PEMILIHAN METODE INTENSITAS HUJAN YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK STASIUN PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS METODE INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN HUJAN PASAR KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE

ANALISA CURAH HUJAN DALAM MEBUAT KURVA INTENSITY DURATION FREQUENCY (IDF) PADA DAS BEKASI. Elma Yulius 1)

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

ANALISIS INTENSITY DURATION FREKUENSI (IDF) YANG PALING SESUAI DENGAN BANTUAN MICROSOFT EXCEL

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN PADA STASIUN HUJAN PASAR KAMPAR

ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau

KOMPARASI METODE FORMULASI INTENSITAS HUJAN DI KAWASAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG LUBUH KOTA PASIR PENGARAIAN ABSTRACT

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

ANALISA DRAINASE UNTUK PENANGGULANGAN BANJIR PADA RUAS JALAN GARUDA SAKTI DI KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC-RAS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

BAB III ANALISIS HIDROLOGI

Perbandingan Perhitungan Debit Banjir Rancangan Di Das Betara. Jurusan Survei dan Pemetaan, Fakultas Teknik, Universitas IGM 1.

Kajian Kapasitas Dimensi Saluran Drainase pada Jalan Adipati Agung Kelurahan Baleendah, Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menentukan dan menganalisis kedalaman hujan tiap durasi waktu pada beberapa periode ulang.

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

PENDAHULUAN ABSTRAK. Kata kunci : Analisis, Tebal Hujan, Durasi Hujan

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

KAJIAN PERSAMAAN MODEL INTENSITAS HUJAN UNTUK SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) AMPRONG KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG JURNAL ILMIAH

ANALISA HUJAN RANCANGAN PARTIAL SERIES DENGAN BERBAGAI PANJANG DATA DAN KALA ULANG HUJAN

TEKNIK PERHITUNGAN BANJIR RENCANA PADA DAERAH YANG MINIM DATA HUJAN (Studi Kasus Di DPS-DPS Propinsi Riau)

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

PEMILIHAN DISTRIBUSI PROBABILITAS PADA ANALISA HUJAN DENGAN METODE GOODNESS OF FIT TEST

ANALISIS DIMENSI DAN POLA ALIRAN DRAINASE JALAN HANG TUAH KOTA DURI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

Kata kunci : banjir, kapasitas saluran, pola aliran, dimensi saluran

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN INTENSITAS HUJAN KOTA SURAKARTA

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

LENGKUNG HUJAN WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR ABSTRACT

ANALISA DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN EPA Storm Water Management Model (SWMM) di Sub DAS Kampar Kiri (Studi Kasus: Desa Lipat Kain, Kampar Kiri) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analisis studi seperti teori tentang : pengertian curah hujan (presipitasi), curah hujan

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

KALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU

ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF HUMAN ACTIVITIES NATURAL PHENOMENA HYDROLOGIC TRANSFORMATION HYDRAULIC TRANSFORMATION IMPLEMENTATION, CONSTRUCTIONS

MK. Hidrologi JFK BAB IV CURAH HUJAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAS (STUDI KASUS DAS TEMPE SUNGAI BILA KOTA MAKASSAR)

PEMODELAN HIDROLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI TUKAD PAKERISAN DENGAN SOFTWARE HEC-HMS TUGAS AKHIR

HIDROLOGI ANALISIS DATA HUJAN

Kampus Bina Widya J. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos ABSTRACT

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

PENGUJIAN METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK GAMA I DALAM ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DAS BANGGA

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

KAJIAN SENSITIVITAS PARAMETER MODEL HYDROLOGIC ENGINEERING CENTRE (HEC) - HYDROLOGIC MODELING SYSTEM (HMS)

*Corresponding author : ABSTRACT

KATA PENGANTAR Analisis Saluran Drainase Primer pada Sistem Pembuangan Sungai/Tukad Mati

Program Aplikasi Analisis Frekuensi Menggunakan Visual Basic 2010

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

EVALUASI SISTEM DRAINASE DI WILAYAH KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM, RIAU ABSTRACT

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

POLA ALIRAN BATANG ANAI DI PROVINSISUMATERA BARAT. Elma Yulius 1), Eko Darma 2)

