RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

dokumen-dokumen yang mirip
Fenomena panas akibat radioaktivitas

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

PEMANFAATAN RADIOISOTOP UNTUK MENCEGAH RESTENOSIS PADA JANTUNG

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

PELURUHAN RADIOAKTIF

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

FISIKA ATOM & RADIASI

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

PELURUHAN SINAR GAMMA

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 )

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

U Th He 2

Kimia Inti dan Radiokimia

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

KIMIA (2-1)

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER TAHUN (UTAMA) Mata Pelajaran (Beban) : Fisika 4 ( 4 sks) Hari/Tanggal : Rabu, 01 Desembar 2010

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH KOMPOSISI VOLUME LARUTAN SINTILATOR PADA PENGUKURAN AKTIVITAS 90 Sr

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

KAJIAN PEMBUATAN SUMBER RADIASI IRIDIUM-192 UNTUK RADIOTERAPI LAJU DOSIS TINGGI

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

PENENTUAN AKTIVITAS TRITIUM DAN KARBON-14 DENGAN METODA PENGUKURAN DUAL LABEL ABSTRACT

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

RADIOKIMIA Pendahuluan Struktur Inti

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR

Dasar Fisika Radiasi. Daftar Isi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Analisis tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja dan laju paparan radiasi pada Instalasi Kedokteran Nuklir

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

SIMAK UI 2013 Fisika. Kode Soal 01.

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Pembahasan soal UAS Fisika dan Kimia Dasar 2

Kedua nuklida tersebut mempunyai nomor massa (A) yang sama dengan demikian nuklida-nuklida tersebut merupakan isobar.

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Energetika dalam sistem kimia

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

BAB IV Alat Ukur Radiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANTARBANDING PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 57 Co DAN 131 I (II)

Fisika EBTANAS Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SILABUS PEMBELAJARAN

Inti atom Radioaktivitas. Purwanti Widhy H, M.Pd

HUKUM JOULE. Waktu yang diperlukan untuk menaikan temperatur Tabel 1. Data Hasil Pengamatan

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

BAB FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

Transkripsi:

RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN Pelepasan panas akibat radioaktivitas pertama kali dilaporkan oleh P. Curie dan A. Laborde pada tahun 1903. Pada waktu itu ditemukan bahwa 1 gram radium menghasilkan panas sebesar 100 kalori dalam satu jam. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan kalorimeter benzena beku. Mereka meneliti lebih lanjut fenomena itu dan menemukan bahwa besarnya panas yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh suhu. Hasil ini membawa mereka pada kesimpulan bahwa pelepasan panas secara terus menerus yang terjadi pada radium bukanlah akibat perubahan kimia biasa karena reaksi kimia biasa dipengaruhi oleh suhu. Akhirnya diketahui bahwa pelepasan panas itu disebabkan oleh radioaktivitas atom radium. [1] Penemuan ini memberikan peluang dilakukannya pengukuran radioaktivitas secara kuantitatif dengan mengukur panas yang dihasilkan (radiokalorimetri). Sejak itu, berbagai upaya dilakukan untuk merealisasikannya. Hanya saja, upaya tersebut menemui kendala berupa kenyataan bahwa panas yang dihasilkan dari peluruhan radioaktif sangat kecil. Pengukuran radioaktivitas dari panas yang dihasilkan memerlukan kalorimeter dengan ketelitian tinggi. Besarnya panas dari perubahan fasa, reaksi kimia dan fenomena lain pada umumnya pada kisaran miliwatt dengan jumlah sampel pada kisaran miligram. Sedangkan pada peluruhan radioaktif, panas yang dihasilkan pada kisaran mikrowatt untuk radioaktivitas beberapa milicurie. Oleh karenanya, kalorimeter untuk pengukuran radioaktivitas kadang kadang disebut pula mikrokalorimeter. Pada makalah ini akan disajikan secara ringkas radiokalorimetri, yaitu pengukuran radioaktivitas menggunakan panas yang dihasilkan. Prinsip-prinsip pengukuran, kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya akan dibahas dalam makalah ini. Pengembangan metode radiokalorimetri ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar lagi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di tanah air, khususnya pada pengukuran radioaktivitas. 2. PRINSIP RADIOKALORIMETRI Saat ini telah ditemukan lebih dari 1500 jenis isotop. Dari jumlah itu, hanya sebagian kecil yang merupakan isotop stabil. Sebagian besar berupa radioisotop yang selalu mengalami peluruhan dalam berbagai bentuk dengan memancarkan radiasi ke sekitarnya, baik berupa radiasi α, radiasi β atau radiasi γ. Ketika radiasi diserap oleh materi, terjadilah serah terima energi dari radiasi kepada materi penyerap. Energi yang dimilikinya akan diubah menjadi bentuk lain dan perubahan energi tersebut akhirnya bermuara kepada panas.[1] Apabila sebuah sumber radiasi diletakkan di dalam sel kalorimeter, maka di dalam sel tersebut akan dihasilkan panas secara konstan. Panas tersebut akan disebarkan ke lingkungan dengan kecepatan perambatan sebagai berikut. dq/dt = -k(tc-te) (1) Di mana, Radiokalorimetri (Rohadi Awaludin) 173

