IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KEMASAN PLATIK RITEL

Perindustrian R~PU61.1J( IJW0111.'611. Kementerian. Seminar N asional Kulit, Karet, dan Plastik ke-3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kemasan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK KEMASAN PLASTIK RETAIL SKRIPSI BIANTRI RAYNASARI F

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

16! 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Ayam dan Pati Kulit Pisang Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas Plastik Campuran Polipropilena Bekas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat sampah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengujian serat tunggal ASTM D

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta

4 Hasil dan Pembahasan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

III. METODOLOGI PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penggunaan Plastik sebagai Bahan Pengemas Pangan

4 Hasil dan pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang pengaruh jumlah volume filler wt% terhadap kekuatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

SINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER

Pengembangan Biopolimer sebagai Material Kemasan Kopi (Coffee Packaging)

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biodegradable film secara umum diartikan sebagai film yang dapat didaur ulang

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN DAN JENIS IMPELLER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN PATI TALAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT BIODEGRADABEL PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILENA DAN GULA JAGUNG

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis, seperti tekanan fisik (jatuh dan gesekan), getaran, serta benturan. Kuat tarik dan elongasi plastik diukur dengan memberikan gaya pada sampel yang diteliti. Sebagai bahan kemasan, plastik harus memiliki kekuatan tarik maupun perpanjangan putus (elongasi) yang baik karena hal ini akan berpengaruh pada kekuatan terhadap kontak fisik dengan benda lain sehingga plastik tidak mudah sobek dan lebih tahan lama. Polimer dengan kekuatan tarik dan perpanjangan putus (elongasi) yang tinggi tergolong ke dalam jenis polimer yang kuat dan liat. Apabila suatu bahan memiliki kuat tarik yang tinggi namun tidak diimbangi dengan perpanjangan putus yang tinggi, maka cenderung akan menghasilkan plastik yang mudah patah (brittle). Pada lembaran plastik yang dihasilkan, terbentuk orientasi film yang disebut machine direction (MD) dan cross-maschine direction (CD). MD adalah orientasi rantai molekul yang searah dengan arah mesin, sedangkan CD melintang dengan arah mesin. 4.1.1 Kekuatan Tarik Kuat tarik merupakan ukuran besarnya beban atau gaya yang dapat ditahan sebelum suatu contoh rusak atau putus. Kekuatan tarik timbul sebagai reaksi dari ikatan polimer antara atomatom atau ikatan sekunder antara rantai polimer terhadap gaya luar yang diberikan (Van, 1991). Hasil pengujian awal kuat tarik pada plastik biodegradabel adalah 16.75 MPa (MD) dan 6.35 MPa (CD), plastik HDPE 74.29 MPa (MD) dan 48.14 MPa (CD), serta plastik HDPE perforated 65.21 MPa (MD) dan 38.71 MPa (CD). Kedua jenis plastik HDPE berada pada rentang nilai yang sama, sedangkan nilai kuat tarik plastik biodegradabel lebih rendah karena adanya campuran pati pada matriks polimernya. Keberadaan pati pada matriks polimer menyebabkan kekuatan ikatan antar polimernya menjadi lebih lemah. Jika dibandingkan dengan nilai kuat tarik jenis HDPE, plastik biodegradabel menunjukkan penurunan sekitar 69-71% untuk machine direction dan penurunan 86-89% untuk cross-machine direction. Kekuatan tarik pada orientasi MD menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pada orientasi CD. Hal ini menunjukkan orientasi mesin sangat mempengaruhi sifat mekanik plastik yang dihasilkan. Orientasi searah mesin akan meningkatkan sifat mekanik plastik yang mengakibatkan plastik tidak mudah patah. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kuat tarik plastik retail pada orientasi MD dan CD ditampilkan pada Gambar 6. Selama 3 hari waktu penyimpanan, nilai kuat tarik plastik biodegradabel tidak menunjukkan perubahan yang signifikan baik pada orientasi MD maupun CD. Nilai kuat tarik yang ditemukan cenderung konstan, dengan nilai slope yang sangat kecil. Hal ini menunjukkan penyimpanan pada berbagai suhu tidak mempengaruhi nilai kuat tarik plastik biodegradabel. Kondisi ini berbeda pada penyimpanan plastik HDPE dan plastik HDPE perforated. Kedua plastik ini menunjukkan perubahan kekuatan tariknya pada semua suhu. Pada plastik HDPE perforated, penurunan kekuatan tarik paling besar ditemukan pada penyimpanan suhu rendah. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai slope negatif terbesar pada suhu 3-7 o C yaitu -.63(MD) dan -.282(CD) serta pada suhu (-1)-(-6) o C dengan nilai slope -.737(MD) dan -.199(CD). Kondisi serupa juga ditunjukkan pada pengamatan plastik HDPE. Pada suhu 3-7 o C 11