Analisis Data Curah Hujan

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DENGAN MENGGUNAKAN HIDROGRAF SATUAN TERUKUR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO BAGIAN HULU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KAPASITAS TAMPUNGAN DRAINASE KOTA PEKANBARU. Analysis of Drainage Capacityin Pekanbaru City

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

Budi Santosa. Draf Buku Ajar

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap beberapa bagian sungai. Ketika sungai melimpah, air menyebar pada

ANALISIS DEBIT LIMPASAN AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DI SUB SISTEM DRAINASE PEPE HILIR DAN JENES KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN MENGGUNAKAN METODE SCS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

UCAPAN TERIMA KASIH. Denpasar, 26 Februari Penulis

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

Digunakan untuk menetapkan besaran hujan atau debit dengan kala ulang tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB II BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT BANJIR PADA DAS BATANG ARAU PADANG

3.4.1 Analisis Data Debit Aliran Analisis Lengkung Aliran Analisis Hidrograf Aliran Analisis Aliran Langsung

PENGENDALIAN BANJIR PADA KAWASAN MUTIARA WITAYU KECAMATAN RUMBAI PEKANBARU ABSTRACT

IX. HIDROGRAF SATUAN

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

Curah Hujan dan Reboisasi (Penghijauan Hutan Kembali) 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA BANGKINANG SISI BARAT

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK DENGAN METODE RASIONAL PADA DAS BAHBOLON KABUPATEN SIMALUNGUN

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA)

STUDY OF RAINFALL AND FLOOD DISCHARGE MODEL FOR MANAGEMENT OF WATER RESOURCES (Case Studies in Bedadung Watershed Jember)

Transkripsi:

PEMILIHAN METODE INTENSITAS HUJAN YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK STASIUN PEKANBARU Yohanna Lilis Handayani Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Pekanbaru email : yliiis@unri.ac.id Andy Hendri Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau email : andy_hendri@unri.ac.id Hadie Suherly Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau email : hsuherlv^imri.ac.id ABSTRAK Intensitas hujan di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dapat dihitung dari hasil pengukuran alat pengukur hujan otomatis. Intensitas hujan juga dapat didekati dengan menggunakan metode Talbot, Sherman dan ishiguro. Besarnya intensitas hujan yang dihasiikan oleh masing-masing metode tersebut akan berbeda apabila dibandingkan dengan intensitas hujan hasil pengukuran alat pengukur hujan otomatis. Penelitian dilakukan di stasiun hujan Pekanbaru Daerah Pengaliran Sungai Siak Riau. Hasil pengukuran intensitas hujan dari alat pengukur otomatis di stasiun tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro. Uji perbandingannya dengan uji peak-weighted root mean square error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru adalah metode Sherman untuk kala ulang 2, 5, 10 dan 100 tahun sedangkan untuk kala ulang 20. 25 dan 50 tahun adalah metode Ishiguro. Intensitas hujan dengan menggunakan metode Talbot lidak menunjukkan karakteristik data stasiun Pekanbaru. Kata kunci : intensitas hujan, metode Talbot, metode Sherman, metode Ishiguro, uji peakweighted root mean square error ABSTRACT Rainfall intensity could be calculated by several methods includes Talbot, Sherman and Ishiguro method. The result of those methods must be ditterent to the observed rainfall intensity from Automatic Rainfall Recorder (ARR) data. The research was conducted to the Siak basin at Pekanbaru rainfall gauge where its ARR was still functioning better than third other rainfall gauge. Rainfall intensity would be calculated be Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru

Talbot, Sherman and Ishiguro method. This result would be compared with intensity of ARR data. Error square mean root peak-weight test would be applicatcd to calculate the deviation. The result of this research showed that Sherman and Ishiguro method lltted the observed ARR data. The return period years of 2. 5, 10 and 100 resulted in rainfall intensity 3,2559; 2,1441; 1,5439 and 5,2069 by using error square mean root peak-weighted test. Rainfall intensity method which fit at Pekanbaru rainfall gauge data for the return period is Sherman method. The return period years of 20. 25 and 50 resulted in rainfall intensity 1,5900; 1,9701 dan 3,4924 by using error square mean root peak-weighted test. Rainfall intensity method which fit at Pekanbaru rainfall gauge data for the return period is Ishiguro method. Rainfall intensity be used Talbot method not showed of Pekanbaru rainfall gauge data. Keywords : rainfall intensit). Talbot. Sherman and Ishiguro, error square mean root peakweighted test 1. PENDAHULUAN Pada perencanaan bangunan drainase, hal pertama yang harus ditentukan adalah besar debit banjir rencana. Perhitungan debit banjir rencana untuk bangunan drainase memerlukan besaran intensitas hujan. Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, maka intensitasnya cenderung makin tinggi. Analisis intensitas hujan di suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain metode Talbot (1881), Sherman (1905) dan Ishiguro (1953). Perhitungan dengan metode-metode tersebut memerlukan data hujan jangka pendek yang dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis. Terdapat empat buah stasiun hujan di Daerah Pengaliran Sungai Siak yaitu stasiun pengukur hujan Pekanbaru, Buatan, Kandis dan Petapahan Baru. Di DPS tersebut hanya ada satu stasiun hujan otomatis yaitu di stasiun pengukur hujan Pekanbaru. Alat tersebut mencatat curah hujan dalam bentuk grafik yang nantinya dapat diperoleh data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, dan jam-jaman. Data-data yang telah diperoleh oleh alat tersebut dapat digunakan dalam menentukan intensitas hujan dengan metode metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro. Besarnya intensitas hujan yang dihasiikan oleh masing-masing metode tersebut tentunya akan berbeda. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pemilihan metode yang sesuai dengan karakteristik data stasiun pengukur hujan Pekanbaru. Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan metode-metode tersebut nantinya akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan pengukuran alat otomatis. 2. TINJAUAN PUSTAKA Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Adapun rumus umum intensitas hujan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: (1) dengan : 2 R intensitas hujan (mm/jam), tinggi hujan (mm), lamanya hujan (jam). TEKNIK SlPILVolume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

Sifat umum iiujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar kala ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Kala ulang adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan dinyatakan dalam lengkung IDF {Intemity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5, 10, 30 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Data hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari beberapa persamaan, antara lain rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro. Rumus Talbot dikemukakan oleh professor Talbot pada tahun 1881. Rumus ini banyak digunakan di Jepang karena mudah diterapkan. Tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga terukur. Adapun rumus tersebut: 1 = ^ t + b dengan : I = intensitas hujan (mm/jam), t = lamanya hujan {]am), (2) ^ _ zo-tg:0;)-j:(i:-t)zo) b N Z(l).Z(l.t)-N.X(P.t) N.I(i^)-Z(0-Z(0 = banyaknya data. (4) Rumus Sherman dikemukakan oleh professor Sherman pada tahun 1905. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. Adapun rumus tersebut: 1 = ^ t" dengan : = intensitas hujan (mm/jam). (5) A = Z (logq-z (logt)^ - Z (logt.loglg (logt)' 10 (6) n = t N Z(iogi)Z('ogO-NZ('"g^-' go NZ('ogO'-ZO gt)zo«go lamanya hujan (jam), banyaknya data. (7) Rumus Ishiguro ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro tahun 19$3. Adapun rumus tersebut: Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 3