dq/dt : jumlah panas yang mengalir ke lingkungan tiap satuan waktu (J/s=W) k : koefisien perambatan panas (W/K) Tc : temperatur sel kalorimeter (K) Te : temperatur lingkungan (dibuat konstan) (K) Apabila kapasitas panas dari sel dan sampel adalah C (J/K) dan panas yang dihasilkan dari peluruhan radioaktif sebesar P (J/s=W), maka perubahan suhu pada sel kalorimeter dapat dinyatakan sebagai berikut. dtc/dt = [P-k(Tc-Te)]/C (2) Apabila persamaan ini diselesaikan dan diberi batas Tc=Te pada saat t=0, maka diperoleh persamaan berikut. untuk mencapai kestabilan. Dengan kata lain, semakin besar C, semakin lama waktu pengukuran yang diperlukan. sel kosong sel sampel sensor kawat pemanas untuk kalibrasi sumber radiasi Gambar 1. Skema sel kalorimeter untuk radiokalorimetri. penyerap radiasi Tc-Te = (P/k) (1-e -kt/c ) (3) Dari persamaan (3) di atas, jika waktu (t) sangat besar maka e -kt/c mendekati angka nol dan persamaan dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut. P = k(t c T e ) (4) Persamaan (4) menunjukkan bahwa hubungan antara panas yang dihasilkan (P) dan perbedaan temperatur tidak dipengaruhi oleh besarnya kapasitas panas (C) sel dan sampel. Ini berarti bahwa apapun jenis material yang digunakan sebagai penyerap radiasi di dalam sel sampel tidak berpengaruh pada hubungan di atas. Besarnya C berpengaruh pada besarnya waktu (t) yang diperlukan agar e -kt/c mendekati angka nol. Semakin besar nilai C semakin besar pula nilai t yang diperlukan. Ini dapat diartikan bahwa semakin besar nilai kapasitas panas material yang digunakan, semakin lama waktu yang diperlukan Gambar 2. Tampak luar kalorimeter untuk pengukuran radioaktivitas di P2RR BATAN Skema kalorimeter untuk pengukuran radioaktivitas ditunjukkan pada Gambar 1. Besarnya panas yang dihasilkan dari peluruhan diperoleh dari besarnya panas yang mengalir dari sel sample ke lingkungan. Besarnya aliran ini diperoleh dari besarnya perbedaan suhu yang diukur oleh sensor yang diletakkan pada sel 174 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 3, April 2005, 173 178

