KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Herlina Damayanti Isni Zulfita Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST., MT

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

DEGRADASI GLISEROL DENGAN TEKNOLOGI SONIKASI MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI

28/07/2011 LATAR BELAKANG DEGRADASI GLISEROL TUJUAN PENELITIAN DEGRADASI GLISEROL PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEGRADASI GLISEROL MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Seminar Skripsi. Degradasi Gliserol Menjadi Produk Kimia Antara (Chemical Intermediate Product) pada Kondisi dekat Air Superkritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

B T A CH C H R EAC EA T C OR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah pembangunan industri kimia di Indonesia.

BAB 3 PEMODELAN TANGKI REAKTOR BIODIESEL

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

II. DESKRIPSI PROSES. (2007), metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan. memproduksi vinyl chloride monomer (VCM). Metode ini dilakukan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

PENGARUH PENGGUNAAN KATALIS MgSO 4 TERHADAP REAKSI DEGRADASI GLISEROL PADA KONDISI DEKAT AIR SUBKRITIS DAN SUPERKRITIS

Kinetika kimia. Shinta Rosalia Dewi

Bab I Pendahuluan - 1 -

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

LAMPIRAN I DATA PENELITIAN. Tabel 12. Data Harian Digester No.

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

III. METODA PENELITIAN

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis minyak pada pertengahan 1970-an, harga bahan bakar minyak

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Vinyl Chloride Monomer dari Ethylene Dichloride dengan Kapasitas Ton/ Tahun. A.

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Bab III Metodologi Penelitian

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II DESKRIPSI PROSES

PERENGKAHAN TERMAL (Thermal Cracking) SERBUK GERGAJI KAYU BULIAN (Eusideroxylon Zwagery T.Et B) UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

4 Hasil dan Pembahasan

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

SINTESIS BUTANOL H 9. OH, merupakan

PEMANFAATAN GLISEROL SEBAGAI HASIL SAMPING BIODIESEL MENJADI PRODUK KIMIA LAIN DALAM MEDIA AIR SUBKRITIS HINGGA SUPERKRITIS

Laporan Kimia Fisik KI-3141

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

II. DESKRIPSI PROSES Hidrasi langsung α-pinene dengan menggunakan katalis Chloroacetic

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

Oleh : Niar Kurnia Julianti Tantri Kusuma Wardani Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, MT

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

BAB II DESKRIPSI PROSES

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHID MENGGUNAKAN METAL OXIDE CATALYST PROCESS KAPASITAS TON/TAHUN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian.

Transkripsi:

KONVERSI KATALITIK GLYCEROL MENJADI ACETOL (HYDROXI-2 PROPANON) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA Presentasi Tesis 1 Pebruari 2010 Oleh : Abdul Chalim (NRP. 2307 201 008) Program Magister Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010

1. Pendahuluan Latar Belakang Produksi biodiesel dunia mencapai 4 milliar liter, diproyeksikan crude glycerol sebagai produk samping meningkat diatas 400 juta liter per tahun. Untuk kapasitas produksi besar, crude glycerol dimurnikan dan produknya dijual. tetapi untuk kapasitas produksi kecil, akan menjadi limbah karena biaya pengolahannya mahal.

1. Pendahuluan Produk acetaldehid, acrolein, formaldehid, acetol dari feed glycerol dapat dihasilkan dari reaksi cracking. Metode yang digunakan pyrolysis glycerol, steam gasifikasi, catalytic cracking. Catalytic cracking diterapkan pada temperatur rendah, sehingga memerlukan energy proses relatif sedikit.

1. Pendahuluan Perumusan Masalah Konversi katalitik glycerol menjadi produk, melalui reaksi dehidrasi dapat dilakukan dengan bantuan katalis, secara umum menggunakan tekanan. Alternatif penggunaan katalis heterogen yang dilakukan pada tekanan atmosferik dalam reaktor fixed bed, diharapkan dapat mengembangkan produk glycerol menjadi acetol yang merupakan produk intermediate propylene glikol. Beberapa permasalahan yang dapat dimunculkan dalam konversi katalitik glycerol menjadi acetol adalah : Seberapa besar konversi glycerol yang dihasilkan, yield acetol, laju reaksi dan konstanta yang diperoleh menggunakan beberapa katalis pada kondisi operasi.

