EVALUASI PERILAKU LALU LINTAS PADA SIMPANG DAN KOORDINASI ANTAR SIMPANG (STUDI KASUS : SIMPANG STASIUN BRAMBANAN SIMPANG TAMAN WISATA CANDI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG (Studi kasus : Jl. Jamin Ginting Jl. Pattimura Jl. Mongonsidi)

SIMULASI KOORDINASI RAMBU LALU LINTAS TERHADAP VOLUME KENDARAAN SAAT WAKTU PUNCAK LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN MENGUNAKAN SOFTWARE VISSIM

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

ANALISA KOORDINASI SINYAL ANTAR SIMPANG M E I M A N Z E G A

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

M.Nurhadi,MM,MT PERSIMPANGAN

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

Studi Perbandingan Tundaan Pada Persimpangan Bersinyal Terkoordinasi antara PTV Vissim 6 dan Transyt 12

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

KAJIAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL BUNDARAN KECIL DAN SIMPANG TAMBUN BUNGAI DI PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI SIMPANG BERSINYAL JALAN MERDEKA KOTA LHOKSEUMAWE

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

2.1 ANALISIS DAN OPTIMALISASI SIMPANG

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB I PENDAHULUAN. bergerak bersamaan. Persimpangan pun menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

EVALUASI DAN OPTIMASI SIMPANG BANGKONG DAN MILO KOTA SEMARANG. Marlina Julianti, Prima Setiadita, Bambang Pudjianto *), Djoko Purwanto *)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

ANALISA GELOMBANG KEJUT PADA LENGAN PERSIMPANGAN TERHADAP ALIRAN ARUS LALULINTAS

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG EMPAT PENDOWO PURWOREJO (JALAN RAYA PURWOREJO KM 9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KOORDINASI SIMPANG JALAN PATIMURA DENGAN SIMPANG JALAN PANGLIMA SUDIRMAN, KOTA MALANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

Kinerja Simpang Jalan Jakarta Jalan Supratman Kota Bandung dengan Metode MKJI 1997 dan Software PTV Vissim 9

PANJANG ANTRIAN KENDARAAN PADA SIMPANG IR. H. JUANDA- DIPATIUKUR BERDASARKAN MKJI 1997 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

APLIKASI KOORDINASI SIMPANG BERLAMPU DENGAN PROGRAM TRANSYT 12: STUDI KASUS JALAN R. E. MARTADINATA

KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN KOPO-SOEKARNO HATTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

EVALUASI KINERJA SIMPANG HOLIS SOEKARNO HATTA, BANDUNG

ARUS JENUH DAN PANJANG ANTRIAN PADA SIMPANG BERSINYAL ANGKATAN 66 KOTA PALEMBANG

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

ANALISIS ARUS JENUH DAN PANJANG ANTRIAN SIMPANG BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN ANGKATAN 66 KOTA PALEMBANG

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

TINJAUAN EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALULINTAS PADA PERSIMPANGAN PAAL DUA MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

UNIVERSITAS DIPONEGORO KINERJA DAN RANCANGAN SIMPANG BERSINYAL TOL KRAPYAK SAMPAI DENGAN SIMPANG BERSINYAL PASAR JRAKAH SEMARANG

2.6 JALAN Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer Jalan Perkotaan Ruas Jalan dan Segmen Jalan...

Studi Pemodelan Kinerja Simpang Bersinyal Kondisi Lewat Jenuh (Oversaturated)

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERLENGAN EMPAT (STUDI KASUS SIMPANG SURABAYA, BANDA ACEH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta Telp

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

ANALISIS DAN KOORDINASI SIMPANG KARTINI DAN SIMPANG SIDODADI, SEMARANG

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

Kaji Banding Waktu Tundaan Dua Persimpangan Terkoordinasi Dengan Simulasi Jarak Antar Simpang Menggunakan Program Transyt 12 dan PTV Vissim 6

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB IV PEMBAHASAN. arus dan komposisi lalu lintas. Kedua data tersebut merupakan data primer

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL JL. RADEN MOHAMMAD MANGUNDIPI - JL. LINGKAR TIMUR SIDOARJO TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

BAB IV METODE PENELITIAN

MANAJEMEN LALU LINTAS DI SEKITAR PERSIMPANGAN JL. PASARMINGGU - JL. KALIBATA - JL. DUREN TIGA JL. PANCORAN TIMUR DI JAKARTA

PERENCANAAN KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Jalan Merdeka Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KAJIAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN PADA SIMPANG HARMONI, JAKARTA PUSAT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI. i ii iii iv v. vii. x xii xiv xv xviii xix vii

Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan pada persimpangan Bersignal Jl. Raden saleh dengan Jl.Balai kota Medan (STUDI KASUS) SURYO UTOMO

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Kondisi Lingkungan Jalan Simpang Bersinyal Gejayan KODE PENDEKAT

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

KAJIAN KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KAWASAN PASAR TANAH MERAH BANGKALAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RENCANA SIMPANG TAK SEBIDANG

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN SOFTWARE VISSIM UNTUK ANALISIS SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG MIROTA KAMPUS TERBAN YOGYAKARTA)

STUDI KINERJA SIMPANG BERSINYAL JALAN CIPAGANTI BAPA HUSEN BANDUNG

Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)

Kata kunci : Pemodelan, Simpang Tak Bersinyal, Simpang Bersinyal, PTV. VISSIM. xii

DAFTAR ISI. Judul. Lembar Pengesahan. Lembar Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

Transkripsi:

EVALUASI PERILAKU LALU LINTAS PADA SIMPANG DAN KOORDINASI ANTAR SIMPANG (STUDI KASUS : SIMPANG STASIUN BRAMBANAN SIMPANG TAMAN WISATA CANDI) Rizki Budi Utomo 1, Raafi Widyaputra Yulianyahya 2, Miftahul Fauziah 3 1 Dinas Perhubungan DIY, Yogyakarta, Indonesia Email: beorizki@gmail.com 2,3 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia email: raafiwp@gmail.com; miftahul.fauziah@uii.ac.id, ABSTRACT Stasiun Brambanan and Taman Wisata Candi intersection are two short separate intersections around Prambanan Temple. The distance of these intersections is only 436 m, while the traffic volume is too high and because of no signal coordination between these intersections, they lead to traffic congestion during peak hour. Therefore, the need for improvement by using traffic signal coordination between them is significant. The traffic micro simulation software of VISSIM was used to simulate the existing delay and to design traffic signal coordination. To obtain existing traffic volume during peak hour and off peak hour period, and to design a new cycle time for signal coordination, primary data were compiled according to direct observation.result showed that the existing traffic route generates travel time of 57.24 seconds and average traveling speed of 27.42 kilometer/hour with the service level of E in peak hour period. The best alternative of cycle time for peak hours was 117 seconds, with average delay of 17.65 seconds, travel time between intersection was 50.99 seconds, average travel speed of 30.78 kilometer/hour and the service level of E. Travel time from East leg at 1 st intersection onto East leg at 2 nd intersection (Yogya-Solo Routes) was 31.73 seconds, delay of 15.57 seconds, average travel speed of 49.47 kilometer/hour with the service level of E. On off peak hour period, the existing average delay was 19.59 seconds, average travel time of 39,6 seconds and average speed of 39.64 kilometer/hour with the service level of E. The best alternative of new cycle time was 98 seconds, average delay of 16.42 seconds, travel time of 30.77 seconds, average travel speed 51.01 kilometer/hour, and the service level of D. Travel time from East leg at 1 st intersection onto 2 nd intersection was 27.25 seconds, delay of 14.83 seconds, average travel speed of 57.60 kilometer/hour with the service level of D. In general it can be said that the traffic coordination slightly increase traffic performance during peak hour at the same service level range, while on off peak hours it significantly improves their level of service. Keywords: Signal Coordination, VISSIM, and service level. PENDAHULUAN Persimpangan menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan dalam rangka melancarkan arus lalu lintas. Keberadaan persimpangan tersebut harus dikelola dengan baik sehingga didapat kelancaran pergerakan lalu lintas dan meminimalisasi konflik yang terjadi pada persimpangan. Selain itu, pengaturan lalu lintas di simpang, terutama simpang-simpang yang relatif berdekatan sepanjang jalan lurus dan menerus perlu diserasikan agar efektif. Tidak optimalnya kinerja simpang akan menimbulkan permasalahan dalam lalu lintas Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih. Koordinasi sinyal antar simpang diperlukan untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan jalan karena dengan adanya koordinasi sinyal ini diharapkan tundaan (delay) yang dialami kendaraan dapat berkurang dan Utomo, Yulianyahya, Fauziah Evaluasi Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi antar... 163