menunjukkan nilai slope -.331(MD) dan -.219(CD) serta pada suhu (-1)-(-6) o C dengan nilai slope -.323(MD) dan -.277(CD). Machine Direction Cross-machine Direction Plastik biodegradabel 8 7 6 5 4 3 2 y =.58x +.86 y = -.45x + 17.37 y =.21x + 16.66 8 7 6 5 4 3 2 y = -.18x + 4.467 y = -.7x + 4.662 y = -.3x + 4.974 1 1 HDPE 8 7 6 5 4 3 2 5 1 2 25 3 y = -.192x + 59.83 y = -.331x + 62.31 y = -.323x + 63.6 8 7 6 5 4 3 2 5 1 2 25 3 y = -.11x + 36.99 y = -.219x + 37.76 y = -.277x + 39.74 1 1 HDPE perforated 8 7 6 5 4 3 2 5 1 2 25 3 y = -.471x + 61.73 y = -.63x + 62.13 y = -.737x + 61.91 8 7 6 5 4 3 2 5 1 2 25 3 y = -.7x + 37.95 y = -.282x + 38.65 y = -.199x + 37.16 1 1 5 1 2 25 3 5 1 2 25 3 Keterangan : Suhu 24-28 o C Suhu 3-7 o C Suhu (-1)-(-6) o C Gambar 6. Grafik pengaruh suhu penyimpanan terhadap kuat tarik plastik retail Penyimpanan pada suhu rendah menghasilkan penurunan nilai kuat tarik yang sangat besar pada orientasi MD. Penurunan nilai kuat tarik plastik HDPE perforated pada orientasi MD terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan orientasi CD. Hal ini menunjukkan kerapatan antarmolekul 12

polietilen pada HDPE perforated lebih renggang pada orientasi MD yang menyebabkan plastik mudah putus atau robek jika terjadi kerusakan mekanis pada orientasi tersebut. Penurunan nilai kuat tarik plastik HDPE memiliki pola yang sama seperti yang ditemukan pada plastik HDPE perforated, yaitu mengalami penurunan nilai kuat tarik pada suhu 3-7 o C, dan suhu (-1)-(-6) o C. Namun penurunan nilai kuat tarik plastik HDPE tidak terlalu besar, artinya plastik HDPE memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan sifat kuat tarik pada penyimpanan suhu rendah dibandingkan dengan plastik HDPE perforated. Penurunan sifat mekanik plastik dapat dipengaruhi ikatan sekunder yaitu ikatan non kovalen molekul plastik dengan molekul penyusun lainnya. Perubahan suhu yang berulang akan mempengaruhi ikatan sekunder yang mengikat molekul polietilen dengan molekul bahan aditif seperti molekul pati dan plasticizer. Jika suhu naik maka ikatan tersebut akan mengembang (muai) dan sebaliknya ketika suhu turun akan terjadi penyusutan. Perubahan suhu dapat terjadi karena adanya kontak antara suhu lingkungan dengan suhu penyimpanan. Kondisi susut-muai ini akan lebih mudah untuk menghancurkan ikatan sekunder yang mengakibatkan plastik lebih mudah putus. 4.1.2 Elongasi (Perpanjangan Putus) Pengukuran kekuatan tarik pada umumnya diikuti dengan pengukuran perpanjangan putus (elongasi), yaitu perubahan panjang maksimum yang dialami plastik pada saat ditarik sampai putus. Perpanjangan putus menentukan elastisitas plastik. Semakin tinggi nilai perpanjangan putus (elongasi), maka plastik tersebut semakin elastis sehingga bahan tersebut dapat ditarik lebih mulur (Billmeyer, 1984). Hasil pengujian awal persen elongasi pada plastik biodegradabel adalah 114,21% (MD) dan 656.54% (CD), plastik HDPE 292.46% (MD) dan 445.45% (CD), serta plastik HDPE perforated 421.2% (MD) dan 718.29% (CD). Persen elongasi plastik retail paling tinggi dimiliki oleh HDPE perforated baik pada orientasi MD maupun CD. Dengan nilai kuat tarik plastik dan persen elongasi yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa plastik HDPE perforated lebih kuat dibandingkan jenis plastik retail lainnya. Plastik HDPE memiliki persen elongasi yang lebih rendah dibandingkan HDPE perforated. Hal ini dapat disebabkan dengan penggunaan jenis plasticizer yang berbeda pada proses pembuatan kedua plastik berjenis HDPE ini, sehingga mempengaruhi sifat mekanis dari plastik yang menghasilkan nilai persen elongasi yang berbeda. Pada plastik biodegradabel, persen elongasinya sangat rendah pada MD namun menunjukkan nilai yang sangat baik pada orientasi CD. Adanya pati pada matriks polietilennya menyebabkan plastik menjadi lebih elastis. Selain itu pembentukan ikatan antara molekul pati dengan monomer polietilen dapat dipengaruhi oleh proses pembentukan lembaran plastik saat ekstrusi, blowing, dan winding yang menyebabkan ikatan rantai pada CD lebih rapat sehingga pada saat ditarik, plastik tidak mudah putus. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap elongasi plastik retail pada orientasi MD dan CD ditampilkan pada Gambar 7. Suhu penyimpanan tidak mempengaruhi secara signifikan nilai persen elongasi plastik biodegradabel dan plastik HDPE. Persen elongasi kedua jenis plastik ini cenderung tetap konstan baik pada orientasi MD maupun CD pada berbagai suhu penyimpanan. Perubahan nilai persen elongasi terlihat pada penyimpanan plastik HDPE perforated.pada orientasi MD, nilai elongasi menurun pada (-1)-(-6) o C dengan nilai slope -2.127. Penurunan sifat elastis plastik ini dapat disebabkan rusaknya ikatan sekunder dan uap air yang terikat karena kelembaban yang rendah. Adanya uap air yang ikut terikat membuat plastik menjadi lebih kaku dan mudah patah. 13

