NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Siti Fatimah I

NASKAH PUBLIKASI DISKA ASTARINI I

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA/ MAHASISWI TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MAHASISWI USU TERHADAP PEMENUHAN KECUKUPAN KALSIUM HARIAN. Oleh: ESTER SIBUEA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. resiko penularan HIV melalui hubungan seksual (The United Nations High

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

GAMBARAN PERILAKU SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 5 MEDAN TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Oleh : Shamesh Baskaran

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISWA SMA NEGERI 1 SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Universitas Sumatera Utara

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

ABSTRAK KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE DI YAYASAN X BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN MENGENAI SEKS BEBAS PADA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MENGENAI HIV / AIDS

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: JANE TETRAULINA SILITONGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA JURUSAN X ANGKATAN 2013 MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA JALANAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK. Stephanie Amelinda Susanto, 2011, Pembimbing I: Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes., Pembimbing II: Donny Pangemanan, drg, SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KELOMPOK RISIKO TINGGI TENTANG HIV-AIDS DI KOTA BANDUNG PERIODE TAHUN 2014

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN WPS DENGAN KEJADIAN IMS DI KLINIK IMS TUNJUNG BIRU TAHUN 2015


GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA UMUR TAHUN YANG BERADA DI KELURAHAN SEI RENGAS I MEDAN MENGENAI SADARI KELVIN YUWANDA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

BAB I Pendahuluan. Penyakit gonore adalah penyakit infeksi menular. yang disebabkan oleh infeksi bakteri

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

POLA HUBUNGAN SEKSUAL DAN RIWAYAT IMS PADA GAY DI BALI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

Sikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM DAN MAHASISWA TERHADAP BAHAYA MEROKOK DAN KANKER PARU DI KOTA MEDAN OLEH: PRISHA JAGADISH UDANI

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA NEGERI 5 MEDAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA RINI M. NASUTION

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU MENGENAI HIV / AIDS PADA SISWA SISWI KELAS DUA DAN TIGA SALAH SATU SMA SWASTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2006

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENTINGNYA PENGAWASAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE) DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSU DR PIRNGADI

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Joko Herdiyanto I11109030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2014

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 TANGGUNG JAWAB YURIDIS MATERIAL PADA Joko Herdiyanto NIM: I11109030 DISETUJUI OLEH PEMBIMBING PERTAMA PEMBIMBING KEDUA Agus Fitriangga, SKM,MKM NIP. 1979 0826 2008 121 003 PENGUJI PERTAMA dr. Ambar Rialita, SpKK NIP. 1969 1025 2008 122 002 PENGUJI KEDUA dr. Retno Mustikaningsih, M.Kes,SpKK NIP. 1967 0801 2000 032 006 dr. Abror Irsan, MMR NIP. 1985 1111 2010 121 004 MENGETAHUI, DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA dr. Bambang Sri Nugroho,Sp.PD NIP. 19511218 197811001

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Joko Herdiyanto 1 ; Agus Fitriangga 2 ; Ambar Rialita 3 Intisari Latar Belakang: sampai saat ini, infeksi menular seksual masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi diberbagai negara. Kehidupan seks kaum waria memiliki dampak penyebaran infeksi menular seksual cukup tinggi karena relasi seks yang mereka lakukan umumnya mengandung resiko cukup tinggi karena sering berganti-ganti pasangan.tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wari-waria dikota Pontianak terhadap infeksi menular seksual Metodologi: penelitian ini merupakan bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 55 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan menggunakan teknik konsekutif sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuosiner dan analisis data dengan menggunakan statistic deskriptif. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tingkat pengetahuan dan sikap waria-waria di kota Pontianak berada dalam kategori cukup. Kesimpulan: Pihak dinas kesehatan maupun masyarakat memberikan informasi mengenai infeksi menular seksual kepada kaum waria di kota Pontianak. Kata Kunci: pengetahuan, sikap, waria, infeksi menular seksual 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 2) Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat. 3) Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Joko Herdiyanto 1 ; Agus Fitriangga 2 ; Ambar Rialita 3 Abstract Background: sexually Transmitted Infections (STIs) remain as a current health problem, affecting both social and economic sectors in various countries.stis. Sexual behavior of tranvetite group had high impact to spreading of STIs because their sexual relation generally have high risk because often flitting of couple. Objective: the research aimed to find out the level of knowledge and attitude of transsexual in Pontianak city towards STis. Method: the research was descriptive and was conducted with cross-sectional approach survey method. The research population was the entire. A total of 55 samples were collected. Sampling was conducted through concecutive sampling technique. Data was collected using questionnaires and then analyzed by using descriptive statistic method. Results: the result of study show that the level of knowledge and and attitude towards STIs is categorized as sufficient. Conclusion: Therefore, as shown in the result of the study, it is trongly recommended that both the Health Service and community could work together in educating the students regarding STIs issue as well as sex education concurrently. Keyword: knowledge, Attitude, Transsexual, Sexual Transmitted infection Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Borneo. 1) Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Borneo. 2) Public Health Department, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Borneo. 3) Department of Dermatovenerology, Faculty of Medicine,Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo

LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan satu kelompok penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual, yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, protozoa dan jamur. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di n egara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan pasti. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat diobati seperti syphilis, gonorrhea, clamidia trachomatis dan trikomonas vaginalis terjadi setiap tahun di dunia, terjadi terutama pada pria dan wanita berusia 15-49 tahun. 2 IMS di negara-negara berkembang dan komplikasinya menduduki peringkat ke-lima teratas kategori penyakit dewasa yang banyak memerlukan perawatan kesehatan. IMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan konsekuensi serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher rahim dan kematian mendadak pada bayi dan orang dewasa. 3 Jenis IMS di Indonesia yang paling banyak ditemukan adalah gonore, sifilis dan infeksi klamidia. Prevalensi IMS sangat tinggi ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi gonore sebanyak 37,4%. 4 Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP 2011) telah mengumpulkan data perilaku dari Waria dilaksanakan di 22 kabupaten/kota pada 11 provinsi. Diperkirakan terdapat antara 384.320 dan 1.349.270 Waria (rata-rata 779.800) di Indonesia. Angka IMS sangat tinggi pada waria di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Denpasar terutama pada yang aktif dalam melakukan tindakan seks komersil. Hal ini disebabkan karena kebanyakan waria melakukan anal seks (hubungan seks dengan penetrasi ke dalam anus) pada pasangannya. Perilaku tersebut merupakan perilaku berisiko karena kemungkinan luka yang memudahkan 1

terjadinya penularan IMS dan HIV. Selain anal seks, melakukan aktivitas oral seks. 5 waria juga Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki kasus IMS yang cukup tinggi dan kota Pontianak tercatat memiliki jumlah kasus IMS tertinggi menurut data profil Kalimantan Barat tahun 2007-2011 dan cenderung tidak stabil. 6 Hasil Penelitian STBP 2009 yang dilakukan di kota Pontianak untuk kelompok waria sekitar 35,0% terinfeksi klamidia, 12% terinfeksi sifilis, 29% terinfeksi gonore dan 9,2% terinfeksi HIV. Berdasarkan data STBP 2011 menunjukkan tingkat pengetahuan waria terhadap upaya-upaya pencegahan penularan IMS menunjukkan tingkat sedang, tetapi pengetahuan mengenai IMS ini cenderung rendah. Waria cenderung menyadari adanya manfaat dari kondom, namun mereka tidak selalu tahu bagaimana cara menggunakannya dengan benar. Hasil penelitian di Bandung lebih dari 90%. Hasil penelitian Stephani Amelinda Susanto, dkk (2011) menunjukkan bahwa sebesar 90,70% responden mempunyai pengetahuan yang kurang, sebesar 100% mempunyai sikap yang cukup dan sebesar 100% responden mempunyai perilaku yang cukup terhadap IMS. 7 Pengendalian IMS terutama untuk memutuskan mata rantai penularan IMS dan mencegah perkembangannya dapat dicapai dengan memberikan komunikasi, informasi, edukasi (K.I.E) pada masyarakat, terutama pada kelompok resiko tinggi seperti pada waria. 8 Adanya informasi mengenai IMS melalui media komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan waria yang berisiko tinggi tentang IMS. Pengetahuan yang diterima diharapkan nantinya mampu mengubah sikap dan perilaku seks untuk mencegah IMS. Selain itu penelitian tingkat pengetahuan waria terhadap IMS di kota Pontianak sampai saat ini belum pernah dilakukan, oleh karena itu maka perlu diadakan penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap waria tentang IMS di kota Pontianak. 2

BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kota Pontianak. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan desember 2013 sampai april 2014. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi target Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh waria di kota Pontianak. Populasi terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah waria yang terdata di dinas kesehatan kota Pontianak. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah yang terdapat waria di kota Pontianak dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Sampel Kriteria inklusi Waria yang terdata di Dinas kesehatan kota Pontianak Kriteria eksklusi Waria yang tidak bersedia pada saat penelitian berlangsung Waria yang mengisi kuesioner secara tidak lengkap Waria yamg tidak hadir pada saat pengambilan data 3

Besar Sampel Dengan ketepatan 10% maka besar sampel pada penelitian ini adalah 55 orang. Pengambilan sampel Pemilihan sampel dilakukan dengan cara tidak berdasarkan peluang ( non-probability sampling) dimana pengambilan sampel penelitian dilakukan secara Consecutive sampling artinya pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah yang diperlukan terpenuhi. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan instrumen pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah langsung tertutup yang berupa pertanyaan dimana responden harus memilih jawaban yang disediakan untuk mengukur pengetahuan dan sikap waria tentang IMS. Teknik Penilaian Pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan diukur dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Pengetahuan pasien IMS dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut: a. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 8-10 atau memilih jawaban yang memiliki nilai lebih dari 75% dari total skor seluruh pertanyaan. b. Cukup, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 6-7 atau memilih jawaban yang memiliki nilai sama dengan 60%- 75% dari total skor seluruh pertanyaan. c. Kurang, jika penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai kurang dari 6 atau memilih jawaban yang memiliki nilai kurang dari 60% dari total skor seluruh pertanyaan. 4

Teknik Penilaian Sikap Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6, untuk pertanyaan nomor 1, 2, 4, dan 5 apabila responden menjawab pilihan b (tidak setuju), maka akan diberikan diberikan nilai 1 dan pertanyaan nomor 3 dan 6 apabila responden menjawab pilihan a (setuju), akan diberi nilai 1. Sedangkan untuk pilihan jawaban selain ketentuan di atas akan diberikan nilai 0. Dengan demikian, jumlah skor total adalah 6. Pengukuran sikap responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan skala ordinal sebagai berikut : a. Baik, apabila skor yang diperoleh responden > 75% dari skor maksimum > 5 b. Cukup, apabila skor yang diperoleh responden antara 56-75% dari skor maksimun, yaitu 4-5 c. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden antara 40-55% dari skor maksimum, yaitu 2-3. Pengolahan dan Penyajian Data Pengolahan data dalam penelitian ini, dengan cara melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh, dengan mengadakan perhitungan statistik sederhana secara komputerisasi, dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. 5

Uji Validitas dan Realibitas Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur yang menggunakan benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validasi dalam penelitian akan dilakukan pada 30 waria yang berada di kabupaten Kubu Raya jalan Adi Sucipto. Realibitas Realibitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan menunjukkan hasil pengkuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama, demikian juga dengan kuesioner sebagai alat ukur harus memiliki realibitas yang tinggi. pada peneilitian ini ujia validitas dan realibitasnya dilakukan dengan program. Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 2.0 Hasil Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Pontianak. Lokasi pengambilan data dilakukan di tempat-tempat salon yang terdaftar di dinas kesehatan kota Pontianak dan di daerah pangkalan tempat waria bekerja. Penelitian ini dilakukan di Doel salon jalan ujung pandang perumahan citra indah 4 nomor 17 dimana tempat ini adalah tempat berkumpulnya waria yang melakukan kegiatan arisan, pengajian, sharing tentang organisasi persatuan waria-waria Pontianak (PERWARPON), jalan Komyos Sudarso Gertak Satu Sungai Jawi sebagai lokasi tempat pangkalan waria bekerja seks kormersil. Data lengkap bila ditinjau distribusi berdasarkan wilayah dapat dilihat pada tabel 5.1. 6