7t+b dengan : 1 = intensitas hujan (mm/jam), E( ^/^)E(^^)-E(^^ V^)ZO) N.S(p)-Z(i)EO) (9), _ Z(O.E(i-V^)-N.E(i^>/^).,0, ' " N.Z0^)-ZO).ZO) ^ ^ t N = lamanya hujan (^am), = banyaknya data. Analisis intensitas-durasi-frekuensi dapat dilakukan hanya pada data yang tersedia dari sebuah rekaman/catatan pengukuran hujan. Menurut Rams Gupta (1989) prosedur analisis intensitas-durasi-frekuensi dari data hujan dari alat pengukur hujan otomatis, antara lain : I). Memilih data curah hujan berdasarkan durasi, misalnya 5 menit. durasi yang dipilih di atas. 3). Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk durasi selanjutnya, misalnya 10, 15, 30, 45, 60 menit, dan seterusnya. 4). Melakukan analisis frekuensi Tujuan analisis frekuensi adalah untk menentukan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Prosedur umum hitungan analisis frekuensi dapat dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: 1. Menghitung parameter statistik data yang dianalisis, meliputi mean, standar deviasi, Koefisien variansi, koefisien kurtosiss dan Koefisien skewness 2. Memperkirakan distribusi yang cocok dengan sebaran data, berdasarkan nilai-nilai parameter statistik terhitung (sesuai ciri khas statistik distribusi), 3. Mengurutkan data dari kecil ke besar atau sebaliknya, 4. Memplot data dan nilai probabilitas {Weibult) variat Xj dengan kertas probabilitas yang sesuai untuk distribusi terpilih, 5. Menarik garis teoritik dan melakukan uji chi-square dan smimov-kolmogorov, 6. Menentukan besaran rancangan yang dicari untuk kala ulang yang ditetapkan, apabila syarat uji dipenuhi, Uji Peak-Weight Root Mean Square Error digunakan untuk membandingkan semua ordinat-ordinat, perbedaan kuadrat dan nilai dari perbedaan-perbedaan kuadrat dari besaran besaran yang diperoleh. Nilai tersebut diberikan untuk masing-masing ordinat yang sesuai (fengan besarnya ordinat. Adapun rumus fungsi ini {US Army Corps of Engineers, 2000), If! ^ilah sebagai berikut: TEKNlk'SlPIL Volume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

z = Nl l (i)+i (mean) 21 (mean) dengan : Z = nilai uji peak-weight root mean square error, Nl = jumiah data intensitas hujan, lo = nilai intensitas hujan hasil pengukuran. Is = nilai intensitas hujan menggunakan metode, lo (mean) = nilai rata-rata intensitas hujan yang diobservasi. (11) 3. METODE PENELITIAN Mempersiapkan data-data yang diperlukan adalah hal yang harus terlebih dahulu dilakukan pada penelitian ini. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Kimpraswil Propinsi Riau. Data-data yang digunakan adalah data peta dan posisi alat pengukur hujan DPS Siak Stasiun Pekanbaru serta data curah hujan DPS Siak Stasiun Pekanbaru. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan jam-jaman dengan pencatatan (record) 5 tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2004 pada DPS Siak stasiun Pekanbaru. 1). Studi Literatur 2). Survei dan Pengumpulan Data 3). Analisis dan Pembahasan Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan intensitas hujan dengan menggunakan metode Talbot, Sherman, Ishiguro dan analisis frekuensi. Survei dilakukan ke Dinas Kimpraswil Propinsi Riau guna mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian berupa data peta DPS Siak Stasiun Pekanbaru, data alat pengukur hujan dan data curah hujan jam-jaman dari tahun 2000 sampai dengan 2004. Analisis yang dimaksud adalah menganalisis frekuensi data curah hujan jam-jaman dan menghitung intensitas hujan menggunakan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro. Sedangkan pembahasan yang dimaksud adalah membandingkan hasil perhitungan intensitas hujan antara hasil pengukuran dengan metode Talbot, Sherman, Ishiguro sehingga didapatkan metode intensitas hujan dan kurva IDF yang sesuai dengan karakterjstik data untuk stasiun penakar curah hujan stasiun Pekanbaru. Langkah dalam penelitian ini dirangkum dalam bagan alir penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari bagan alir tersebut teriihat bahwa data curah hujan jam-jaman yang diperoleh dari Dinas Kimpraswil Propinsi Riau pada DPS Siak stasiun Pekanbaru yang ada terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan durasi untuk memperoleh data hujan tiap-tiap durasi. Berdasarkan data hujan tiap durasi yang ada dilakukan pemilihan penyiapan seri data dan perhitungan intensitas hujannya. Analisis frekuensi berdasarkan durasi untuk menghitung kala ulang yang telah diambil dilakukan untuk menentukan kala ulangnya. Besaran intensitas hujan dengan kala ulang tertentu digunakan untuk menghitung intensitas hujan menggunakan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berdasarkan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun. Hasilnya dibandingkan antara hasil perhitungan intensitas hujan antara hasil pengukuran dengan metode Talbot, Sherman, Ishiguro, dengan cara melakukan uji peakweighted root mean square error, sehingga diperoleh metode intensitas hujan dan kurva IDF Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 5