1. Pendahuluan Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh beberapa parameter operasi seperti : temperatur reaksi, waktu reaksi, laju alir gas feed, jenis katalis terhadap konversi reaksi, yield acetol, konstanta laju reaksi, laju reaksi serta order reaksi pembentukan acetol. 2. Mempelajari reaksi dehydrasi glycerol sesuai pathway reaction, seperti yang diusulkan Buchler et.al 2002 tetapi menggunakan jenis katalis Cu-Zn dan HZSM-5 pada kondisi operasi atmosferik dalam model reaktor fixed bed.

1. Pendahuluan Manfaat Penelitian : Sumbangan pengembangan energi alternatif dan produk sampingnya di Indonesia yang tidak berdampak terhadap lingkungan dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat Memberi nilai tambah pada glycerol sebagai produk samping biodiesel yang jumlahnya cukup banyak. Diperoleh cara mengkonversi glycerol menjadi acetol yang bermanfaat, menggunakan beberapa kondisi operasi.

2. Kajian Pustaka Peneliti terdahulu, yang memperoleh nilai tambah glycerol : Neher, et.al, (1995) : dehydrasi glycerol cair pada temperatur 180 o C-340 o C dan 70 bar menjadi phase gas. katalis yang digunakan HZSM-5 dengan feed campuran glycerolair. Yield 65%. Kapil Dev Pathak (2005) : dengan konversi katalitik glycerol menjadi acetaldehid, acrolein, formaldehid, acetol diperoleh yield acetol 14.7%.

2. Kajian Pustaka Buchler et al, (2002) : Produk bahan kimia bernilai tambah seperti : metanol, acetaldehid, acrolein, alyl alcohol, acetol, etanol, CO 2, CO, H 2 dapat diperoleh dari bahan baku glycerol, yang dilakukan dibawah kondisi supercritical. Range temperatur reaksi yang diteliti dari 349 o C 475 o C dengan tekanan 25 Mpa dan 45 Mpa. Reaksi dilakukan didalam reaktor tubular dengan waktu reaksi 32 secon dan 165 secon. Dijelaskan pula terjadinya dekomposisi. Chung Wei Chiu (2006) : meneliti reaksi katalitik glycerol menjadi propylene glycol, dan acetol sebagai produk intermediate, katalis yang digunakan cooper-chromite dalam reaktor packed bed dengan yield acetol 8.7%.

Rute 1 -H 2 O CH 3 I C=O I CH 2 -OH Acetol CH 2 -OH І CH-OH І CH 2 -OH CH=O I CH 3 Etanal Glycerol Rute 2 CH-OH I CH 2 -OH -OH CH-OH II CH 2 -H 2 O CH-OH II CH I CH 2 -OH CHO I CH 2 I CH 2 -OH -H 2 O CHO I CH II CH 2 Acrolein Pathway Reaction

3. METODA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan percobaan didalam sebuah model reaktor fixed bed pada kondisi atmosferik. Feed berupa gas yang diatur laju alirnya diumpankan kedalam model reaktor yang berisi katalis. Reaktor diatur temperaturnya mulai 300 o C sampai 400 o C. Keluar dari reaktor, produk gas dianalisa menggunakan gas chromatography.

Gambar 2. Rangkaian peralatan untuk proses dehydrasi glycerol Gambar : Susunan Peralatan

3.1 Bahan : 1.Katalis heterogen, HZSM-5 dan Cu-Zn (dijual komersial) 2.Glycerol (60%wt) dan gas Nitrogen. 3. Bahan kimia untuk analisa dengan gas khromatography (GC) : N 2, Helium, glycerol (pa), acetol (pa)

3.2 Penyiapan Katalis Katalis HZSM-5 dan Cu-Zn dalam bentuk padat diperoleh secara komersial. HZSM-5 (Parr Inc.), sedangkan Cu-Zn diperoleh dari MERCK. Kedua macam katalis dikalsinasi pada suhu 500 o C (773 K) menggunakan N 2 selama 2 jam.

