IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

Nisaa Aqmarina EB10

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING PADA HOME INDUSTRI SHERINA BAKERY

III. METODE PENELITIAN

LINDO. Lindo dapat digunakan sampai dengan 150 kendala dan 300 variabel

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

ANALISIS PENENTUAN HARGA JUAL PADA UKM RASA BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING PADA BULAN AGUSTUS,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

Penentuan Harga Pokok Produksi Roti Coklat dan Roti Keju Menurut Metode Full Costing Pada Pabrik Roti Shania Bakery

Dualitas Dalam Model Linear Programing

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dasar-dasar Optimasi

Dualitas Dalam Model Linear Programing

III. METODE PENELITIAN

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil.

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA PABRIK ROTI DEE- DEE BAKERY DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

BAB III OBYEK PENELITIAN. melakukan penelitian, yang meliputi dari awal suatu penelitian sampai pada akhir

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING

BAB 2 LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning

III KERANGKA PEMIKIRAN

CARA PEMBUATAN ROTI MANIS

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan bahan pengembang lainnya

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

OPTIMALISASI KEUNTUNGAN PADA PERUSAHAAN ANEKA KUE DENGAN METODE SIMPLEKS. Nama : Reza Rizki Akbar NPM :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI PADA MARBELLA BAKERY. Oleh SHANTY OCTAVIANI H

I. PENDAHULUAN. ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Hal ini tentu saja

BAB III PEMBAHASAN. produksi makanan berupa pia dan roti saronde. Kata Saronde diambil karena

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

Business Plan JAR CAKE. Oleh : Nony Prasmiari Fitri Kusumawati

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA 2014

1. MOCCA ANGEL CAKE A. RESEP

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI BAKERY. Nama : Dalila Rahmawati Ester Kelas : 3 EB 19 NPM :

BAB IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI TANAMAN HIAS UNTUK VEGA PADA PT GODONGIJO ASRI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

ANALISIS MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN PADA MARTABAK ALIM FRANCHISE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLEKS NAMA

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik

Pemrograman Linier (1)

III KERANGKA PEMIKIRAN

: 1. Mengetahui cara pembuatan roti standart dan roti wortel serta untuk. 2. Mengetahui volume adonan roti standart dan adonan roti wortel

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMASI BAURAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX. Optimasi Bauran Produk (Kuncorosidi) 109

Manajemen Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m )

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

PROGRAM LINIER : ANALISIS POST- OPTIMAL. Pertemuan 6

penggunaan dari minyak tanah, LPG, briket batubara, listrik dan kayu bakar, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ardaneswari D.P.C., STP, MP.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA CV MAR DONUTS

BAB III DESKRIPSI DAN PEMODELAN MASALAH PEMAKSIMALAN KEUNTUNGAN DI PT MCD

RISET OPERASIONAL MINGGU KE-2. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si. Linier Programming: Formulasi Masalah dan Model

BAB II LANDASAN TEORI

Resep kue lapis lengkap

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kegiatan memproduksi barang dan jasa merupakan ciri khas dari adanya

TUGAS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Roti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALOKASI SUMBER DAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Pada Perusahaan Karim Bakery)

BAB VII MESIN DAN PERALATAN

LAMPIRAN. Daftar Pertanyaan Pengusaha. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Berkaitan dengan sifat produk

OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL

Pemrograman Linier (6)

PROGRAM LINEAR. tersebut. Dua macam fungsi Program Linear: tujuan perumusan masalah

LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan. Staf Pengajar Kuliah : Fitri Yulianti, MSi.

BAHAN KULIAH TEKNIK RISET OPERASI

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN OPTIMISASI KOMBINASI PRODUK PADA IKM ROTI JOGJA DI BEKASI NUGRAHA DANU KUSUMA

Resep Kue. Resep kue nastar

PENYELESAIAN MODEL LINEAR PROGRAMMING SECARA MATEMATIK (METODE SIMPLEKS)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

Transkripsi:

23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru Afandi pada tahun 1990 bersama rekan kerja dengan bermodalkan resep keluarga yang dimiliki. Kemudian usaha ini mengalami perkembangan hingga mendirikan cabang baru dengan seorang kakaknya atas nama bersama. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1994 usaha roti inipun mengalami perkembangan dan membuka cabang yang kedua, dan didirikan atas nama pribadi dengan merk jual lain yaitu Marbella Bakery dan Sake. Untuk mendukung pemasaran produk Marbella Bakery, khususnya dalam meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijualnya tersebut aman dikonsumsi, pihak Marbella Bakery mengajukan nomor PIRT ke Dinas Kesehatan. Awalnya nomor PIRT yang digunakan untuk usaha roti ini masih bergabung dengan cabang sebelumnya, hingga akhirnya Marbella Bakery memiliki nomor PIRT sendiri. Jenis roti yang diproduksi oleh Marbella Bakery termasuk dalam kategori roti sobek manis. Saat ini jenis roti yang diproduksi oleh Marbella Bakery ada tiga bentuk, ukuran, dan rasa yang berbeda. Disamping jenis roti yang diproduksi oleh Marbella Bakery semakin beragam, maka saat ini Marbella Bakery juga telah memiliki beberapa agen atau sales untuk memasarkan produknya. Selain itu,berbeda dengan saat awal berdirinya Marbella Bakery yang masih menggunakan peralatan sederhana dan tradisional, maka saat ini untuk menunjang proses produksinya, Marbella Bakery telah menggunakan beberapa peralatan modern yang cara kerjanya tidak menggunakan tenaga manusia, misalnya mesin mixer untuk mengaduk adonan, mesin pembagi adonan, serta oven yang memiliki kapasitas besar. 4.1.1 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Pada dasarnya, Marbella Bakery belum memiliki pernyataan secara tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan anak pemilik Marbella Bakery yang menjadi penanggungjawab atas proses

