(MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Perubahan Iklim 2012, Sekolah Pascaasarjana, Universitas Gadjah Mada, 30 Juni 2012

KRISIS IDENTITAS, PUTUSNYA ESTAFET KEARIFAN LOKAL DAN PENINGKATAN RISIKO BENCANA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANENAN AIR HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN SUMBERDAYA AIR DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

EKOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN KARST INDONESIA Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia

Urgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau. Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

Abstract. Keywords: Community Adaptation, Water Resources Limitations, Pramuka Island. Abstrak

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

(MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2,4 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada INTISARI

PENGARUH KONDISI METEOROLOGIS TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TELAGA DI SEBAGIAN KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Sumberdaya Lahan Kawasan Karst Gunungsewu

URGENSI PENGELOLAAN KAWASAN KARST GOA PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, GUNUNGKIDUL

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

EVOLUSI TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST DI PANTAI WATUKODOK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN DAN PENYEBAB KERUSAKANSUMBERDAYA AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU

PENGATURAN POLA TANAM METEOROLOGIS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

Publikasi Statistik Modal Sosial 2014, 2016

BULETIN KARST GUNUNGSEWU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

KAJIAN GENESIS DAN DINAMIKA WILAYAH PESISIR KAWASAN KARST PULAU SEMPU KABUPATEN MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

PENGELOLAAN MATA AIR UNTUK PENYEDIAAN AIR RUMAHTANGGA BERKELANJUTAN DI LERENG SELATAN GUNUNGAPI MERAPI

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

PERAN MODAL SOSIAL PADA INDUSTRI KECIL DI TABANAN (STUDI KASUS USAHA KERUPUK BABI DI PASAR TABANAN BALI)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa daerah. Kekeringan yang terjadi dapat menimbulkan. kali menghadapi kondisi tersebut adalah Kabupaten Gunung Kidul.

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

DAFTAR PUSTAKA. Braverman A, Guasch JL Rural Credit in Development Countries. Washington DC: The World Bank. Working Paper Series 219.

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Isu-isu Riset Ilmu Kebumian Terkini di Kawasan Karst

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINERGI PERGURUAN TINGGI-PEMERINTAHMASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA ALAM

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

UPAYA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG SUKADAYA KABUPATEN SUBANG

Rizka Ratna Sayekti, Slamet Suprayogi dan Ahmad Cahyadi. Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN MENGENALI POLA KETERKAITAN SCIENCE, TEKNOLOGI, MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN

Eksakta: Jurnal Imu-Ilmu MIPA p. ISSN: e. ISSN:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC

BULETIN ILMIAH GEOGRAFI LINGKUNGAN INDONESIA Edisi 1, Vol. 1, Tahun 2017, Nomor DOI /OSF.IO/FZRKP Tautan unduh:

BUMDes PENGELOLAAN AIR BERSIH LENDANG NANGKA

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

KERENTANAN (VULNERABILITY)

Laporan Teknis. Jilid II Laporan Utama

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN SOSIAL EKONOMI PENDUDUK BANTARAN SUNGAI CODE KOTA YOGYAKARTA TERHADAP BENCANA LAHAR MERAPI

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Two Stage Least Square

Topik Edisi ini. Intisari TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST KABUPATEN WONOGIRI

Strategi dan Koordinasi Kebijakan Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengurangan Risiko Bencana (Studi Kasus Bencana Longsor dan Kabut Asap)

PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR

BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

BAB IV RELASI ANTAR KOMUNITAS DAN ORGANISASI LUAR

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PENGARUH PENAMBANGAN GAMPING TERHADAP FUNGSI PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA (CO2) ATMOSFER DI KAWASAN KARST KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

Oleh: Agus Supriono 2, Dance J. Flassy 3, Sasli Rais 4 ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA...., Kabupaten Sleman Dalam Angka Badan Pusat Statistik. Ajiek Darminto, (2011). Analisis Empiris Dalam Perumusan Model Ketahanan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI DAERAH KARST GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

The Maturity of Social Capital Relation with Universal Child Immunization Achievement Target in Public Health Center of Surabaya

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

TINJAUAN SISTEM DESAIN PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA RUMAH TINGGAL DI BINTARO, JAKARTA

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (GBPP/SAP)

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 15 Mei Penyusun.

Negara yang tangguh. UNDP Indonesia Mendukung Upaya Konvergensi API-PRB Di tingkat Nasional Bengkulu, 13 Oktober Outline Presentasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Brief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar

PENGEMBANGAN MASYARAKAT KARST UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI

Evaluasi Hasil Pembelajaran Absensi 10% Tugas 20% Ujian Tengah Semester 30% Ujian Akhir Semester 40% Page 2 of 21

PERAN TELAGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR KAWASAN KARST GUNUNGSEWU PASCA PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH

DAFTAR PUSTAKA. Bisri. M. Ir, Ms Drainase Perkotaan. Malang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.

PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIRTANAH UNTUK KEGIATAN PERTANIAN LAHAN KERING DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULONPROGO

PENGEMBANGAN BUKU MEWARNAI UNTUK PENDIDIKAN KONSERVASI TANAMAN OBAT DI KABUPATEN NIAS BARAT.

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

Transkripsi:

PERANAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU (Studi Kasus di Dusun Gemulung, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Ahmad Cahyadi 1 dan Agustina Setyaningrum 2 1,2 Karst Student Forum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada 1,2 Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: 1 ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk dan peranan modal sosial dalam pemenuhan kebutuhan air domestik yang terdapat di Dusun Gemulung, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian dilakukan dengan melakukan indepth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk modal sosial yang terdapat di Dusun Gemulung terkait dengan pemenuhan kebutuhan air domestik terdiri dari social capital bonding yang terwujud dalam bertuk tradisi gotongroyong dalam upaya penyediaan dan pengelolaan sumberdaya air; bridging social capital yang terwujud dalam bentuk lembaga yang bertugas untuk mengelola instalasi air di Dusun Gemulung; serta linking capital yang terwujud dalam bentuk kerjasama dalam pengelolaan mataair dengan dusun yang lain serta kerjasama dengan lembaga donor. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial di Dusun Gemulung telah berperan sangat besar dalam penyediaan kebutuhan air domestik bagi masyarakat. Kata Kunci : Karst, Modal Sosial, Pemenuhan Kebutuhan Air PENDAHULUAN Proses pelarutan batuan yang terjadi di kawasan karst menyebabkan saluran bawah permukaan berkembang sangat intensif (White, 1988). Perkembangan diaklas-diaklas serta lorong-lorong pelarutan yang menghubungkan bagian permukaan dan bawah permukaan kawasan karst menyebabkan kondisi kering di permukaan dan banyaknya air di bagian bawah permukaan (Thornbury, 1960). Kondisi demikian menyebabkan [1]

wilayah kawasan karst dikenal sebagai wilayah yang rawan terhadap bencana kekeringan (Cahyadi, 2010). Interaksi antara manusia dan lingkungan akan menimbulkan suatu budaya yang unik sebagai suatu cerminan hubungan interaksi antar keduanya (Twigg, 2004; 2007). Manusia yang hidup di kawasan rawan bencana secara naluriah akan memiliki suatu budaya untuk beradaptasi dan bertahan hidup dengan kearifan lokal tertentu (Sudarmadji dkk, 2012). Budaya ini telah mengalami perubahan dan penyesuaian berulangkali dan diturunkan secara terusmenerus dari generasi ke generasi meskipun seringkali dengan tanpa catatan tertulis (Adger dkk, 2004). Hal ini berarti bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan karst akan memiliki pola adaptasi dan strategi-strategi dalam memenuhi kebutuhan air. Salah satu pola adaptasi dan strategi dalam pemenuhan kebutuhan air dalam masyarakat salah satunya akan tercermin dalam bentuk modal sosial yang ada di masyarakat. Coleman (1999) menyebutkan bahwa modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Modal sosial ini memungkinkan adanya saling percaya, saling pengertian dan saling terikat dalam nilai nilkai bersama di masyarakat (Cohen dan Prusak, 2001). Modal sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari tingkat kepercayaan, norma-norma, dan Jaringan (Putnam, 1993). Modal sosial yang hidup dimasyarakat oleh Woolcock (1998) dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu social capital bonding (modal sosial terikat), social capital bridging (modal sosial menjembatani), dan social capital linking (modal sosial menghubungkan). Social capital bonding biasanya dapat ditunjukkan melalui nilai, kultur, persepsi dan tradisi atau adat-istiadat yang hidup di masyarakat. Bridging social capital dalam kehidupan masyarakat berwujud institusi maupun mekanisme yang berlaku di masyarakat dalam rangka mencapai tujuan bersama. Social bridging yang dimaksud dalam modal sosial berupa ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik suatu kelompok. Mardiatno dan Stötter (2007) menyatakan bahwa identifikasi modal sosial di dalam masyarakat sangatlah penting dalam rangka pengurangan risiko bencana. Oleh sebab itu, maka identifikasi modal sosial pada masyarakat di kawasan karst dalam pemenuhan kebutuhan air akan sangat bermanfaat dalam rangka pengurangan risiko bencana kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk serta peranan modal sosial yang ada dalam pemenuhan kebutuhan air di kawasan karst Dusun Gemulung, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta [2]

