III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Penerapan Cara Produksi Yang Baik (Good Manufacturing Practices) dan Penyusunan SSOP Industri Lidah Buaya di PT. Libe Bumi Abadi.

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Studi Kelayakan Unit Pengolahan Udang Putih Beku Tanpa Kepala di PT. XX Gorontalo

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang 1. B. Perumusan Masalah.. 3. C. Batasan Penelitian 4. D. Tujuan. 4. E. Manfaat...

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

OTORITAS KOMPETEN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN UPT KIPM...

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Mengingat :

STANDAR USAHA JASA BOGA. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK Penyediaan Makanan dan Minuman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011

IV. METODOLOGI PENELITIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.

BAB III BAHAN DAN METODE

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

E.2. Perancangan standard operating procedures (SOP)...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku

Undang-undang Pangan No. 7/1996

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP)

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

III. METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA KAFE

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Industri farmasi yang sudah mendapat sertifikat CPOB, nantinya akan dikelompokkan menjadi 5 group : Pathological, dimana pada kelompok ini, pemenuhan

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

BAB III METODE PENELITIAN. = 82,5 83 orang

BAB III METODA PENELITIAN. adalah para pengrajin bambu, petani dan konsumen bambu di Kecamatan. Minggir yang masing-masing sebanyak 6 orang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

Penerapan skema sertifikasi produk

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

EVALUASI PENERAPAN CARA PRODUKSI YANG BAIK (GOOD MANUFACTURING PRACTICES) DAN PENYUSUNAN SSOP INDUSTRI LIDAH BUAYA DI PT.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

EVALUASI PENERAPAN CARA PRODUKSI YANG BAIK (GOOD MANUFACTURING PRACTICES) DAN PENYUSUNAN SSOP INDUSTRI LIDAH BUAYA DI PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSEDUR MUTU LSPro-BBIA

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

PROSES PEMBEKUAN UDANG DI PT. SURYA ALAM TUNGGAL WARU SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

Transkripsi:

III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Pengamatan dilakukan pada bulan Mei 2007 Juni 2007. B. Tahapan Kerja 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi kepustakaan (literatur), terutama mengenai pengawasan mutu produk dan penerapan GMP; tahapan penyusunan SSOP, dan peraturan yang berkaitan dengan sanitasi produksi. b. Wawancara terhadap pemilik usaha dan karyawan yang terlibat dalam proses produksi untuk mengetahui sejauh mana pengertian mengenai produk, proses dan pentingnya pengendalian mutu dalam produksi. c. Mempelajari berbagai dokumen proses produksi yang ada di perusahaan. d. Pengamatan langsung di area produksi dengan cara mengamati setiap kegiatan produksi. 2. Penilaian Penerapan GMP. Pelaksanaan penilaian penerapan GMP baik dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) maupun dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), dilakukan dengan tahapan seperti terlihat pada Gambar 3.

Mulai Pengumpulan data (primer dan sekunder) Mempelajari petunjuk teknis pemeriksaan sarana pengolahan (Depkes dan BPOM) Pedoman pemeriksaan sarana pengolahan (Depkes dan BPOM) Melakukan observasi sarana pengolahan Melakukan penilaian penerapan CPMB pada sarana pengolahan Form pemeriksaan sarana pengolahan (Depkes dan BPOM) Melakukan analisis hasil penilaian penerapan CPMB Petunjuk teknis pemeriksaan sarana pengolahan (Depkes dan BPOM) Hasil penilaian penerapan CPMB pada sarana pengolahan Selesai Gambar 3: Diagram alir pelaksanaan penilaian penerapan GMP Ada beberapa perbedaan cara penilaian dengan menggunakan formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) dan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005). Dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999), ada 17 aspek yang perlu mendapatkan perhatian dengan total penilaian 74 butir. Aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. 17

