BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita masa depan mereka. Untuk menempuh pendidikan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

2016 HUBUNGAN TINGKAT STRES MAHASISWA DENGAN HASIL INDEKS PRESTASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang. Udiono,Tri;2007

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa sedikit mengalami permasalahan dan beban karena tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

KEMENDIKBUD. Biaya Pendidikan. Magister. Sarjana. Penerima Bidikmisi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat membantu seseorang. melakukan dan mencapai sesuatu aktivitas yang diinginkannya, jadi

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN NOMOR: 2485/E3/Kep/2013 PETUNJUK TEKNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

BAB I PENDAHULUAN. kreatif mandiri dan bertanggung jawab. pendidikan tersebut ditentukan oleh komponen-komponen dalam pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perguruan tinggi, institut atau akademi. Mahasiswa adalah peserta didik D-

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi berupa bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada 20.000 mahasiswa yang memiliki potensi akademik baik dan tidak mampu secara ekonomi yang diselenggarakan di 104 Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Salah satu dari PTN yang menyelenggarakan program beasiswa Bidikmisi adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Misi dari program Bidikmisi yaitu menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu dan mempunyai potensi akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi dan menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari program Bidikmisi adalah meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa khususnya mereka yang menghadapi kendala ekonomi, meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan berpotensi akademik baik, menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai dan tepat waktu (Santoso, 2013). Sebagai sebuah program yang berkelanjutan setiap tahunnya, tentunya harapan dari adanya beasiswa Bidikmisi dari tahun ke tahun semakin mendekati kesempurnaan. Demikian pula dengan prestasi para mahasiswa penerima Bidikmisi, untuk selanjutnya akan semakin membanggakan. Mencapai prestasi yang membanggakan merupakan salah satu dari tujuan program Bidikmisi. Dalam mewujudkan misi dan tujuan program Bidikmisi,

2 maka para penerima beasiswa Bidikmisi diharapkan dapat memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2.75. Menurut Direktorat Kemahasiswaan

3 UPI apabila ada mahasiswa Bidikmisi yang mendapatkan IPK di bawah 2.75 maka akan diberikan pembinaan agar lebih baik lagi, dan apabila masih tetap memperoleh IPK di bawah 2.75 maka beasiswa Bidikmisi yang diperolehnya akan diberhentikan. Menurut data statistik, prestasi yang diraih para penerima angkatan pertama ada yang membanggakan dan ada pula yang mengecewakan, yaitu lebih dari 20% dari mereka meraih Indeks Prestasi Sementara (IPS) antara 3.51-3.99, sebanyak 58% meraih IPS antara 2.75-3.50, bahkan sebanyak 1% diantara mereka meraih IPS sempurna 4.00. Hanya 4% diantara mereka yang memperoleh IPS dibawah 2.00, sementara 17% sisanya meraih IPS antara 2.00-2.74. Dari data statistik diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi belum menunjukan prestasi yang baik (Jawa Pos National Network, 2012). Untuk melihat gambaran pada mahasiswa Bidikmisi UPI, peneliti melakukan studi awal pada bulan November 2013 dengan mewawancarai beberapa mahasiswa Bidikmisi UPI. Hasil wawancara menunjukan bahwa sebagian subjek mengalami hambatan ketika harus memenuhi ketentuanketentuan yang telah ditetapkan dalam program beasiswa Bidikmisi. Ketentuan-ketentuan tersebut diantaranya harus memperoleh IPK diatas 2.75 dan lulus kuliah tepat waktu. Dalam hal akademik, subjek merasa tidak dapat membeli buku yang diwajibkan oleh jurusan dan tidak bisa membayar biaya praktikum. Hal tersebut disebabkan karena tidak cukupnya dana beasiswa Bidikmisi bahkan terkadang sering mengalami keterlambatan dalam pencairan dana Bidikmisi. Disamping itu, prestasi yang subjek miliki ada yang membanggakan yaitu memeroleh IPS di atas 3.51-3.8, IPS diatas 2.75-3.5 dan ada pula yang mengecewakan yaitu memeroleh IPS di bawah 2.74. Kondisi tersebut menyebabkan subjek merasa tertekan sehingga subjek merasakan kecemasan akademik. Fenomena kecemasan akademik yang dialami oleh mahasiswa Bidikmisi adalah para mahasiswa cenderung untuk menghindar dari peraturan

