LKjIP Dispertanbunhut Kab. Boyolali

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dispertanbunhut Kab. Boyolali Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Perumusan kebijakan tehnis dan perencanaan program kerja bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Perangkat Daerah Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progoo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

BAB II RENCANA STRATEJIK

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Renstra BKP5K Tahun

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SEMARANG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

WALIKOTA TASIKMALAYA

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jayapura, 31 Desember 2014 Kepala Dinas, Ir. SEMUEL SIRIWA, M.Si Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 BAB I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

BAB 2 Perencanaan Kinerja

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2015

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

A. Realisasi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 1 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 1 TAHUN 2001 T E N T A N G

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Data Capaian Indikator Kinerja Indikator. Program dan. pada Tahun Kode

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah disusun untuk memenuhi kewajiban menyampaikan LKjIP setelah pelaksanaan program/kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 serta APBN-TP sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen LKjIP sekaligus bertujuan untuk menginformasikan pertanggungjawaban kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada Tahun 2016, keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan, hambatan serta solusi dalam pelaksanaannya. Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali. Akhirnya semoga LKjIP ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, sebagai pertimbangan dalam penyusunan dokumen perencanaan serta kebijakan pertanian di masa yang akan datang. Boyolali, 27 Februari 2017 KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Ir. BAMBANG PURWADI Pembina Utama Muda NIP. 19630416 199303 1 004 i

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v IKHTISAR EKSEKUTIF... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Gambaran Organisasi... 2 1.2.1. Organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali... 2 1.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan... 4 1.2.3. Sumber Daya Manusia... 5 1.2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana... 6 1.2.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi... 8 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 10 2.1. Perencanaan Strategis Organisasi... 10 2.2. Perjanjian Kinerja... 11 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 18 3.1 Capaian Kinerja Organisasi... 18 3.2 Realisasi Anggaran... 107 BAB IV PENUTUP... 108 4.1. Simpulan... 108 4.2. Saran... 108 LAMPIRAN ii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Kualifikasi Pendidikan... 5 Tabel 1.2. Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Pangkat Golongan... 5 Tabel 1.3. Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Jabatan... 6 Tabel 1.4. Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali... 7 Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Dispertanbunhut... 13 Tabel 3.1. Pencapaian Kinerja Sasaran 1... 20 Tabel 3.2. Pencapaian Kinerja Sasaran 2... 27 Tabel 3.3. Pencapaian Kinerja Sasaran 3... 40 Tabel 3.4. Pencapaian Kinerja Sasaran 4... 86 Tabel 3.5. Pencapaian Kinerja Sasaran 5... 90 Tabel 3.6. Pencapaian Kinerja Sasaran 6... 92 Tabel 3.7. Pencapaian Kinerja Sasaran 7... 94 Tabel 3.8. Pencapaian Kinerja Sasaran 8... 99 Tabel 3.9. Pencapaian Kinerja Sasaran 9... 103 Tabel 3.10. Pencapaian Kinerja Sasaran 10... 104 Tabel 3.11. Pencapaian Kinerja Sasaran 11... 105 Tabel 3.12. Capaian Kinerja per Sasaran... 106 iii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali... 4 iv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alokasi Dan Realisasi Anggaran (APBD dan APBN) Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Lampiran 2. Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2021 Lampiran 3. Tujuan, Sasaran, Indikator Sasaran dan Target Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2021 Lampiran 4. Program, Indikator, Target, dan Pagu Anggaran Indikatif Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2021 Lampiran 5. Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2021 Lampiran 6. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Lampiran 7. Perjanjian Kinerja Perubahan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Lampiran 8. Pengukuran Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali v

IKHTISAR EKSEKUTIF A. Pendahuluan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali merupakan wujud pertanggungjawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dipimpin oleh Kepala Dinas, terdiri dari 1 sekretaris, 4 kepala bidang, 3 kepala subbagian, 10 kepala seksi, 19 kepala UPTD. Jumlah pegawai secara keseluruhan 99 orang PNS dan 1 orang PTT. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan atas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. B. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sebagai salah satu satuan kerja perangkat daerah di Kabupaten Boyolali berkewajiban mendukung visi yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali 2021 yaitu Pro Investasi Mewujudkan Boyolali yang Maju dan Lebih Sejahtera, utamanya pada misi kelima yaitu Boyolali lumbung padi dan pangan nasional. Misi kelima berorientasi pada meningkatnya produksi bahan pangan untuk ketahanan pangan dan berkontribusi pada pasar nasional. Guna mewujudkan visi dan misi daerah tersebut, pada tahun 2016 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali melaksanakan program dan kegiatan yang bersumber dari APBD Kabupaten Boyolali sebesar Rp11.345.901.000,00 dan APBN-TP sebesar Rp12.094.799.000,-. Seluruh program/kegiatan tersebut direncanakan sebagai bagian dari Perjanjian Kinerja Tahun 2016. vi

C. Akuntabiltas Kinerja LKjIP Dispertanbunhut Berdasarkan penilaian sendiri (Self Assessment) atas realisasi pelaksanaan Perjanjian Kinerja, menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian kinerja dari 11 Sasaran yang telah ditetapkan adalah 119,02%. Keberhasilan ini disumbangkan oleh 6 (enam) sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja lebih dari 100% sehingga dikategorikan sangat baik, 4 (empat) sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja 76%-100% sehingga dikategorikan baik, dan 1 (satu) sasaran yang nilai capaian kinerjanya hanya 50% sehingga dikategorikan kurang. Berikut Capaian Kinerja per Sasaran: No. Sasaran 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian 2 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian 3 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur 4 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani 5 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani 6 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan 7 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 8 Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat 9 Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 10 Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan 11 Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan Capaian Kinerja 2016 (%) Kategori Tingkat Keberhasilan 104,42 A Sangat Baik 180,13 A Sangat Baik 152,43 A Sangat Baik 212,50 A Sangat Baik 50,00 K Kurang 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,17 A Sangat Baik 109,53 A Sangat Baik vii

D. Simpulan dan Saran Secara keseluruhan capaian kinerja rata-rata tahun 2016 adalah 119,02% (kategori Sangat Baik), nilai ini mengalami peningkatan dibandingkan rata-rata capaian sasaran di tahun 2015 sebesar 106,57%. Dilihat dari segi pembiayaan dari APBD sebesar Rp11,345,901,000 terealisasi Rp10.818.427.349,- dengan penyerapan sebesar 95,35% atau efisiensi sebesar 4,65%. Sedangkan pembiayaan dari APBN sebesar Rp12.094.799.000,- terealisasi Rp11.500.658.872,- dengan penyerapan sebesar 95,09% atau efisiensi sebesar 1,48%. Dalam rangka meningkatkan capaian kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan sebagai pelaksana kewenangan otonomi daerah dalam rangka melaksanakan tugas desentralisasi di bidang pertanian perkebunan dan kehutanan, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan secara umum, antara lain: meningkatkan produktivitas pertanian/perkebunan melalui penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, penerapan teknologi pertanian, penekanan luas areal serangan OPT, dan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian; meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana pertanian; meningkatkan pembinaan pelaksanaan usaha tani kepada kelompok, baik Kelompok Tani, P3A/GP3A, LMDH, serta penguatan kelembagaannya; Upaya yang dilakukan agar kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali lebih baik dan akuntabel antara lain: menetapkan indikator kinerja utama yang baik dan cukup memadai yaitu dapat mengukur keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali; memberdayakan sumber daya yang ada di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali secara menyeluruh, efektif, dan efisien; meningkatkan kualitas dan sinkronisasi dokumen-dokumen perencanaan dan kinerja; memanfaatkan hasil evaluasi kinerja sebagai bahan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan; melakukan kerjasama dengan instansi lain guna mendukung peningkatan pembangunan pertanian. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian baik di bidang tanaman pangan, perkebunan, kehutanan maupun pemenuhan sarana prasarana pertanian memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi per kapita untuk berbagai jenis pangan, sehingga membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi. Pembangunan pertanian dilakukan secara seimbang dan disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga kontinuitas produksi dapat dipertahankan dalam jangka panjang, dengan menekan tingkat kerusakan lingkungan maupun degradasi lahan sekecil mungkin. Dalam rangka pembangunan pertanian di Kabupaten Boyolali, Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali telah memberikan dukungan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2016. Menurut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), maka dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah, maka Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, wajib menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP). Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 pada Bab I Pasal 1, Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/ APBD). Penyusunan Dokumen LKjIP berkaitan dengan dokumen perencanaan lainnya, antara lain yaitu Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD)/ Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kinerja Pembangunan Daerah (RKPD)/ Renja SKPD, Perjanjian Kinerja, dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). 1

Tujuan penyusunan LKjIP Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali ini adalah untuk memberikan informasi kinerja yang terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja di awal tahun anggaran dan dokumen Pengukuran Kinerja di akhir tahun anggaran. Dokumen LKjIP ini digunakan juga sebagai bahan evaluasi dalam rangka upaya perbaikan yang berkesinambungan bagi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk meningkatkan kinerjanya pada tahun berikutnya. Peraturan perundang-undangan yang diacu dalam penyusunan dokumen LKjIP Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan antara lain : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 2. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali; 5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 14 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali 2021; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 15 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2016; 7. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 24 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2016. 1.2. Gambaran Organisasi Secara garis besar, gambaran umum Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari aspek kelembagaan, tugas pokok dan fungsi serta aspek strategis organisasi. 1.2.1. Organisasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang 2

Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali, dengan mempunyai susunan organisasi sebagai berikut : 1. Kepala 2. Sekretariat, terdiri dari: a. Subbagian Umum dan Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan; dan c. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan. 3. Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari: a. Seksi Produksi Padi; b. Seksi Produksi Palawija; dan c. Seksi Produksi Hortikultura. 4. Bidang Sarana Prasarana Perlindungan Tanaman dan Pasca Panen terdiri dari: a. Seksi Sarana Prasarana Pertanian dan Pasca Panen; dan b. Seksi Perlindungan Tanaman. 5. Bidang Produksi Perkebunan, terdiri dari: a. Seksi Tanaman Tahunan; dan b. Seksi Tanaman Semusim. 6. Bidang Kehutanan, terdiri dari : a. Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan; b. Seksi Bina Usaha dan Perhutanan Sosial; dan c. Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 7. UPTD. 8. Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun Bagan Organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut: 3

Kepala Dinas Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Subbag Umum dan Kepegawaian Subbag Keuangan Subbag Perencanaan dan Pelaporan Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Bidang Sarana Prasarana, Perlindungan Tanaman dan Pasca Panen Bidang Produksi Perkebunan Bidang Kehutanan Seksi Produksi Padi Sarana Prasarana dan Pasca Panen Seksi Tanaman Tahunan Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan Seksi Produksi Palawija Seksi Perlindungan Tanaman Seksi Tanaman Semusim Seksi Bina Usaha dan Perhutanan Sosial Seksi Produksi Hortikultura UPTD Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Sumber : Perda Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 Gambar 1.1. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 1.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Berdasarkan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali bertugas melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah dan tugas pembantuan dalam rangka pelaksanaan tugas Desentralisasi di bidang pertanian perkebunan dan kehutanan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok seperti tersebut di atas, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mempunyai fungsi: 1. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 3. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan; 4. pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD); dan 5. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4