menghindarkan antrian kendaraan yang panjang. Kendaraan yang telah bergerak meninggalkan satu simpang diupayakan tidak mendapati sinyal merah pada simpang berikutnya, sehingga dapat terus berjalan dengan kecepatan normal. Sistem sinyal terkoordinasi mempunyai indikasi sebagai salah satu bentuk manajemen transportasi yang dapat memberikan keuntungan berupa efisiensi biaya operasional. Studi tentang efektifitas kinerja simpang telah dilakukan oleh Triani (2006) pada simpang AR.Hakim-WR. Supratman Kota Mataram dan memberikan solusi yang optimal agar pengaturan simpang menjadi lebih efektif. Penelitian dengan perencanaan pengaturan fase dan waktu siklus optimum untuk menaikkan kapasitas persimpangan telah dilakukan pula oleh Sitanggang dan Harianto (2010), yang telah mengkaji koordinasi antar simpang bersinyal Jalan K.H Wahid Hasyim - Jalan Gajah Mada, Medan, dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dan untuk koordinasi menggunakan perangkat lunak Transyt 14 yang berpedoman pada metode yang dikembangkan oleh TRRL (Transport and Road Research Laboratory, 2000), Inggris. Analisa koordinasi sinyal antar simpang dengan menggunakan software Transyt 14 pada simpang empat & simpang BPD kota Lhokseumawe telah dilakukan oleh Abdullah (2016), sedangkan kajian tentang koordinasi simpang pada simpang Jaminginting- Patimura-Monginsidi, Medan telah dilakukan oleh Zega dan Surbakti (2010). Paper ini menyajikan hasil kajian tentang perilaku individual dua simpang yang berdekatan, yaitu simpang stasiun Brambanan dan simpang stasiun taman wisata candi Prambanan pada kondisi eksisting, dan usulan koordinasi sinyal antar simpang dengan pembuatan berbagai alternatif yang paling menguntungkan berdasar MKJI (Bina Marga, 1997) dan dengan software VISSIM. PERILALU LALU LINTAS PADA SIMPANG DAN KOORDINASI ANTAR SIMPANG Parameter perilaku simpang bersinyal diukur berdasar derajat kejenuhan (DS), yang merupakan hasil bagi antara volume dan kapasitas. Kapasitas persimpangan berkaitan erat dengan arus jenuh, yang didifinisikan sebagai angka maksimum arus yang dapat melewati pendekat persimpangan jalan pada saat waktu hijau per lajur (Bina Marga, 1997), sebagaimana diformulasikan pada Persamaan (1) berikut. C = S x g/c (.1), dengan C: kapasitas (smp/jam), S: arus jenuh ((smp/jam hijau), g: waktu hijau (detik), dan c: waktu siklus (detik. Besarnya arus jenuh merupakan fungsi dari arus jenuh dasar (S 0 ) dan berbagai faktor penyesuaian, yaitu ukuran kota (F CS ), hambatan samping (F SF ), kelandaian (F G), parker (F P ), belok kanan (belok kanan), dan belok kiri (belok kiri), sesuai Persamaan 2. S = S O x F CS x F SF x F G x F P x F RT x F LT (2). Menurut Taylor dkk (1996), koordinasi antar simpang bersinyal merupakan salah satu jalan untuk mengurangi tundaan dan antrian. Adapun prinsip koordinasi simpang bersinyal menurut Taylor ditunjukan dalam Gambar 1 di bawah. Gambar 1 Koordinasi Sinyal dan Green Wave Sumber: Taylor dkk (1996) 164 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 1, Mei 2016

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoordinasikan sinyal, yaitu: a). waktu siklus pada sinyal tiap simpang diusahakan sama, agar mempermudah menentukan selisih nyala sinyal hijau dari simpang yang satu dengan simpang berikutnya dan b). sebaiknya pola pengaturan simpang yang dipergunakan adalah fixed time signal, karena koordinasi sinyal dilakukan secara terus menerus METODE PENELITIAN Lokasi penelitian, yaitu kedua simpang pada Jalan Yogya-Solo dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Dalam pelaksanaan survei lapangan,data-data yang diambil meliputi Volume Lalu Lintas, Geometri simpang dan ruas, Tempuh Kecepatan, dan Sinyal Lalu Lintas. Survei lalu lintas dilakukan pada hari Senin, Sabtu, dan Minggu yaitu pada pukul 06.00-09.00 WIB, 11.00-14.00 WIB, dan 15.00-18.00 WIB. Berdasar data yang telah diperoleh, analisis dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software VISSIM. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan Gambar 2 Lokasi Penelitian dianalisis berdasarkan simulasi perangkat lunak VISSIM untuk mengetahui kinerja dari ketiga simpang. Hambatan samping pada pemodelan VISSIM diabaikan. Setelah mengetahui kinerja ketiga simpang selanjutnya ketiga simpang tersebut dikoordinasikan. Usulan perbaikan berupa koordinasi sinyal dilakukan dengan pola pengaturan waktu pada sinyal diterapkan dua waktu yaitu jam sibuk (on peak) dan jam lengang (off peak). Hasil dan kesimpulan akan ditampilkan dalam bentuk visualisasi simulasi lalu lintas. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1-3 berikut adalah data rekapitulasi volume lalu lintas dari kedua simpang. Dari ketiga periode pengambilan data tersebut didapat periode jam puncak terjadi pada hari Sabtu jam 16.30 17.30 WIB dengan volume sebesar 8447 smp/jam. Periode jam lengang terjadi juga pada hari Minggu, jam 06.00 07.00 WIB dengan volume sebesar 4086 smp/jam. Berikut ini adalah data distribusi pergerakan arus lalu lintas per arah pada periode jam puncak dan jam lengang. Utomo, Yulianyahya, Fauziah Evaluasi Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi antar... 165

