BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) merupakan kadal besar dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) antara lain di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gili Motang, Pulau Nusa Kode (Jessop dkk., 2005 a ) dan di luar TNK terbatas di sebagian kecil Utara dan Barat Pulau Flores (Erdmann, 2004). Keberadaan spesies ini dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999. Komodo adalah satwa yang termasuk ke dalam kategori vulnerable (rentan) IUCN red list (IUCN, 1996). Menurut Jessop dkk. (2005 a ) Komodo tidak ditemukan lagi di Pulau Padar, padahal menurut Auffenberg (1981) pada penelitiannya tahun 1969-1970 masih terdapat populasi Komodo di pulau tersebut. Saat ini populasi Komodo mengalami keadaan yang statis, tetapi kepunahan lokal di Pulau Padar dan berkurangnya populasi Komodo secara drastis di pulau Flores (Cagar Alam Wae Wu ul) adalah tanda bahaya bagi populasinya (Imron, 2006). Selain itu, berkurangnya jumlah sumber pakan (dalam hal ini angsa) yang lebih disebabkan oleh proses anthropogenik (misalnya perburuan dan pembukaan lahan menggunakan teknik pembakaran) sering bersama-sama dengan fragmentasi habitat dapat mengancam kelangsungan viabilitas predator (Imron, 2006 dan Jessop dkk., 2005 c ). Berdasarkan hal 1
2 tersebut, keberadaan mangsa Komodo sangat penting untuk diperhatikan dalam habitat Komodo. Komodo termasuk predator teratas sehingga tidak mempunyai pemangsa di habitatnya. Komodo juga merupakan predator yang oportunistik, yang berarti jenis mangsa yang dapat dimangsa Komodo sangat banyak dan bervariasi (Auffenberg, 1981). Mangsa utama Komodo dewasa adalah binatang yang ukurannya mulai dari lebih kecil sampai lebih besar dari tubuh Komodo itu sendiri. Mangsa Komodo terdiri dari mangsa ungulata besar, termasuk Rusa Timor (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus scrofa), dan Kerbau Air (Bubalus bubalus) (Auffenberg, 1981). Pakan berpengaruh besar terhadap suatu populasi. Pakan (mangsa dari predator) merupakan salah satu komponen yang menjadi daya dukung kesesuaian suatu populasi terhadap habitatya. Komposisi pakan adalah bagian dari perilaku makan satwa. Komposisi pakan merupakan informasi yang penting untuk mengetahui sumberdaya apa saja yang satwa perlukan untuk melangsungkan kehidupannya (Boitani dkk, 2000). Informasi perilaku makan adalah informasi penting untuk mengetahui sejarah alami pada setiap spesies, mengetahui informasi komposisi pakan suatu spesies menjadi alasan yang kuat ketika informasi tentang pakan masih sedikit yang tersedia (Salas dan Fuller, 1996 dalam Boitani dkk, 2000). Pemilihan mangsa oleh predator dapat diteliti menggunakan beberapa metode (Auffenberg, 1981). Salah satunya dapat diteliti dari bangkai yang ditemukan di lapangan. Pada Komodo, bangkai mangsa yang ditinggalkan
3 Komodo sangat sulit untuk dicari. Meskipun ada, bangkai bekas mangsa itu sulit untuk diidentifikasi jenisnya karena Komodo hanya meninggalkan sisa dari mangsa atau bangkai yang dimakannya dalam bentuk bekas darah, isi usus, dan terkadang berkas robekan rambut dari kulit mangsanya. Metode yang paling memungkinkan untuk Komodo adalah menggunakan kotoran untuk mengetahui komposisi pakan Komodo. Hal itu dikarenakan kotoran dari banyak spesies Varanus banyak berisi sisa dari mangsa yang dimakan, begitupun Komodo (Auffenberg, 1981). Pulau Rinca merupakan pulau yang mempunyai mangsa Komodo yang lengkap dan mempunyai kepadatan mangsa utama (Rusa Timor) yang tinggi setelah Pulau Komodo (Jessop dkk., 2007). Pulau Rinca juga mempunyai