Machine Direction Cross-machine Direction Plastik biodegradabel 9 8 7 6 5 4 3 2 y = 1.16x + 124. y = -.333x + 14.9 y =.213x + 118.3 9 8 7 6 5 4 3 2 y = -.541x + 614.5 y =.863x + 612.4 y = -1.335x + 629.3 1 1 HDPE 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 2 25 3 y =.111x + 298.6 y = -.7x + 318.9 y = -.924x + 317.7 5 1 2 25 3 9 8 7 6 5 4 3 2 1 5 1 2 25 3 y = -.12x + 452.4 y = -.464x + 454.7 y = -.73x + 464.4 5 1 2 25 3 HDPE perforated 9 8 7 6 5 4 3 2 y =.97x + 424.9 y = -.396x + 442.8 y = -2.127x + 443.5 9 8 7 6 5 4 3 2 y = 1.16x + 736.7 y =.523x + 734.5 y =.713x + 733.3 1 1 5 1 2 25 3 5 1 2 25 3 Keterangan : Suhu 24-28 o C Suhu 3-7 o C Suhu (-1)-(-6) o C Gambar 7. Grafik pengaruh suhu penyimpanan terhadap elongasi plastik retail Nilai persen elongasi yang cenderung konstan menunjukkan bahwa elongasi tidak dipengaruhi oleh penyimpanan pada suhu rendah. Ditinjau dari hasil pengukuran nilai kuat tarik dan persen elongasi, plastik HDPE perforated memiliki kekuatan mekanik yang paling baik dengan nilai kuat tarik dan elongasi yang tinggi, disusul dengan plastik HDPE. Plastik HDPE perforated tidak dapat mempertahankan sifat mekanisnya pada suhu rendah, terutama pada suhu (-1)-(-6) o C. Penurunan kekuatan tarik cukup besar pada penyimpanan suhu rendah dibandingkan 14