Tabel 1 Data Volume Lalu Lintas Periode Pagi Data Volume Lalu Lintas Periode Pagi (Smp/Jam) Minggu, 15 November Senin, 16 November Sabtu, 21 November 06.00 07.00 4086 4496 4091 06.15 07.15 4314 4949 4696 06.30 07.30 4354 5654 5159 06.45 07.45 4481 6403 5630 07.00 08.00 4707 6832 5838 07.15 08.15 4989 7256 5985 07.30 08.30 5245 6799 6119 07.45 08.45 5546 6493 6028 08.00 09.00 5894 6268 5864 Tabel 2 Data Volume Lalu Lintas Periode Siang Data Volume Lalu Lintas Periode Siang (Smp/Jam) Senin, Minggu, 16 15 November November Sabtu, 21 November 11.00 12.00 5738 4867 5622 11.15 12.15 5939 4908 5675 11.30 12.30 6219 4947 5862 11.45 12.45 6416 4963 5945 12.00 13.00 6468 5175 6143 12.15 13.15 6478 5242 6376 12.30 13.30 6400 5270 6314 12.45 13.45 6406 5339 6377 13.00 14.00 6427 5241 6412 Tabel 3 Data Volume Lalu Lintas Periode Sore Data Volume Lalu Lintas Periode Sore (Smp/Jam) Minggu, 15 November Senin, 16 November Sabtu, 21 November 15.00 16.00 6474 5323 6182 15.15 16.15 6820 5832 6987 15.30 16.30 7069 6256 7624 15.45 16.45 7145 6537 8138 16.00 17.00 7081 6757 8277 16.15 17.15 7250 6787 8323 16.30 17.30 7454 6658 8447 16.45 17.45 7556 6453 8324 17.00 18.00 7448 6002 7712 Analisis Koordinasi Sinyal Antar Simpang Kondisi Eksisting Periode Jam Puncak Analisis koordinasi sinyal antar simpang pada kondisi eksisting dilakukan dengan pembuatan diagram koordinasi. Besarnya bandwith yang digunakan berdasarkan selisih waktu rata-rata antara kendaraan pertama dan kendaraan terakhir yaitu sebesar 51 detik untuk arah Barat ke Timur (Simpang 2 Simpang 1) dan sebesar 30 detik untuk arah Timur ke Barat (rute Simpang 1 Simpang 2). Gambar 3 berikut adalah diagram koordinasi sinyal antar simpang periode jam puncak kondisi eksisting. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa ketika arus utama bergerak dari arah Simpang 2-Simpang 1 (Barat-Timur) masih adanya kendaraan yang mendapat sinyal merah pada Simpang 1 dikarenakan nilai selisih waktu kendaraan pertama dan terakhir besar. Tetapi sebaliknya, ketika arus utama bergerak dari arah Simpang 1-Simpang 2 (Timur-Barat) sudah mendapatkan sinyal hijau dikarenakan nilai selisih waktu kendaraan pertama dan terakhir kecil. Hal ini menunjukkan perlunya alternatif perbaikan koordinasi di kedua simpang agar lebih baik lagi. Gambar 3 Diagram Sinyal Eksisting Sebelum Dikoordinasi Periode Jam Sibuk Alternatif 1 Periode Jam Puncak Alternatif perancangan koordinasi sinyal yang pertama dilakukan dengan menggunakan waktu siklus yang berasal dari waktu siklus eksisting Simpang 2 dan setelah diperiksa dengan rumus waktu siklus optimum MKJI, 1997 pada lampiran 5.1 tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu sebesar 117 detik. Pengaturan fase pada Simpang 2 berbeda dengan fase kondisi eksisting sedangkan Simpang 1 sama dengan fase kondisi eksisting, dimulai dari pengaturan fase pada Simpang 1 fase pertama lengan Utara dan Selatan dengan waktu hijau 166 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 1, Mei 2016