METODE PENELITIAN Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan beberapa tokoh masyarakat atau key person di wilayah penelitian. Penentuan key person dilakukan berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan sebelum melakukan in-depth interview. Hasil wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Social Capital Bonding dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bentuk social capital bonding dalam pemenuhan kebutuhan air di Dusun Gemulung berupa tradisi gotong royong, kegiatan pengelolaan mataair, dan kearifan lokal dalam upaya-upaya penghematan air. Tradisi gotong royong dalam pengelolaan sumber air terwujud dalam kegiatan bersama masyarakat dalam membangun instalasi saluran air PDAM bersama, pembangunan jalan menuju mataair dan bangunan pelindung mataair, serta pembangunan tampungan air di rumah-rumah penduduk. Tradisi gotong royong di dalam masyarakat di Dusun Gemulung menunjukkan adanya kerjasama dan rasa saling percaya di dalam masyarakat. Kondisi ini mutlak diperlukan dalam pembentukan suatu modal social. Keberadaan dua elemen ini selain mempengaruhi efektivitas modal sosial juga akan mempengaruhi keberlanjutan dari modal sosial yang ada di masyarakat. Pengelolaan mataair di Dusun Gemulung dilakukan dengan membuat tangga menuju mataair dan bangunan pelindung mataair. Mataair di dusun ini terletak di dasar lembah yang merupakan runtuhan sungai bawah tanah, sehingga terbentuk resurgence. Bangunan yang telah dibuat memudahkan masyarakat di Dusun ini dan Dusun Wediutah untuk mengakses mataair ini. Namun demikian, mataair yang terletak di Dusun Gemulung saat ini hanya berfungsi untuk mencuci atau hanya digunakan ketika saluran air dari PDAM tidak mengalir. Kondisi ekonomi masyarakat yang didominasi oleh petani dengan penghasilan rendah, menyebabkan masyarakat di Dusun Gemulung tidak mampu untuk memasang instalasi PDAM yang mahal. Kondisi ini disiasati dengan hanya memasang satu saluran PDAM untuk satu dusun. Air yang berasal dari pipa PDAM dialirkan masuk ke dalam bak, kemudian disalurkan melalui pipa-pipa kecil ke rumah-rumah penduduk dengan pipa hasil iuran warga. Pengambilan air oleh warga dilakukan secara bergantian dengan jumlah sesuai dengan tampungan yang dimiliki. Tampungan yang digunakan adalah bak penampung air hujan. Pembayaran dilakukan kepada pengurus yang ditunjuk oleh masyarakat, dan besarnya sesuai dengan jumlah air yang diambil. [3]

Bentuk kearifan lokal dalam penghematan air adalah pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan domestik. Pemanfaatan air hujan dilakukan dengan membuat tampungan air hujan yang menampung air hujan yang jatuh pada atap rumah. Pembangunannya dilakukan dengan sistem gotong royong tanpa memberikan upah, namun biasanya pemberi pekerjaan menyediakan makan untuk semua masyarakat yang ikut berkerja. Kondisi ini berlaku untuk semua anggota masyarakat di Dusun Gemulung. Bridging Social Capital dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bentuk dari bridging social capital yang terdapat di Dusun Gemulung adalah keberadaan lembaga yang mengelola instalasi air dusun. Lembaga ini berfungsi dalam pengelolaan instalasi air dari PDAM (jumlahnya hanya satu untuk satu dusun), mengatur pengambilan air, penyaluran air ke rumah-rumah warga serta menentukan jumlah pembayaran yang harus dibayarkan oleh setiap warga yang menggunakan air dari instalasi tersebut. Kondisi yang berbeda nampak dari pengelolaan mataair. Pengelolaan mataair di Dusun Gemulung tidak dilakukan dengan membentuk lembaga khusus. Pengelolaan mataair dilakukan dengan musyawarah untuk melakukan pembangunan jalan, bangunan pelindung, serta penentuan waktu untuk melakukan kerja bakti dalam membersihkan mataair. Linking Capital dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bentuk dari linking capital dalam pemenuhan kebutuhan air di Dusun Gemulung nampak dari kerjasama antara masyarakat Dusun Gemulung dan Wediutah dalam mengelola mataair serta hubungan antara masyarakat Dusun Gemulung dan lembaga pendonor. Pengelolaan mataair menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat Dusun Gemulung dan Dusun Wediutah, Bentuk kerjasama ini terwujud dalam pemanfaatan secara bersama, terdapatnya aturan-aturan dalam penggunaan mataair yang terletak di perbatasan kedua dusun, serta adanya kewajiban dalam merawat dan mengelola mataair secara bersama-sama. Bentuk linking capital lain yang terdapat di Dusun Gemulung adalah hubungan kerjasama antara masyarakat dengan lembaga donor. Lembaga donor telah membantu dalam pembuatan satu instalasi PDAM yang terdapat di Dusun Gemulung. Pembuatan ini menambah jumlah instalasi yang awalnya hanya satu (dibangun oleh swadaya masyarakat). Namun demikian, kerjasama ini hanya berupa pemberian dana untuk pembangunan, tanpa diikuti dengan kerjasama berkelanjutan seperti untuk pengelolaan dan perawatan. Hal ini berarti bahwa linking capital yang ada terkait dengan lembaga donor masih lemah. [4]