3.3 Set Up Peralatan Feed glycerol dengan konsentrasi dan berat tertentu dimasukkan kedalam tangki peamanas (4). Aliran gas N 2 dihubungkan dengan tangki pemanas (4) dan dikontrol menggunakan valve (2) serta flowmeter. (3). Katalis dengan berat tertentu dimasukkan kedalam reactor (10) diatas saringan stainless steel dan ditutup dengan glass wool yang tidak terlalu rapat. Reaktor (10) diletakkan diatas furnace (8) pada posisi miring dan dipasang termokopel (9) yang dihubungkan dengan pengendali on-off. Reaktor (10) dihubungkan dengan valve pengambilan sampel gas dan condenser (11) yang didinginkan dengan air. Produk cairan dikumpulkan pada erlenmeyer (13) yang didinginkan dengan es batu. Sedangkan produk gas dikumpulkan dalam wadah (14).

3.4 Kalibrasi Laju Alir Tangki pemanas feed (4) dalam keadaan kosong ditimbang, kemudian diisi dengan feed glycerol cair dengan berat 100 g. Kedalam tangki pemanas (4) yang sudah terhubung pada rangkaian, dialiri gas N 2 yang dikontakkan glycerol cair dengan laju alir N 2 yang divariasikan (misal : 300, 400, 500 ml/menit). Selanjutnya dipanaskan pada suhu 240 o C yang dikontrol pada pengendali (6) Pemanasan dilakukan dalam waktu steady selama 10 menit (masing masing bervariasi mulai 10 menit hingga 120 menit) kemudian dihentikan dan ditutup. Setelah keadaan dingin, tangki pemanas ditimbang untuk mengetahui berat feed glycerol yang menguap. Data dan perhitungan feed glycerol yang menguap disajikan pada lampiran.

3.5 Run Percobaan Tangki pemanas (4) dibersihkan dan diisi 100 g glycerol dengan konsentrasi 60 %wt untuk operasi 1 jam Katalis dengan berat 2 %wt dimasukkan ke reaktor (bervariasi untuk HZSM-5 dan Cu-Zn) Gas N 2 dialirkan kedalam tangki pemanas (4) dengan laju alir sesuai laju alir gas feed (hasil kalibrasi : 300, 400, 500 ml/menit) Tangki dipanaskan sampai 240 o C yang dikendalikan secara on off. Terlebih dahulu reaktor berisi katalis dipanaskan pada temperatur bervariasi (300, 350, 400 o C) Gas feed dengan laju alir bervariasi (300, 400, 500 ml/men) dialirkan ke reaktor yang berisi katalis. Gas yang keluar reaktor sebagian disampling dalam waktu steady 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 75, 90, 105, 120 menit. Produk gas sampel yang ditampung, dianalisa menggunakan gas chromatography (GC)

Uji proses dehydrasi glycerol menjadi acetol dengan katalis heterogen. Katalis yang disiapkan digunakan pada proses pembuatan acetol dengan bahan baku glycerol 60 %wt. Kondisi Operasi : Berat feed glycerol : 100 g untuk 1 jam Konsentrasi glycerol : 60% wt Temperatur pemanasan umpan : 240 o C Berat katalis : 2 %wt Waktu reaksi : 5 ; 10 ; 20 ; 30 ; 40 ; 50 ; 60 ; 75 ; 90 ; 105 ; 120 menit Variabel Percobaan : Temperatur reaksi : 300 ; 350 ; 400 o C Jenis katalis : HZSM-5 ; Cu-Zn. Laju alir gas feed : 300 ; 400 ; 500 ml/men.

3.6 Analisa Produk Produk gas hasil dehydrasi glycerol diidentifikasi menggunakan GC HP 5890 dengan syringe Gastigh 1001. Temperatur awal pemanasan 40 o C sebelum injeksi sampel. Rate pemanasan 5 o C/menit. Final temperatur 200 o C. Luas puncak dari GC digunakan untuk menghitung %mol masing masing komponen (terutama glycerol dan acetol) dibandingkan terhadap kondisi standard. Kolom yang digunakan Carbowax M-1000 panjang 5 m, diameter dalam 0.25 mm.