33 detik, fase kedua lengan Timur ke Utara dengan waktu hijau 18 detik, lengan Timur ke Barat dengan waktu hijau 31 detik, fase ketiga lengan Barat ke Timur dengan waktu hijau 52 detik, fase keempat lengan Barat ke Selatan dengan waktu hijau 41 detik, kemudian pengaturan fase pada Simpang 2 fase pertama lengan Utara dengan waktu hijau 17 detik, fase kedua lengan Barat dengan waktu hijau 51 detik, fase ketiga lengan Timur ke Utara dengan waktu hijau 37 detik, fase keempat lengan Timur ke Barat dengan waktu hijau 30 detik. Tabel 4 dan Tabel 5 serta Gambar 4-6 berikut menyajikan pengaturan sinyal dan pengaturan fase kedua simpang pada Alternatif 1. Tabel 4 Data Sinyal Lalu Lintas Alternatif 1 Periode On Peak Simpang 1 Tabel 5 Data Sinyal Lau Lintas Alternatif 1 Periode On Peak Simpang 2 Kode Pendekat Nyala (detik) Hijau Kuning Merah Allred Utara 17 2 96 2 Barat 51 2 62 2 Timur- Utara Timur- Barat 37 2 76 2 30 2 83 2 Siklus (detik) 117 Kode Pendekat Nyala (detik) Hijau Kuning Merah Allred Siklus (detik) Utara+Selatan 33 2 80 2 Gambar 5 Pengaturan Fase Lalu Lintas Alternatif 1 On Peak Simpang 2 Timur-Utara 18 2 95 2 Timur-Barat 31 2 82 2 117 Barat-Timur 52 2 61 2 Barat-Selatan 41 2 72 2 Gambar 4 Pengaturan Fase Lalu Lintas Alternatif 1 On Peak Simpang 1 Gambar 6 Diagram Sinyal Alternatif 1 Setelah Dikoordinasi Periode Jam Puncak Besarnya bandwidth yang digunakan dalam pembuatan diagram koordinasi sama dengan besarnya bandwidth kondisi eksisting yaitu sebesar 51 detik untuk arah Barat ke Timur (rute Simpang 2 Simpang 1) dan 30 detik untuk arah Timur ke Barat (rute Simpang 1 Simpang 2). siklus yang digunakan Utomo, Yulianyahya, Fauziah Evaluasi Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi antar... 167