yang sesuai dengan karaicteristik data untuk stasiun penakar curah hujan stasiun Pekanbaru untuk tiap kala ulangnya. C Mulai J Studi Literatur L Pengumpulan data curah hujan jam-jaman 1 Pengelompokan data curah hujan jam-jaman i Pemilihan penyiapan seri data untuk analisis frekuensi I Perhitungan intensitas hujan tiap durasi 7 I Perhitungan intensitas hujan dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun untuk tiap durasi T Perhitungan intensitas hujan menggunakan metode dengan kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun untuk tiap durasi Metode Talbot IZZ Metode Sherman Metode Ishiguro Uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan antara hasil pengukuran dengan metode I Kesimpulan Selesai ^ Gambar 1. Bagan Alir Penelitian TEKNlk'SlPILVolumeS No. 1, Oktober 2007: 1-15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil analisis frekwensi data hujan stasiun Pekanbaru adalah intensitas hujan tiap durasi (60, 120,180,240,300 dan 360 menit) dengan kala ulang tertentu (2, 5,10, 20, 25, 50, dan 100 tahun). Besaran intensitas hujan untuk kala ulang T tahun (Xj) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Besaran Intensitas Hujan (mm/jam) Kala Ulang T Tahun (Xt) Durasi 60, 120, 180, 240, 300 dan 360 menit Tr Durasi (menit) (Tahun) 60 120 180 240 300 360 2 38,0595 22,9886 20,3850 7,5145 10,3228 7,6442 5 50,1487 28,4688 24,2913 12,9220 14,5051 10,9522 10 58,1529 30,5974 26,3375 17,9584 16,3630 12,6850 20 65,8306 34,8545 28,0116 22,8093 20,0787 14,1028 25 68,2743 35,2632 28,3294 25,2347 20,4785 14,3719 50 75,7687 37,3070 29,9183 31,0266 22,4778 15,7175 OT 1 1 CO 11 ir\ar: z' n o i l Konstanta intensitas hujan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro dihitung berdasarkan besaran intensitas hujan yang tertera pada Tabel 1 dengan memasukkan data tersebut di rumus (3), (4), (6), (7), (9) dan (10). Hasil perhitungan konstanta intensitas hujan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro untuk kala ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Perhitungan Konstanta-Konstanta Intensitas Hujan Menggunakan Metode Talbot, Sherman dan Ishiguro Kala Ulang 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun Kala Konstanta Ulang Talbot Sherman Ishiguro Tr (Tahun) a b a n a b 2 2724,8520-0,1366 1900,9752 0,9352 110,6488-5,5791 5 4173,1695 20,1415 1654,3988 0,8472 170,4368-4,6913 10 5026,9058 27,6030 1636,0284 0,8162 206,4317-4,3351 20 5976,6187 32,9069 1641,9333 0,7891 245,7152-4,1035 25 6165,8935 32,2697 1665,9573 0,7855 253,9079-4,1161 50 6776,4726 30,1701 1704,0224 0,7705 279,7262-4,1789 100 7531,6020 28,5258 1737,7595 0,7535 310,9733-4,2427 Perhitungan intensitas hujan menggunakan metode dilakukan berdasarkan konstantakonstanta yang telah diperoleh pada Tabel 2 di atas. Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 7 #

Hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Talbot untuk durasi dan kala ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Perhitungan Intensitas Hujan (mm/jam) Menggunakan Metode Talbot Durasi Kala Ulang (Tahun) (menit) 2 5 10 20 25 50 100 60 45.5179 52.0725 57.3828 64.3291 66.8247 75.1521 85.0781 120 22.7330 29.7783 34.0569 39.0866 40.4932 45.1253 50.7091 180 15.1496 20.8511 24.2140 28.0715 29.0474 32.2428 36.1183 240 11.3600 16.0419 18.7849 21.8998 22.6463 25.0822 28.0480 300 9.0870 13.0354 15.3445 17.9528 18.5569 20.5242 22.9255 360 7.5719 10.9779 12.9692 15.2113 15.7185 17.3680 19.3851 Hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Sherman untuk durasi dan kala ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4. Durasi Kala Ulang (Tahun) (menit) 2 5 10 20 25 50 100 60 41.3119 51.5459 57.8648 64.8879 66.8130 72.6836 79.4698 120 21.6051 28.6525 32.8629 37.5502 38.7607 42.6086 47.1394 180 14.7869 20.3225 23.6034 27.2680 28.1881 31.1761 34.7300 240 11.2989 15.9268 18.6636 21.7300 22.4865 24.9780 27.9619 300 9.1708 13.1834 15.5559 18.2216 18.8710 21.0325 23.6346 360 7.7332 11.2965 13.4050 15.7798 16.3529 18.2761 20.6009 Hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Ishiguro untuk durasi dan kala ulang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5..i. * Tabel 5. Hasil Perhitungan Intensitas Hujan (mm/jam) Menggunakan Metode Ishiguro Durasi Kala Ulang (Tahun) (menit) 2 5 10 20 25 50 100 60 51.0633 55.7948 60.5223 67.4589 69.9495 78.4188 88.7665 120 20.5844 27.2124 31.1862 35.8660 37.1299 41.2845 46.3326 180 14.1182 19.5340 22.7316 26.3844 27.3010 30.2815 33.8983 240 11.1621 15.7802 18.5028 21.5759 22.3199 24.7260 27.6439 300 9.4238 13.4954 15.8972 18.5909 19.2290 21.2855 23.7787 360 8.2607 11.9333 14.1019 16.5241 17.0895 18.9071 21.1102 4 TEKNlk'SlPILVolume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

4.2. Pembahasan Penentuan metode intensitas hujan yang sesuai dengan karakteristik data stasiun hujan Pekanbaru dilakukan dengan uji peak-weight root mean square error. Pengujian ini merupakan pengukuran implisit dari perbandingan besar/jarak puncak, volume dan waktu dari puncak dari dua buah kurva. Pemilihan ketiga metode intensitas hujan menggunakan uji peak-weight root mean square error yaitu dengan mengambil nilai perbandingan terkecil (mendekati nol) yang mendekati nilai intensitas hujan hasil pengukuran. Hasil perhitungan uji peak-weighted root mean square error antara intensitas hujan hasil pengukuran dan intensitas hujan ketiga metode untuk kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Peak-Weighted Root Mean Square Error Intensitas Hujan antara Hasil Pengukuran dan Metode Untuk Kala Ulang 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 Tahun Kala Z No Ulang (Tahun) Talbot Sherman Ishiguro 1 2 4,6260 3,2559 7,3510 2 5 2,1981 2,1441 3,7074 3 10 1,8078 1,5439 1,9981 5 25 2,6729 2,1579 1,9701 6 50 4,2158 3,7874 3,4924 7 100 5,8966 5,2069 5,5267 Rata-Rata 3.3677 2.8151 3.6622 Berdasarkan Tabel 6 di atas diperoleh untuk nilai uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 2 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 4,6260, 3,2559 dan 7,3510. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Sherman. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 5 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 2', 1981, 2,1441 dan 3,7074. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Sherman. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Nilai uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 10 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 1,8078, 1,5439 dan 1,9981. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Sherman. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru

60 f 40 I Hnsil Pcngukurai I Taibot --*--! Slicmun 0 60 120 180 240 300 360 420 Diii-nsi (nienit) Gambar 2. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan ketiga Metode untuk Kala Ulang 2 Tahun - -1 Sticnnan - I lshii;iro 0 u (*> no mil 2411 3(1(1 }M 42(1 Gambar 3. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan Metode untuk Kala Ulang 5 Tahun 70 1 E 60 >? 50 E. c 40 'a* X 2 30 1 20 I Hasil Pengukuran j! 1-1 Talbot!! --IShennaii i Ilshiguro 10 120 180 240 300 360 420 Durasi (menit) Gambar 4. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan Metode untuk Kala Ulang 10 Tahun t TEKNlk'SlPILVolume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