1.2.3. Sumber Daya Manusia Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali menyadari bahwa pengembangan pertanian tidak cukup dengan hanya mengandalkan ketersediaan Sumber Daya Alam, namun juga peran Sumber Daya Manusia yang handal dan berkompeten. Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali didukung oleh pegawai sejumlah 100 orang dengan rincian sebagai berikut: 1. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan Pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada menurut kualifikasi pendidikan dapat diklasifikasikan sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Kualifikasi Pendidikan Kualifikasi Pendidikan Tidak Lulus SD SD SMP SMA/SMK DI DII DIII DIV S1 S2 S3 Jumlah 1 2 3 21 - - 6-57 10-100 Sumber: Bagian Umum dan Kepegawaian, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, 2. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pangkat Golongan Pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada berdasarkan kualifikasi pangkat golongan dapat diklasifikasikan sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2: Tabel 1.2 Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Pangkat Golongan No. Pangkat Golongan Jumlah 1 Juru Muda ( I/a ) - 2 Juru Muda TK. I ( I/b ) - 3 Juru ( I/c ) 1 4 Juru Tk. I ( I/d ) 1 5 Pengatur Muda ( II/a ) 2 6 Pengatur Muda Tk. I ( II/b ) 1 7 Pengatur ( II/c ) 7 8 Pengatur Tk. I ( II/d ) 3 5

No. Pangkat Golongan Jumlah 9 Penata Muda ( III/a ) 5 10 Penata Muda Tk. I ( III/b ) 15 11 Penata ( III/c ) 29 12 Penata Tk. I ( III/d ) 25 13 Pembina ( IV/a ) 9 14 Pembina Tk. I ( IV/b ) 8 15 Pembina Utama Muda ( IV/c ) 1 16 Pembina Utama Madya ( IV/d ) - 17 Pembina Utama ( IV/e ) - 18 PTT - 1 Jumlah 100 Sumber: Bagian Umum dan Kepegawaian, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, 3. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan Pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada berdasarkan kualifikasi jabatan dapat diklasifikasikan sebagaimana terlihat pada Tabel 1.3: Tabel 1.3 Pegawai Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Menurut Jabatan Kualifikasi Jabatan Struktural II.a II.b III.a III.b IV.a IV.b V.a V.b Jumlah Fungsional Umum Jumlah Total 1-1 4 28 10 - - 50 57 100 Sumber: Bagian Umum dan Kepegawaian, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, 1.2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Guna mendukung dan menjalankan tupoksinya, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada didukung dengan sarana prasarana sebagaimana terlihat pada Tabel 1.4: 6

Tabel 1.4 Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali No. Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi B RR RB 1 Tanah dan bangunan Bidang 4 4 - - 2 Kendaraan Roda 4 Unit 6 6 - - 3 Kendaraan Roda 2 Unit 55 52-3 4 Printer Unit 69 48 13 8 5 Komputer PC Unit 18 10 1 7 6 Laptop Unit 63 41 15 7 7 Lemari Buah 50 37 13-8 Lemari Besi Buah 3 3 - - 9 Meja Kerja Buah 108 81 24 3 10 Kursi Kerja Buah 108 81 19 8 11 Kursi Rapat Buah 67 55 12-12 Kursi Besi Metal Buah 90 90 - - 13 Filling Cabinet Buah 20 11 9-14 GPS Buah 7 4 3-15 LCD Unit 11 5 5 1 16 Wireless Unit 7 4 3-17 Kamera Unit 20 20 - - 18 Lensa Kamera Unit 1 1 - - 19 Sound System Unit 1 1 - - 20 Portable Genset Unit 1 1 - - 21 Telephone Unit 4 2 2-22 Faximile Unit 4 2 2-23 Brankas Unit 3 1-2 24 Meja Rapat Buah 4 4 - - 25 Almari Kaca Buah 8 7 1-26 Papan Nama Buah 6-6 - 27 White Board Buah 39 4 15 20 28 Tabung Pemadam Kebakaran Buah 3 3 - - 29 Microphone Meja Unit 6 6 - - 30 Meja Telephone Unit 7 7 - - 31 Televisi LED Unit 3 3 - - 32 Tablet Unit 2 2 - - 7

No. Nama Barang Satuan Jumlah LKjIP Dispertanbunhut Kondisi B RR RB 33 Scanner Unit 1 1 - - 34 Stand Mic Unit 1 1 - - 35 CCTV Unit 10 10 - - 36 Kamera CCTV Unit 6 6 - - 37 Megaphone Unit 1 1 - - 38 Air Conditioner Unit 9 9 - - 39 Mini PC Unit 1 1 - - 40 HP Android Unit 39 39 - - 41 Peralatan Dapur Paket 1 1 - - Jumlah 867 665 143 59 Ket: B : Baik RR : Rusak Ringan RB : Rusak Berat Sumber: Bagian Umum dan Kepegawaian, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, 1.2.5. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama Organisasi Aspek-aspek strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan diperoleh dengan mengakomodasi isu-isu strategis lingkup pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sedang berkembang, permasalahan dan atau arah kebijakan dan program Renstra Dinas Kabupaten 2016 2021. Isu strategis terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan antara lain: 1. Memantapkan produksi dan meningkatkan produktivitas terutama pada komoditas tanaman pangan utama padi, jagung, dan kedelai sebagai wujud kontribusi kedaulatan pangan di Kabupaten Boyolali. 2. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas tanaman hortikultura utama (pepaya, cabe, bawang merah, jahe, dan kencur) dan komoditas perkebunan rakyat, utamanya cengkeh, kopi, kelapa, tembakau, tebu, lada, atsiri. 3. Modernisasi pertanian sebagai sarana untuk mengefisienkan usaha tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. 4. Mengoptimalkan pemanfaatan benih unggul bersertifikat, modernisasi alat mesin dan pembangunan insfrastruktur pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan 8

5. Meningkatkan mutu hasil pertanian melalui sertifikasi, registrasi, dan penerapan budidaya yang lebih ramah lingkungan. 6. Meningkatkan SDM Pertanian yang berkualitas, terampil, profesional dan mandiri. 7. Meningkatkan penyedian dan pengawasan peredaran benih bersertifikat. 8. Meningkatkan kemitraan petani, kelompok tani dengan pengusaha. 9. Meningkatkan pengamatan dan pengendalian OPT. Beberapa permasalahan yang perlu untuk mendapatkan perhatian dalam pembangunan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan dalam kurun waktu 2016 2021 adalah sebagai berikut : 1. Belum optimalnya produktivitas pertanian, baik pertanian tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan; 2. Masih rendahnya kesejahteraan petani di sektor tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; 3. Masih rendahnya daya saing beberapa produk pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; 4. Maraknya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian; 5. Perubahan iklim global, berakibat terjadi perubahan musim, sehingga meningkatkan perkembangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; 6. Masih terbatasnya akses petani ke permodalan dan teknologi; 7. Keterbatasan petani dalam kepemilikan modal; 8. Masih mahalnya teknologi mekanisasi; 9. Belum optimalnya infrastruktur, sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan; 10. Semakin terbatasnya sumberdaya manusia petani pertanian tanaman pangan dan hortikultura dan generasi muda kurang tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian; 11. Masih kurangnya kualitas SDM petani; 12. Sempitnya kepemilikan lahan, sehingga usaha tani tidak efisien; 13. Belum mandirinya kelompok tani dalam penyediaan benih; 14. Kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi maju relatif masih rendah; 15. Semakin terbatasnya sumberdaya manusia petani pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, serta generasi muda kurang tertarik untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian. 9

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA LKjIP Dispertanbunhut 2.1. Perencanaan Strategis Organisasi Renstra Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 2021 memuat tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dengan berpedoman kepada RPJMD Kabupaten Boyolali 2016 2021. Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2016 2021 mempunyai sasaran strategis sebagai berikut: 1. Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian; 2. Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian; 3. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur; 4. Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani; 5. Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani; 6. Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan; 7. Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum; 8. Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat; 9. Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum. 10. Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan; 11. Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan. 10

Sasaran strategis tersebut memiliki 80 (delapan puluh) indikator kinerja dengan target kinerja setiap tahun selama 5 (lima) tahun perencanaan 2016 2021 secara lengkap sebagaimana terlampir. Seluruh indikator kinerja dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali merupakan lndikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator), yaitu ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Indikator dalam dokumen IKU berlaku 5 tahunan menyesuaikan dokumen renstra SKPD dan RPJMD dan digunakan sebagai acuan SKPD. Semua sasaran strategis dengan indikator capaiannya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakterisrik program. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program. Rencana Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, disusun mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2016 2021 dengan mengambil target tahun 2016. 2.2. Perjanjian Kinerja Berdasarkan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Bab I Pasal I, Perjanjian Kinerja adalah lembar/ dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan Program/ Kegiatan yang disertai dengan Indikator Kinerja, dalam hal ini merupakan penugasan dari Bupati Boyolali kepada Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali. Lebih lanjut dalam Peraturan Presiden tersebut dijelaskan bahwasanya Indikator Kinerja merupakan ukuran atas keluaran ( output) dari suatu Kegiatan yang terkait secara logis dengan Indikator Kinerja Program. Penetapan/Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali disusun berdasar pada Rencana Strategis (Renstra) 2016 2021 dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2016. Perjanjian Kine rja meliputi seluruh sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Renstra Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali 2021 yaitu sebagai berikut: 11

1. Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian, mempunyai 5 (lima) indikator; 2. Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian, mempunyai 11 (sebelas) indikator; 3. Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur, mempunyai 45 (empat puluh lima) indikator; 4. Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani, mempunyai 4 (empat) indikator; 5. Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani, mempunyai 1 (satu) indikator; 6. Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan, mempunyai 2 (dua) indikator; 7. Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum, mempunyai 5 (lima) indikator; 8. Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat, mempunyai 4 (empat) indikator; 9. Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum, mempunyai 2 (dua) indikator; 10. Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan, mempunyai 1 (satu) indikator; 11. Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan, mempunyai 1 (satu) indikator. Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali sebagaimana terlihat padatabel 2.1: 12

Tabel 2.1. Perjanjian Kinerja Dispertanbunhut No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian. 2 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian. 3 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. Terbentuknya kelembagaan terkait dengan rencana ekspor beras Kelompok 2 Jumlah pameran yang diikuti Kali 3 Tersedianya benih padi Kg 10.000 bersertifikat yang siap jual Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual Batang 1.500 Jumlah kelompok tani yang terakses aplikasi Komodita Peningkatan kapasitas kelembagaan dan usaha tani P3A/GP3A Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi desa (JIDES) Kelompok 27 GP3A 3 Unit - Pembangunan Embung Unit 4 Pembuatan Sumur Pantek Unit 19 Rehabilitasi Dam Parit Km 4 Pembangunan Irigasi Tanah Unit 2 Dalam Tersedianya Cultivator Paket 5 Tersedianya Rice Transplanter GP3A 2 Pembangunan Jalan Usaha Km 8 Tani Jumlah Rehabilitasi Embung Unit 1 Jumlah Solar Cell Paket 1 Terbinanya kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura Terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi Luasan lahan pertanian yang terkendali dari serangan OPT Kelompok 60 Bulan 12 Ha 2.000 Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi : 1. Padi sawah Ton 273.516 2. Padi ladang Ton 8.503 3. Jagung Ton 135.046 4. Kedelai Ton 6.728 5. Kacang tanah Ton 2.855 6. Ubi kayu Ton 102.179 7. Ubi jalar Ton 421 13