adalah sebesar 117 detik yang merupakan waktu siklus eksisting Simpang 2. Berikut ini adalah gambar diagram koordinasi Alternatif 1 periode jam puncak. Dari Alternatif 1 periode jam puncak didapat hasil evaluasi tundaan, waktu tempuh, dan kecepatan sebagai berikut ini (Tabel 6). Tabel 6 Nilai Tundaan, Tempuh, dan Kecepatan Hasil Evaluasi VISSIM Alternatif 1 Jam Puncak Rute Simpang 1 ke Simpang 2 Simpang 2 ke Simpang 1 Avg. Delay (s) Periode On Peak Vehicle Avg. Travel Travel Time Speed (s) (km/h) Level of Services 15,57 31,73 49,47 E 17,65 50,99 30,78 E Perencanaan alternatif 1 kondisi jam puncak merupakan alternatif yang paling terbaik dengan kecepatan dari arah Simpang 1 ke Simpang 2 sebesar 49,47 km/jam dan dari arah Simpang 2 ke Simpang 1 sebesar 30,78 km/jam. Namun, sesuai Permenhub Nomor 96 Tahun, Alternatif 1 periode jam puncak belum mencapai kriteria dimana tingkat pelayanan jalan arteri primer sekurang-kurangnya B. Analisis Koordinasi Sinyal Antar Simpang Kondisi Eksisting Periode Jam Lengang Analisis koordinasi sinyal antar simpang pada kondisi eksisting dilakukan dengan pembuatan diagram koordinasi. Besarnya bandwith yang digunakan berdasarkan selisih waktu rata-rata antara kendaraan pertama dan kendaraan terakhir seperti sebesar 38 detik untuk arah Barat ke Timur (Simpang 2 Simpang 1) dan sebesar 29 detik untuk arah Timur ke Barat (rute Simpang 1 Simpang 2). Berikut ini adalah gambar diagram koordinasi sinyal antar simpang periode jam puncak kondisi eksisting. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa ketika arus utama bergerak dari arah Simpang 2- Simpang 1 (Barat-Timur) masih adanya kendaraan yang mendapat sinyal merah pada Simpang 1 dikarenakan nilai selisih waktu kendaraan pertama dan terakhir besar. Tetapi sebaliknya, ketika arus utama bergerak dari arah Simpang 1-Simpang 2 (Timur-Barat) sudah mendapatkan sinyal hijau seluruhnya dikarenakan nilai selisih waktu kendaraan pertama dan terakhir kecil. Hal ini menunjukkan perlunya alternatif perbaikan koordinasi di kedua simpang agar lebih baik lagi. Secara grafis disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Diagram Sinyal Eksisting Sebelum Dikoordinasi Periode Jam Lengang Alternatif 2 Periode Jam Lengang Alternatif perancangan koordinasi sinyal yang kedua dilakukan dengan menggunakan waktu siklus baru Simpang 2 yang diperoleh dengan rumus waktu siklus optimum MKJI, 1997 pada lampiran 5.7 yaitu sebesar 98 detik. Pengaturan fase pada Simpang 2 berbeda dengan fase kondisi eksisting sedangkan Simpang 1 sama dengan fase kondisi eksisting, dimulai dari pengaturan fase pada Simpang 1 fase pertama lengan Utara dan Selatan dengan waktu hijau 22 detik, fase kedua lengan Timur ke Utara dengan waktu hijau 22 detik, lengan Timur ke Barat dengan waktu hijau 30 detik, fase ketiga lengan Barat ke Timur dengan waktu hijau 39 detik, fase keempat lengan Barat ke Selatan dengan waktu hijau 39 detik, kemudian pengaturan fase pada Simpang 2 fase pertama lengan Utara dengan waktu hijau 19 detik, fase kedua lengan Barat dengan waktu hijau 38 detik, fase ketiga lengan Timur ke Utara dengan waktu hijau 168 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 1, Mei 2016

30 detik, fase keempat lengan Timur ke Barat dengan waktu hijau 29 detik. Tabel 7-8 dan Gambar 8-9 berikut adalah pengaturan sinyal dan pengaturan fase kedua simpang pada Alternatif 2. Tabel 7 Data Sinyal Lalu Lintas Alternatif 2 Off Peak Simpang 1 Tabel 8 Data Sinyal Lalu Lintas Alternatif 2 Off Peak Simpang 2 Kode Pendekat Nyala (detik) Hijau Kuning Merah Allred Utara 19 2 75 2 Siklus (detik) Kode Pendekat Nyala (detik) Hijau Kuning Merah Allred Utara+Selatan 22 2 72 2 Timur-Utara 22 2 72 2 Siklus (detik) Barat 38 2 56 2 Timur- Barat Timur- Utara 30 2 64 2 29 2 65 2 98 Timur-Barat 30 2 64 2 98 Barat-Timur 39 2 55 2 Barat-Selatan 34 2 60 2 Gambar 8 Pengaturan Fase Lalu Lintas Alternatif 2 Off Peak Simpang 1 Gambar 9 Diagram Sinyal Alternatif 2 Setelah Dikoordinasi Periode Jam Lengang Gambar 9 Pengaturan Fase Lalu Lintas Alternatif 2 Off Peak Simpang 2 Besarnya bandwidth yang digunakan sama dengan Alternatif 1 periode jam lengang. siklus yang digunakan adalah sebesar 98 detik yang merupakan waktu siklus baru Simpang 2. Berikut ini adalah gambar diagram koordinasi Alternatif 2 periode jam lengang. Dari Alternatif 2 periode jam lengang didapat hasil evaluasi tundaan, waktu tempuh, dan kecepatan Pada Tabel 9 berikut ini. Perencanaan alternatif 2 kondisi jam lengang merupakan alternatif yang paling terbaik dengan kecepatan dari arah Simpang 1 ke Simpang 2 sebesar 57,60 km/jam dan dari arah Simpang 2 ke Simpang 1 sebesar 51,01 km/jam. Namun, sesuai Permenhub Nomor 96 Tahun, Alternatif 2 periode jam lengang belum mencapai kriteria dimana tingkat pelayanan jalan arteri primer sekurang-kurangnya B. Utomo, Yulianyahya, Fauziah Evaluasi Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi antar... 169