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Wilayah Wilayah Frekuensi Persentase (%) Salon Doel 44 Orang 80 Gertak Satu 11 Orang 20 Total 55 Orang 100 ( Sumber : Data Primer, 2014) Dari Tabel 5.1. terlihat bahwa kelompok responden tersbesar adalah kelompok wilayah salon Doel, yaitu sebanyak 80,0% dan terendah adalah kelompok wilayah Gertak Satu, yaitu sebanyak 20,0%. Deskripsi Karekteristik Responden Pada penelitian ini responden yang dipilih sebanyak 55 orang waria dari populasi 121 orang waria yang terdata dari Dinas kesehatan kota Pontianak. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang diamati meliputi tingkat pengetahuan dan uji sikap waria tentang IMS. Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Kelompok Usia Frekuensi Persentase <30 15 27,27% 30-40 27 49,09% >40 13 23,63% Total 55 100% ( Sumber : Data Primer, 2014) Dari Tabel 5.2. terlihat bahwa kelompok terbesar responden terdapat pada usia 30-40 tahun, yaitu sebanyak 49,09%, diikuti usia <30 tahun sebanyak 27,27%, dan terendah pada kelompok usia >40 tahun yaitu sebesar 7

23,63%. Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SD 4 7,27 SMP 21 38,18 SMA 27 49,09 PERGURUAN TINGGI 3 5,45 Total 55 100 ( Sumber : Data Primer, 2014) Dari Tabel 5.3. terlihat bahwa kelompok terbesar responden terdapat pada kelompok pendidikan SMA, yaitu sebanyak 49,09%, diikuti SMP sebanyak 38,18%, dan terendah pada kelompok SD dan perguruan tinggi masing-masing sebanyak 7,27% dan 5,45%. Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaaan Frekuensi Persentase (%) Swasta 35 63,63 Wirausaha 20 36,36 Total 55 100 ( Sumber : Data Primer, 2014) Dari Tabel 5.4. terlihat bahwa kelompok responden tersbesar adalah kelompok pekerjaan swasta, yaitu sebanyak 63,63% dan terendah adalah kelompok pekerjaan salon, yaitu sebanyak 36,36%. 8

Hasil Analisi Data Pengetahuan Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai IMS dengan menggunakan kuesioner bisa dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Distribusi Hasil Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 14 Orang 25,45 % Cukup 27 Orang 49,09 % Kurang 14 Orang 25,45 % Total 55 0rang 100 % ( Sumber : Data Primer, 2014) Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai IMS paling banyak berada pada kategori cukup yaitu sebnayak 27 orang (49,09%) diikut i dengan kategori baik dan sedang masing-masing sebnyak 14 orang (25,45%). Sikap Hasil uji sikap mengenai IMS dengan menggunakan kuesioner bisa dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Sikap Sikap Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang 11 Orang 30 Orang 14 Orang 20 % 54,54 % 25,45 % Total 55 Orang 100 % ( Sumber : Data Primer, 2014) 9

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap IMS paling banyak berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 30 orang (54,54%) diikuti dengan sikap kurang sebnayak 14 orang (25,45%) dan sikap baik sebanyak 11 orang (20%). Pembahasan Tingkat Pengetahuan Dari hasil data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan waria-waria di kota Pontianak mengenai IMS berada dalam kategori cukup pada penelitian ini memperlihatkan bahwa pada kebanyakan responden mengetahui jenis-jenis IMS ini dikarenakan jenis-jenis IMS sudah sering didapatkan pada seminar dan penyuluhan yang diadakan oleh Dinas kesehatan kota Pontianak. Pada penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kebanyakan responden tidak mengerti secara benar pengertian dan cara penularan IMS. Para responden hanya mempunyai pengetahuan mengenai pengertian IMS secara penyebabnya yaitu pengertian bahwa IMS adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual padahal sebenarnya IMS bisa ditularkan melalui cara lain selain melalui hubungan seksual, seperti melalui jarum suntik dan transfusi darah. Berdasarkan data STBP 2011 menunjukkan tingkat pengetahuan waria terhadap upaya-upaya pencegahan penularan IMS menunjukkan tingkat sedang, tetapi pengetahuan mengenai IMS ini cenderung rendah. Hal ini berbeda pada tingkat pengetahuan waria tehadap IMS dikota Pontianak yang berada dalam kategori cukup, meskipun masih ada sebagian berada dalam kategori baik dan buruk. Faktor-faktor yang memperngaruhi tingkat pengetahuan seperti usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman sangat berpengaruh dalam tingkat pengetahuan waria-waria terhadap IMS. Seperti yang dikemukan oleh Hadi, et al (2008), menyatakan bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan 10