Tabel. 2.1 Lanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Meningkatnya produktivitas tanaman pangan utama : 1. Padi sawah Ku/Ha 58,53 2. Padi ladang Ku/Ha 40,26 3. Jagung Ku/Ha 50,41 4. Kedelai Ku/Ha 14,32 5. Kacang tanah Ku/Ha 12,90 6. Ubi kayu Ku/Ha 203,29 7. Ubi jalar Ku/Ha 105,26 Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buah-buahan, meliputi : 1. Durian Kuintal 32.271 2. Mangga Kuintal 206.604 3. Pepaya Kuintal 120.000 4. Pisang Kuintal 110.105 5. Rambutan Kuintal 26.478 Meningkatnya jumlah produksi hortikultura sayuran, meliputi : 1. Bawang merah Kuintal 32.000 2. Kobis Kuintal 135.657 3. Cabe rawit Kuintal 210.000 4. Tomat Kuintal 14.706 5. Wortel Kuintal 109.075 Meningkatnya produktivitas tanaman hortikultura sayuran: 1. Bawang merah Ku/Ha 95,35 2. Kobis Ku/Ha 109,96 3. Cabe rawit Ku/Ha 85,12 4. Tomat Ku/Ha 105,57 5. Wortel Ku/Ha 114,98 Meningkatnya produksi komoditas perkebunan: 1. Tebu Ton Tebu 32.400 2. Tembakau rajangan Ton 2.115 Rajangan 3. Tembakau asepan Ton Asepan 702 4. Cengkeh Ton Bunga Kering 250 14

Tabel. 2.1 Lanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 4 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani 5 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani 6 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan 5. Lada Ton Biji 12 Kering 6. Kopi Ton Biji 120 Kering 7. Kelapa Ribu Butir 17.400 Kelapa 8. Nilam Kuintal 275 Daun 9. Kenanga Kuintal Minyak 10 Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 1. Padi sawah % 90,60 2. Jagung % 90,30 3. Kedelai % 87,35 Pengendalian luasan lahan pertanian Ha 20.694 Bertambahnya kelompok tani yg Kelompok 60 telah mengintegrasikan usahataninya Bertambahnya kelompok tani Kelompok 6 yang melaksanakan budidaya tembakau dengan baik dan benar Semakin tingginya pemanfaatan teknologi dan bertambahnya jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian : 1. Hortikultura sayuran Kelompok 3 2. Hortikultura buah Kelompok 3 Meningkatnya cakupan kelompok tani yang mendapatkan pengembangan dana BPLM Tersedianya Pos Penyuluhan Kehutanan Pedesaan Tersedianya sarana prasarana pengamanan dan perlindungan hutan Kelompok 20 Unit 1 Jenis 5 15

Tabel. 2.1 Lanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 7 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 8 Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat 9 Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 10 Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan 11 Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan Persentase Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang aktif Cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat Fasilitasi LMDH dengan peralatan ternak lebah madu Fasilitasi LMDH dengan tanaman di bawah tegakan dengan budidaya tanaman jagung, jahe, kedelai, pupuk organik Fasilitasi kelompok tani hutan rakyat dengan peralatan pengolahan hasil hutan Rasio hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi % 80 % 80 Paket 2 Ha 15 Jenis 2 % 62 Pengkayaan Hutan Rakyat Ha 475 Penghijauan lingkungan di 19 kecamatan Luasan hutan kota yang terkelola dengan baik Terselenggaranya sosialisasi peraturan pemanfaatan hasil hutan Meningkatnya industri hasil hutan kayu yang berijin Meningkatnya volume peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan Meningkatnya setoran PSDH dari wajib bayar (Perhutani) Batang 18.840 Ha 0,2 Kecamatan 10 Industri 23 M³ 10.000 Juta Rupiah 400 Sumber: Bagian Perencanaan dan Pelaporan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, 16

Guna mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan pada Tabel 2.1, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada tahun 2016 melaksanakan Program dan Kegiatan dengan anggaran yang bersumber dana APBD Kabupaten Boyolali sebesar Rp11.345.901.000,00 sebagaimana tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Perubahan serta anggaran yang bersumber dana APBN-TP sebesar Rp12.094.799.000,-. 17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi Kinerja suatu instansi pemerintahan berkaitan erat dengan akuntabilitas kinerja. Melalui akuntabilitas/pertanggungjawaban yang dilakukan suatu instansi pemerintah, maka keberhasilan/kegagalan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi maupun kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan dapat terlihat. Penilaian keberhasilan/kegagalan dilakukan melalui pengukuran kinerja. Agar dapat terukur, suatu kinerja memerlukan indikator kinerja, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. spesifik (specific); b. dapat terukur (measurable); c. dapat dicapai (attainable); d. berjangka waktu tertentu (time bound); dan e. dapat dipantau dan dikumpulkan (trackable) Syarat tersebut merupakan dasar untuk menilai tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Indikator kinerja tidak saja dari aspek masukan ( input), keluaran ( output), tapi juga sampai pada hasil ( outcome), benefit dan impact dari kegiatan yang dilaksanakan instansi pemerintah. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang SAKIP, keluaran (output) adalah adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan, sedangkan hasil ( outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi Kinerja dengan Sasaran (target) Kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen Perjanjian Kinerja dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan. Laporan Kinerja Insntansi Pemerintah Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 ini merupakan salah satu bentuk akuntabilitas kinerja dalam rangka pelaksanaan Perjanjian Kinerja. 18

Dalam rangka pengukuran kinerjanya, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali melakukan penilaian capaian kinerja menggunakan rumus sebagai berikut: dengan 1. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus: Capaian Indikator Kinerja = Realisasi Rencana x 100% 2. Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus : Capaian Indikator Kinerja = Realisasi (Realisasi Rencana) x 100% Rencana Adapun simpulan hasil pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut : a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik (A) b. 76% sampai 100% = Baik (B) c. 56% sampai 75 % = Cukup (C) d. Kurang dari 56 % = Kurang (K) Untuk mengukur analisis capaian kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, terdapat 11 sasaran strategis yang hendak dicapai yang diukur dengan 80 indikator kinerja. Dalam evaluasi kinerja dilakukan analisis efisiensi dengan cara membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau dampak. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Berikut analisis capaian kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali : 19

Sasaran 1 : Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian. No. Sasaran Strategis 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian Tabel 3.1 Pencapaian Kinerja Sasaran 1 Indikator Kinerja Terbentuknya kelembagaan terkait dengan rencana ekspor beras Jumlah pameran yang diikuti Tersedianya benih padi bersertifikat yang siap jual Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual Jumlah kelompok tani yang terakses aplikasi Komodita Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori Kelompok 3 9 2 2 100,00 B Kali 2 3 3 3 100,00 B Kg 9.500 10.780 10.000 10.190 101,90 A Batang 1.500 1.188 1.500 1.803 120,20 A Kelompok - - 27 27 100,00 B Capaian Rata-Rata 104,42 A Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Terbentuknya kelembagaan terkait dengan rencana ekspor beras a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena semakin tingginya kesadaran petani untuk menghasilkan produk organik yang sehat untuk dikonsumsi serta kepedulian untuk melaksanakan sistem pertanian berkelanjutan. Hal ini dapat dibuktikan dengan bertambahnya jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Paguyuban Petani Peduli Lahan Lestari (P3LL) dan Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) yang turut serta dalam sistem pertanian organik baik untuk komoditas padi dan palawija. Pada tahun 2015, terdapat 5 (lima) KT bimbingan P3LL dan 3 (tiga) KT binaan APOB yang memperoleh sertifikat organik, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 6 (enam) KT binaan P3LL dan 5 (lima) KT binaan APOB yang memperoleh sertifikat organik Standart Nasional Indonesia 6729-2013 yang dikeluarkan oleh 20

Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS). Dengan diperolehnya sertifikat organik maka dapat meningkatkan daya saing produk sehingga diharapkan kelompok tani dapat mempromosikan produk organik ke pasar yang lebih luas dengan harga yang lebih layak. Kelompok tani yang memperoleh sertifikat organik pada tahun 2016 yang tergabung dalam 2 (dua) lembaga adalah sebagai berikut: 1). Paguyuban Petani Peduli Lahan Lestari (P3LL) meliputi : a). Kelompok Trisno maju, Desa Pelemrejo, Kec. Andong; b). Kelompok Setyo Mulyo, Desa Pranggong, Kec. Andong; c). Kelompok Ngrawan Makmur, Desa Pranggong, Kec. Andong; d). Kelompok Sumber Rejeki, Desa Pranggong, Kec. Andong; e). Kelompok Sayuk Rukun, Desa Kedungdowo, Kec. Andong; f). Kelompok Mukun Maharjo, Desa Kedungdowo, Kec. Andong. 2). Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB) meliputi : a). Kelompok Sedyo Makmur, Desa Bendosari, Kec. Sawit b). Kelompok Subur Raharjo, Desa Jembungan, Kec.Banyudono c). Kelompok Tani Rahayu 3, Desa Jenengan, Kec. Sawit d). Kelompok Tirto Mukti, Desa Dukuh, Kec. Banyudono e). Kelompok Tani Makmur, Desa Cepokosawit, Kec.Sawit Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja relatif tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat maupun lembaga pemberdayaan masyarakat baik lokal maupun internasional sehingga dapat membantu dalam hal pendampingan, pengawasan, maupun pembiayaan sertifikat organik. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Terdapatnya komunikasi intensif antara Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, organisasi petani seperti P3LL dan APOB, serta lembaga non pemerintah seperti Lembaga Study Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB) dan VECO yang bergerak di bidang pertanian organik. Selain itu juga dijalin komunikasi antara petani dan eksportir untuk membantu pemasaran hasil pertanian organik; 21

Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 18% dari anggaran Rp32.000.000,- digunakan Rp26.238.500,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: - Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Anggaran: Rp32.000.000,- Realisasi: Rp26.238.500,- Bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu bertambahnya jumlah petani penghasil padi organik yang tergabung dalam 2 lembaga yaitu APOB dan P3LL, yang terdiri dari 11 kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan fasilitasi sertifikat padi organik. Dengan terdapatnya fasilitasi sertifikat organik dapat membantu petani dalam melakukan budidaya secara organik sehingga produk yang dihasilkan lebih aman dikonsumsi serta memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani. 2. Jumlah pameran yang diikuti. a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali telah berpartisipasi dalam 3 (tiga) pameran, yaitu: Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXVI Tahun 2016, Gelar Promosi Agribisnis (GPA) 7, dan Pelaksanaan Festival Buah Jawa Tengah. Produk yang dipamerkan merupakan produk pertanian Kabupaten Boyolali diantaranya pupuk organik, kencur, jahe, kunyit, temulawak, kesemek, beras merah organik, buah pepaya calina, bibit pepaya MJ9. Tidak terdapat hambatan/permasalahan yang berarti dihadapi dalam mencapai target kinerja, dikarenakan Kabupaten Boyolali memiliki berbagai produk unggulan yang dapat dipasarkan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah melakukan pembinaan kepada kelompok tani utamanya mengenai cara pascapanen produk pertanian. Dengan penanganan dan pengemasan produk pertanian 22

yang tepat dan menarik, maka produk yang dihasilkan dapat lebih tahan lama dan menarik perhatian konsumen. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 3.20% dari anggaran Rp90.250.000,- digunakan Rp87.365.944,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya bantuan APBD dapat digunakan untuk mendukung proses pemasaran produk pertanian unggulan Kabupaten Boyolali melalui 3 (tiga) kegiatan pameran yang menampilkan produk unggulan pertanian yang dihasilkan petani di Kabupaten Boyolali. - Program: Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Kegiatan: Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggulan Daerah Anggaran: Rp90.250.000,- Realisasi: Rp87.365.944,- 3. Tersedianya benih padi bersertifikat yang siap jual a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena UPTD Pertanian Kec. Nogosari sebagai penghasil benih padi bersertifikat siap jual adalah adanya pengawasan produksi benih padi bersertifikat dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Tegalgondo Klaten dari mulai proses budidaya hingga proses sertifikasi, sehingga benih padi yang dihasilkan dapat dijaga kualitas mutunya. Pada tahun 2016, benih padi bersertifikat yang dihasilkan UPTD Pertanian Kec. Nogosari sejumlah 10.190 Kg, dengan perincian varietas Inpari Sidenuk sebanyak 755 Kg, varietas Ciherang sebanyak 5.055 Kg, varietas Pepe sebanyak 3.430 Kg. Benih padi bersertifikat tersebut kemudian dijual kepada petani yang membutuhkan dengan hasil penjualan memberikan kontribusi PAD sebesar Rp61.140.000,- Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - terjadinya musim kemarau basah serta posisi sawah yang dimiliki UPTD Kec. Nogosari lebih rendah dari poros jalan yang mengakibatkan sawah 23

sering tergenangi air hujan, sehingga rawan terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) seperti Sundep dan Kresek; - Pertumbuhan gulma terlalu cepat sehingga mengganggu pertumbuhan pertanaman padi. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pembersihan saluran irigasi di sekitar sawah, sehingga apabila terjadi genangan air hujan, air dapat segera dialirkan keluar dari area persawahan; - Berkoordinasi dengan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) sehingga dapat dilakukan langkah yang tepat dalam pengendalian OPT maupun gulma. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya antara lain adalah memiliki lahan sendiri untuk melakukan budidaya padi serta beberapa sarana prasarana untuk melakukan kegiatan produksi benih padi bersertifikat tanpa harus menyewa ke pihak lain. Selain itu, UPTD Pertanian Kec. Nogosari bekerja sama dengan petani setempat dalam hal penggunaan Sumber Daya Manusia mulai dari pengolahan tanah hingga proses pascapanennya, sehingga harga tenaga kerja yang dibayarkan bisa lebih murah. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya bantuan APBD dapat digunakan untuk mendukung proses produksi benih padi bersertifikat sehingga dapat menghasilkan benih padi bersertifikat sebanyak 10.190 Kg - Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan Kegiatan Pengembangan Perbinihan/Perbibitan Anggaran: Rp42.000.000,- Realisasi: Rp42.000.000,- 4. Tersedianya bibit hortikultura yang siap jual a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena beranekaragamnya komoditas bibit tanaman yang diusahakan sehingga pangsa pasarnya bisa lebih luas. Jenis bibit yang dibudidayakan dan kemudian dijual adalah bibit tanaman buah seperti kelengkeng, mangga, sawo, alpukat, nangka, jambu jamaika, selain itu juga terdapat bibit tanaman hias seperti anggrek, adenium, gelombang cinta, glodok pecut, serta bibit sayuran seperti jeruk pecel, jeruk 24

nipis, okra, terong, sawi, cabe rawit, dan bayam merah. Dua jenis bibit yang paling dominan hasil penjualannya adalah anggrek dan okra. Pada tahun 2016, UPTD Pertanian Kecamatan Banyudono berkontribusi terhadap PAD sebesar Rp35.025.000,- nilai ini melebihi dari target PAD sebesar Rp35.000.000,-. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Kondisi bangunan UPTD Pertanian Kecamatan Banyudono, utamanya green house yang biasa digunakan untuk budidaya tanaman anggrek, saat ini kondisinya rusak sehingga pemanfaatannya tidak optimal; - Sumber daya manusia yang dimiliki tidak sebanding luasnya lahan budidaya yang dimiliki UPTD Pertanian Kecamatan Banyudono. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Perbaikan green house agar budidaya anggrek dapat lebih optimal; - Penambahan SDM di UPTD Pertanian Kecamatan Banyudono agar potensi yang dimiliki dapat lebih dimanfaatkan secara optimal. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Bibit okra yang tidak laku terjual dapat dibudidayakan sampai fase generatif/mengghasilkan buah okra dan hasilnya dapat dijual untuk menambah kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu terjualnya bibit hortikultura sebanyak 1.803 batang. - Program: Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Kegiatan: Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan Anggaran: Rp34.000.000,- Realisasi: Rp34.000.000,- 5. Jumlah kelompok tani yang terakses aplikasi Komodita a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena didukung kesadaran dan kemampuan kelompok tani dalam hal informasi teknologi sehingga memberikan antusias yang positif ketika diberikan pelatihan dan sosialisasi mengenai program Komodita. Dengan adanya program Komodita maka kondisi panen, stok, dan harga pasar dapat lebih mudah diakses. Hal tersebut akan sangat menguntungkan petani karena membantu dalam hal pemasaran sehingga distribusi komoditas pertanian dapat lebih luas. 25

Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Program Komodita masih baru di lingkungan Kabupaten Boyolali, belum semua kelompok tani mengenal program Komodita, sehingga masih perlu sosialisasi yang lebih luas agar dapat merangkul semua kelompok tani yang ada di Kabupaten Boyolali. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Bekerjasama dengan instansi lain di Kabupaten Boyolali agar program Komodita dapat lebih dikenal dan dimanfaatkan sehingga dapat berperan dalam pemasaran produk pertanian unggulan di Kabupaten Boyolali. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Melakukan pelatihan kepada user yang ditunjuk serta Kepala UPTD Pertanian Kecamatan selaku verifikator agar informasi yang disampaikan dapat akurat; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 32,58% dari anggaran Rp171.000.000,- digunakan Rp115.285.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu teraksesnya Program Komodita pada 27 kelompok tani di Kabupaten Boyolali. Program Komodita perlu tetap didukung dan dikawal baik dari pihak Pemerintah Daerah maupun Kelompok Tani agar produk pertanian yang dihasilkan dapat memiliki pangsa pasar yang lebih luas. - Program: Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan: Pengolahan Informasi Permintaan Pasar Atas Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Masyarakat Anggaran: Rp171.000.000,- Realisasi: Rp115.285.000,- 26

Sasaran 2 : Terpeliharanya LKjIP Dispertanbunhut pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian. No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan 1 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian. Tabel 3.2 Pencapaian Kinerja Sasaran 2 Peningkatan kapasitas kelembagaan dan usaha tani P3A/GP3A Penambahan/ perbaikan jaringan irigasi desa (JIDES) Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori GP3A 3 3 3 3 100,00 B Unit - 56 - - - - Pembangunan Embung Unit 5 5 4 15 375,00 A Pembuatan Sumur Pantek Unit 20 20 19 119 626,32 A Rehabilitasi Dam Parit Km - - 4 4 100,00 B Pembangunan Irigasi Tanah Unit 8 8 2 2 100,00 B Dalam Tersedianya Cultivator Paket - - 5 5 100,00 B Tersedianya Rice Transplanter GP3A 15 15 2 2 100,00 B Pembangunan Jalan Usaha Tani Unit 12 12 8 8 100,00 B Jumlah Rehabilitasi Embung Unit 9 9 1 1 100,00 B Jumlah Solar Cell Unit - - 1 1 100,00 B Capaian Rata-Rata 180,13 A Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan usaha tani P3A/GP3A a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Loan/hibah dan APBD, peran serta pemerintah daerah selaku kelembagaan pengelola irigasi (Bappeda, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, dan Dinas Pekerjaan Umum). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Partisipasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang masih rendah dalam meningkatkan peran P3A/GP3A pada pembangunan pertanian; 27

- Kemampuan P3A/GP3A pada aspek kelembagaan, teknis (pertanian dan irigasi), ekonomi dan bidang usaha masih rendah; - Keterbatasan narasumber dari pihak perbankan dalam memfasilitasi Akses Informasi dan Kredit Pertanian bagi P3A/GP3A dalam mengatasi permasalahan permodalan usaha tani petani maupun kelembagaan petani. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah: - Peningkatan penguatan kelembagaan dan peningkatan kemampuan P3A/GP3A pada aspek kelembagaan, teknis, keuangan dan bidang usaha kepada pengurus dan anggota melalui pemberdayaan dan pembinaan yang dilakukan secara rutin oleh semua stakeholder yang terkait, sehingga menjadikan P3A/GP3A kuat, mandiri, berkelanjutan, mengakar di masyarakat, dan mampu merencanakan kegiatannya, serta mampu mengembangkan potensi sumber daya lokal dalam rangka pengelolaan irigasi partisipatif, serta penanaman kesadaran dan partisipasi masyarakat dengan pembinaan, pelatihan dan pendampingan secara intensif; - Perlunya dilakukan pertemuan koordinasi secara rutin antar kelembagaan pengelola irigasi, sehingga permasalahan dan hambatan yang ada di lapangan dapat diminimalisir dan dicari penyelesaian dan solusi terbaik; - Melibatkan Dinas Koperasi dan UMKM dalam rangka memecahkan permasalahan di sektor pertanian yaitu keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga melalui informasi produkproduk kredit pertanian yang dapat diakses petani/ kelembagaan petani. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama dibanding tahun lalu; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 11,40% dari anggaran sebesar Rp38.360.000,- digunakan sebesar Rp33.986.400,- dan efisien anggaran sebesar 9,27% dari anggaran sebesar Rp223.852.300,- digunakan sebesar Rp203.104.150,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: - Program Pembangunan Daerah Terpadu 28