Tabel 3: Tujuh belas aspek pemeriksaan menurut formulir pemeriksaan sarana pengolahan (BPOM, 1999) No. Aspek 1 A Manajemen Keterangan 2 B Lingkungan sarana pengolahan dan pengendaliannya 3 C Hama lingkungan 4 D Kondisi umum sarana pengolahan 5 E Ruang pengolahan 6 F Kelengkapan sarana pengolahan 7 G Penanganan limbah 8 H Sanitasi sarana pengolahan 9 I Hama di dalam sarana pengolahan 10 J Peralatan 11 K Suplai air 12 L Higiene karyawan 13 M Gudang bersuhu kamar 14 N Gudang berpendingin 15 O Gudang bahan kemasan 16 P Tindakan pengendalian 17 Q Pengemasan dan pelabelan Di antara ketujuhbelas aspek yang perlu mendapatkan perhatian seperti disebutkan diatas, ada 5 aspek yang dianggap lebih penting dibandingkan dengan 13 aspek lainnya. Kelima aspek ini dikategorikan sebagai kelompok utama dalam pemeriksaan, antara lain: (1) E: ruang pengolahan; (2) I: hama di dalam sarana pengolahan; (3) J: peralatan; (4) K: suplai air; dan (5) L: higiene karyawan. Daftar pertanyaan dan penilaian dapat dilihat dalam formulir pemeriksaan sarana pengolahan makanan dan minuman (Lampiran 4). Dalam formulir pemeriksaan, terdapat tiga kolom yang terdiri dari kolom kosong untuk penilaian, butir-butir yang diperiksa, dan daftar pertanyaan yang membantu pengawas makanan dalam memberikan penilaian. Dengan menjawab ya atau tidak dari beberapa pertanyaan yang 18

diajukan, dapat dinilai apakah bagian yang diperiksa tersebut dapat dikategorikan baik, sedang, atau kurang. Jika dikehendaki, pertanyaan lain yang berhubungan dapat diajukan untuk memperkuat hasil penilaian (BPOM, 1999). Contoh penilaian hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 4: Tabel 4: Contoh penilaian sarana pengolahan makanan dan minuman D. KONDISI UMUM SARANA PENGOLAHAN KETERANGAN PEMERIKSAAN B S K B S 1. Kondisi bangunan 2. Anti binatang pengerat 3. Anti serangga 4. Kesesuaian dengan kegunaan 5. Perawatan bangunan 1. Apakah kondisi bangunan secara keseluruhan baik? 2. apakah bangunan dibuat dengan rancangan tidak dimasuki binatang pengerat? 3. Apakah bangunan dibuat dengan rancangan tidak dimasuki serangga? 4. Apakah bangunan cukup luas untuk melakukan kegiatan pengolahan? HASIL PENILAIAN S 5. Apakah bangunan dirawat dengan baik? _ a. Untuk menilai setiap butir yang diperiksa pada kolom 2, pertanyaan yang terdapat pada kolom keterangan pemeriksaan (kolom 3) dijawab dengan tanda untuk jawaban ya. Jawaban dibiarkan kosong jika ragu-ragu untuk memberikan jawaban ya. b. Jika setiap pertanyaan dijawab dengan ya ( ), maka butir yang diperiksa diberi nilai B (baik). Jika beberapa pertanyaan dibutuhkan untuk menilai satu butir yang diperiksa, maka nilai B (baik) baru dapat diberikan jika semua pertanyaan mendapatkan jawaban ya. c. Jika butir yang diperiksa tidak mendapatkan jawaban ya ( ), maka butir tersebut dapat diberikan nilai S (sedang) atau K 19