sampel dan sel kosong yang memiliki suhu sama dengan lingkungan (konstan). Hubungan antara besarnya aliran panas dengan keluaran berupa beda potensial diperoleh dengan kalibrasi menggunakan kawat penghasil panas yang dililitkan pada sel sample. Kawat yang dililitkan memiliki hambatan sebesar 100,0 Ω. Besarnya panas yang diberikan diatur melalui beda potensial yang diberikan kepadanya. 3. PERHITUNGAN RADIOAKTIVITAS Prinsip dasar dari metode radiokalorimetri adalah mengukur jumlah panas yang dihasilkan dari peluruhan radioaktif. Jika panas yang dihasilkan tiap satuan waktu adalah E (J/s=W), sedangkan besarnya panas rata-rata yang dihasilkan dari peluruhan adalah Eav (W/Ci), maka besarnya radioaktivitas sumber radiasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut. Tabel 1. Panas yang dihasilkan dari peluruhan radioaktif beberapa jenis radioisotop[2,3]. Jenis Radioisotop Waktu paro Jenis peluruhan Panas yang dihasilkan (µw/mci) 3 H 123 th β - 0,034 14 C 5730 th β - 0,293 32 P 14,26 hari β - 4,13 35 S 87,5 hari β - 0,288 90 Y 64,1 jam β - 5,55 153 Gd 241,6 hari EC 0,839 169 Yb 32,02 hari EC 2,514 192 Ir 73,83 hari β -, EC 6,10 E A = Eav (5) Besarnya nilai Eav untuk tiap radioisotop dapat dihitung dari tabel peluruhan radioisotop [2]. Energi rata-rata dihitung dari seluruh energi yang dilepaskan sejalan dengan terjadinya peluruhan, misalnya energi rata-rata partikel beta, internal bremstrahlung dan rata-rata energi gamma tiap peluruhan. Misalnya, 32 P memiliki energi rata rata radiasi beta sebesar 695 kev (bukan energi maksimum yang sebesar 1,71 MeV) dan internal bremsstrahlung 1,2 kev, sehingga memiliki energi rata rata 696,2 kev per peluruhan. Nilai 1 kev sama dengan 1,6 x 10-16 J dan 1 mci sama dengan 3,7 x 10 7 dps. Sehingga 696,2 kev per peluruhan setara dengan (696,2 x 1,6 x 10-16 x 3,7 x 10 7 ) J/s per mci = 4,13 x 10-6 J/s per mci = 4,13 µw/mci. Hasil perhitungan besarnya Eav dari beberapa jenis radioisotop lain ditunjukkan pada Tabel 1. Persamaan 5 di atas menunjukkan bahwa pada pengukuran radioisotop besarnya Eav harus diketahui sebelumnya. Oleh sebab itu pengukuran radioaktivitas hanya dapat dilakukan untuk radioisotop yang telah diketahui jenisnya. Apabila ada lebih dari satu jenis radioisotop di dalamnya, maka perbadingannya harus diketahui. 4. AKURASI PENGUKURAN 4.1. Data radioisotop Seperti telah dijelaskan sebelumnya, di dalam perhitungan radioaktivitas digunakan data radioisotop. Akurasi hasil pengukuran bergantung secara langsung kepada akurasi data radioisotop. Data-data radioisotop yang ada saat ini dapat dikatakan memiliki akurasi yang tinggi. Misalnya tingkat ketidakpastian (1σ) data rata-rata energi tritium adalah 0,07%, karbon-14 sebesar 0,0061% dan fosfor-32 sebesar 0,043%[4]. Radiokalorimetri (Rohadi Awaludin) 175