Kegiatan Pemberdayaan Kelembagaan P3A/GP3A Anggaran: Rp38.360.000,- Realisasi: Rp33.986.400,- Melakukan kegiatan Pelatihan Pengajuan dan Pelaksanaan Dana Inventaris Agribisnis pada Kegiatan Pemberdayaan Kelembagaan P3A/GP3A. - Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya Kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi Anggaran: Rp223.852.300,- Realisasi: Rp203.104.150,- Kegiatan yang dilakukan antara lain: Fasilitasi akses informasi dan kredit pertanian; Pelatihan usha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi; Pelatihan GP3A dalam pascapanen dan pemasaran hasil; Sekolah Lapang Iklim disertai pemberian benih padi dan alat peraga Sekolah Lapang Iklim berupa Thremohygrometer dan ph meter; Sosialisasi Dem Area SRI disertai pemberian benih padi, pupuk organik, dan pestisida organik; Studi banding SRI; Anjangsana SL Iklim. 2. Penambahan Perbaikan Jaringan Irigasi Desa (JIDES) 15 Unit per Tahun a. Kegagalan capaian Indikator ini disebabkan karena : - Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kedaulatan Pangan Tahun Anggaran 2016 tidak diperbolehkan untuk Pembangunan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier. - Tidak ada dukungan anggaran dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016 untuk pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Partisipasi Kelompok Tani/Gapoktan/P3A/GP3A masih rendah dalam pembangunan pertanian, terutama pada pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier. 29

- Dukungan dana yang tidak menentu baik dari Dana Alokasi Khusus maupun APBN khususnya untuk kegiatan pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Peningkatan partisipasi/peran serta kelembagaan petani dalam rangka pengelolaan irigasi partisipatif dengan pembinaan, pelatihan dan pendampingan secara intensif. - Pengalokasian dana untuk pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi tersier melalui dana APBD. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan : - 3. Pembangunan Embung a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus sebanyak 4 unit, APBN Tugas Pembantuan sebanyak 8 unit dan APBN Pusat sebanyak 3 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Pada lokasi pembangunan embung yang diharapkan ada sumber air selain air hujan yang dapat mengisi embung, namun lokasi yang ada lebih banyak mengandalkan air hujan untuk mengisi embung dan lokasi yang biasa digunakan adalah tanah kas desa. (DAK maupun APBN) - Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (DED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai (DAK). - Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Dalam pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan oleh UPT DPU ESDM Kecamatan. Namun personil UPT DPU-ESDM mempunyai kesibukan di internal satker ataupun sebagai PPHP/pengawas lapangan pada kegiatan konstruksi di satker lain. Sedangkan untuk pengawas lapangan menggunakan personil intern yang ada di Dispertanbunhut Kabupaten Boyolali maupun UPT Pertanian Kecamatan yang dinilai masih kurang memahami konstruksi bangunan (DAK) 30

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : - Kedepannya dalam penentuan lokasi embung sebaiknya diperhatikan persyaratan teknis lokasi (adanya sumber air selain air hujan) dengan melakukan identifikasi dulu terhadap usulan pembangunan embung. - Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. - Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi meningkat dibanding tahun lalu; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 11,40% dari anggaran sebesar Rp38.360.000,- digunakan sebesar Rp33.986.400,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah terbangunnya embung sebanyak 15 unit dengan dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus sebanyak 4 unit, APBN Tugas Pembantuan sebanyak 8 unit dan APBN Pusat sebanyak 3 unit. - Prgram Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAK) Pekerjaan Pembangunan Embung Anggaran: Rp38.360.000,- Realisasi: Rp33.986.400,- - Prgram Pengembangan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana Kegiatan Penyediaan Air Irigasi Untuk Pertanian (APBN-TP) Anggaran Rp710.000.000,- Realisasi Rp710.000.000,- Kegiatan Penyediaan Air Irigasi Untuk Pertanian (APBN-Pusat) 31

Anggaran Rp370.000.000,- Realisasi Rp370.000.000,- 4. Pembuatan Sumur Pantek a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus untuk pembuatan sumur pantek sebanyak 10 unit, SILPA 2015 sebanyak 9 unit dan APBN Pusat sebanyak 100 unit. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (DED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai (DAK dan SILPA 2015). Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Tidak segera dilaksanakan pekerjaan Pengembangan Irigasi Tanah Dangkal (APBN-Pusat) setelah dana ditransfer ke rekening kelompok. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Percepatan pelaksanaan kegiatan pembangunan embung pertanian, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. 32

Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. Percepatan pelaksanaan kegiatan pembangunan embung pertanian, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi meningkat dibanding tahun lalu; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 5,67% dari anggaran sebesar Rp304.000.000,- digunakan sebesar Rp286.772.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah bertambahnya 15 sumur pantek yang berasal dari beberapa dukungan antara lain: - Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAK dan SILPA) Anggaran Rp304.000.000,- Realisasi Rp286.772.000,- - Program Percontohan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Kegiatan Pengembangan Irigasi Tanah Dangkal Anggaran Rp850.000.000,- Realisasi Rp850.000.000,- 5 Rehabilitasi Dam Parit a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus untuk pembangunan/rehabilitasi dam parit sebanyak 4 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (D ED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai (DAK). 33

Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja meningkat dibanding tahun lalu; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 1,46% dari anggaran sebesar Rp800.000.000,- digunakan sebesar Rp788.325.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator yaitu terlaksananya rehabilitasi dam parit sepanjang 4 Km. - Program: Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Kegiatan: Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAK) Pekerjaan Pembangunan Dam Parit Anggaran: Rp800.000.000,- Realisasi: Rp788.325.000,- 6. Pembangunan Irigasi Tanah Dalam a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus untuk pembangunan irigasi tanah dalam sebanyak 2 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: 34

Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (DED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai (DAK). Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 17,44% dari anggaran sebesar Rp700.000.000,- digunakan sebesar Rp577.899.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator yaitu terbangunnya Irigasi Tanah Dalam sebanyak 2 unit. - Program: Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan: Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAK) Pekerjaan Pembangunan Irigasi Tanah Dalam Anggaran: Rp700.000.000,- Realisasi: Rp577.899.000,- 35

7. Tersedianya Cultivator a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD untuk pengadaan cultivator sebanyak 5 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama antara target dengan realisasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,45% dari anggaran sebesar Rp71.000.000,- digunakan sebesar Rp70.680.500,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu bertambahnya cultivator sebanyak 5 unit. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAU/APBD) Pekerjaan Pengadaan Cultivator Anggaran: Rp71.000.000,- Realisasi: Rp70.680.500,- 8. Tersedianya Rice Transplanter a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Umum (DAU)/APBD untuk pengadaan Rice Transplanter sebanyak 2 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : 36

- Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama antara target dengan realisasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 2,56% dari anggaran sebesar Rp129.000.000,- digunakan sebesar Rp125.700.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu penambahan Rice Transplanter sebanyak 2 unit. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAU/APBD) Pekerjaan Pengadaan Rice Transplanter Anggaran: Rp129.000.000,- Realisasi: Rp125.700.000,- 9. Pembangunan Jalan Usaha Tani a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Dana Alokasi Khusus untuk pembangunan jalan usaha tani sepanjang 8 km. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (DED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai (DAK). Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah: Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. 37

Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama antara target dan realisasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,20% dari anggaran sebesar Rp1.961.760.000,- digunakan sebesar Rp1.957.808.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu pembangunan Jalan Usaha Tani sepanjang 8 km. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAK) Pekerjaan Pembangunan Jalan Usaha Tani Anggaran: Rp1.961.760.000,- Realisasi: Rp1.957.808.000,- 10. Jumlah Rehabilitasi Embung a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari SILPA 2015 untuk Rehabilitasi Embung sebanyak 1 unit. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Lambatnya penyelesaian Detail Engeneering Design (DED) oleh penyedia jasa konsultan perencana sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan konstruksi mundur menunggu design selesai. Kurangnya personil untuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Pengawas Lapangan yang cakap dan paham dalam menilai kualitas bangunan dan kesesuaian dengan spesifikasi. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah: Meningkatkan jumlah penyedia jasa konsultansi perencanaan di Kabupaten Boyolali, karena jumlah konsultan perencana sangat sedikit dan pekerjaannya lingkup se-kabupaten Boyolali. Banyak pekerjaan konstruksi 38

tertunda pelaksanaannya dikarenakan DED yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan belum selesai sampai target waktu yang ditentukan. Kedepannya diharapkan dapat melibatkan penyedia jasa pengawasan dalam melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama antara target dan realisasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,79% dari anggaran sebesar Rp46.175.000,- digunakan sebesar Rp45.811.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu terlaksananya rehabilitasi embung sebanyak 1 unit. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAU) Pekerjaan Rehabilitasi Embung Anggaran: Rp46.175.000,- Realisasi: Rp45.811.000,- 11. Jumlah Solar Cell a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena dukungan dana dari Alokasi Umum (DAU)/APBD untuk Pengadaan Solar Cell sebanyak 1 paket. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: Lambatnya pengajuan penawaran dan Rencana Anggaran Belanja (RAB) oleh penyedia barang/jasa sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaannya mundur. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah : Percepatan pengajuan penawaran sesuai time schedule yang telah ditetapkan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: 39

- Untuk melaksanakan indikator diatas terjadi efisiensi penggunaan sumber daya, dengan sumber daya manusia yang sama, realisasi kinerja terjadi sama antara target dan realisasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 2,88% dari anggaran sebesar Rp171.335.000,- digunakan sebesar Rp166.400.000,-. c. Analisa Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya indikator yaitu penambahan 1 unit Solar Cell. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (DAU) Pengadaan Solar Cell Anggaran: Rp171.335.000,- Realisasi: Rp166.400.000,- Sasaran 3 : Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. No. Sasaran Strategis 1 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur. Tabel 3.3 Pencapaian Kinerja Sasaran 3 Indikator Kinerja Terbinanya kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura Terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi Luasan lahan pertanian yang terkendali dari serangan OPT Meningkatnya jumlah produksi bahan pangan pokok, meliputi: Satuan Kelomp ok Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 60 64 60 60 100,00 B Bulan 12 12 12 12 100,00 B Ha 1.000 1.000 2.000 2.000 100,00 B 1. Padi sawah Ton 252.893 270.816 273.516 277.856 101,59 A 2. Padi ladang Ton 18.229 8.444 8.503 8.503 100,00 B 3. Jagung Ton 141.493 109.430 135.046 179.687 133,06 A 40