(kurang) tergantung pada pengamatan pengawas. d. Setiap butir yang diperiksa harus diberi nilai B, S, atau K. e. Jika kolom penilaian setiap butir yang diperiksa sudah terisi, maka dibuat rata-rata penilaian dengan memberikan skor 3, 2, dan 1 masing-masing untuk B, S, dan K. Hasil perhitungan dibulatkan untuk mendapatkan hasil penilaian. f. Kotak hasil penilaian diisi dengan B, S, atau K sesuai dengan hasil perhitungan pada butir e. Contoh: pada Tabel 4, hasil penilaian rata-rata dari lima butir yang diperiksa dengan nilai B, S, K, B, dan S adalah: (3+2+1+3+2)/5= 2.2 (dibulatkan menjadi 2). Dengan demikian hasil penilaian bagian D. Kondisi Umum Sarana Pengolahan adalah S (sedang). Pemberian nilai mutu sarana pengolahan didasarkan atas hasil penilaian ketujuhbelas aspek yang telah disebutkan sebelumnya. Pada prinsipnya, kelompok utama mendapatkan bobot yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai mutu akhir. Cara perhitungan dalam pemberian mutu dapat dilihat pada Tabel 5. Mutu Nilai Tabel 5: Pemberian mutu terhadap sarana pengolahan Kelompok Utama (E, I, J, K, L) Kelompok Sekunder (A,B,C,D,F,G,H,M,N,O,P,Q,R) 1 Baik Tidak ada perbaikan Maksimum 4-6 perbaikan ringan. 2 Sedang 3 Kurang Maksimum 1 perbaikan Maksimum 2-3 perbaikan Maksimum 3 perbaikan ringan Beberapa aspek mendapat nilai kurang Proses penilaian penerapan GMP dengan menggunakan draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) dilakukan terhadap 17 aspek pemeriksaan seperti terlihat pada Tabel 6. Ke tujuhbelas aspek tersebut 20

tercantum dalam Petunjuk Teknis Pemeriksaan Sarana Pengolahan BPOM (2005), Masing-masing aspek terdiri dari beberapa sub-aspek penilaian dengan total 162 butir. Tabel 6: Tujuh belas aspek pemeriksaan sarana produksi menurut draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005) I II III IV Kelompok No Aspek Keterangan Ketentuan 1 A Persepsi pimpinan dan manajemen Umum 2 B Sanitasi dan higiene karyawan Kondisi sanitasi bangunan dan fasilitas 3 C Konstruksi dan desain bangunan umum 4 D Konstruksi dan desain ruang pengolahan 5 E Kondisi gudang biasa (kering) 6 F Kondisi gudang beku, dingin (apabila digunakan) 7 G Kondisi gudang kemasan dan produk 8 H Sanitasi lingkungan: lokasi, pembuangan limbah, investasi burung, serangga, atau binatang lain 9 I Fasilitas pabrik 10 J Pasokan air 11 K Operasional sanitasi pabrik 12 L Kondisi dan sanitasi peralatan 15 O Pencegahan binatang pengganggu/ serangga dalam pabrik 13 M Penggunaan bahan kimia 14 N Peralatan produksi Penanganan bahan baku dan bahan tambahan Produksi dan 16 P Pengendalian proses produksi pengendalian proses 17 Q Tindakan pengawasan Untuk memudahkan pemeriksaan, daftar pertanyaan dan penilaian berupa pernyataan negatif, telah disiapkan dalam bentuk formulir pemeriksaan CPMB Sarana Produksi Pangan terlampir (Lampiran 5). Pertanyaan lain yang berhubungan dapat diajukan untuk memperkuat penilaian, juga dilakukan pencatatan atas hal-hal khusus yang ditemukan selama penilaian. 21

Pilihan OK (kondisi yang positif) selalu ada pada setiap aspek penilaian; sedangkan kemungkinan pilihan yang negatif atau penyimpangan terdiri dari 4 kategori yaitu minor, major, serius dan kritis. Kemungkinan pilihan dari keempat tingkat penyimpangan tersebut sudah diberikan di dalam formulir pemeriksaan. Contoh hasil penilaian CPMB sarana produksi pangan dapat dilihat pada Tabel 7: Tabel 7: Contoh penilaian CPMB sarana produksi pangan No Aspek yang dinilai Minor Mayor Serius Kritis OK Keterangan/ tanggal perbaikan 7 Pakaian kerja tidak dipakai dengan benar dan tidak bersih a. Apabila kondisi lapangan sesuai dengan pernyataan negatif, maka diberi tanda lingkaran pada X yang tersedia pada kolom Minor, Mayor, Serius, atau Kritis. b. Apabila kondisi lapangan tidak sesuai dengan pernyataan negatif, maka diberi tanda pada kolom OK. Kolom OK adalah kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan persyaratan CPMB (cara produksi makanan yang baik). c. Apabila pada kenyataannya ada aspek pernyataan yang tidak diberlakukan, maka pada kolom keterangan diberi tanda tb (tidak diberlakukan) dan aspek tersebut tidak dikenakan penilaian. d. Hasil penilaian tersebut dijumlahkan dan digunakan untuk menentukan tingkat (rating) kelayakan sarana produksi pangan 22