dengan penyimpanan pada suhu 24-28 o C. Plastik biodegradabel memiliki sifat mekanik yang kurang baik jika dibandingkan dengan plastik jenis HDPE. Namun plastik biodegradabel memiliki kemampuan dalam mempertahankan kekuatan mekaniknya walaupun disimpan pada suhu rendah. Sifat mekanik plastik biodegradabel yang baik dapat disebabkan ikatan yang kuat antara molekul penyusunnya. Penggunaan jenis dan konsentrasi plasticizer yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanik plastik yang mengakibatkan plastik semakin elastis. 4.2 SIFAT FISIK PLASTIK Sifat fisik plastik dapat diketahui dengan mengukur permeabilitas uap air dan mengamati morfologi permukaan permukaan plastik. Permeabilitas uap air berkaitan dengan ketahanan plastik sebagai barrier bagi kemasan. Semakin besar nilainya maka akan menunjukkan bahwa plastik tersebut semakin mudah dilewati uap air dan gas. 4.2.1 Permeabilitas Uap Air Permeabilitas uap air dihitung melalui laju transmisi uap air atau water vapour transmission rate (WVTR). Nilai permeabilitas suatu jenis film perlu diketahui karena dapat dipergunakan untuk memperkirakan daya simpan produk yang dikemas di dalamnya. Nilai permeabilitas juga dapat digunakan untuk menentukan produk atau bahan apa yang sesuai untuk kemasan tersebut. WVTR merupakan slope dari plot jumlah uap air yang hilang tiap waktu dibagi oleh luas film (Krochta, 1997). Dari hasil uji WVTR awal, plastik biodegradabel memiliki nilai paling tinggi yaitu 21.56 g/m 2 /24jam dibandingkan dengan plastik HDPE 13.1 g/m 2 /24jam dan HDPE perforated sebesar 8.99 g/m 2 /24jam. Hal ini menunjukkan nilai WVTR dapat dipengaruhi oleh densitas plastik. Plastik biodegradabel memiliki densitas rendah karena adanya campuran pati pada matriks polimernya. Hal ini menyebabkan plastik biodegradabel memiliki permeabilitas uap air yang rendah. Hal ini didukung dengan pernyataan Birley et al. (1988) bahwa plastik dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air, oksigen, atau karbon dioksida. Densitas plastik yang tinggi disebabkan oleh banyaknya rantai yang lurus pada matriks polimernya. Yam (27) juga mengungkapkan dalam kondisi kelembaban yang tinggi, air terabsorpsi ke dalam polimer dan berinteraksi dengan ikatan polar untuk menggembungkan struktur polimer. Pada saat yang bersamaan, permeabilitas gas juga akan meningkat dengan cepat. Nilai WVTR yang besar pada pengujian awal plastik biodegradabel dapat disebabkan karena adanya pati yang menyusun matriks plastik tersebut. Transmisi uap air mudah terjadi melalui bagian film yang bersifat hidrofilik, dalam hal ini adalah pati. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Krochta (1997) bahwa permeabilitas uap air tergantung pada perbandingan bahan yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik dalam formulasi film. Film dari polisakarida mempunyai ketahanan yang rendah terhadap uap air. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap nilai WVTR ditampilkan pada Gambar 8. Penyimpanan plastik pada semua suhu menurunkan nilai WVTR plastik biodegradabel, terutama pada suhu 3-7 o C dari 21.56 g/m 2 /24jam menjadi 16.12 g/m 2 /24jam. Hal ini menunjukkan molekul uap air yang mampu menembus plastik menjadi semakin sedikit. Sulitnya molekul uap air untuk menembus plastik dapat disebabkan ikatan yang kuat antara molekul penyusun plastik biodegradabel. Oleh karena itu plastik biodegradabel dapat mempertahankan sifat fisiknya pada suhu rendah.

Sedangkan pada plastik HDPE dan plastik HDPE perforated menunjukkan peningkatan laju transmisi uap air. Hal ini dapat disebabkan karena rusaknya ikatan antar molekul plastik yang menyebabkan kristalinitas plastik menurun. Dari penelitian yang dilakukan Equistar (23), permeabilitas plastik dapat dipengaruhi oleh struktur kristalin dari plastik. Daerah kristalin pada plastik lebih tahan terhadap permeabilitas gas dan uap air, sedangkan daerah amorf lebih mudah untuk ditembusi oleh molekul uap air dan gas. Untuk meningkatkan daerah kristalin pada plastik dapat dilakukan dengan menggunakan resin berdensitas tinggi. WVTR (g/m2/24 jam) 25 2 1 5 y = -.12x + 21.4 y = -.181x + 21.84 y = -.85x + 21.4 3 WVTR (g/m2/24 jam) 25 2 1 5 y =.12x + 13.87 y =.21x + 12.45 y =.12x + 12.16 3 Plastik biodegradabel HDPE HDPE perforated Keterangan : Suhu 24-28 o C Suhu 3-7 o C Suhu (-1)-(-6) o C Gambar 8. Grafik pengaruh suhu penyimpanan terhadap WVTR plastik retail WVTR (g/m2/24 jam) 25 2 1 5 y =.46x + 7.948 y =.131x + 7.597 y =.181x + 7.867 3 4.2.2 Morfologi Permukaan Scanning Electron Microscophy (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder. SEM menggunakan prinsip scanning dengan prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik permukaan spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka sebagian dari elektron itu akan dipantulkan kembali dan sebagian lagi diteruskan. Jika permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layer dan akan diperoleh gambaran yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi. Pengujian dengan SEM dilakukan untuk melihat hasil mikroskopis permukaan plastik pada perbesaran 2x. Pengujian awal pada morfologi permukaan plastik retail ditunjukkan pada Gambar 9. Morfologi permukaan HDPE perforated dan plastik HDPE lebih homogen dibandingkan dengan morfologi permukaan plastik biodegradabel. Adanya pati yang terikat pada matriks polimer plastik biodegradabel menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung berupa granula pati. Granula pati terlihat tersebar dengan berbagai macam ukuran. Perbedaan ukuran ini akan mempengaruhi sifat mekanik dan fisik plastik biodegradabel. Granula pati yang berukuran kecil dapat menyebabkan penurunan sifat mekaniknya karena pada ikatan rantai polimer yang berikatan dengan granula berukuran kecil, kekuatan plastik untuk menerima tarikan menjadi lebih rendah dan perpanjangan putusnya meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Gunawan 16