4.2. Kebocoran radiasi Apabila ada sebagian energi peluruhan lepas ke lingkungan sebelum berubah menjadi panas, kebocoran energi ini akan mempengaruhi hasil pengukuran. Pada pengukuran pemancar α dan pemancar β, dapat dikatakan bahwa tidak ada kebocoran karena daya tembus keduanya sangat kecil. Perhatian perlu diberikan pada pengukuran pemancar γ karena radiasi ini memiliki daya tembus yang besar. Untuk radiasi γ dengan energi kurang dari 600 kev, seluruh radiasi γ diserap oleh penyerap tungsten setebal 1,5 cm[4]. Kalorimeter yang ada saat ini telah dilengkapi dengan penyerap tersebut. Jika radioisotop yang diukur memancarkan radiasi γ dengan energi melebihi angka tersebut, diperlukan koreksi besarnya radiasi yang lepas untuk mendapatkan hasil pengukuran. 5. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN Radiokalorimetri memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan seperti metodemetode pengukuran lainnya. Metode ini memiliki kelebihan kelebihan sebagai berikut. Tidak bergantung pada bentuk sumber radiasi. Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur besarnya panas yang dihasilkan. Oleh karenanya, hasil pengukuran tidak dipengaruhi oleh bentuk sumber radiasi. Sumber radiasi dapat berupa padat, cair atau gas. Yang diperlukan dalam pengukuran hanyalah wadah yang tepat sesuai dengan bentuknya. Untuk pengukuran larutan, misalnya, diperlukan wadah yang rapat dan sangat stabil secara kimiawi. Wadah yang rapat dimaksudkan untuk mencegah terjadiya penguapan pelarut yang menyebabkan terjadinya penyerapan panas. Kesetabilan kimia dimaksudkan untuk mencegah terjadinya reaksi kimia karena panas yang dilepaskan atau diserap dari reaksi kimia tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran. Kelebihan ini sangat bermanfaat pada pengukuran sumber-sumber pemancar beta yang akhir-akhir ini semakin banyak dikembangkan. Nilai radioaktivitas yang tepat dari pemancar beta, khususnya pemancar beta murni atau yang mendekatinya, sulit didapatkan karena radiasi beta memiliki daya tembus yang kecil. Sebagian besar radiasi beta diserap oleh materi di sekelilingnya. Pengukuran dapat dilakukan dengan kamar ionisasi memanfaatkan sinar-x yang keluar sebagai akibat dari efek bremstrahlung. Namun, intensitas sinar-x ini sangat bergantung kepada materi penyusun sumber radiasi tersebut. Secara umum, kamar ionisasi dikalibrasi menggunakan sumber radiasi berbentuk larutan dalam wadah tertentu, biasanya polietilena. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan radioaktivitas yang tepat, sumber radiasi harus dalam bentuk yang sama dengan kondisi kalibrasi. Hal ini sulit dilakukan, khususnya untuk sumber-sumber tertutup yang tidak mungkin dilarutkan.[3] Metode lain yang umum dilakukan pada pengukuran pemancar beta adalah dengan liquid scintillation counter (LSC). Dengan metode ini besarnya radioaktivitas secara tepat dapat diperoleh karena scintilator dilarutkan ke dalam larutan sumber radiasi. Sehingga, radiasi beta langsung berinteraksi dengan detektor (scintilator). Di sini pun ada kendala yaitu sumber radiasi harus dalam bentuk larutan. Hal ini sulit dilakukan untuk beberapa jenis sumber radiasi pemancar beta. Pengukuran tidak merusak. Pada pengukuran dengan kalorimeter ini, radioaktivitas diperoleh dari besarnya panas yang dihasilkan dari peluruhan. Pengukuran dapat dilakukan dengan memasukkan produk beserta wadahnya ke dalam kalorimeter. Setelah pengukuran selesai, produk bisa dikirim kepada pengguna tanpa mempengaruhi kuantitas dan kualitasnya. Kelebihan ini sangat bermanfaat di dalam 176 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 3, April 2005, 173 178