4 yang telah ditetapkan dalam beasiswa Bidikmisi sehingga ada beberapa mahasiswa yang memutuskan perkuliahannya hanya karena memiliki permasalahan di bidang akademik misalnya mendapatkan IPK di bawah 2.75 dan tidak cukupnya dana untuk kebutuhan biaya hidup dan akademik. Menurut Valiante dan Pajares (1999, hlm. 33), kecemasan akademik adalah perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis. Ottens (1991, hlm. 5) menjelaskan terdapat empat karakteristik kecemasan akademik, salah satu karakteristik tersebut adalah misdirected attention yaitu perhatian yang menunjukkan arah yang salah. Pada umumnya mahasiswa diharapkan dapat berkonsentrasi penuh pada tugas-tugas akademik seperti membaca buku, mengikuti ujian, atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen akan tetapi yang terjadi disini adalah mahasiswa tidak perduli dan perhatian mereka menjadi teralihkan (Ottens, 1991, hlm. 5). Perhatian dapat terganggu melalui faktor eksternal (tindakan mahasiswa lainnya, jam, suara-suara asing) atau faktor pengganggu internal (kecemasan, lamunan, dan reaksi fisik). Perhatian yang terganggu dapat diatur dengan regulasi emosi. Hal tersebut berdasarkan pada pendapat Cole dkk (2004) bahwa regulasi emosi menekankan pada bagaimana dan mengapa emosi itu sendiri mampu mengatur dan memfasilitasi proses-proses psikologis, seperti memusatkan perhatian, pemecahan masalah, dukungan sosial dan juga mengapa regulasi emosi memiliki pengaruh yang merugikan, seperti mengganggu proses pemusatan perhatian, interferensi pada proses pemecahan masalah serta mengganggu hubungan sosial antar individu. Regulasi emosi merupakan salah satu bagian dari resiliensi (Reivich dan Shatte, 2002). Campbel-Sills dkk (Wilks, 2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau problem focused coping. Task oriented sangat berkaitan dengan salah satu

5 komponen kecemasan akademik diantaranya task generated interference yaitu perilaku yang berhubungan dengan tugas akan tetapi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas (Center for Learning & Teaching, 2005). Ketika mahasiswa Bidikmisi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas, hal tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa Bidikmisi mengalami kecemasan akademik. Individu yang memiliki regulasi emosi maka akan dapat mengatasi hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Reivich dan Shatte (2002) menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mengatur emosi, akan mengalami kesulitan. Adapun ketika situasi-situasi tertentu saat kesulitan atau penderitaan tidak dapat dihindari, individu yang memiliki resiliensi dapat mengatasi berbagai permasalahan hidup dengan cara mereka. Individu akan mampu mengambil keputusan dalam kondisi yang sulit secara cepat. Keberadaan resiliensi akan mengubah permasalahan menjadi sebuah tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan, ketidakberdayaan menjadi kekuatan (Widuri, 2012, hlm. 148). Resiliensi sangat penting dalam membantu individu untuk mengatasi segala kesulitan yang muncul setiap hari (Grotberg, 1999). Resiliensi diperlukan oleh mahasiswa Bidikmisi agar perkuliahan yang dijalani tidak terbengkalai dan tidak putus di tengah jalan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, banyak mahasiswa Bidikmisi hanya mengandalkan pencairan dana Bidikmisi saja, sehingga tidak sedikit mahasiswa Bidikmisi yang meminta bantuan kepada teman ataupun kerabatnya untuk meminjam uang, bahkan ada yang mengikuti wirausaha, mengajar, dan lain sebagainya untuk menanggulangi hambatan-hambatan tersebut. Pada dasarnya, setiap individu memiliki potensi yang sangat besar untuk menjalani dan menghadapi setiap tantangan yang ada dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan dapat belajar dari setiap pengalaman-pengalaman yang dialami oleh dirinya dan oleh orang-orang di sekitarnya, dapat menjadikan individu tersebut individu yang tangguh ketika menghadapi keadaan seperti