24 produksi disana. Visi merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan kita ingin menjadi apa di masa depan. Sedangkan misi menyatakan langkah apa yang harus dilakukan atau dikerjakan. Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Marbella Bakery, visi Marbella Bakery adalah menjadi produsen roti yang memiliki kualitas terbaik sehingga mampu menciptakan loyalitas di hati pelanggan. Sedangkan misi Marbella Bakery adalah mengutamakan kualitas baik dari segi rasa, variasi bentuk, variasi ukuran, serta kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Berdasarkan visi dan misi Marbella Bakery tersebut, maka tujuan perusahaan adalah dapat memperbaiki perekonomian keluarga pada khususnya dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya. 4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu, struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktifitas tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Marbella Bakery belum memiliki struktur organisasi secara tertulis, akan tetapi secara umum gambaran mengenai struktur organisasi Marbella Bakery telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha.gambaran umum mengenai struktur organisasi Marbella Bakery dapat dilihat pada Gambar 3. PEMILIK BAG. PRODUKSI BAG. PENJUALAN Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Gambar 3. Struktur organisasi Marbella Bakery

25 Gambar 3 menunjukkan bahwa struktur organisasi Marbella Bakery termasuk tipe organisasi fungsional, dimana pihak Marbella Bakery telah melakukan pembagian tugas dalam operasionalisasinya meskipun pembagian kerja tersebut masih terlihat sederhana. Pemilik Marbella Bakery adalah Bapak J. Hoeru Afandi yang bertugas sebagai pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan. Sedangkan yang terkait dengan seluruh aktivitas produksi dipercayakan kepada anaknya untuk mengawasi dan mengatur dilapangan yaitu Rizal. Selain sebagai pengelola utama, Rizal juga bertanggung jawab terhadap pemasaran produk Marbella Bakery sehingga hal-hal yang berkaitan dengan agen atau sales Marbella Bakery menjadi tanggung jawab Rizal. Karyawan pada Marbella Bakery hampir sebagian besar bertugas dalam proses produksi pembuatan roti, hal ini karena bidang produksi adalah bagian yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja manusia, meskipun ada beberapa bagian pada bidang produksi yang telah menggunakan peralatan modern, yaitu proses penggilingan dan pencampuran adonan. Biasanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan, hubungan antara pemilik Marbella Bakery dengan karyawannya lebih bersifat hubungan kekeluargaan sehingga hubungan yang terbentuk antara pemilik dan karyawan lebih cenderung ke arah hubungan yang informal. 4.1.3 Proses Produksi Untuk menunjang proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini pihak Marbella Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern yang tidak dikerjakan secara manual, misalnya mixer listrik, mesin pembagi adonan, dan mesin pemanggangan. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan roti adalah alat pengepres, timbangan, loyang, pisau, gunting, dan baki. Untuk menjaga loyalitas pelanggaannya, pihak Marbella Bakery sangat mengutamakan kualitas rasa dan melakukan sortasi terhadap roti yang diproduksinya sehingga pelanggan benar-benar memperoleh produk yang berkualitas. Berikut ini akan diperlihatkan proses produksi pembuatan roti pada Marbella Bakery, yaitu :

26 a) Penimbangan Bahan Baku Siapkan bahan baku yang akan digiling, seperti tepung terigu, telur, gula,mentega, susu, ragi, garam, dan air. Masing-masing bahan baku tersebut sebelum diproses akan dilakukan penimbangan terlebih dahulu. b) Pengadukan Proses pengadukan tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan mesin pengaduk adonan (Mixer) dengan kapasitas 50 kg. c) Penimbangan adonan Adonan yang telah kalis dan tidak lengket di tangan menunjukkan bahwaadonan roti ini siap untuk diproses selanjutnya, yaitu proses penimbangan. Pada proses penimbangan, besarnya ukuran adonan yang ditimbang harus disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat. d) Pembagian Adonan Proses pembagian bertujuan untuk menyeragamkan berat adonan rotisebelum proses pencetakan. Adapun hasil pengepresan adonan juga akan berbeda karena disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat. e) Pencetakan Adonan Adonan yang telah dipres kemudian dicetak sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. f) Pengovenan Setelah adonan selesai dicetak kemudian diletakkan pada loyang dan siap untuk dioven. Lamanya proses pengovenan tergantung dengan jenis roti yang dibuat. Biasanya semakin besar ukuran roti maka proses pengovenan juga akan semakin lama. g) Pengemasan Setelah roti selesai dioven kemudian dipindahkan ke rak roti untuk menungguroti tersebut dingin. Selanjutnya dilakukan proses pengemasan dengan menggunakan plastik. 4.1.4 Pemasaran Pemasaran roti di Marbella Bakery dilakukan dengan dua cara yaitu penjualan langsung di Marbella Bakery dan penjualan melalui distributor yang bekerjasama dengan Marbella Bakery dengan sistem kontinyasi.