psiko seksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai IMS adalah usia, yaitu pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan pada kelompok usia yang lebih muda. Hasil penelitian Sri Marwiyah (2012), menyatakan bahwa pendidikan akan berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang yang artinya faktor pendidikan individu akan berhubungan dengan tingkat wawasan serta pengetahuanya. Pendidikan dapat memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka cakrawala berfikir serta menerima hal-hal yang baru serta bagaimana berfikir secara ilmiah. Oleh karena itu individu yang berpendidikan tinggi tentu akan memiliki pola berfikir yang lebih maju dalam menghadapi suatu masalah apabila dibandingkan dengan individu yang berpendidikan rendah termasuk dalam hal pengetahuan mengenai IMS. Hal ini juga bisa terjadi karena informasi yang diterima oleh waria-waria melalui informasi yang diberikan oleh Dinas kesehatan seperti penyuluhan, media massa, dokter dan sumber informasi lainnya dan juga menyatakan bahwa pekerjaan akan berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang yang disebabkan ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang memudahkan untuk memperoleh informasi yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Selain itu, adanya interaksi kelompok responden dengan kategori bekerja. Setiap individu dalam keterkaitannya dalam satu kelompok, akan memungkinkannya untuk memperoleh informasi dari anggota kelompok lain. Tingkat Sikap Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa sikap waria yang terdata didinas kesehatan kota tentang IMS adalah dalam kategori cukup yaitu sabanyak 30 orang waria (54,54%). Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa 11

kebanyakan waria mempunyai sikap yang positif dalam menaggapi masalah seks bebas dan pencegahan IMS. Namun, kebanyakan waria masih mempunyai sikap yang negatif dalam menghadapi seseorang yang menderita IMS. Para waria lebih cenderung untuk menjauhi penderita IMS oleh karena takut tertular penyakit IMS tersebut. Hasil penelitian Prihyugiarto (2008) menyatakan bahwa usia, pekerjaan, pendidikan tidak berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap IMS. Hal ini sesuai yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan lebih banyak bergantung pada paparan informasi mengenai suatu hal. Dengan demikian, tingkat pengetahuan seseorang tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi, seperti motivasi untuk mendapatkan informasi, serta akses terhadap berbagai sumber informasi yang ada. Sedangkan sikap adalah tanggapan berdasarkan hasil penalaran responden untuk memilah informasi mana yang benar dan mana yang tidak. Pentingnya waria mempunyai pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi bertujuan agar waria memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya (M uhammad, 2006). Pendidikan kesehatan reproduksi dikalangan waria bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga mengenai bahaya mengenai seks bebas. Dalam upaya untuk menurunkan angka kejadian IMS promosi kesehatan dengan metode pre education terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap waria tentang IMS. 9 12

Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Tingkat pengetahuan waria di kota Pontianak mengenai IMS mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 49,09%. 2. Sikap waria di kota Pontianak terhadap IMS mayoritas berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 54,54%. 13

DAFTAR PUSTAKA 1. Daili, F.S., Makes.,Zuiber, Judanarso. 2010. InfeksiMenularSeksual. Jakarta : FK UI 2. World Health Organization, 2007. Sexually Transmitted Infections. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs110/en/ [accessed 13-01- 2012]. 3. PUSAT INFORMASI PENYAKIT INFEKSI DAN PENYAKIT MENULAR. Situs Resmi RSPI - SS 2003 2010. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Indonesia http://www.infeksi.com/data/newsin.xml. 4. Handayani,Dini.2010. Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (Psk) Tentang infeksi Menular Seksual (Ims) di Desa naga Kesiangan kecamatan Tebing Tinggi kabupaten Serdang Bedagai. Medan : Universitas Sumatera Utara. (Skripsi) 5. Daili, Sjaiful Fahmi. 2011. Infeksi Menular Seksual,Edisi Keempat. Jakarta: FKUI 6. Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2010-2011. Draft Tabel Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2010-2011 7. Stephani Amelinda,dkk. Gambaran Penularan Infeksi Menular Seksual pada Waria. 2011 8. Djajakusumah. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta. FKUI. 9. Mau, dkk. Pre education Penyakit Menular Seksual.2007 74