Nilai ujm peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 20 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 2,1567, 1,6095 dan 1,5900. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Ishiguro. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. 0 60 :20 180 240 300 360 420 Dumsi (menit) vjutiiuui o. ivut vu L CI uuiiuiiigaii x i i i c i i M i u a iiujaii iia:sii rcii^ukul'uil dengan Metode untuk Kala Ulang 20 Tahun Nilai uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 25 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 2,6729, 2,1579 dan 1,9701. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Ishiguro. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan Metode untuk Kala Ulang 25 Tahun Nilai uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan kala ulang 50 tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 4,2158, 3,7874 dan 3,4924. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 1 ]

terkecil diantara ketiga metode adalah metode Ishiguro. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. 0 0 60 120 180 240 300 360 420 Durasi (menit) Gambar 7. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan Metode untuk Kala Ulang 50 Tahun antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 5,8966, 5,2069 dan 5,5267. Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Sherman. Adapun kurva perbandingan intensitas hujan hasil pengukuran dengan ketiga metode intensitas hujan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. 100 1 0 60 120 180 240.300 360 420 Durasi (menit) Gambar 8. Kurva Perbandingan Intensitas Hujan Hasil Pengukuran dengan Metode untuk Kala Ulang 100 Tahun Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk kala ulang 2, 5, 10 dan 100 tahun, metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Sherman. Intensitas hujan kala ulang 20, 25 dan 50 tahun metode Talbot, Sherman dan Ishiguro Metode yang paling mendekati intensitas hujan hasil pengukuran dengan nilai^ perbandingan terkecil diantara ketiga metode adalah metode Ishiguro. Sedangkan Metode Talbot tidak menunjukkan TEKNlk'SlPILVolume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

karakteristik data stasiun Pekanbaru, karena nilai uji peak-weighted root mean square erromya tidak mendekati intensitas hujan hasil pengukuran. Intensitas Hujan rata-rata secara keseluruhan untuk kala Ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun diperoleh uji peak-weighted root mean square error antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 3,3677; 2,8151 dan 3,6622. Metode yang cocok dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru secara keseluruhan tersebut adalah metode Sherman, karena memiliki nilai perbandingan terkecil dibanding metode Talbot dan Ishiguro. Kurva IDF {Intensity-Duration-Frequency Curx'e) menyatakan hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan. Kurva tersebut dibuat untuk mempermudah dalam menentukan intensitas hujan berdasarkan durasi hujan yang terjadi. Kurva IDF tersebut diperoleh dari hasil perhitungan intensitas hujan berdasarkan metode yang didapat melalui uji peak-weighted root mean square error sesuai kala ulangnya. Adapun rumus metode intensitas hujan yang telah diperoleh untuk kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.17. Sedangkan hasil perhitungan intensitas hujan untuk kala ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun berdasarkan metode yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 7. Kala (lahun) Tabel 7. Rumus Metode Intensitas Hujan untuk Kala Ulang 2, 5,10, 20, 25, 50 dan 100 Tahun n-r^*.,,j. r» 1 2 Sherman 7 = a 7" 2 5 Sherman / = a 7-3 10 Sherman / = a ~r a Konstanta 1900,9782-0,9352 / = 1900,9782 n ^0,9352 1654,3988-0,8472 / = 1654,3988 ^0,8472 1636,0284-0,8162 / = 1636,0284 ^0,8162 a 245,7152 4 20 Ishiguro / = 245,7152 4,1035 / = 4t+b V7+ (-4,1035) a 253,9079 5 25 Ishiguro / = 253,9079 4,1161 / = -ft+b V7 + (-4,1161) a 279,7262 6 50 Ishiguro / = 279,7262 4,1789 / = 4t+b V7 + (-4,1789) 7 100 Sherman I = a 1" 1737,7595-0,7535 / = 1737,7595 ^0.7535 Rumus masing-masing metode yaitu berupa konstanta a, b dan n yang telah diperoleh pada Tabel 7 di atas hanya dapat digunakan untuk panjang data 5 tahun, dari tahun 2000 sampai dengan 2004. Konstanta-konstanta tersebut juga hanya dapat digunakan dengan panjang durasi dari I jam sampai dengan 6 jam, sesuai analisis data yang dilakukan. Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 13