3.7 Perhitungan Besaran yang diukur dari hasil penelitian ini, adalah : konversi reaksi yield produk acetol konstanta laju reaksi dan order reaksi laju reaksi

Konversi reaksi Data analisa GC, Luas area dalam uv.sec. (Tabel 1, lampiran 1-B) Plot kurve kalibrasi standar glycerol, %mol glycerol vs Luas area dalam uv.sec. (Lampiran 2-B ) Didapatkan %mol glycerol yang tidak bereaksi (Tabel 3-4, lampiran 2-A) Dihitung dengan persamaan : Konversi. glycerol. X = 1 glycerol. tak. bereaksi(% mol) glycerol. mula. mula(% mol) (Lampiran 3-B)

Yield acetol Data analisa GC, Luas area dalam uv.sec. (Tabel 7,8 lampiran 6-A) Plot pada kurve kalibrasi standar acetol, antara %mol acetol vs Luas area (lampiran 7-A) Dihitung dg persamaan : mol.. acetol Yield.. acetol,% = x100% mol.. feed.. glycerol

Konstanta laju reaksi dan order reaksi Dianggap reaksi order 1 untuk glycerol, sehingga laju reaksi konstan. A r A = = k. W dc. ρ. dt C A dc C CA A CAo A = W. k. ρ. dt Bila diintegrasi dari kondisi awal ke kondisi akhir didapatkan : ln ln dc C C C A AO A A = = W. k. ρ W t 0. k. ρ. t dt ( 1 X ) = W. k. ρ. t Misal : Y = ln (1 X) A = slope = - W.k.ρ Plot : t vs Y dengan slope A, sehingga didapat k Dimana : X = konversi reaksi glycerol, % : W = berat katalis, gram ρ = density katalis, g/ml t = waktu reaksi, jam

Order reaksi (n) Reaksi yang terjadi pada dehydrasi glycerol merupakan reaksi paralel. A R dc R r R = = k1. dt C n A (produk yang diharapkan) S dc S r S = = k 2. dt C b A (produk tidak diharapkan) dc R r R = = k1. dt C log t. k R = T C nlog.( C A n A. rerata) dc T r T = = k 3. dt Dimana : A = reaktan (glycerol) dan R = produk yang diharapkan (acetol) k 1 = konstanta laju reaksi pembentukan acetol, dalam jam -1 (Tabel 13) n = order reaksi (tidak bersatuan) r R = laju pembentukan produk acetol, dalam mol/.jam C A = glycerol yang bereaksi, mol/liter Untuk mencari harga n, persamaan tersebut dilogaritmakan : C c A Dimisalkan : y = C R log t. k n = slope : x = log (C A rerata) Didapatkan persamaan garis linier : y = n.x Dari grafik didapatkan : n = slope (order reaksi)

Konversi Glycerol Profil konversi glycerol dengan perlakuan terhadap : laju alir gas feed : 300, 400, 500 ml/men. : temperatur reaksi : 300, 350, 400 o C : katalis : Cu- Zn, HZSM-5. Nilai maksimum konversi : 65.78% (katalis : Cu-Zn, laju alir gas : 300 ml/men. Temperatur : 400 o C) dicapai pada titik tertinggi pada grafik berikut.

80.00 70.00 60.00 Konversi, X (%) 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu reaksi, t (menit) Series16 Cu-Zn,300mL,300oC Cu-Zn,300mL,350oC Cu-Zn,300mL,400oC HZSM,300mL,300oC HZSM,300mL,350oC HZSM,300mL,400oC Cu-Zn,400mL,300oC Cu-Zn,400mL,350oC Cu-Zn,400mL,400oC HZSM,400mL,300oC HZSM,400mL,350oC HZSM,400mL,400oC Cu-Zn,500mL,300oC Cu-Zn,500mL,350oC Cu-Zn,500mL,400oC HZSM,500mL,350oC HZSM,500mL,400oC Gambar 4.1 : Grafik hubungan antara waktu reaksi t (menit) terhadap konversi X (%) pada temperatur reaksi T (300, 350, 400 o C) dengan laju alir gas feed, m (300, 400, 500 ml/menit) serta katalis HZSM-5 dan Cu-Zn. (Data diperoleh dari Tabel 5, 6 Lampiran 3-A)

Yield Acetol Profil yield acetol dengan perlakuan terhadap : laju alir gas feed : 300, 400, 500 ml/men. : temperatur reaksi : 300, 350, 400 o C : katalis : Cu-Zn, HZSM-5. Nilai maksimum yield acetol : 11.34% (katalis : Cu-Zn, laju alir gas : 300 ml/men. Temperatur : 350 o C) dicapai pada titik tertinggi pada grafik berikut.

