BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.

2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar. orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT BERDASARKAN TDM- IAE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disiratkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. molukul, ion, dan struktur merupakan fenomena yang tidak dapat dilihat secara. mewakili agar dapat memahami fenomena ini.

BAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014

2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Skripsi ini merupakan bagian dari payung penelitian strategi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lukman Hadi, 2014 Pengembangan Software Multimedia Representasi Kimia Pada Materi Laju Reaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF KIMIA SMA BERBASIS INTERTEKSTUALITAS ILMU KIMIA SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN

GAMBARAN LEVEL SUBMIKROSKOPIK UNTUK MENUNJUKKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KIMIA DAN STOIKIOMETRI

I. PENDAHULUAN. pelatihan dalam usaha mendewasakan manusia. Terjadi perkembangan pada proses

PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fareka Kholidanata, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan subjek yang penting dalam sains, karena banyak

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nabila Fatimah, 2013

2015 REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENDAHULUAN KIMIA TEKNIK. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Soliha Oktianti, 2013

I. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembaharuan sistem pendidikan nasional telah menetapkan visi, misi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut suatu

PENGARUH PENGGUNAAN BUKU AJAR IKATAN KOVALEN DENGAN PENDEKATAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. konsep, aturan, hukum, prinsip, teori, soal-soal. Dari cangkupan materi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Hamijaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dan komposisi zat menggambarkan bagaimana partikel-partikel penyusun zat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II

THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE LEARNING CD IN CHEMISTRY FOR HIGH SCHOOLS BASED ON INTERTEXTUALITY AS A LEARNING MODEL ALTERNATIVE

I. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,

PENGEMBANGAN BUKU AJAR ASAM, BASA, DAN GARAM DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK DAN MULTIREPRESENTASI KELAS VII SMP

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di abad ke-21 ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dirinya dapat menjadi peserta aktif dalam masyarakat. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu diperhatikan terutama dalam masalah Proses Belajar Mengajar (PBM). Hal ini menuntut dunia pendidikan khususnya sekolah dan perguruan tinggi untuk menyiapkan peserta didik dengan keterampilan baru untuk dapat berpartisipasi dalam dunia yang terus berubah dan berkembang pesat ini. Pada proses belajar mengajar guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Peran dan tanggung jawab guru sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan penyelenggaraan pendidikan (Arifin et al, 2000). Para guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain ia harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan belajar-mengajar (Makmun, 2005). Pada umumnya para guru kimia masih memberikan pelajaran dengan cara transfer ilmu saja, kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal. Banyak siswa yang hanya mencatat dan menghapal materi yang disampaikan oleh guru saja tanpa memahami materi yang diperoleh.

2 Adanya ketidakpahaman terhadap materi kimia tersebut mungkin disebabkan oleh karena siswa tidak dihadapkan pada pengalaman nyata, ditambah lagi dengan ilmu kimia yang kebanyakan bersifat abstrak. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa kimia sangat membosankan, susah dipahami dan pada akhirnya mengakibatkan pembelajaran kimia kurang menarik dan tidak bermakna. Menurut Gabel, Samuel, dan Hunn (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000), peneliti dan pendidik dalam pendidikan kimia telah membahas tiga level representasi dalam ilmu kimia yaitu level makroskopis, level mikroskopis, dan level simbol. Oleh karena itu pembelajaran kimia harus memperhatikan dan mempertautkan antara ketiga level tersebut. Pada level makroskopis, ilmu kimia dapat diindera contohnya pada pembakaran arang. Proses pembakaran arang dapat diamati dengan adanya bara api dan berkurangnya volume arang. Untuk menjelaskan fenomena yang lebih baik, para ahli kimia mengembangkan konsep dan model dari atom dan molekul. Pada level mikroskopis atau level molekuler, pembakaran arang merupakan proses kimia. Atom karbon dari arang bereaksi dengan molekul oksigen di udara dan menghasilkan molekul karbondioksida. Cara lain untuk menyatakan proses tersebut menggunakan persamaan kimia dengan simbol, rumus, dan bilangan, seperti C(s) + O 2 (g) CO 2 (g). Seperti yang diperlihatkan pada contoh tersebut, para ahli kimia menunjukkan pengalaman dari penglihatan dengan menerjemahkan hal tersebut ke dalam simbol dan rumus (Wu, 2002).