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 4. Kedelai Ton 4.452 5.062 6.728 4.805 71,42 C 5. Kacang tanah Ton 4.955 3.132 2.855 3.237 113,39 A 6. Ubi kayu Ton 104.787 123.499 102.179 92.922 90,94 B 7. Ubi jalar Ton 614 314 421 398 94,54 B Meningkatnya produktivitas tanaman pangan utama: 1. Padi sawah Ku/Ha 59,52 58,97 58,53 60,68 103,67 A 2. Padi ladang Ku/Ha 49,28 27,90 40,26 34,11 84,72 B 3. Jagung Ku/Ha 49,52 41,35 50,41 53,77 106,67 A 4. Kedelai Ku/Ha 12,10 14,34 14,32 13,23 92,39 B 5. Kacang tanah Ku/Ha 12,70 12,65 12,90 12,37 95,89 B 6. Ubi kayu Ku/Ha 159,00 221,44 203,29 259,56 127,68 A 7. Ubi jalar Ku/Ha 150,00 80,54 105,26 107,57 102,19 A Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buahbuahan, meliputi: 1. Durian Kuintal 32.942 21.785 32.271 37.596 116,50 A 2. Mangga Kuintal 204.558 46.243 206.604 67.261 32,56 K 3. Pepaya Kuintal 121.551 214.217 120.000 358.519 298,77 A 4. Pisang Kuintal 109.015 220.718 110.105 348.204 316,25 A 5. Rambutan Kuintal 26.216 35.160 26.478 18.099 68,35 C Meningkatnya jumlah produksi hortikultura sayuran, meliputi: 1. Bawang merah Kuintal 30.388 104.357 32.000 216.869 677,72 A 2. Kobis Kuintal 135.304 97.487 135.657 88.676 65,37 C 3. Cabe rawit Kuintal 103.318 319.363 210.000 495.182 235,80 A 4. Tomat Kuintal 11.590 18.335 14.706 12.815 87,14 B 5. Wortel Kuintal 91.163 160.370 109.075 226.007 207,20 A Meningkatnya produktivitas tanaman hortikultura sayuran: 1. Bawang merah Ku/Ha 88,27 109,73 95,35 120,75 126,64 A 2. Kobis Ku/Ha 110,85 134,8 109,96 128,14 116,53 A 3. Cabe rawit Ku/Ha 43,39 124,51 85,12 247,71 291,01 A 4. Tomat Ku/Ha 85,66 156,71 105,57 134,89 127,77 A 41

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 5. Wortel Ku/Ha 105,92 152,44 114,98 174,93 152,14 A Meningkatnya produksi komoditas perkebunan: 1. Tebu Ton Tebu 2. Ton Tembakau Rajang rajangan an 3. Tembakau Ton asepan Asepan Ton 4. Cengkeh Bunga Kering 5. Lada Ton Biji Kering 6. Kopi Ton Biji Kering Ribu 7. Kelapa Butir Kelapa 8. Nilam Kuintal Daun 9. Kenanga Kuintal Minyak Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul : 32.400 28.410 32.400 21.331,5 9 65,84 C 2.115 3.378 2.115 2.886,00 136,45 A 702 723 702 377,00 53,70 K 250 413,35 250 413,35 165,34 A 12 19,78 12 19,80 165,00 A 120 240,85 120 240,84 200,70 A 17.400 21.831 17.400 11.452,2 3 65,82 C 275 423,50 275 848,90 308,69 A 16 5 10 89,90 899,00 A 1. Padi sawah % 85 89,70 90,60 96,27 106,26 A 2. Jagung % 65 89,40 90,30 90,25 99,95 B 3. Kedelai % 45 86,48 87,35 95,68 109,54 A Pengendalian luasan lahan pertanian Ha - - 20.694 20.694 100,00 B Capaian Rata-Rata 152,43 A Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Terbinanya kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena telah terlaksananya pembinaan terhadap 60 kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura yang tersebar di 19 kecamatan. Pembinaan dapat dilaksanakan melalui penetapan 42

CPCL (Calon Petani Calon Lahan) penerima bantuan pemerintah untuk komoditas tanaman pangan dan hortikultura sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran ataupun evaluasi terhadap kelompok tani yang telah mendapatkan bantuan, sehingga dapat terpantau manfaat dari bantuan yang diberikan. b. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap kelompok tani dilakukan secara berkala kepada seluruh kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura sehingga database tanaman pangan dan horikultura dapat lebih up to date. c. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi 9,56% dari anggaran Rp30.000.000,- digunakan Rp27.132.689,- dan efisiensi 19,23% dari anggaran Rp43.000.000,- digunakan Rp34.730.282,-. d. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah terdapatnya program/kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan monev kepada kelompok tani, sehingga target monev kelompok tani tanaman pangan dan hortikultura pada 60 kelompok tani dapat terlaksana. - Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kebijakan Subsidi Pertanian Anggaran: Rp30.000.000,- Realisasi: Rp27.132.689,- Kegiatan Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi, Palawija Anggaran: Rp43.000.000,- Realisasi: Rp34.730.282,- 2. Terlaksananya Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Adanya alokasi pupuk bersubsidi di Kabupaten Boyolali yang mencukupi, sehingga petani tidak mengalami kekurangan pupuk; 43

- Keberadaan Tim Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) baik di tingkat kabupaten dan kecamatan. Tim KP3 yang telah melakukan rapat koordinasi secara rutin; monitoring dan evaluasi ke distributor, pengecer, dan distribusi ke kelompok tani; serta pendampingan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam menyusun RDKK (Rencana Detail Kebutuhan Kelompok) sehingga dapat memenuhi kebutuhan petani akan pupuk bersubsidi secara 6 (enam) tepat, yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat harga, dan tepat lokasi. Dengan tercapainya 6 (enam) tepat, petani dapat memakai pupuk sesuai dengan peruntukan dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas; - Komunikasi yang baik antara SKPD khususnya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dengan produsen, distributor, pengecer serta Bhanda Ghara Reksa (BGR) selaku pengelola gudang pupuk bersubsidi di Kabupaten Boyolali. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Kurang optimalmya peran Tim KP3 serta tugas masing-masig SKPD dalam pengawalan pupuk bersubsidi. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Meningkatan koordinasi antar Tim KP3 agar peran masing-masing SKPD sebagai anggota tim dapat lebih optimal; - Peningkatan frekuensi pengawasan dan pengecekan secara bersama oleh Tim KP3 ke distributor, pengecer, maupun kelompok tani, sehingga bila terdapat penyimpangan atau permasalahan mengenai distribusi pupuk bersubsidi dapat segera ditindaklanjuti. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran APBD dengan efisiensi sebesar 6,93% dari anggaran Rp76.000.000,- digunakan Rp70.730.000,-, efisiensi sebesar 10,58% dari anggaran Rp173.348.000.- digunakan Rp155.006.400,-, dan efisiensi sebesar 80,19% dari anggaran Rp12.368.000,- digunakan Rp2.450.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah aktivitas yang terdapat dalam program/ kegiatan bahwasanya program/kegiatan yang ada 44

telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator yaitu terlaksananya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi oleh Tim KP3 selama 12 bulan. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Penguatan Kelembagaan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Anggaran: Rp76.000.000,- Realisasi: Rp70.730.000,- - Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida Layanan Penyaluran Pupuk Bersubsidi/Pendampingan Verifikasi dan Validasi (APBN-TP) Anggaran: Rp173.348.000.- Realisasi: Rp155.006.400,- Kegiatan Fasilitasi Pupuk dan Pestisida Penguatan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) (APBN-TP) Anggaran: Rp12.368.000,- Realisasi: Rp2.450.000,- 3. Luasan Lahan Pertanian yang Terkendali dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya dukungan terhadap pengendalian serangan OPT wilayah endemis yang dilaksanakan melalui kegiatan gerakan pengendalian OPT, penyediaan pestisida diantaranya Azoxistrobin, Lamda Sihalotrin, Tiametokzam, Propikonazol Trisiklazol dan pembelian alat pengendalian OPT berupa hand sprayer serta burung hantu sebagai predator tikus (Tito alba). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Kabupaten Boyolali merupakan wilayah yang masuk dalam segitiga emas penyebaran OPT selain Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Berkoordinasi dengan kabupaten lain dalam hal pengendalian OPT, serta bekerjasama dengan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan kelompok tani sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan OPT dapat lebih optimal. 45

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran APBD dengan efisiensi 0,64% dari anggaran Rp240.155.000,-digunakan Rp238.616.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator yaitu terlaksananya gerakan pengendalian OPT seluas 2.000 Ha. Namun demikian wilayah Kabupaten Boyolali khususnya di beberapa kecamatan merupakan wilayah endemis hama wereng dan hama tikus. Untuk itu perlu dialokasikan pestisida baik hayati maupun non hayati untuk mengendalikan hama wereng dan hama tikus serta diadakan gerakan pengendalian bersamasama dengan anggota kelompok tani. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran: Rp240.155.000,- Realisasi: Rp238.616.000,- 4. Meningkatnya Jumlah Produksi Bahan Pangan Pokok, meliputi: 1) Padi sawah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kondisi iklim kemarau basah sehingga sebagian petani pada MT II dan III bila iklim normal (kemarau) tidak menanam padi tapi karena air terpenuhi mereka berani menanam padi. Lokasi Kec. Sambi, Klego, Nogosari, Andong dan Kemusu). - Dukungan program antara lain: bantuan benih, alat mekanisasi (traktor, alat tanam, pompa sumur dalam, embung, hand sprayer, dll) di 16 kecamatan kecuali Kec. Selo, Cepogo, Musuk, bantuan fasilitasi sertifikasi padi organik. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah adanya serangan OPT. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah koordinasi dengan POPT dan kelompok tani untuk melakukan gerakan pengendalian OPT secara bersama-sama. 46

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 3,88% dari anggaran sebesar Rp1.337.889.000,- digunakan sebesar Rp1.286.029.500,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-; efisiensi sebesar 18,00% dari anggaran sebesar Anggaran Rp32.000.000,- digunakan sebesar Rp26.238.500,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator, sehingga pada tahun 2016 Kabupaten Boyolali dapat memproduksi padi sawah sebanyak 277.856 Ton Gabah Kering Panen (GKP). - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Kegiatan engelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Padi (APBN-TP). Anggaran Rp1.337.889.000,- Realisasi Rp1.286.029.500,- Kegiatan penerapan padi jajar legowo, memberikan bantuan benih padi inbrida seluas 3.000 Ha. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan yang dilakukan adalah gerakan pengendalian OPT seluas 1.000 Ha Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- - Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan 47

Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Anggaran Rp32.000.000,- Realisasi Rp26.238.500,- 2) Padi ladang a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya terdapat sawah tadah hujan yang dapat dilakukan untuk melakukan penanaman padi ladang. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah adanya persaingan lahan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah mengatur pola tanam antara padi dan palawija serta pengendalian OPT dengan berkoordinasi dengan POPTdan kelompok tani. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya tidak ada program khusus mengenai pengembangan padi ladang, sehingga pada tahun 2016 Kabupaten Boyolali hanya memproduksi padi ladang sebanyak 8.503 Ton Gabah Kering Panen (GKP). Namun demikian di tahun yang akan datang perlu dilaksanakan program khusus mengenai pengembangan padi ladang di Kabupaten Boyolali. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 48