Durasi (menit) Tabel 8. Intensitas Hujan (mm/jam) dengan Metode Sherman dan Ishiguro untuk Berbagai Kala Ulang 2 (Sherman) 5 (Sherman) Intensitas Hujan (mm/jam) 10 (Sherman) 20 (Ishiguro) 25 (Ishiguro) 50 (Ishiguro) 100 (Sherman) 60 41,3119 51,5459 57,8648 67,4589 69,9495 78,4188 79,4698 120 21,6051 28,6525 32,8629 35,8660 37,1299 41,2845 47,1394 180 14,7869 20,3225 23,6034 26,3844 27,3010 30,2815 34,7300 240 11,2989 15,9268 18,6636 21,5759 22,3199 24,7260 27,9619 300 9,1708 13,1834 15,5559 18,5909 19,2290 21,2855 23,6346 360 7,7332 11,2965 13,4050 16,5241 17,0895 18,9071 20,6009 Tabel 8 dapat dilihat bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru adalah metode Sherman dan Ishiguro. Pada kala ulang yang kecil dari 10 tahun dan besar dari 100 tahun menunjukkan metode Sherman yang sesuai dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru. Sedangkan metode Ishiguro berada di antara kala ulang besar dari 10 tahun dan kecil dari 100 tahun. Intensitas hujan dengan menggunakan metode Talbot tidak mpnnniul'l^qn l'trol'fo.-;c-t;i- rl.^i-^ : - T-" ' ' 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan antara lain: 1). Metode intensitas hujan yang sesuai dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru adalah metode Sherman dan Ishiguro. Sedangkan metode Talbot tidak menunjukkan karakteristik data stasiun Pekanbaru. 2). Hasil uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan untuk kala ulang 2, 5, 10 dan 100 tahun berturut-turut adalah 3,2559, 2,1441, 1,5439 dan 5,2069. Metode yang cocok dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru untuk kala ulang tersebut adalah metode Sherman, karena memiliki nilai perbandingan terkecil dibanding metode Talbot dan Ishiguro. 3). Hasil uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan untuk kala 20, 25 dan 50 tahun berturut-turut adalah 1,5900, 1,9701 dan 3,4924. Metode yang cocok dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru untuk kala ulang tersebut adalah metode Ishiguro, karena memiliki nilai perbandingan terkecil dibanding metode Talbot dan Sherman. 4). Kala Ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50 dan 100 tahun diperoleh uji peak-weighted root mean square error intensitas hujan rata-rata antara metode Talbot, Sherman dan Ishiguro berturut-turut adalah 3,3677; 2,8151 dan 3,6622. Metode yang cocok dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru secara keseluruhan adalah metode Sherman, karena memiliki nilai perbandingan terkecil dibanding metode Talbot dan Ishiguro. DAFTAR PUSTAKA Brotowiryatmo, Sri Harto, 2000., Hidrologi Teori, {vfasalah, Penyelesaian, Nafiri Offset,Yogyakarta. I TEKNIK SlPILVolume 8 No. 1, Oktober 2007 : 1-15

Brotowiryatmo, Sri Harto., 1993., Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pustaka-Ut^ Jayadi, Rachmad., 1999., Pengenalan Hidrologi, Jurusan Teknik Sipil Universi^ Mada, Yogyakarta. ; p Rams Gupta., 1989., Hydrology & Hidraulic Systems., Prentice-Hall Inc.USA. Soemarto, C.D., 1987., Tf/Jro/og/Tete/^ UsahaNasional.Surabaya. Sosrodarsono, Suyono, 1999., Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pertja, Jakarta. Suripin, 2004., Sistem Drainase Perkotaanyang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta. US Army Corps Of Engineers. 2000. Hidrologic Modelling System HEC-HMS. USA. Hydrogic Engineering Center. Pemilihan Metode Intensitas Hujan Yang Sesuai Dengan Karakteristik Stasiun Pekanbaru 15