27 Sistem kontinyasi adalah sebuah sistem penjualan dimana pembayaran dilakukan setelah barang terjual. Saat ini Marbella Bakery telah melakukan distribusi se-jabodetabek dengan menggunakan kendaraan mobil dan motor melalui tim penjualan yang berjumlah 10 orang. Agen Pedagang Konsumen Marbella Bakery Pedagang Konsumen Konsumen Gambar 4. Saluran distribusi Marbella Bakery 4.2. Perumusan Model Linear Programming Perumusan model program linear terdiri dari perumusan variabel keputusan, perumusan fungsi tujuan perusahaan, dan perumusan fungsi kendala perusahaan. Adapun kendala yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi roti Marbella Bakery adalah kendala bahan baku utama, jam tenaga kerja langsung, kapasitas kerja mesin, dan permintaan pasar untuk setiap produk. 4.2.1 Perumusan Variabel Keputusan Jenis roti yang dihasilkan oleh perusahaan adalah roti manis dan roti sobek dengan bermacam rasa dengan ukuran yang berbeda. Kuantitas produksi per hari untuk roti ukuran besar, roti ukuran sedang, dan roti ukuran kecil merupakan variabel keputusan dari model linear programming sehingga dalam penyusunan model dapat terbentuk delapan variabel keputusan yang akan dicari kombinasi produksi optimalnya, yaitu : X 1 = Produksi roti rasa cokelat (unit) X 2 = Produksi roti rasa strawberry (unit) X 3 = Produksi roti rasa keju (unit) X 4 = Produksi roti rasa mocca (unit) X 5 = Produksi roti sobek bulat 3 rasa (unit) X 6 = Produksi roti sobek bulat 4 rasa (unit) X 7 = Produksi roti sobek kotak 3 rasa (unit) X 8 = Produksi roti sobek kotak 4 rasa (unit)

28 4.2.2 Perumusan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi dankombinasi optimal sehingga mampu menghasilkan keuntungan kotor yang maksimal dari produksi roti di Marbella Bakery. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus memiliki perencanaan produksi yang baik. Salah satu bagian yang penting dari perencanaan produksi adalah perencanaan kuantitas unit keluaran. Perencanaan kuantitas tersebut dapat ditentukan dengan mengetahui kombinasi tingkat produksi yang optimal dari kedelapan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Salah satu dari kelebihan linier programming adalah pada fungsi tujuan (objective function) dapat difleksibelkan (disesuaikan dengan data yang tersedia di lapangan). Seperti diketahui sebelumnya, bahwa dalam linier programming untuk mencapai suatu keadaan hasil yang optimal atas penggunaan berbagai sumberdaya, dapat dilakukan dengan menggunakan maksimisasi keuntungan atau dengan minimisasi biaya. Bila data di lapangan yang diperoleh adalah tingkat keuntungan kotor (contribution margin) dari masing-masing variabel fungsi tujuan, maka fungsi tujuan yang digunakan adalah maksimisasi keuntungan, namun apabila data yang diperoleh dari lapangan adalah berupa tingkat biaya maka yang digunakan adalah minimisai biaya (Soekartawi,1996). Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan per unit dari tiap-tiap jenis roti yang diperoleh dari hasil penjualan perusahaan. Nilai keuntungan diperoleh dari selisih antara harga jual dengan biaya total per unit tiap jenis roti yang dihasilkan. Biaya total diperoleh dari pengelola Marbella Bakery dimana perhitungan biaya tersebut secara rinci tidak dapat diberikan oleh perusahaan. Komponen biaya total diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi dan biaya non produksi untuk setiap jenis roti, termasuk biaya resiko kerusakan roti dan resiko tidak terjual. Adapun harga jual, biaya total, dan keuntungan per unit dari setiap jenis roti dapat dilihat pada Tabel 2.

29 Tabel 2. Harga jual per unit, biaya total per unit, dan keuntungan per unit produk roti pada Marbella Bakery Variabel Jenis Roti Keuntungan Harga Jual per Biaya Total per Unit Unit (Rp) per Unit (Rp) (Rp) X 1 Rasa Cokelat 1000 550 450 X 2 Rasa Strawberry 1000 480 520 X 3 Rasa Keju 1000 600 400 X 4 Rasa Mocca 1000 400 600 X 5 Sobek Bulat 3 Rasa 3000 2700 300 X 6 Sobek Bulat 4 Rasa 4000 3600 400 X 7 Sobek Kotak 3 Rasa 6000 5200 800 X 8 Sobek Kotak 4 Rasa 8000 7300 700 Kombinasi produksi yang optimal dari delapan jenis roti berdasarkan keuntungan per unit roti dapat diketahui dengan merumuskan model fungsi tujuannya. Model perumusan fungsi tujuan dari model program linear sebagai berikut : Max Z = 450X 1 + 520X 2 + 400X 3 + 600X 4 + 300X 5 + 400X 6 + 800X 7 + 700X 8 4.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Marbella Bakery menggunakan bahan baku untuk memproduksi roti sobek berdasarkan standar pemakaian yang telah ditetapkan. Penggunaan bahan baku yang sesuai standar pemakaiannya merupakan nilai koefisien dari fungsi kendala bahan baku. Ketersediaan bahan baku merupakan nilai ruas kanan dari fungsi kendala bahan baku. Ketersediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Ketersedian bahan baku per hari No. Bahan Baku Ketersediaan Satuan 1. Tepung Terigu 5000 Gr 2. Susu Bubuk 300 Gr 3. Gula 1000 Gr 4. Garam 100 Gr 5. Mentega 450 Gr

