakan negara ketiga yang jumlah perokok aktifnya paling banyak setelah Cina dan India dengan jumlah sekitar 60 juta orang. Remaja merupakan sasaran empuk dalam pemasaran rokok. Kecanduan rokok di kalangan remaja merupakan salah satu masalah serius di banyak negara termasuk Indonesia. Berdasarkan data global, lebih dari 17% remaja berusia 13 sampai 15 tahun mengonsumsi beberapa bentuk tembakau. Dampak negatif rokok bagi remaja memang biasanya terjadi pada beberapa tahun setelah remaja itu mulai merokok aktif, seperti kanker paru-paru. Namun, perlu diketahui bahwa ada beberapa efek jangka pendek yang terjadi cukup cepat. Contoh efek jangka pendek yang dialami adalah tingkat denyut jantung perokok 2 atau 3 kali lebih cepat dari tingkat denyut jantung bukan perokok. Penelitian menunjukkan bahwa hal ini merupakan tandatanda awal penyakit jantung dan stroke. Merokok juga dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru, sedangkan efek jangka panjang bagi perokok aktif

4 adalah kanker paru-paru, stroke, kanker perut, dan penyakit jantung koroner. Setengah dari semua jumlah perokok meninggal karena masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok (Wulandari, 2014). Menurut salah seorang perwakilan dari BNN (Badan Narkotika Nasional) mengatakan bahwa Rokok mulanya hanya terbuat dari komposisi tembakau (nicotiniana tobacum), kertas pembungkus dan kadang dicampur dengan filter. Saat ini rokok yang beredar sudah ditambah dengan bahan-bahan lain seperti gliserol, sorbitol, propilen glikol, kalium sorbat, asam benzoat, natrium benzoat, cengkeh, vanila, coklat, mentol, dan zat-zat lain. Inilah yang membuat merokok lebih membahayakan bagi tubuh kita. Komponen asap rokok yang sudah terkenal adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Tar mengandung kumpulan senyawa PHA, yang bersifat merangsang kanker (karsinogenic). Tar masuk ke dalam rongga mulut pada saat menghisap rokok yang dibakar sebagai uap padat asap rokok, setelah dingin, menjadi padat dan membentuk endapan coklat, yang melekat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Nikotin adalah senyawa alkaloid alam, bersifat basa, terdapat di dalam daun tembakau. Nikotin menimbulkan efek psikoaktif dan adiksi (kecanduan), lebih kuat dibanding kokain dan morfin. Nikotin menimbulkan rasa nyaman, menekan nafsu makan, norefineprin, menghasilkan rasa riang, meningkatkan kognitif, glutamat, menimbulkan peningkatan belajar dan daya ingat, serotonin, meningkatkan mood, menekan nafsu makan, beta endorfin, mengurangi kecemasan dan rasa tegang. Gas CO adalah gas tak berbau, sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dan bersifat racun (toxic). Kadarnya cukup tinggi dan ketika terhirup, CO dapat

5 mengikat hemoglobin dalam sel darah merah di paru-paru. Hal ini mempengaruhi jumlah hemoglobin yang tersedia untuk pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh dan menyebabkan gejala keracunan CO (Ariwibowo, 2012). Kecanduan alkohol dan obat terlarang pada remaja berhubungan erat dengan kebiasaan merokok. Diyakini 1 dari 4 pecandu narkoba berawal dari kecanduan rokok, sementara 90 persen di antaranya mulai kecanduan sejak di bawah umur 18 tahun. Penelitian terbaru yang dilakukan National Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) menunjukkan 90 persen pecandu narkoba (narkotika dan bahan bebahaya) mulai kecanduan sebelum usai 18 tahun. Artinya masa SMA paling rentan penyalahgunaan narkoba. Menariknya, 1 dari 4 pecandu atau 25 persen mulai mencoba-coba narkoba sejak mengenal rokok. Karena itu, para ahli di CASA sepakat bahwa kebiasaan merokok pada anak remaja bisa menjadi indikator paling kuat untuk memprediksi penyalahgunaan narkoba di kemudian hari. Penelitian yang melibatkan 17.809 remaja berusia di atas 12 tahun ini, terungkap bahwa remaja yang merokok lebih rentan penyalahgunaan berbagai jenis narkoba. Resiko kecanduan ganja lebih tinggi 7 kali lipat, kokain 14 kali lipat dan heroin 16 kali lipat. Remaja di usia 12-15 tahun yang merokok 44 kali lebih rentan mengenal heroin dibandingkan yang tidak merokok. Pengaruh rokok di usia ini 2 kali lebih besar dibandingkan usia 50 tahun ke atas, dalam kaitannya dengan penyalahgunaan heroin. Dr Stanton Glantz dari University of California mengatakan bahwa otak masih berkembang hingga umur 25 tahun. Jika pada masa itu otak sudah mengenal nikotin, rokok akan jadi pintu gerbang untuk kecanduan senyawa lain khususnya alkohol dan obat terlarang, dikutip dari

6 Medicalnewstoday, Kamis (30/6/2011). Kokain, serbuk putih yang berasal dari tanaman coca (Erythroxylum coca) merupakan jenis narkoba paling banyak disalahgunakan di kalangan perokok. Karena belakangan jumlah perokok di kalangan SMA meningkat, diyakini pengguna kokain di masa depan juga akan bertambah (Pramudiarja, 2011). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Helmi, 2000), mendapatkan hasil bahwa sebagian besar (62,67%) orang pertama kali merokok pada saat duduk di bangku SLTP. Tabel Pertama kali merokok Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal dan Cleary dalam Mc Gee, 2005). Smet (dalam Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11 13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30%

7 adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64.8% pria dan dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok (Tandra, 2003). Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Terdapat berbagai pendapat tentang pembatasan usia remaja, rata-rata dimulai dari usia 12 tahun sampai akhir usia belasan. Periode remaja merupakan periode yang penting karena pada masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat (Attkinson dkk, 1993). Berikut hasil penelitian Helmi dan Komalasari mengenai perasaanperasaan remaja saat merokok dan setelah merokok. Efek % Nikmat 38,298 Puas 15,957 Tenang 12,766 Biasa saja 11, 703 Santai 5, 139 Hangat 3, 192 Percaya diri 2, 128 Gaya 1,064

8 Masalah hilang 1,064 Mengantuk 1,064 Pusing 5,257 Pahit 2, 218 (Helmi & Komalasari: 2000) Hasil penelitian Helmi & Komalasari membuktikan bahwa kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang besar sebanyak 40,9 % terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi remaja dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Semakin besar kesenangan yang dihasilkan setelah merokok, semakin besar pula keinginan untuk merokok lagi, hal tersebut juga dapat menimbulkan minat (intensi) yang besar untuk merokok. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu.

9 Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian serta ingin mengetahui apa saja yang melatar belakangi remaja saat pertama kali merokok. Oleh karena itu, judul yang dipilih adalah Studi Fenomenologi: Intensi Merokok pada Remaja. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran intensi merokok pada remaja. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap bentuk intensi merokok pada remaja, dari hasil tersebut dapat diambil manfaat sebagai berikut: 1. Untuk remaja, dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan utuk merokok. 2. Untuk orang tua, dapat lebih mengawasi dan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh anak. 3. Untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi, penelitian ini dapat memberi sumbangan terutama dalam bidang psikologi perkembangan karena hasil penelitian ini memberi gambaran mengenai intensi merokok pada remaja.