Tabel 1. Modal Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Air di Dusun Gemulung Bentuk Modal Sosial Wujud di Masyarakat a. Tradisi Gotong Royong b. Kerjasama dalam Pengelolaan 1. Social Capital Bonding Sumber Air c. Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Air Hujan a. Lembaga Pengelola Mataair 2. Bridging Social Capital b. Lembaga Penelola Instalasi Air Dusun a. Kerjasama dengan Dusun Wediutah dalam Pengelolaan Mataair 3. Linking Capital b. Kerjasama dengan LSM dan Pemerintah dalam Pembuatan Instalasi Air Dusun Sumber: Hasil Analisis Data Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa modal sosial yang terdapat di Dusun Gemulung telah berperan dalam penyediaan kebutuhan air domestik bagi penduduk (Tabel 1). Oleh karena itu, maka diperlukan upayaupaya untuk menjaga keberlangsungan modal sosial di masyarakat. Selain itu, diperlukan penguatan linking capital untuk dapat mendorong dan mempercepat upaya penyediaan air domestic yang lebih baik lagi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan diketahui bahwa: 1. Bentuk modal sosial di Dusun Gemulung terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu: a. Social capital bonding: terwujud dalam bertuk tradisi gotong royong dalam upaya penyediaan dan pengelolaan sumberdaya air; b. Bridging social capital: terwujud dalam bentuk lembaga yang bertugas untuk mengelola instalasi air di Dusun Gemulung; dan c. Linking Capital: terwujud dalam bentuk kerjasama dalam pengelolaan mataair dengan Dusun Aalain serta kerjasama dengan lembaga donor. 2. Modal sosial di Dusun Gemulung berperan sangat besar dalam penyediaan kebutuhan air domestik bagi masyarakat. [5]

DAFTAR PUSTAKA Adger, W. N.; Brooks, N.; Bentham, G.; Agnew, M.; dan Eriksen, S. 2004. New Indicators of Vulnerability and Adaptive Capacity. Norwich: Tyndall Centre for Climate Change Research. Cahyadi, A. 2010. Pengelolaan Kawasan Karst dan Peranannya dalam Siklus Karbon di Indonesia. Prosiding dalam Seminar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia. Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta, 13 Oktober 2010. Cohen, S. dan Prusak L. 2001. In Good Company: How Social Capital Makes Organization Work. London: Harvard Business Press. Coleman, J. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge Mass: Harvard University Press. Mardiatno, D. dan Stötter, J. 2007. Morphological Analysis of Pacitan Lowland Area and Its Function for Tsunami Risk Assessment. Simposium Internasional Landform-Structure, Evolution, Process Control, University of Bonn, German, 7-10 Juni 2007. Putnam, R.D. 1993. The Prosperous Community: Social Capital and Public Life. American Prospect, 13, Spring, 35-42. dalam Ostrom, E. dan Ahn, T.K. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar Publishing Limited. Sudarmadji; Suprayogi, S. dan Setiadi. 2012. Konservasi Mata Air Berbasis Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul untuk Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim. Yogyakarta: Penerbit Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Thornbury, W.D. 1960. Principle of Geomorphology. New York: John Wiley. Twigg, J. 2004. Disaster Risk Reduction, Mitigation and Preparedness in Development and Emergency Programming, Good Practice Review 9. London: Humanitarian Practice Network. Twigg, J. 2007. Characteristics of a Disaster-Resilient Community : A Guidance Note. DFID Disaster Risk Reduction Interagency Coordination Group. Woolcock, M. 1998. Social Capital and Economic Development: Toward a Theoretical Synthesis and Policy Framework. Theory and Society, 27 (1), 151-208. dalam Ostrom, E.and Ahn, T.K. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar Publishing Limited. White, William B. 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. New York: Oxford University Press. [6]

Makalah ini merupakan salah satu chapter dalam buku berjudul Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia: Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia, dengan Editor Sudarmadji, Eko Haryono, Tjahyo Nugroho Adji, M. Widyastuti, Rika Harini, Emilya Nurjani, Ahmad Cahyadi, Henky Nugraha. Buku ini diterbitkan di Yogyakarta Tahun 2013 oleh Penerbit Deepublish. Makalah ini dimuat di halaman 86-90. [7]