30 Lanjutan Tabel 3 No. Bahan Baku Ketersediaan Satuan 6. Ragi 150 Gr 7. Telur 35 Butir 8. Keju 350 Gr 9. Cokelat 170 Gr 10. Selai Strawberry 250 Gr 11. Air mineral 2000 Ml Berdasarkan data Tabel 3 dan data penggunaan bahan baku utama (Lampiran 3), maka dapat dirumuskan fungsi kendala bahan baku dari program linear adalah : Tepung terigu : 1.64X1 + 1.64X2 + 1.64X3 + 1.64X4 + 1.64X5 + 1.64X6 + 1.64X7 + 1.64X8 5000 Susu bubuk : 0.11X1 + 0.11X2 + 0.11X3 + 0.11X4 + 0.11X5 + 0.11X6 + 0.11X7 + 0.11X8 300 Gula:.39X1 + 0.39X2 + 0.39X3 + 0.39X4 + 0.39X5 + 0.39X6 + 0.39X7 + 0.39X8 1000 Garam : 0.03X1 + 0.03X2 + 0.03X3 + 0.03X4 + 0.03X5 + 0.03X6 + 0.03X7 + 0.03X8 100 Mentega : 0.18X1 + 0.18X2 + 0.18X3 + 0.18X4 + 0.18X5 + 0.18X6 + 0.18X7 + 0.18X8 450 Ragi : 0.06X1 + 0.06X2 + 0.06X3 + 0.06X4 + 0.06X5 + 0.06X6 + 0.06X7 + 0.06X8 150 Telur : 0.01X1 + 0.01X2 + 0.01X3 + 0.01X4 + 0.01X5 + 0.01X6 + 0.01X7 + 0.01X8 35 Keju : 0.12X3 + 0.12X6 + 0.12X7 + 0.12X8 350 Cokelat : 0.07X1 + 0.07X5 + 0.07X6 + 0.07X7 + 0.07X8 170 Selai strawberry : 0.04X2 + 0.04X5 + 0.04X6 + 0.04X8 150 Air mineral : 0.72X1 + 0.72X2 + 0.72X3 + 0.72X4 + 0.72X5 + 0.72X6 + 0.72X7 + 0.72X8 2000

31 4.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Tenaga Kerja Produksi Tenaga kerja yang digunakan dalam fungsi kendala jam tenaga kerja bagian produksi adalah tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan proses produksi roti pada Marbella Bakery. Jumlah tenaga kerja bagian produksi pada Marbella Bakery adalah 12 orang yang bekerja selama delapan jam per hari. Ketersediaan jam tenaga kerja bagian produksi yang tersedia selama satu hari merupakan nilai ruas kanan pada fungsi kendala jam tenaga kerja bagian produksi. Jam kerja bagian produksi untuk memproduksi satu unit roti diperoleh dari total waktu yang diperlukan dalam satu kali produksi dibagi dengan total roti yang dihasilkan dalam satu kali produksi (Lampiran 4). Kebutuhan jam tenaga kerja bagian produksi untuk memproduksi satu unit roti merupakan koefisien pada fungsi kendala jam tenaga kerja bagian produksi. Kebutuhan jam tenaga kerja bagian produksi untuk menghasilkan satu unit roti dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kebutuhan jam tenaga kerja bagian produksi untuk menghasilkan satu unit roti Kebutuhan Jam Tenaga Variabel Jenis Roti Kerja Bagian Produksi (Jam) X 1 Roti isi Cokelat 0,02 X 2 Roti isi Strawberry 0,04 X 3 Roti isi Keju 0,03 X 4 Roti isi Mocca 0,03 X 5 Roti Sobek Bulat 3 Rasa 0,02 X 6 Roti Sobek Bulat 4 Rasa 0,02 X 7 Roti Sobek Kotak 3 Rasa 0,02 X 8 Roti Sobek Kotak 4 Rasa 0,04 Ketersediaan 96,00 Berdasarkan data pada Tabel 4, makadapat dirumuskan fungsi kendala jam tenaga kerja bagian produksi dari model program linear sebagai berikut:

32 0.02X1 + 0.04X2 + 0.03X3 + 0.03X4 + 0.01X5 + 0.02X6 + 0.02X7 + 0.04X8 96 4.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Berikut ini adalah jumlah mesin yang digunakan untuk memproduksi roti sobek. Tabel 5. Pengunaan mesin untuk pembuatan roti No Nama Mesin Jumlah (unit) 1. Mesin Pengaduk/pencampur (Mixer) 3 2. Mesin Pembagi Adonan 3 3. Mesin Pemanggangan (Oven) 2 1. Mesin Pengaduk (Mixer) Jam kerja mesin untuk menghasilkan satu unit roti diperoleh dari total jam kerja mesin yang dibutuhkan untuk satu kali produksi dibagi dengan total produksi roti dalam satu kali produksi. Ketersediaan jam kerja mesin merupakan nilai ruas kanan, sedangkan koefisien fungsi kendala jam kerja mesin adalah jam kerja mesin yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit roti untuk setiap jenis, kebutuhan jam kerja mesin untuk menghasilkan roti per unit untuk setiap jenis dapat dilihat pada Lampiran 5. Marbella Bakery menggunakan tiga mesin pengaduk yang memiliki kapasitas maksimum sebanyak 50 kg untuk tiap mesin. Jam kerja mesin pengaduk tersebut adalah 8 jam per hari sehingga dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja mesin yang tersedia untuk mencampur adonan per hari adalah sebesar 24 jam (8 jam/hari x 3 mesin). Adapun fungsi kendala jam mesin pengaduk dari model linear programming dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,0013X 1 + 0,0025X 2 + 0,0017X 3 + 0,0019X 4 + 0,0014X 5 + 0,0013X 6 + 0,0014X 7 + 0,0024X 8 24 2. Mesin Pembagi Adonan Marbella Bakery menggunakan tiga mesin pembagi adonan yang memiliki kapasitas maksimum sebanyak 20 kg untuk tiap mesin. Jam