12.00 10.00 8.00 Yield acetol, (%) 6.00 4.00 2.00 0.00 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu reaksi t, (menit) Cu-Zn,300mL,300oC Cu-Zn,300mL,350oC Cu-Zn,300mL,400oC HZSM,300mL,300oC HZSM,300mL,350oC" HZSM,300mL,400oC Cu-Zn,400mL,300oC Cu-Zn,400mL,350oC Cu-Zn,400mL,400oC HZSM,400mL,300oC HZSM,400mL,350oC HZSM,400mL,400oC Cu-Zn,500mL,300oC Cu-Zn,500mL,350oC Cu-Zn,500mL,400oC HZSM,500mL,300oC HZSM,500mL,350oC HZSM,500mL,400oC Gambar 4.2 : Grafik hubungan antara waktu reaksi t (menit) terhadap yield acetol (%) pada temperatur reaksi T (300, 350, 400 o C) dengan laju alir gas feed, m (300, 400, 500 ml/menit) serta katalis HZSM-5 dan Cu-Zn. (Data diperoleh dari Tabel 5, 6 Lampiran 3-A)

Laju Reaksi Profil laju reaksi dengan perlakuan terhadap laju alir gas feed : 300, 400, 500 ml/menit : temperatur reaksi : 300, 350, 400 o C : katalis Cu-Zn, HZSM-5. Nilai maksimum laju reaksi : 0.1306 mol/jam (katalis : Cu-Zn, laju alir gas : 300 ml/men. Temperatur : 350 o C) dicapai pada titik tertinggi pada grafik berikut.

0.14 0.12 Laju reaksi, ra (mol/jam) 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Waktu reaksi, t (menit) Cu-Zn,300mL,300oC Cu-Zn,300mL,350oC Cu-Zn,300mL,400oC HZSM,300mL,300oC HZSM,300mL,350oC HZSM,300mL,400oC Cu-Zn,400mL,300oC Cu-Zn,400mL,350oC Cu-Zn,400mL,400oC HZSM,400mL,300oC HZSM,400mL,350oC HZSM,400mL,400oC Cu-Zn,500mL,300oc Cu-Zn,500mL,350oC Cu-Zn,500mL,400oC HZSM,500mL,300oC HZSM,500mL,350oC HZSM,500mL,400oC Gambar 4.3 : Grafik hubungan antara waktu reaksi t (menit) terhadap laju reaksi (mol/jam) pada temperatur reaksi T (300, 350, 400 o C) dengan laju alir gas feed, m (300, 400, 500 ml/menit) serta katalis HZSM-5 dan Cu-Zn. (Data diperoleh dari Tabel 5, 6 Lampiran 3-A)

Tabel 4.4 : Konstanta laju reaksi dan order reaksi produk acetol. Temperatur, o C Laju alir gas, ml/menit Katalis : HZSM-5 k (jam -1 ) Order reaksi Katalis : Cu-Zn k (jam -1 ) order reaksi 300 0.0686 0.1456 0.1962 0.1205 300 400 0.0900 0.1647 0.1638 0.1665 500 0.1050 0.1574 0.1020 0.1126 300 0.0900 0.2400 0.1638 0.0948 350 400 0.0729 0.2451 0.1708 0.1021 500 0.1371 0.1164 0.0831 0.0819 300 0.1050 0.0457 0.1200 0.0972 400 400 0.1093 0.0721 0.1592 0.1328 500 0.1329 0.0435 0.1362 0.1134 Rata rata 0.1012 0.1367 0.1439 0.1135 Sumber : Data perhitungan dari lampiran 11-B dan 14-A

Katalis Cu-Zn Harga k sebagai fungsi temperatur reaksi : k = 0.733.e -(9.36/R.T) Laju reaksi pembentukan acetol : r Acetol = 0.733.e -(9.36/R.T).C A 0.1135 Katalis HZSM-5 Harga k sebagai fungsi temperatur reaksi : k = 0.5515.e -(26.79/R.T) Laju reaksi pembentukan acetol : r Acetol = 0.5515.e -(26.79/R.T).C A 0.1367

Pengaruh jenis katalis Katalis, Pengaruhnya terhadap HZSM-5 Cu-Zn Pembahasan Konversi reaksi 54.82% (T-5, L-3A) 69.88% (T-6, L-3A) Ditinjau terhadap konversi reaksi, HZSM-5 kurang efektif dibanding Cu-Zn. Cu-Zn menunjukkan konversi 15% lebih tinggi dibanding HZSM-5 Katalis berbasis Cu cocok digunakan. Yield acetol 8.90% (T-11, L-7B) 11.34% (T-12, L-7B) Dehydrasi glycerol terhadap yield acetol, katalis HZSM-5 kurang efektif. Cu-Zn memperoleh yield acetol lebih besar dibanding HZSM-5 Ditinjau terhadap jalur reaksi Buchler, 88.66% merupakan komponen selain acetol Pemilihan jenis katalis kurang efektif terhadap yield acetol dan perlu telaah terhadap komponen selain acetol, misal : acrolein, etanal, formaldehid, H 2, CH 4, CO dan laninnya.