3 Dengan mengamati fenomena di atas, maka peran ketiga level representasi dalam ilmu kimia tersebut tidak dapat dipisahkan. Jika dalam pembelajaran kimia ada salah satu yang tidak dilibatkan maka dapat mengakibatkan pemahaman yang kurang utuh bagi siswa. Representasi kimia bisa menjadi lebih dipahami siswa ketika representasi kimia tersebut dihubungkan dengan teks-teks lain yang relevan dan telah diketahui siswa, termasuk representasi yang dipelajari sebelumnya serta pengalaman yang mereka miliki. Representasi kimia pada aspek-aspek yang berbeda (yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbol), pengalaman siswa dalam kehidupannya, serta kejadian-kejadian di dalam kelas, dapat dipandang sebagai suatu teks (Wu, 2002). Menurut Halliday dan Hasan (1985) dalam Wu (2002), teks didefinisikan sebagai bahasa fungsional yang bisa berupa percakapan atau tulisan, atau medium apapun lainnya untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan. Dari sudut pandang ini, representasi kimia pada level yang berbeda-beda (yaitu level makroskopis, mikroskopis, dan simbol), pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian dalam kelas dapat dipandang sebagai suatu teks (Santa Barbara Classroom Discourse Group, 1992, dalam Wu, 2002). Ketika siswa membangun pemahaman tentang konsep-konsep kimia, mereka mungkin mengkoordinasikan antara representasi yang berbeda dan pengalaman hidup. Hubungan antara representasi, pengalaman hidup dan kejadian di ruang kelas yang dilakukan oleh para siswa dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual.

4 Menurut intertekstualitas ilmu kimia, salah satu cara untuk lebih mempermudah dalam memberikan materi kimia sebaiknya dikenalkan beberapa contoh atau aplikasi kimia dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya kimia itu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, yang bisa disebut sebagai aspek makroskopisnya. Namun, yang masih disayangkan bahwa pengenalan kimia dengan kehidupan sehari-hari tersebut masih kurang diterapkan dalam pembelajaran ilmu kimia dan siswa masih beranggapan bahwa kimia itu sesuatu yang terpisah dari lingkungan dan kehidupan seharihari. Sementara untuk representasi mikroskopis yang secara langsung digunakan dalam ilmu kimia dikembangkan dari pengalaman yang dapat diindera berdasarkan fenomena pada level makroskopis. Sesuai dengan pendapat Hoffmann & Laszlo (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000) bahwa representasi mikroskopis yang sekarang digunakan dalam ilmu kimia dikembangkan berdasarkan fenomena dan pengalaman panca indera pada level makroskopis. Selanjutnya representasi tersebut dapat diterjemahkan ke dalam level simbol. Oleh karena itu, di dalam ilmu kimia simbol tersebut memiliki arti tersendiri. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya siswa tidak memahami keterkaitan antara ketiga level representasi ilmu kimia tersebut serta tidak dikaitkannya antara pembelajaran dengan pengalaman sehari-hari. Salah satu dampaknya yaitu banyak pelajar yang tidak dapat memvisualisasikan representasi dari simbol. Meskipun telah mempelajari ilmu kimia, banyak pelajar tidak memahami peran dari sebuah simbol yang salah