33 kerja mesin pengaduk tersebut adalah 8 jam per hari sehingga dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja mesin yang tersedia untuk mencampur adonan per hari adalah sebesar 24 jam (8 jam/hari x 3 mesin). Adapun fungsi kendala jam mesin pengaduk dari model linear programing dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,0009X 1 + 0,0017X 2 + 0,0011X 3 + 0,0012X 4 + 0,0009X 5 + 0,0008X 6 + 0,0009X 7 + 0,0016X 8 24 3. Mesin Pemanggangan (Oven) Marbella Bakery menggunakan 2 mesin pemanggangan yang memiliki kapasitas maksimum sebanyak 75 kg untuk tiap mesin. Jam kerja mesin pengaduk tersebut adalah 8 jam per hari sehingga dapat diketahui bahwa jumlah jam kerja mesin yaang tersedia untuk mencampur adonan per hari adalah sebesar 16 jam (8 jam/hari x 2 mesin). Adapun fungsi kendala jam mesin pengaduk dari model linear programing dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,0013X 1 + 0,0025X 2 + 0,0017X 3 + 0,0019X 4 + 0,0018X 5 + 0,0021X 6 + 0,0018 7 + 0,0040X 8 16 4.2.6 Perumusan Fungsi Kendala Permintaan Minimum Untuk mempertahankan pangsa pasarnya maka jumlah produksi Marbella Bakery minimal harus memenuhi permintaan pasar dari masingmasing produk yang dihasilkan. Dengan adanya kendala ini akan dihindari hilangnya pangsa pasar akibat kekurangan produksi. Dalam penelitian ini kendala permintaan minimum adalah rata-rata jumlah penjualan masingmasing produk roti dalam satuan unit selama penelitian dilakukan.rata-rata jumlah penjualan roti di Marbella Bakery dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata penjualan roti di Marbella Bakery per hari Variabel Jenis Roti Penjualan (Unit) X 1 Roti isi Cokelat 384 X 2 Roti isi Strawberry 185

34 X 3 Roti isi Keju 300 X 4 Roti isi Mocca 253 X 5 Roti Sobek Bulat 3 Rasa 345 X 6 Roti Sobek Bulat 4 Rasa 373 X 7 Roti Sobek Kotak 3 Rasa 338 X8 Roti Sobek Kotak 4 Rasa 207 Ketersediaan 2385 Maka fungsi kendala permintaan minimum dapat dirumuskan sebagai berikut : X 1 384 X 2 185 X 3 300 X 4 253 X 5 345 X 6 375 X 7 338 X 8 207 4.3. Tingkat Produksi Optimal Marbella Bakery dalam melakukan kegiatan produksi roti sobek akan selalu dibatasi oleh berbagai kendala. Kendala tersebut adalah bahan baku, jam tenaga kerja bagian produksi, jam tenaga kerja mesin, dan permintaan minimum. Olahan data dengan menggunakan LINDO memperlihatkan hasil olahan optimalisasi produksi yang diperoleh Marbella Bakery. Berdasarkan hasil olahan optimalisasi produksi yang memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status sumberdaya, dan analisis sensitivitas. Variabel keputusan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah kombinasi roti sobek yang seharusnya dihasilkan oleh Marbella Bakery untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Hasil olahan model optimalisasi produksi menunjukkan bahwa produksi yang dilakukan Marbella Bakery pada kondisi aktual sudah mendekati optimal. Hal ini ditunjukkan oleh total produksi dan laba

35 kotor yang diterima pada kondisi aktual tidak jauh berbeda dengan kondisi optimalnya (Lampiran 6). Tabel 7. Produksi roti sobek pada kondisi aktual dan kondisi optimal di Marbella Bakery Jenis Roti Variabel Tingkat produksi Aktual Optimal Rasa Cokelat X 1 400 384 Rasa Strawberry X 2 200 185 Rasa Keju X 3 300 300 Rasa Mocca X 4 270 253 Sobek Bulat 3 Rasa X 5 360 345 Sobek Bulat 4 Rasa X 6 400 373 Sobek Kotak 3 Rasa X 7 360 453 Sobek Kotak 4 Rasa X 8 210 207 Jumlah 2500 2500 Berdasarkan Tabel 7 produksi roti pada kondisi aktual Marbella Bakery adalah 2500 unit. Berdasarkan hasil olahan optimalisasi produksi, tingkat produksi juga menunjukkan tingkat produksi yang sama yaitu sebesar 2500 unit. Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah produksi roti rasa keju sudah berproduksi secara optimal karena produksi aktualnya menunjukkan jumlah yang sama dengan tingkat produksi optimalnya. Untuk jumlah produksi tertinggi pada kondisi optimal yaitu roti sobek kotak 3 rasa, hal ini disebabkan karena keuntungan per unit pada roti sobek kotak 3 rasa paling tinggi dibandingkan dengan jenis roti lainnya yang di produksi oleh Marbella Bakery, sedangkan untuk produksi terendah pada kondisi optimal yaitu roti rasa strawberry, hal ini disebabkan karena biaya total per unit pada roti sobek strawberry paling rendah dibandingkan jenis roti lainnya. Apabila Marbella bakery ingin berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya, sebaiknya memproduksi roti rasa cokelat, rasa strawberry, roti rasa keju, rasa mocca, roti sobek bulat 3 rasa, roti sobek bulat 4 rasa, roti soek kotak 3