Laju reaksi 0.0761 mol/jam (T-17, L-12A) 0.1306 mol/jam (T-18, L-12A) Laju reaksi yang diperoleh menunjukkan, HZSM-5 kurang efektif dibanding Cu-Zn Cu-Zn memiliki laju reaksi lebih besar dibanding HZSM-5 Pemilihan jenis katalis kurang efektif terhadap laju reaksi yang diperoleh. Konstanta laju dan order reaksi. 0.5515 jam -1 order reaksi 0.1135 (T-22, L-16B) 0.733 jam -1 order reaksi 0.1367 (T-22, L-16B) Ditinjau terhadap konstanta laju reaksi, katalis Cu-Zn memiliki harga konstanta lebih tinggi dibanding HZSM-5 Order reaksi relative kecil, sehingga laju reaski pembentukan acetol sebanding terhadap konstanta laju reaksi.

Pengaruh laju alir gas Laju alir, Pengaruhnya terhadap 300 ml/men. 400 ml/men. 500 ml/men. Pembahasan Konversi reaksi 43.65% (T-5, L-3A) 48.67% (T-5, L-3A) 54.48% (T-5, L-3A) Dehydrasi glycerol terhadap konversi reaksi menunjukkan, peningkatan laju alir gas feed akan memperbesar konversi reaksi. Beban katalis perlu dicoba untuk yang lebih besar, guna mengetahui perilaku laju alir feed. Yield acetol 11.34% (T-12, L-7B) 9.65% (T-12, L-7B) 8.48% (T-12, L-7B) Kenaikan laju alir gas feed akan menurunkan yield acetol. Hal ini dimungkinkan pembentukan komponen lain. Perlu telaah untuk pengambilan level laju alir gas feed yang lebih rendah. Laju reaksi 0.1317 mol/jam (T-17, L-12A) 0.0977 mol/jam (T-17, L-12A) 0.0756 mol/j. (T-17, L-12A) Peningkatan laju alir gas feed berakibat penurunan laju reaksi yang terjadi. Mungkin terjadinya turbulensi aliran, akan menurunkan daya adsorbsi katalis. Konstanta laju dan order reaksi. 0.1962 jam -1 order 0.018 (T-22, L-16B) 0.1638 jam -1 order 0.039 (T-22, L-16B) 0.1371 jam -1 order 0.081 (T-22, L-16B Konstanta laju tidak dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan laju alir gas feed.

Pengaruh temperatur reaksi Temperatur, Pengaruhnya terhadap 300 o C 350 o C 400 o C Pembahasan Konversi reaksi 64.76% (T-6, L-3A) 69.88% (T-6, L-3A) 65.78% (T-6, L-3A) Temperatur reaksi 350 o C menunjukan konversi tertinggi. Peningkatan temperatur reaksi tidak menjamin adanya peningkatan konversi reaksi. Yield acetol 10.49% (T-12 L-7B) 11.34% (T-12, L-7B) 10.68% (T-12, L-7B) Temperatur reaksi 350 o C memperoleh yield acetol tertinggi. Peningkatan temperatur reaksi kemungkinan menaikkan yield komponen selain acetol Laju reaksi 0.1317 mol/j (T-17, L-12A) 0.1306 mol/j (T-17, L-12A) 0.1279 mol/j (T-17, L-12A) Reaksi tercepat biasa terjadi pada temperatur dan tekanan tinggi.dalam percobaan ini diwakili temperature terendah. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan katalis. Konstanta laju. 0.1592 jam -1 (T-22, L-16B) 0.1638 jam -1 (T-22, L-16B) 0.1962 jam -1 (T-22, L-16B) Peningkatan temperatur reaksi akan meningkatkan konstanta laju reaksi. Peningkatan tersebut dapat didorong oleh komponen lain selain acetol.

Terima kasih Semoga Bermanfaat.