berdasarkan penyimpangan (deficiency/ defect) yang ada dengan menggunakan standar seperti yang tercantum pada Tabel 8. Tabel 8: Penilaian mutu sarana pengolahan (BPOM, 2005) Jumlah penyimpangan Tingkat (rating) Minor Mayor Serius Kritis Jumlah frekuensi audit Nilai I 0-10 0-5 0 0 1 kali / 6 bulan A (baik sekali) II 11 11-20 1-10 0 1 kali / 4 bulan B (baik) III TB 20 10-20 1-3 1 kali / 2 bulan C (cukup) IV TB TB 21 4 1 kali / bulan D (kurang) 3. Penyusunan SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) dan Daftar Isian (checklist) Langkah awal yang dilakukan adalah pengumpulan data mengenai persyaratan umum GMP, peraturan yang berlaku, pelaksanaan proses produksi, dan kegiatan perusahaan. Setelah data terkumpul dan disarikan, dilakukan identifikasi masalah dengan mengacu pada hasil penilaian penerapan GMP pada sarana pengolahan. SSOP dan daftar isian disusun berdasarkan hasil identifikasi tersebut. Diagram alir penyusunan SSOP dapat dilihat pada Gambar 4. SSOP untuk PT. Libe Bumi Abadi disusun berdasarkan empat aspek yang dikategorikan sebagai kelompok utama dari 17 Aspek yang tercantum pada draft revisi formulir pemeriksaan CPMB (BPOM, 2005), yaitu: (1) gedung dan fasilitas pabrik; (2) mesin dan peralatan; (3) tenaga kerja; dan (4) pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan. 23

Mulai Pengumpulan data (primer dan sekunder) Identifikasi masalah Hasil penilaian penerapan CPMB pada sarana pengolahan Penyusunan SSOP dan daftar isian (checklist) penilaian SSOP FGD (Focus Group Discussion) Draft SSOP dan daftar isian yang telah disusun untuk PT. Libe Bumi Abadi Perbaikan SSOP dan daftar isian (checklist) penilaian SSOP Uji coba SSOP terhadap proses produksi tidak dapat diterapkan ya SSOP dan daftar isian untuk diaplikasikan di PT. Libe Bumi Abadi Selesai Gambar 4: Diagram alir penyusunan SSOP dan daftar isian Prosedur sanitasi gedung dan fasilitas pabrik yang disusun meliputi semua proses perawatan gedung dan fasilitas pabrik, perawatan halaman dan bagian luar pabrik, gedung, pelaksanaan kebersihan, dan fasilitas kebersihan. Prosedur sanitasi mesin dan peralatan yang disusun bertujuan memberikan panduan sanitasi terhadap mesin produksi dan 24

alat-alat bantu di PT Libe Bumi Abadi. Prosedur sanitasi tenaga kerja disusun untuk memberikan panduan sanitasi dan kebiasaan tenaga kerja. Prosedur pengendalian hama dan manajemen limbah/ buangan disusun untuk memberikan panduan pengendalian hama dan penanganan limbah. Sebagai sarana/ alat untuk verifikasi SSOP, akan disusun checklist/ atau daftar isian yang mencerminkan/ menggambarkan sejauh mana realisasi dari SSOP telah dipatuhi atau dilakukan. Kemudian akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas dan menguji draft SSOP dan daftar isian yang telah disusun. FGD adalah metoda kualitatif dalam pengumpulan data; merupakan diskusi kelompok yang beranggotakan 6-10 orang, dengan bimbingan seorang fasilitator, dimana semua anggota dapat berbicara mengenai sebuah topik dengan bebas dan spontan. Hasil FGD akan menjadi acuan untuk perbaikan SSOP. Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil FGD, maka akan dilakukan uji coba penerapan SSOP terhadap proses produksi di PT. Libe Bumi Abadi. Dari hasil uji coba, dapat dilihat keefektifan dan faktor-faktor kesulitan penerapan SSOP yang telah disusun. Kemudian akan dilakukan penyesuaian dalam SSOP dan atau daftar isian pendukung SSOP agar lebih mudah diterapkan dengan lebih efektif. 25