3) Jagung a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kondisi iklim kemarau basah sehingga sebagian petani pada MT II dan III bila iklim normal (kemarau) tidak menanam Jagung tapi karena air terpenuhi mereka berani menanam Jagung. Lokasi Kec. Sambi, Klego, Andong dan Kemusu. Dukungan program Pengmebangan Jagung Hibrida seluas 2.000 Ha di 14 Kecamatan (kecuali Kec.Selo, Sambi, Sawit, Nogosari dan Teras). Kondisi iklim basah sehingga luas tambah tanam bertambah); - Dukungan program Pengembangan Jagung Hibrida seluas 2.000 Ha di 14 Kecamatan (kecuali Kec.Selo, Sambi, Sawit, Nogosari dan Teras). Kondisi iklim basah sehingga luas tambah tanam bertambah). Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah terdapatnya persaingan lahan dengan komoditas lain, serta serangan OPT. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah dengan pergiliran pola tanam dan koordinasi dengan POPT untuk pencegahan dan pengendalian OPT Jagung. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,33% dari anggaran sebesar Rp1.623.064.000,- digunakan sebesar Rp1.520.315.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah sesuai dan mendukung pencapaian indikator, sehingga pada tahun 2016 Kabupaten Boyolali dapat memproduksi jagung sebanyak 179.687 Ton. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Jagung Hibrida (APBN-TP) Anggaran Rp1.623.064.000,- 49

Realisasi Rp1.520.315.000,- Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pemberian benih jagung hibrida. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 4) Kedelai a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kondisi iklim kemarau basah sehingga tidak cocok untuk penanaman kedelai, petani cenderung memilih menanam padi dan jagung. Namun demikian terdapat dukungan program APBN-TP tahun 2016 seluas 3.600 ha di kec. Ampel, Boyolali, Ngemplak, Simo, Sambi, Karanggede, Klego, Kemusu, Wonosegoro dan Juwangi. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah persaingan lahan dengan komoditas lain. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengaturan pola tanam padi dengan palawija. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 4,67% dari anggaran sebesar Rp4.530.880.000,- digunakan sebesar Rp4.319.119.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya sudah terdapat program/kegiatan yang mendukung peningkatan produktivitas kedelai 50

yang bersumber dari APBN-TP, namun dikarenakan kondisi iklim dan persaingan lahan, mengakibatkan target produksi kedelai sebesar 6.728 Ton tidak dapat tercapai, karena realisasinya hanya sebesar 4.805 Ton. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi - Peningkatan Produksi Kedelai (APBN-TP) Anggaran Rp4.530.880.000,- Realisasi Rp4.319.119.000,- Kegiatan yang dilakukan diantaranya memberikan bantuan biaya untuk melakukan pengembangan budidaya kedelai. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 5) Kacang tanah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapat penanaman komoditas kacang tanah utamanya dengan pola tanam padi-padi-palawija (antara lain kacang tanah); - Kondisi iklim kemarau basah pada lokasi tadah hujan dimanfaatkan petani untuk menanam komoditas yang sedikit memerlukan air. Lokasi Kec. Mojosongo, Ngemplak Nogosari dan Boyolali); Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Persaingan lahan dengan palawija lainnya utamanya kedelai dan jagung; - Tidak terdapat program khusus untuk pengembangan tanaman kacang tanah di Kabupaten Boyolali. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengaturan pola tanam padi dengan palawija. 51

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya tidak terdapat program/kegiatan yang khusus untuk pengembangan kacang tanah, yang tersedia adalah program penunjang untuk pencapaian indikator yaitu produksi kacang tanah sebanyak 2.855 Ton. Namun demikian pada tahun 2016 Kabupaten Boyolali dapat memproduksi kacang tanah sebanyak 3.237 Ton. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 6) Ubi kayu a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena tidak tercapainya target produksi ubi kayu sebesar 102.179 ton. Realisasi produksi ubi kayu hanya sebesar 92.922 ton. Hal ini disebabkan oleh alih komoditas (kedelai dan jagung) lokasi kec. Wonosegoro, Kemusu, Sambi dan Klego. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah persaingan antar komoditas. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami ubi kayu. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: - 52

7) Ubi jalar a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena tidak tercapainya target produksi sebesar 421 ton, realisasi hanya sebesar 398 ton. Kegagalan ini disebabkan oleh alih ke komoditas lain yaitu komoditas kedelai di Kec. Klego, komoditas jagung dikec. Mojosongo, dan komoditas sayuran di Kec. Selo dan Kec. Cepogo. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah persaingan lahan dengan komoditas lain. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pergiliran pola tanam, karena perlunya pemenuhan diversifikasi tanaman pangan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: - 5. Meningkatnya produktivitas bahan pangan utama, meliputi: 1) Padi sawah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Penggunaan benih unggul, Program Jarwo, tersedianya pupuk, penggunaan pupuk organik, tercukupinya kebutuhan air, serangan OPT tidak berpengaruh terhadap provitas. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Masih terdapat petani yang tidak menggunakan pola Jarwo, masih menggunakan pola ubin; - Masih terdapat petani yang menggunakan pupuk kimia dalam dosis tinggi. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Sosialisasi intensif tentang pengelolaan tanaman terpadu diantaranya model pola tanam dan serta dosis penggunaan pupuk yang seimbang. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 3,88% dari anggaran sebesar Rp1.337.889.000,- digunakan sebesar Rp1.286.029.500,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. 53

c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya produktivitas padi sawah sebesar 60,68 Ku/Ha. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Kegiatan engelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Padi (APBN-TP). Anggaran Rp1.337.889.000,- Realisasi Rp1.286.029.500,- Kegiatan penerapan padi jajar legowo, memberikan bantuan benih padi inbrida seluas 3.000 Ha. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 2) Padi ladang a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena adanya kurangnya penerapan teknologi pertanian sehingga target produktivitas padi ladang sebesar 40,26 Ku/Ha tidak tercapai. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah adanya petani yang masih menggunakan benih lokal dan kurangnya penerapan teknologi tepat guna. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Penerapan teknologi pertanian secara tepat. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 3,88% dari anggaran sebesar Rp1.337.889.000,- digunakan sebesar Rp1.286.029.500,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan 54

sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya tidak terdapat program khusus mengenai pengembangan padi ladang, sehingga produktivitas padi ladang hanya sebesar 34, 11 Ku/Ha, nilai tersebut masih di bawah target yaitu sebesar 40,26 Ku/Ha. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Kegiatan engelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Padi (APBN-TP). Anggaran Rp1.337.889.000,- Realisasi Rp1.286.029.500,- Kegiatan penerapan padi jajar legowo, memberikan bantuan benih padi inbrida seluas 3.000 Ha. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 3) Jagung a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Penggunaan benih lokal di beberapa lokasi (Kec. Sambi, Andong dan Klego serta sebagian Kec. Kemusu); - Penggunaan benih hibrida (2.000 Ha); - Tersedianya/kelancaran penyaluran pupuk; - Tercukupinya kebutuhan air. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. 55

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,33% dari anggaran sebesar Rp1.623.064.000,- digunakan sebesar Rp1.520.315.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya produktivitas jagung sebesar 53,77 Ku/Ha, capaian ini melebihi target sebesar 50.41 Ku/Ha. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Jagung Hibrida (APBN-TP) Anggaran Rp1.623.064.000,- Realisasi Rp1.520.315.000,- Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pemberian benih jagung hibrida. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 4) Kedelai a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: Kondisi iklim kemarau basah berpengaruh pada waktu pembunggaan dan pembentukan polong sehingga tanaman kedelai hanya memiliki provitas sebesar 13,23 Ku/Ha, tidak berhasil mencapai target sebesar 14,32 Ku/Ha. 56

Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah rentannya proses budidaya sehingga beresiko terhadap turunnya produktivitas. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengaturan waktu tanam yang tepat sehingga dapat meningkatkan provitas tanaman kedelai. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 4,67% dari anggaran sebesar Rp4.530.880.000,- digunakan sebesar Rp4.319.119.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya meskipun terdapat dukungan APBN-TP, namun karena kondisi iklim yang kurang cocok, maka mengakibatkan produktivitas kedelai hanya sebesar 13,23 Ku/Ha, hal ini lebih rendah dibandingkan target sebesar 14,32 Ku/Ha. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi - Peningkatan Produksi Kedelai (APBN-TP) Anggaran Rp4.530.880.000,- Realisasi Rp4.319.119.000,- Kegiatan yang dilakukan diantaranya memberikan bantuan biaya untuk melakukan pengembangan budidaya kedelai. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 57

5) Kacang tanah a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Pada waktu pembungaan terlalu banyak air terutama pada lahan tadah hujan, sehingga hasil produksi kacang tanah tidak bisa optimal (Kec. Sambi, Klego, sebagian Nogosari, Andong dan Kemusu). Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kondisi iklim yang tidak sesuai. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kondisi iklim kemarau basah pada lokasi tadah hujan dimanfaatkan petani untuk menanam komoditas yang sedikit memerlukan air. Lokasi Kec. Mojosongo, Kec. Ngemplak, Kec. Nogosari dan Kec. Boyolali tetapi sebaliknya pengoptimalan pemanfaatan lahan tidak diimbangi penggunaan pupuk organik/kandang. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,-digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya belum terdapat program khusus untuk pengembangan komoditas kacang tanah, program yang ada merupakan program penunjang, sehingga produktivitas kacang tanah sebesar 12,90 Ku/Ha belum tercapai, hanya tercapai sebesar 12,90 Ku/Ha: - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 58

6) Ubi kayu a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan tercapainya target provitas ubi kayu sebesar 203,29 Ku/Ha, dengan realisasi sebesar 259,56 Ku/Ha. Keberhasilan ini didukung karena terdapatnya kecukupan air sehingga tanaman ubi kayu dapat berproduksi secara optimal. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: - 7) Ubi jalar a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena tercapainya target provitas sebesar 105,26 Ku/Ha, realisasi sebesar 107,57 Ku/Ha. Keberhasilan ini disebabkan oleh karena kecukupan air. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: - 6. Meningkatnya jumlah produksi hortikultura buah-buahan, meliputi : 1). Durian a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Tersedianya lahan pertanian untuk penanaman komoditas durian, serta bisa ditanam di lahan pekarangan; - Tanaman durian yang masih baru utamanya di Kec. Musuk, Kec. Mojosongo, Kec. Ampel mulai berproduksi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: peremajaan tanaman durian dan pengaplikasian pupuk organik sehingga tanaman durian dapat berproduksi optimal. 59