5 satu contohnya adalah rumus. Sebagian dari mereka berpikir bahwa rumus merupakan singkatan belaka untuk sebuah nama dan miskonsepsi yang masih ada adalah bahwa sebuah rumus merupakan singkatan untuk suatu campuran. Dari fenomena tersebut maka timbulah anggapan buruk dikalangan para siswa bahwa ilmu kimia sangat rumit untuk dipelajari, sehingga banyak siswa tidak memahami secara utuh dari konsep kimia. Dengan adanya fenomena di atas, salah satu faktor penting untuk mengubah anggapan buruk tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru kimia. Dalam mengembangkan pemahaman siswa, guru memainkan peranan penting untuk menjelaskan ilmu kimia dengan cara menghubungkan ketiga level representasi dalam ilmu kimia yakni level makroskopis, mikroskpois, dan level simbol serta mampu menghubungkan ketiga level tersebut dengan baik, sehingga dapat membangun pemahaman siswa yang utuh. Akan tetapi ketika siswa membangun pemahaman mengenai kimia, mereka mungkin menghubungkan representasi yang berbeda-beda dengan pengalaman seharihari. Oleh karena itu seorang guru pun harus mempertautkan antara representasi dan pengalaman sehari-hari dan selain itu guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang mendukung proses pembelajaran tersebut melalui interaksi sosial yang terjadi di dalam kelas. Berdasarkan hal di atas perlu diadakan suatu penelitian tentang pengajaran yang dilakukan oleh guru kimia. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah selama ini pembelajaran kimia sudah melibatkan intertekstualitas ilmu kimia atau belum. Apakah pengajaran yang dilakukan

6 guru memperhatikan hubungan antara ketiga level representasi dalam ilmu kimia, pengalaman sehari-hari dan bagaimana interaksi sosial yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu dilakukan penelitian mengenai analisis pengajaran guru berdasarkan intertekstualitas ilmu kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. B. Rumusan Permasalahan 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk menentukan langkahlangkah penelitian agar lebih operasional, dirumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengajaran guru kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau dari segi intertekstualitas ilmu kimia? b. Bagaimanakah rekomendasi peneliti berdasarkan hasil pengajaran guru kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau dari segi intertekstualitas ilmu kimia? 2. Batasan Masalah Dengan melihat permasalahan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada subyek dalam penelitian ini adalah seorang guru kimia kelas XI salah satu SMA Negeri di kota Cimahi.

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memperoleh deskripsi pengajaran guru pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau dari segi intertekstualitas ilmu kimia. 2. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil pengajaran guru kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau dari segi intertekstualitas ilmu kimia. D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi: 1. Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pembelajaran kimia ditinjau dari segi intertekstualitas ilmu kimia. 2. Institusi, instansi atau peneliti lain Temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dan inspirasi dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis intertekstualitas ilmu kimia. E. Penjelasan Istilah Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:

8 Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya) (KBBI, 2002). Pengajaran, merupakan kegiatan Proses Belajar Mengajar ditinjau dari sudut guru berupa proses mengajar guru (teaching process) (Arifin et al, 2000). Intertekstualitas ilmu kimia adalah pertautan antara representasi, pengalaman kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan siswa (Wu, 2002). Representasi adalah sebagai perbuatan mewakili, keadaan diwakili, perwakilan (KBBI, 2002). Representasi kimia terdiri dari level makroskopis, mikroskopis dan simbol (Wu, 2002). Level makroskopis adalah fenomena kimia yang dapat diamati, termasuk dari sumber pengalaman sehari-hari siswa (Chittleborough, D. F. Treagust, M. Mocerino, 2002). Fenomena-fenomena kimia yang teramati akan dikatagorikan sebagai level makroskopis meskipun siswa tidak benarbenar mengalami fenomena ini. Level mikroskopis adalah suatu fenomena kimia yang tidak dapat dilihat secara langsung seperti elektron, molekul dan atom (Chittleborough, D. F. Treagust, M. Mocerino, 2002). Level simbol adalah level yang menunjukan representasi simbolis dari atom, molekul dan senyawa, contohnya seperti simbol-simbol kimia, rumus dan struktur (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000).

9 Pengalaman sehari-hari adalah segala hal yang merujuk pada apa yang diperoleh siswa di luar sekolah (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000). Interaksi sosial di dalam kelas adalah kejadian-kejadian sehari-hari siswa selama pembelajaran (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000).