6 apapun, meskipun ia dari keluarga yang tidak mampu atau serba kekurangan dan hidup dalam keprihatinan (Rahmasari, 2007). Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesulitan (adversity dan trauma) yang dialami dalam kehidupannya. Individu yang memiliki resiliensi akan dapat menghadapi setiap permasalahan yang menimpa kehidupannya dan ia pun tahu seperti apa penyelesaiannya. Resiliensi ini akan sangat membantu mahasiswa dalam menghadapi setiap permasalahan yang dialaminya, dari permasalahan yang ringan hingga permasalahan yang sangat sulit. Faktanya, orang yang paling resilien mencari pengalaman baru dan menantang karena mereka telah mempelajari bahwa hanya melalui perjuangan, dengan memaksa diri mereka sendiri ke batas yang paling maksimal, maka mereka akan menambah batasan hidup mereka sendiri (Reivich & Shatte, 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang resilien akan memiliki performansi akademik yang baik (Wilks, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Lee (2009) pada individu beresiko menemukan bahwa individu yang memiliki tingkat resiliensi yang tinggi juga memiliki nilai akademis yang baik. Begitu pun dengan hambatan yang terjadi kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dalam memperjuangkan untuk memenuhi setiap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yaitu mendapatkan nilai akademik yang bagus (nilai IPK di atas 2.75 dan dapat lulus kuliah tepat waktu). Hal tersebut merupakan tantangan yang sangat besar untuk mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi untuk tetap konsentrasi dan berprestasi di bidang akademik. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti sangat tertarik untuk mengangkat judul Hubungan Tingkat Resiliensi dengan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UPI Bandung.

7 B. Rumusan Masalah Mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi merupakan mahasiswa yang perkuliahannya dibiayai oleh pemerintah, sehingga dituntut untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan tersebut sangat berkaitan erat dengan bidang akademik. Dalam melaksanakan peraturan Bidikmisi ada beberapa hal yang diduga akan menimbulkan kecemasan akademik. Adapun salah satu yang dapat mengatasi kecemasan akademik adalah regulasi emosi. Regulasi emosi merupakan bagian dari resiliensi. Resiliensi berkorelasi positif dengan task oriented atau problem focused coping, yang merupakan salah satu komponen kecemasan akademik. Oleh karena itu, secara umum fokus permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan tingkat resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung? Berdasarkan permasalahan umum di atas, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran umum mengenai resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung? 2. Bagaimanakah gambaran umum mengenai kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung? 3. Adakah hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

8 2. Tujuan khusus a. Gambaran mengenai resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung. b. Gambaran mengenai kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung. c. Hubungan resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, serta referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Manfaat penelitian ini secara praktis, yakni: a. Bagi Penulis Dapat memberikan bukti dan penjelasan mengenai fenomenafenomena yang terjadi di lapangan, juga sebagai pembelajaran dan pengalaman awal bagi penulis dalam menulis karya ilmiah. b. Bagi Mahasiswa Bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi memberikan gambaran mengenai bagaimana kecemasan akademik mempengaruhi tingkat resiliensi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. c. Bagi Universitas Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan untuk pihak Universitas terutama bagian kemahasiswaan agar dapat memberikan perhatian kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

9 E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi. BAB II RESILIENSI DAN KECEMASAN AKADEMIK Dalam bab ini, akan dibahas mengenai teori resiliensi yang terdiri dari definisi resiliensi, aspek-aspek resiliensi, fungsi-fungsi resiliensi, faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi, dan sumbersumber resiliensi. Kemudian akan membahas mengenai teori kecemasan akademik yang terdiri dari definisi kecemasan akademik, komponen-komponen kecemasan akademik, gejala kecemasan akademik, karakteristik-karakteristik kecemasan akademik, dan sumber-sumber kecemasan akademik. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel resiliensi dengan kecemasan akademik. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara dua variabel yaitu resiliensi dan kecemasan akademik. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai variabel dan definisi operasional resiliensi dan kecemasan akademik, teknik pengumpulan data, dan instrumen penelitian. Selain itu juga

10 dibahas mengenai proses pengembangan instrumen dan teknik analisis data yang terdiri dari uji normalitas dan uji korelasi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai gambaran resiliensi dan kecemasan akademik serta hubungan tingkat resiliensi dengan kecemasan akademik pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UPI Bandung. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian ini.