36 rasa, dan roti sobek kotak 4 rasa di produksi masing-masing 384 unit, 185 unit, 300 unit, 253 unit, 345 unit, 373 unit, 453 unit dan 207 unit. Dengan asumsi seluruh produk dapat terjual pada tingkat harga seperti pada Tabel 2, maka keuntungan yang dapat diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp. 1.300.800,00 sedangkan pada kondisi aktualnya sebesar Rp. 1.269.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan pada kondisi optimal dan aktualnya tidak jauh berbeda, namun untuk meningkatkan keuntungannya maka Marbella Bakery harus mengalokasikan sumber dayanya sesuai dengan kondisi optimal untuk menghasilkan roti keju dan roti sobek kotak 3 rasa dan mengurangi produksi roti lainnya. Laba kotor pada kondisi aktual dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Laba kotor tiap jenis roti pada kondisi aktual dan kondisi optimal Jenis Roti Variabel Aktual (Rp) Optimal (Rp) Rasa Cokelat X 1 180.000 172.800 Rasa Strawberry X 2 104.000 96.200 Rasa Keju X 3 120.000 120.000 Rasa Mocca X 4 162.000 151.800 Sobek Bulat 3 Rasa X 5 108.000 103.500 Sobek Bulat 4 Rasa X 6 160.000 149.200 Sobek Kotak 3 Rasa X 7 288.000 362.400 Sobek Kotak 4 Rasa X 8 147.000 144.900 Jumlah 1.269.000 1.300.800 4.4. Hasil Optimasi Penggunaan Sumber Daya Sumber daya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi roti pada setiap kali berproduksi. Tingkat produksi roti sangat dipengaruhi oleh ketersedian sumber daya yang ada, maka perusahaan harus dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tingkat produksi optimal. Hasil dari optimasi terdapat analisis dual. Analisis dual tersebut untuk memberikan penilaian terhadap sumber daya dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual price. Bila slack/surplus sama dengan nol, maka hasil tersebut menunjukan bahwa sumber daya bersifat terbatas. Sedangkan nilai dual price

37 merupakan nilai harga sumber daya yang menunjukan besarnya pengaruh terhadap nilai fungsi tujuan. Nilai dual price pada sumber daya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumber daya sebesar satu-satuan, maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dari hasil dual price. Jika nilai dual price negatif pada sumber daya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumber daya sebesar satu-satuan akan menurunkan nilai fungsi tujuan nilai dual price tersebut. Untuk sumber daya dengan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa sumber daya tersebut berstatus kendala tidak aktif atau berlebih, dimana penambahan atau pengurangan persediaan pada sumber daya tidak akan mempengaruhi nilai dari fungsi tujuan. Rinciannya sebagai berikut : 1. Penggunaan Bahan Baku (gr /Unit) Penggunaan bahan baku selama satu periode produksi setelah dilakukan optimasi dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil optimasi bahan bakumenunjukkan beberapa bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada Tabel 9 berstatus berlebih, hal tersebut menunjukan ketersediaan bahan baku belum sepenuhnya dimanfaatkan.melihat hasil tersebut, maka jika ketersediaan bahan baku ditambah tidak akan meningkatkan keuntungan, maka nilai dual price secara keseluruhan bernilai sama dengan nol. Sedangkan pada bahan baku mentega dan ragi yang menunjukkan nilai slack/surplus-nya bernilai 0, hal tersebut menunjukkan bahwa mentega dan ragi telah digunakan seluruhnya. Tabel 9. Hasil optimasi penggunaan bahan baku Bahan Baku Slack/Surplus Dual Prices Status Tepung Terigu 900,00 0 Berlebih Susu Bubuk 25,00 0 Berlebih Gula 25,00 0 Berlebih Garam 25,00 0 Berlebih Mentega 0 4444,44 Langka Ragi 0 0 Langka Lanjutan Tabel 9 Bahan Baku Slack/Surplus Dual Prices Status Telur 10,00 0 Berlebih

38 Keju 190,03 0 Berlebih Cokelat 46,66 0 Berlebih Selai Strawberry 105,60 0 Berlebih Air Mineral 200,00 0 Berlebih 2. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Faktor produksi yang kedua adalah sumber daya tenaga kerja, karena dapat menimbulkan biaya. Faktor produksi yang kedua adalah sumber daya tenaga kerja, karena dapat menimbulkan biaya. Hasil optimasi ketersediaan tenaga kerja mengalami kelebihan, hal ini dapat dilihat dari nilai Slack/surplus sebesar 32,63 jam, hal tersebut menunjukan ketersediaan jam tenaga kerja langsung belum sepenuhnya dimanfaatkan. Melihat hasil tersebut, maka jika ketersediaan jam tenaga kerja ditambah tidak akan meningkatkan keuntungan, maka nilai dual price secara keseluruhan bernilai sama dengan nol. 3. Peggunaan Jam Kerja Mesin Sama seperti jam tenaga kerja langsung, status ketersediaan jam mesin secara keseluruhan pada Tabel 10 berstatus berlebih. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan ketersediaan jam mesin sepenuhnya masih belum dimanfaatkan dengan optimal. Melihat status berlebih pada jam mesin, maka meskipun ketersediaan jam mesin di tambah tidak akan menambah tingkat keuntungan, karena nilai dual price menunjukan sama dengan nol. Tabel 10. Hasil optimasi penggunaan jam mesin Mesin Slack/Surplus Dual Price Status Pengaduk 19,95 Pembagi adonan 20,40 Oven 11,04 0 Berlebih 4. Permintaan Minimum