Tabel 9 Nilai Tundaan, Tempuh, dan Kecepatan Hasil Evaluasi VISSIM Alternatif 2 Jam Lengang Rute Avg. Delay (s) Periode Off Peak Vehicle Travel Time (s) Avg. Travel Speed (km/h) Level of Services Simpang 1 ke Simpang 2 14,83 27,25 57,60 D Simpang 2 ke Simpang 1 16,42 30,77 51,01 D KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasi;l analisis dan pembahasan yang telah dilaksanakan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini. 1. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan diperoleh jam puncak dari ketiga simpang terjadi pada hari Sabtu, jam 16.30-17.30 WIB dengan volume lalu lintas sebesar 8447 smp/jam, sedangkan jam lengang dari ketiga simpang terjadi pada hari Minggu, jam 06.00 07.00 WIB 4086 smp/jam. 2. Pada awalnya volume di lapangan dan volume evaluasi software VISSIM sudah mendekati volume di lapangan, namun masih ada beberapa volume yang nilai selisihnya cukup jauh. Hal ini disebabkan oleh perbedaan volume pada software VISSIM dan keadaan asli di lapangan, sehingga harus dilakukan kalibrasi pada software VISSIM. Setelah dilakukan kalibrasi pada software VISSIM dengan pendekatan Wiedemann 74, didapatkan hasil yang hampir sama. 3. Kalibrasi dilakukan dengan pendekatan Wiedemann 74 karena pendekatan ini adalah pendekatan yang digunakan untuk lalu lintas perkotaan. Parameter yang dikalibrasi pada pendekatan ini adalah jarak aman yang diinginkan antar kendaraan yang berhenti, jarak tambahan dari jarak aman yang diinginkan, kelipatan jarak aman antar kendaraan dan agresivitas kendaraan. Maka semakin kecil nilai jarak antar kendaraan yang berhenti, akan semakin rapat antrian yang terbentuk 4. Kedua simpang pada ruas Jalan Yogya- Solo sebelumnya sudah terkoordinasi, tetapi koordinasi sinyal dari arah Barat- Timur belum cukup baik. Kondisi ini terlihat dari waktu siklus kedua simpang yang berbeda, sehingga masih ada beberapa kendaraan yang terkena sinyal merah dari rute Barat-Timur (Simpang 2- Simpang 1). 5. Pada kondisi eksisting periode jam puncak, nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Timur Simpang 2 (arah Timur Barat Jalan Yogya-Solo) sebesar 34,03 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 46,12 km/jam dengan tingkat pelayanan E. Nilai waktu tempuh dari lengan Barat Simpang 2 menuju ke lengan Barat Simpang 1 (arah Barat Timur Jalan Yogya-Solo) sebesar 57,24 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 27,42 km/jam dengan tingkat pelayanan E. Nilai tingkat pelayanan dari kedua arah (arah Barat Timur dan arah Timur Barat) belum memenuhi persyaratan dimana minimal nilai tingkat pelayanan jalan arteri primer adalah B. 6. Pada kondisi eksisting periode jam lengang, nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Timur Simpang 2 (arah Timur Barat Jalan Yogya-Solo) sebesar 30,22 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 51,94 km/jam dengan tingkat pelayanan D. Nilai waktu tempuh dari lengan Barat Simpang 2 menuju ke lengan Barat Simpang 1 (arah Barat Timur Jalan Yogya-Solo) sebesar 39,6 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 39,64 km/jam dengan tingkat pelayanan E. Nilai tingkat pelayanan dari kedua arah (arah Barat Timur dan arah Timur-Barat) belum memenuhi persyaratan dimana minimal nilai tingkat pelayanan jalan arteri primer adalah B. 170 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 1, Mei 2016