et al. (27) dimana plastik polietilen yang dikompositkan dengan pati tapioka ukuran nanometer dapat menurunkan sifat mekanik, namun meningkatkan sifat degradabilitasnya. Gelembung pada permukaan plastik biodegradabel yang merupakan plastik komposit pati dapat disebabkan kadar air yang berlebihan pada pembuatan pati termoplastis. Kadar air yang berlebihan akan menyebabkan pati teraglomerasi dan memberikan efek negatif terhadap interaksi interfacial antara pati dengan polimer. Demikian pula kadar air yang rendah akan mengurangi aglomerasi granula pati selama proses pencampuran plastik. Plastik biodegradabel HDPE HDPE perforated Gambar 9. Morfologi permukaan plastik retail (perbesaran 2x) Pengaruh suhu penyimpanan terhadap perubahan morfologi permukaan plastik biodegradabel terlihat pada Gambar 1. Pada pengujian awal, granula pati masih berbentuk oval dan tidak rusak. Namun pada hari penyimpanan ke- pada suhu 24-28 o C, beberapa granula pati berukuran besar mulai mengalami kehancuran berupa robekan. Kehancuran granula pati berukuran besar semakin bertambah pada hari penyimpanan ke-3. Pada suhu 3-7 o C, granula pati berukuran besar jumlahnya meningkat. Hal ini dapat disebabkan granula pati menyerap air di lingkungan sekitar sehingga granula yang berukuran kecil membengkak. Semakin lama masa penyimpanan, jumlah hancurnya granula semakin banyak. Kondisi ini juga terjadi pada kondisi suhu (-1)-(- 6) o C. Penyimpanan pada suhu yang semakin rendah menyebabkan granula pati kecil semakin banyak yang membengkak dan hancur. Hari ke Suhu penyimpanan 24-28 o C 3-7 o C (-1)-(-6) o C 3 Gambar 1. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap morfologi permukaan plastik biodegradabel (perbesaran 2x) 17

Hasil mikroskopis plastik HDPE disajikan pada Gambar 11 yang menunjukkan permukaan yang halus dan homogen. Penyimpanan pada berbagai suhu tidak mempengaruhi morfologi permukaan plastik HDPE. Plastik tidak mengalami kerusakan seperti adanya robekan atau kerutan. Hari ke Suhu penyimpanan 24-28 o C 3-7 o C (-1)-(-6) o C 3 Gambar 11. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap morfologi permukaan plastik HDPE (perbesaran 2x) Hasil uji SEM HDPE perforated yang disajikan pada Gambar 12, hampir sama dengan hasil uji SEM plastik HDPE. Permukaan HDPE perforated terlihat halus dengan adanya cekungan besar yang merupakan perforasi yang dimiliki plastik. Pengaruh suhu terhadap sifat morfologi plastik tidak menunjukkan kerusakan pada permukaannya. Hal ini dapat disebabkan ikatan rantai polimer plastik jenis HDPE lebih rapat sehingga tidak mudah untuk rusak kecuali adanya kerusakan mekanis yang disengaja. Hari ke Suhu penyimpanan 24-28 o C 3-7 o C (-1)-(-6) o C 3 Gambar 12. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap morfologi permukaan plastik HDPE perforated (perbesaran 2x) 18