39 Permintaan minimum roti sobek merupakan jumlah penjualan yang dicapai oleh Marbella Bakery. Hasil olahan optimalisasi produksi menunjukkan bahwa permintaan minimum untuk roti sobek kotak 3 rasa terdapat sisa 115 unit. Hal ini disebabkan adanya batasan permintaan minimum untuk roti sobek kotak 3 rasa. Sehingga apabila ditambahkan satu satuan unit roti, tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Namun untuk roti lainnya berstatus langka dan nilai dual price-nya bernilai negatif. Nilai ini berarti bahwa jika ditambahkan ke pasar sebanyak satu satuan maka akan mengurangi nilai fungsi tujuan atau keuntungan sebesar nilai dual pricenya. Hal ini dikarenakan permintaan minimum roti sobek kotak 3 rasa adalah jumlah penjualannya sehingga perlu adanya perluasan pasar. Tabel 11. Hasil optimasi permintaan minimum Variabel Slack/Surplus Dual price Status X 1 0-350 Langka X 2 0-280 Langka X 3 0-400 Langka X 4 0-200 Langka X 5 0-500 Langka X 6 0-400 Langka X 7 115 0 Berlebih X 8 0-100 Langka 4.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan model setelah hasil optimasi ada, disamping berfungsi mengetahui hasil optimasi untuk diperlakukan pada kondisi dan situasi berbeda. Pada analisis sensitivitas dapat melihat pengaruh dari selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum dan maksimum. Batas minimum (allowable decrease), yaitu batas dari penurunan kendala yang tidak mempengaruhi model, sedangkan batas minimum (allowable increase) adalah batas kenaikan kendala yang tidak merubah model. Jika perubahan masih dalam selang increase dan decrease, maka tidak akan terjadi perubahan pada kombinasi produk optimal. Semakin kecil selang kepekaan, maka semakin peka terhadap perubahan nilai optimal.

40 Analisis sensitivitas terbagi dalam dua, yaitu analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas ruas kendala. 1. Analisis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan merupakan selang perubahan harga terhadap koefisien fungsi tujuan yang tidak berpengaruh terhadap nilai optimal dari peubah. Perubahan pada koefisien fungsi tujuan yang masih mempertahankan kondisi optimal semula ditunjukkan dalam selang tertentu antara nilai minimum dan nilai maksimum. Perubahan pada selang tersebut tidak akan mengubah nilai fungsi tujuan semula. Koefisien fungsi tujuan pada analisis ini merupakan nilai sumbangan keuntungan per unit produk yang dihasilkan Marbella Bakery. Perubahan koefisien tersebut menggambarkan perubahan selisih antara harga jual dengan biaya produksi per unit produk. Hasil analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan model LP pada kondisi optimal selama periode yang dianalisis untuk produksi roti pada Marbella Bakery dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan Peubah Current Coef. Allowable Increase Allowable Decrease X 1 450 350 Infinity X 2 520 280 Infinity X 3 400 400 Infinity X 4 600 200 Infinity X 5 300 500 Infinity X 6 400 400 Infinity X 7 800 Infinity 100 X 8 700 100 Infinity Hasil analisis sensitivitas koefisien fungsi tujuanmemperlihatkan batas keuntungan per unit produk yang boleh ditingkatkan dan diturunkan dengan syarat masih dalam range yang diijinkan. Nilai koefisien keuntungan per unit roti cokelat yang masih boleh diijinkan untuk dinaikkan sebesar Rp. 350,00 artinya selama keuntungan dari roti cokelat naik tidak melebihi Rp. 350,00 maka Marbella Bakery sebaiknya tetap memproduksi roti cokelat sebanyak yang diproduksi pada tingkat optimal. Sedangkan nilai penurunan koefisien

41 keuntungan yang tak terhingga dibatasi oleh harga pokok penjualan roti tersebut, dan jika lebih kecil dari harga pokok penjualan maka akan menyebabkan kerugian. Roti sobek kotak 3 rasa mempunyai batasan kenaikan koefisien keuntungan yang tak terhingga dan koefisien keuntungan yang diijinkan mengalami penurunan dalam besaran tertentu sebesar Rp. 100,00. Batasan kenaikan koefisien keuntungan yang tak terhingga tidak akan mempengaruhi kombinasi produksi optimal, namun apabila meningkatkan keuntungan yang tinggi akan menyebabkan harga jual yang tinggi kepada konsumen. Informasi analisis sensitivitas koefisien keuntungan ini membantu untuk mengetahui produksi optimal dan batas kenaikan dan penurunan keuntungan dalam menetapkan kebijakan harga yang sesuai dengan konsumen. 2. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan (RHS) Kendala Analisis sensitivitas ruas kanan kendala menunjukkan selang perubahan nilai ruas kanan yang disebut Right Hand Side (RHS), yang tetapmempertahankan kondisi optimal dan tidak mengubah nilai dual price kendala bersangkutan. Selang perubahan ditunjukkan oleh nilai kenaikan yang diperbolehkan (allowble increase) dan penurunan yang diperbolehkan (allowable decrease). Jika perubahan nilai ruas kanan masih berada dalam selang tersebut maka perubahan tidak akan merubah nilai dual price, sebaliknya perubahan diluar selang akan merubah nial dual price. Semakin sempit selang perubahan suatu sumberdaya, maka semakin peka sumberdaya tersebut terhadap perubahan ketersediaan. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang penting dalam proses produksi karena perubahan ketersediaannya akan sangat mempengaruhi solusi optimal. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala berkaitan dengan status sumberdaya. Jika suatu sumberdaya merupakan sumberdaya pembatas, maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan dan penurunan sebesar nilai tertentu. Jika sumberdaya merupakan kendala bukan pembatas maka sumberdaya tersebut akan memilikinilai kenaikan tidak terbatas (infinity) dan nilai penurunan sebesar nilaislack/surplus. Analisis sensitivitas ruas kanan ini mencakup seluruh kendala yang terdiri dari kendala bahan baku, kendala jam