7. Koordinasi kedua simpang dilakukan dengan menentukan waktu siklus yang sama terlebih dahulu. Dari 3 alternatif perencanaan koordinasi sinyal antar simpang periode jam puncak didapat waktu siklus berkinerja terbaik sebesar 117 detik, sedangkan 3 alternatif koordinasi sinyal antar simpang periode jam lengang didapat waktu siklus baru berkinerja terbaik sebesar 98 detik. 8. Alternatif 1 periode jam puncak merupakan alternatif terbaik, dimana dihasilkan nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Timur Simpang 2 (arah Timur Barat Jalan Yogya-Solo) sebesar 31,73 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 49,47 km/jam dengan tingkat pelayanan E. Nilai waktu tempuh dari lengan Barat Simpang 2 menuju ke lengan Barat simpang 1 (arah Barat-Timur Jalan Yogya-Solo) sebesar 50,99 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 30,78 km/jam dengan tingkat pelayanan E. Nilai tingkat pelayanan dari kedua arah (arah Barat Timur dan arah Timur Barat) belum memenuhi persyaratan dimana minimal nilai tingkat pelayanan jalan arteri primer adalah B. 9. Alternatif 2 periode jam lengang merupakan alternatif terbaik, dimana dihasilkan nilai waktu tempuh dari lengan Timur Simpang 1 menuju ke lengan Barat Simpang 2 (arah Timur-Barat Jalan Yogya-Solo) sebesar 27,25 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 57,60 km/jam dengan tingkat pelayanan D. Nilai waktu tempuh dari lengan Barat Simpang 2 menuju ke lengan Barat Simpang 1 (arah Barat-Timur Jalan Yogya-Solo) sebesar 30,77 detik, kecepatan perjalanan rata-rata 51,01 km/jam dengan tingkat pelayanan D. Nilai tingkat pelayanan dari kedua arah (arah Barat Timur dan arah Timur Barat) belum memenuhi persyaratan dimana minimal nilai tingkat pelayanan jalan arteri primer adalah B. Saran Dari kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran terkait dengan hasil penelitian dan pengembangan penelitian dengan menggunakan software VISSIM di masa depan untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan lebih baik, sebagai berikut. 1. tempuh kendaraan dan kecepatan kendaraan diukur pada saat sebelum dilakukan koordinasi, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran ulang di lapangan dengan kondisi setelah koordinasi sinyal agar didapat offset dan bandwidth yang lebih optimal. 2. Penelitian selanjutnya pada kedua simpang dapat dilakukan perbandingan konsumsi bahan bakar pada kondisi sebelum dan sesudah dilakukan koordinasi sinyal. 3. Tingkat pelayanan ruas Jalan Yogya-Solo setelah dilakukan koordinasi sinyal antar simpang masih menunjukkan nilai E yang mana belum memenuhi persyaratan tingkat pelayanan jalan arteri primer berdasarkan Permenhub Nomor 96 Tahun dimana tingkat pelayanan sekurangkurangnya B, sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan alternatif penambahan waktu siklus di kedua simpang pada ruas Jalan Yogya-Solo untuk meningkatkan tingkat pelayanan ruas jalan tersebut. 4. Analisis perancangan koordinasi sinyal dapat dilakukan dengan software Transyt sebagai perbandingan dengan hasil analisis dari software VISSIM karena Transyt adalah software khusus untuk perancangan koordinasi sinyal, 5. Penelitian yang akan datang sebaiknya dengan menggunakan software VISSIM, dapat dilakukan perbandingan dengan software AIM SUN karena memiliki kemampuan mikrosimulasi sama seperti VISSIM, 6. Penggunaan software VISSIM selanjutnya tidak hanya untuk analisis simpang, tetapi bisa menganalisis permasalahan Utomo, Yulianyahya, Fauziah Evaluasi Perilaku Lalu Lintas Pada Simpang dan Koordinasi antar... 171

transportasi yang lain seperti koordinasi sinyal antar simpang untuk prioritas bus umum, pedestrian, analisis road pricing, kinerja ruas jalan dan lain-lain. Daftar Pustaka Abdullah, Z. (2016). Analisa koordinasi sinyal antar simpang dengan menggunakan software transyt 14 (studi kasus simpang empat & simpang BPD kota Lhokseumawe). Jurnal teras, 6(1), 39-48 Bina Marga. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Transportation Research Board. (2000). Highway Capacity Manual 2000. National Academy of Science. Washington, DC. Sitanggang, L.H.S. dan Harianto, J. (2010). Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus: Jalan K.H Wahid Hasyim - Jalan Gajah Mada). Jurnal Rekasaya Sipil. Universitas Sumatera Utara, Medan. Taylor, M. dan Young, W. (1996). Understanding Traffic System. Averbury Technical. Sydney. Triani, D. N. Dewi. (2006). Efektifitas Kinerja Simpang Bersinyal pada Simpang Bersinyal pada Simpang AR Hakim WR.Supratman Kota Mataram. Jurnal. Mataram Zega, Maiman dan Medis S. Surbakti, (), Analisa Kordinasi Antar Simpang (Studi Kasus Jl. Jamin Ginting Jl Pattimura Jl Mongonsidi, Medan, 172 Jurnal Teknisia, Volume XXI, No. 1, Mei 2016