luasan terbesar kedua setelah Pulau Komodo di dalam Kawasan Taman Nasional Komodo. Luasan suatu pulau mempengaruhi daya dukung populasi mangsa Komodo (Jessop dkk., 2007). Auffenberg (1981) melakukan penelitian untuk mengetahui komposisi pakan Komodo hanya terbatas di Pulau Komodo, Pulau Flores, dan Pulau Padar saja sedangkan sepengetahuan penulis, belum ada informasi tentang komposisi pakan di Pulau Rinca. Hal-hal tersebut menyebabkan penelitian ini dilakukan di Pulau Rinca. Komodo membutuhkan populasi yang stabil dan tidak terjadi kepunahan lokal agar dapat bertahan di lingkungan alaminya. Agar populasi Komodo dapat stabil dibutuhkan strategi konservasi. Salah satu faktor penentu keberhasilan dari konservasi adalah pengelolaan habitat. Habitat merupakan sumberdaya yang dibutuhkan oleh satwa sehingga setiap satwa membutuhkan habitat yang spesifik
4 (Boitani dkk, 2000). Komponen habitat terdiri dari faktor abiotik yaitu air (water), ruang (space), dan tempat berlindung (cover); dan biotik yaitu pakan (food). Faktor lain yang menjadi daya dukung keberhasilan konservasi adalah informasi mengenai distribusi atau sebaran satwa tersebut. Distribusi Komodo penting diketahui untuk mudahnya pemantauan dan mengetahui seleksi habitat oleh Komodo. Menurut Auffenberg (1981), Komodo menyukai habitat savana. Savana menjadi tempat beraktivitas di siang hari maupun di malam hari karena panas yang dibutuhkan untuk menjaga pakan didalam perutnya tidak membusuk. Komodo istirahat pada malam hari di savana, hutan musim, atau di dalam lubang untuk mencegah kehilangan panas yang berlebihan (Erdmann dkk, 2004). Berdasarkan tersebut diatas, mendapatkan informasi habitat dan distribusi Komodo yang lengkap di Loh Buaya menjadi peranan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian Komodo di Pulau Rinca. Oleh karena itu penelitian terhadap habitat dan distribusi Komodo diharapkan dapat memberi informasi tentang keberadaan populasi Komodo. 1.2 PERMASALAHAN Rumusan masalah yang dapat dibuat dari latar belakang adalah : 1. Bagaimanakah distribusi Komodo di Loh Buaya? 2. Bagaimanakah mangsa dan karakteristik habitat Komodo di Loh Buaya? 3. Bagaimana pengaruh karakteristik habitat terhadap kehadiran Komodo di Loh Buaya?
5 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui distribusi Komodo di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca. 2. Mengetahui mangsa dan karakteristik habitat Komodo di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca. 3. Mengetahui pengaruh karakteristik habitat terhadap kehadiran Komodo di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi Taman Nasional Komodo sebagai pengelola kawasan yang yang ditujukan untuk melestarikan ekosistem yang di dalamnya termasuk habitat Komodo, dan distribusinya di Resort Loh Buaya Pulau Rinca. Selain itu, informasi habitat Komodo dapat berguna sebagai data perubahan potensi kawasan. Informasi tersebut juga diharapkan menjadi pertimbangan untuk membuat strategi konservasi yang akan dibuat untuk melestarikan habitat satwa sehingga keadaan alam mendukung populasi satwa terutama Komodo stabil sesuai daya dukung habitatnya. Manfaat dari mengetahui mangsa Komodo akan memfokuskan pengelola untuk memonitoring keadaan populasi mangsa Komodo yang penting. Hal itu dikarenakan populasi mangsa Komodo sangat mempengaruhi populasi Komodo. Manfaat mengetahui keadaan habitat yang digunakan Komodo penting untuk menentukan tempat berlindung dan beraktivitas dari Komodo. Bertambah luasnya tempat aktivitas Komodo diharapkan akan meningkatkan daya dukung Komodo.