42 tenaga kerja produksi langsung, jam kerja masin produksi, dan kendala permintaan minimum. Selengkapnya analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Tabel 13. Bahan baku yang berlebih persediaannya, besar batas penurunan yang diijinkan adalah sebesar nilai slack-nya dan hasilnya seperti pada Tabel 9. Sebagai contoh, bahan baku tepung terigu yang tersedia adalah 5.000 gr. Batas minimum ketersediaan tepung terigu adalah sebesar 900,00 gr, sedangkan batas maksimum ketersediaannya adalah tak terhingga. Kondisi ini menunjukkan bahwa Marbella Bakery belum perlu menambah tepung terigu. Untuk kendala jam tenaga kerja produksi langsung memiliki batas berhingga menunjukkan adanya batas peningkatan sampai nilai tertentu (sesuai nilai pada tabel). Pada kendala jam kerja mesin, batas penurunan yang diijinkan menunjukkan adanya batas hingga nilai tertentu, sedangkan untuk batas peningkatan yang diijinkan memiliki batas yang tak terhingga. Permintaan minimum untuk seluruh variabel memiliki batas peningkatan dan penurunan sampai tingkat tertentu kecuali pada variabel X7, yang memiliki batas peningkatan sebesar 115 dan batas penurunannya tak berhingga. Tabel 13. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala Sumberdaya Current Coef. Allowable Allowable Increase Decrease Tepung Terigu 5000.000000 INFINITY 900,00 Susu Bubuk 300.000000 INFINITY 25,00 Gula 1000.000000 INFINITY 25,00 Garam 100.000000 INFINITY 25,00 Mentega 450.000000 INFINITY 0 Ragi 150.000000 INFINITY 0 Telur 35.000000 INFINITY 10,00 Keju 350.000000 INFINITY 190,03 Cokelat 170.000000 INFINITY 46,66 Selai Strawberry 250.000000 INFINITY 105,60 Lanjutan Tabel 13

43 Sumberdaya Current Coef. Allowable Allowable Increase Decrease Air Mineral 2000.000000 INFINITY 200,00 Jam Tenaga Kerja Produksi 96.000000 25.689999 32,63 Mesin Pengaduk 24.000000 INFINITY 19,95 Mesin Pembagi 20,40 24.000000 INFINITY adonan Mesin Oven 16.000000 INFINITY 11,04 X1 384.000000 115.000000 384.000000 X2 185.000000 115.000000 185.000000 X3 300.000000 115.000000 300.000000 X4 253.000000 115.000000 253.000000 X5 345.000000 115.000000 345.000000 X6 373.000000 115.000000 373.000000 X7 338.000000 115.000000 INFINITY X8 207.000000 115.000000 207.000000 4.6. Implikasi Manajerial Optimasi yang dilakukan pada Marbella Bakery menghasilkan tingkat produksi yang tidak jauh berbeda dari kondisi aktualnya dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 14. Perbandingan aktual produksi, aktual penjualan, dan optimal produksi Jenis Roti Aktual Produksi (a) Aktual Penjuala n (b) Selisih (gap) produksi dengan penjualan (a-b) Produksi optimal (c) Selisih (gap) produksi optimal dengan penjualan (c-b) Rasa Cokelat 400 384 16 384 0 Rasa Strawberry 200 185 15 185 0 Lanjutan Tabel 14

44 Jenis Roti Aktual Produksi (a) Aktual Penjuala n (b) Selisih (gap) produksi dengan penjualan (a-b) Produksi optimal (c) Selisih (gap) produksi optimal dengan penjualan (c-b) Rasa Keju 300 300 0 300 0 Rasa Mocca 270 253 17 253 0 Sobek Bulat 3 Rasa 360 345 15 345 0 Sobek Bulat 4 Rasa 400 373 27 373 0 Sobek Kotak 3 Rasa 360 338 22 453 115 Sobek Kotak 4 Rasa 210 207 3 207 0 Total 2500 2385 115 2500 115 1. Dari hasil optimasi produksi terlihat adanya sisa roti yang terjual ketika perusahaan berproduksi pada kondisi aktual, hal tersebut menujukkan produksi roti melebihi permintaan akan roti di Marbella Bakery, maka sebaiknya Marbella bakery berproduksi pada tingkat produksi optimalnya agar sisa roti yang diproduksi tidak menjadi kerugian bagi perusahaan. 2. Ketika Marbella Bakery berproduksi pada tingkat produksi optimal juga terlihat adanya sisa roti yaitu pada roti sobek kotak 3 rasa sebesar 115 unit, namun hal ini dapat diatasi dengan menggunakan strategi pemasaran yang menarik untuk menjual kelebihan akan produk roti tersebut, yaitu dengan menggunakan strategi penjualan bundling. Strategi penjualan bundling adalah strategi untuk menggabungkan penjualan beberapa produk menjadi satu paket penjualan. Sebagai contoh, untuk pembelian roti rasa coklat dengan harga Rp. 1000,00 ditambah dengan pembelian roti sobek kotak 3 rasa dengan harga Rp. 6000,00, konsumen hanya membayar dengan total harga Rp. 6500,00 yang seharusnya total harga kedua produk sebesar Rp. 7000,00. Dengan menggunakan strategi penjualan bundling, konsumen mendapatkan potongan harga ketika membeli roti coklat ditambah dengan roti sobek kotak 3 rasa.