proses produksi radioisotop karena setelah itu produk dapat dikirim dan dimanfaatkan tanpa dipengaruhi oleh proses pengukuran. Sumber radiasi dapat pula diukur tanpa mengeluarkan dari perisainya, karena panas dapat diukur dari panas yang dilepaskan dari permukaan perisai. Oleh karenanya, metode pengukuran ini menjanjikan pengukuran dengan keselamatan yang baik. Tidak memerlukan sumber radiasi standar Kelebihan ini sangat memudahkan karena penyediaan sumber radiasi standar bukan hal yang mudah, lebih-lebih lagi penyediaan sumber radiasi standar dengan waktu paro tidak terlalu panjang. Bahkan, pengembangan metode pengukuran ini membuka peluang untuk penentuan radioaktivitas sumber-sumber radiasi sebagai sumber standar. Di samping beberapa kelebihan seperti telah dijelaskan di atas, metode ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut. Batas minimal radioaktivitas yang diperlukan Dengan kalorimeter yang ada saat ini, batas minimum yang dapat diukur sebesar 16 µw panas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan wilayah ukur sensor yang digunakan. Untuk fosfor-32, misalnya, panas yang dihasilkan sebesar 4,13 µw/mci seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Sehingga, pengukuran fosfor-32 memerlukan radioaktivitas minimal sebesar 4 mci. Angka minimal ini cukup besar pada beberapa bidang pemanfaatan radioisotop yang dapat menggunakan radioisotop dengan radioaktivitas pada kisaran µci. Namun, angka ini angka yang relatif kecil pada beberapa bidang produksi radioisotop. Untuk brachytherapy dosis rendah dengan iridium- 192, misalnya, iridium-192 yang digunakan memiliki radioaktivitas sebesar puluhan milicurie[5]. Angka ini jauh di atas batas minimal pengukuran Iridium-192, karena besarnya energi rata-rata tiap peluruhan sebesar 6,10 µw/mci. Jenis radioisotop harus diketahui. Pada pengukuran ini, jenis radioisotop harus diketahui sebelumnya. Pengukuran ini tidak memiliki peluang untuk identifikasi. Hal ini dikarenakan hasil pengukuran hanyalah panas total yang keluar dari sumber radiasi. Di samping itu, pengukuran ini juga agak sulit dilakukan jika di dalamnya mengandung lebih dari satu sumber radiasi. Waktu pengukuran. Pada pengukuran dengan metode ini diperlukan waktu yang relatif lama, sekitar 3 jam. Waktu ini diperlukan sampai panas yang keluar dari sel sampel hanya panas yang dihasilkan dari peluruhan. Dengan kondisi ini, metode ini sulit digunakan untuk pengukuran radioisotop dengan waktu paro yang pendek karena radioaktivitas akan jauh berkurang selama pengukuran berlangsung. 6. PENUTUP Demikianlah gambaran secara garis besar tentang radiokalorimetri, metode pengukuran radioaktivitas menggunakan kalorimeter. Pada prinsipnya, pengukuran ini dilakukan dengan memanfatkan panas yang dihasilkan dari radioaktivitas. Kelebihan dari metode ini adalah tidak tergantung pada bentuk sampel, pengukuran tidak merusak dan tidak memerlukan sumber radiasi standar. Pengukuran ini sangat bermanfaat untuk pengukuran pemancar beta, khususnya pemancar beta murni atau yang mendekatinya dalam bentuk sumber tertutup karena sulit mendapatkan radioaktivitas yang sebenarnya dengan metode lain. Sumber radiasi dapat pula diukur tanpa mengeluarkan dari perisai radiasi. Keterbatasan dari pengukuran ini terletak pada Radiokalorimetri (Rohadi Awaludin) 177

batas minimal radioaktivitas yang relatif besar, jenis radioisotop harus diketahui sebelumnya dan waktu pengukuran yang relatif lama. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tsugou Genka, peneliti senior dari JAERI (~2001) dan Japan Atomic Energy Forum (JAIF) (2001~ sekarang), atas bimbingan yang telah diberikan dalam mendalami radiokalorimetri. DAFTAR PUSTAKA 1. T. Genka and S. Iwamoto, Application of Microcalorimeter to Radioactivity Measurement, Hihakaikensya, No 48 (1999) (Bahasa Jepang) 2. NCRP, Table of Nuclear Nuclear Decay Data, No 58, 2 nd Edition (1985). 3. T. Genka, Komunikasi Pribadi (2001) 4. T. Genka and R. Awaludin, Radiocalorimetry for radioisotope product measurements, Proceeding of the 6 th nuclear energy symposium, Jakarta (2001). 5. T. Genka, S. Iwamoto, N. Takeuchi, A. Uritani and C. Mori, Radioactivity measurement of 192 Ir metallic sources with a calorimeter, Nucl. Instr. and Meth., (1989). 178 Buletin Alara, Volume 6 Nomor 3, April 2005, 173 178