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya:- c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan karena tidak terdapat program khusus pengembangan komoditas durian. Namun demikian target produksi sebesar 32.271 kuintal dapat terelisasi sebesar 37.596 kuintal. 2). Mangga a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Pengaruh curah hujan yang lebat mengakibatkan buah banyak yang busuk. Selain itu terdapat serangan OPT, lalat buah, serta kutu putih. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah faktor iklim dan serangan OPT. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pengendalian OPT. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya:- c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan adalah belum terdapat program/kegiatan khusus pengembangan komoditas mangga sehingga target produksi sebesar 206.604 kuintal hanya tercapai 67.261 kuintal. 3). Pepaya a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena didukung adanya kegiatan yang bersumber dari: - APBN-TP pada tahun 2015 untuk komoditas pepaya, sehingga petani dapat menerapkan budidaya pepaya yang benar dan ramah lingkungan. Dalam kegiatan tersebut dilakukan penanaman pepaya seluas 20 Ha, dengan lokasi tersebar di Kec. Mojosongo, Kec. Teras, dan Kec. Musuk. Penanaman dilakukan pada bulan Juli tahun 2015, sehingga dapat dipanen pada tahun 2016. - Dukungan kegiatan APBD berupa pelatihan budidaya pepaya, pemberian bibit Pepaya Calina sebanyak 16.070 batang serta pupuk organik sebanyak 45.950 Kg. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. 60

b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran sebesar 1,29% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- dengan realisasi penyerapan sebesar Rp98.710.350,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah penambahan luas tanam tanaman pepaya serta pelatihan kepada petani mengenai budidaya pepaya yang tepat. Seningga target produksi pepaya sebesar 120.000 kuintal dapat tercapai sebesar 358.519 kuintal. - Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp98.710.350,- 4). Pisang a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena curah hujan yang cukup sehingga tanaman tidak kekurangan air dan banyak petani yang memanfaatkan halaman pekarangan dengan ditanami pisang. Selain itu tanaman pisang juga dibudidayakan di lahan kebun dengan sistem monokultur, karena harga buah pisang yang stabil dan cenderung naik. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya pemanfaatan lahan pekarangan untuk penanaman tanaman pisang. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan adalah belum terdapat program/kegiatan khusus untuk pengembangan tanaman pisang. Namun demikian target produksi sebesar 110.105 kuintal dapat terealisasi sebesar 348.204 kuintal. 61

5). Rambutan a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Usia tanaman rambutan yang mulai tua sehingga kurang produktif; - Harga jual buah yang fluktuatif dan cenderung rendah sehingga antusias pemeliharaan kurang. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kondisi usia pertanaman dan harga panen. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah peremajaan tanaman rambutan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan adalah belum terdapatnya program/kegiatan pengembangan komoditas rambutan sehingga target produksi sebesar 26.478 kuintal hanya teralisasi sebesar 18.099 kuintal. 7. Meningkatnya jumlah produksi hortikultura sayuran, meliputi : 1). Bawang Merah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Didukung dengan adanya kesadaran petani untuk melaksanakan budidaya bawang merah dengan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan serta didukung dengan ketersediaan air; - Harga jual yang tinggi sehingga petani antusias dalam melakukan budidaya bawang merah; - Dukungan kerjasama dengan Bank Indosesia pada tahun sebelumnya melalui kegiatan demplot bawang merah di Kec. Cepogo; - Dukungan kegiatan APBD Provinsi pada tahun 2015 sehingga petani melaksanakan budidaya dengan Good Agricultural Practices (GAP). Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya :- c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya tahun 2016 tidak terdapat program/kegiatan, namun demikian target produksi bawang merah sebesar 32.000 kuintal tercapai dengan realisasi sebesar 216.869 kuintal. 62

2). Kobis a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena tidak tercapainya target produksi kobis sebesar 135.657 kuintal, hanya tercapai 88.676 kuintal. Menurunnya produksi kobis disebabkan adanya alih komoditas ke komoditas lain. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Terdapat serangan OPT berupa penyakit busuk hitam serta hama uret yang mengakibatkan turunnya produksi kobis. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Koordinasi dengan POPT mengenai pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit kobis. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: - 3). Cabe rawit a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena didukung oleh kegiatan APBN-TP seluas 55 Ha, sehingga meningkatkan produksi cabai. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 2,09% dari anggaran sebesar Rp2.710.340.000,- digunakan sebesar Rp2.653.702.000.-; c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya target produksi cabe rawit target produksi sebesar 210.000 kuintal, dengan realisasi sebesar 495.182 kuintal. - Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan - Pengembangan Kawasan Cabai Besar dan Cabai Rawit (APBN-TP) 63

Anggaran Rp2.710.340.000,- Realisasi Rp2.653.702.000.- Kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan kawasan cabai rawit seluas 55 Ha. 4). Tomat a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kondisi iklim kemarau basah yang mengakibatkan serangan OPT baik hama maupun penyakit; - Harga cenderung fluktuatif. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Dampak perubahan iklim; - Belum semua petani menerapkan GAP. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Penanaman varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit; - Sosialisasi GAP Tomat dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) kepada petani. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Dilakukan penanaman tomat secara tumpang sari dengan tanaman cabai sehingga menghemat lahan. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan adalah bahwasanya belum terdapat program/kegiatan khusus mengenai pengembangan tomat, sehingga target produksi sebesar 14.706 kuintal hanya tercapai 12.815 kuintal. 5). Wortel a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapatnya sentra wortel di dataran tinggi utamanya Kec. Selo, Kec. Cepogo, dan Kec. Ampel yang memiliki topografi sesuai untuk budidaya wortel. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya:- 64

c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya belum terdapat program/kegiatan khusus mengenai pengembangan wortel, namun demikian target sebesar 109.075 kuintal dapat terealisasi sebesar 226.007 kuintal. 8. Meningkatnya produktivitas tanaman hortikultura sayuran, meliputi : 1). Bawang merah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Didukung dengan adanya kesadaran petani untuk melaksanakan budidaya bawang merah dengan Good Agricultural Practices (GAP). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya :- c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya tahun 2016 tidak terdapat program/kegiatan, namun demikian target produktivitas bawang merah sebesar 95,35 Ku/Ha tercapai dengan realisasi sebesar 120,75Ku/Ha. 2). Kobis a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena terdapat petani yang sudah menerapkan GAP sehingga meskipun secara keseluruhan jumlah produksi di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan, tetapi dengan penerapan GAP, beberapa lokasi masih memiliki produktivitas kobis yang tinggi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Terdapat serangan OPT berupa penyakit busuk hitam serta hama uret yang mengakibatkan turunnya produktivitas kobis. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Koordinasi dengan POPT mengenai pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit kobis sehingga dapat meningkatkan produktivitas kobis. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya meskipun belum terdapat program/kegiatan khusus mengenai pengembangan 65

kobis, namun demikian target produktivitas kobis sebesar 109,96 Ku/Ha dapat terealisasi sebesar 128,14 Ku/Ha. 3). Cabe rawit a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Didukung oleh kegiatan APBN-TP yang merupakan stimulan kepada petani untuk lebih antusias terhadap pelaksanaan GAP Cabe Rawit. - Harga jual cabai rawit yang relatif tinggi sehingga kesadaran petani untuk melakukan pemeliharaan juga meningkat, sehingga produktivitas cabai rawit bisa lebih optimal. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 2,09% dari anggaran sebesar Rp2.710.340.000,- digunakan sebesar Rp2.653.702.000.-; c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya target produktivitas cabe rawit sebesar 85,12 Ku/Ha, dengan realisasi sebesar 247,71 Ku/Ha. - Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan - Pengembangan Kawasan Cabai Besar dan Cabai Rawit (APBN-TP) Anggaran Rp2.710.340.000,- Realisasi Rp2.653.702.000.- Kegiatan yang dilakukan adalah pengembangan kawasan cabai rawit seluas 55 Ha. 4). Tomat a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapat petani yang telah menerapkan GAP Tomat sehingga dapat meningkatkan hasil produksi. 66

Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Belum semua petani menerapkan GAP. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Sosialisasi GAP Tomat dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) kepada petani. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Peningkatan SDM petani. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah bahwasanya belum terdapat program/kegiatan khusus mengenai pengembangan tomat, namun demikian target produktivitas sebesar 105,57 Ku/Ha tercapai 134,89 Ku/Ha. 5). Wortel a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kondisi iklim yang sesuai; - Harga relatif stabil dibandingkan komoditas sayur lainnya; - Serangan OPT cenderung rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:- Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanaman wortel. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk kandang/pupuk organik. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya belum terdapat program/kegiatan mengenai pengembangan wortel, namun demikian target produktivitas sebesar 114,98 Ku/Ha terealisasi sebesar 174,93 Ku/Ha. 9. Meningkatnya produksi komoditas perkebunan: 1). Tebu a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Penghujan sepanjang tahun 2016, membuat produktivitas tanaman tebu berkurang dengan menurunnya rendemen dari tebu yang disebabkan terlalu banyak air; - Lahan/areal tebu yang berkurang; 67

- Kebijakan/regulasi pengembangan tebu yang aktif/ berubah secara dinamis. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah banyak areal tanam yang berkurang dikarenakan banyak lahan yang tidak ditanami kembali dengan tanaman tebu, dan menjadi areal pajale. Selain itu, untuk kegiatan fasilitasi tidak dialokasikan pengembangan tebu untuk tahun 2016 baik rawat ratoon, ataupun bongkar ratoon. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif yang dilaksanakan secara swadaya baik untuk rawat ratoon ataupun bongkar ratoon; - Penguatan kelembagaan pertebuan, penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA), pembinaan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya adalah sebagai berikut: - Pengenalan GAP tanaman tebu dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani; - Pemantauan rendemen tebu. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah Program/kegiatan yang ada secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik, namun dikarenakan terdapat beberapa hambatan, sehingga target sebesar 32.000 Ton Tebu hanya terealisasi sebesar 21.331,59 Ton Tebu. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Anggaran Rp900.000.000,- Realisasi Rp814.243.200,- 2). Tembakau rajangan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Luas areal tanam tembakau yang dari tahun ke tahun tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan atau cenderung stabil. Dikarenakan wilayah penanaman tembakau rajangan mempunyai budaya yang tetap 68

mempertahankan penanaman tembakau dan tidak digantikan dengan tanaman yang lain. - Fasilitasi dari pemerintah baik dalam bentuk tanaman maupun peningkatan keterampilan, semakin meningkatkan kepercayaan dari petani. Peningkatan keterampilan dilaksanakan baik untuk budidaya ataupun kelembagaannya. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah banyaknya tanaman yang mati dikarenakan terlalu banyak air ( musim penghujan sepanjang tahun). Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Melaksanakan tambal sulam tanaman yang mati secara swadaya; - Pembinaan kepada petani untuk tanggap secara dini untuk hama dan penyakit dikarenakan akan lebih mudah terkena penyakit; - Memfasilitasi penanganan panen dan pasca panen. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penggunaan anggaran untuk aktivitas yang berpengaruh terhadap capaian target dengan pelatihan dan pembinaan, juga pemberian demplot tanaman tembakau; - Pengenalan GAP tanaman tembakau dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 9,53% dari anggaran sebesar Rp900.000.000,- digunakan sebesar Rp814.243.200,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: - Target produksi melampui pencapain dari target yang ditetapkan, dengan produksi tembakau rajangan mencapai 136,5 %. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik sehingga target produksi tembakau rajangan sebesar 2.115 Ton Rajangan dapat terealisasi sebesar 2.886 Ton Rajangan. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 69

Anggaran Rp900.000.000,- Realisasi Rp814.243.200,- Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi, monitoring, dan demplot budidaya tembakau. 3). Tembakau asepan a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Penghujan sepanjang tahun 2016, membuat produktivitas tanaman tembakau berkurang disebabkan terlalu banyak air; - Lahan/areal tembakau berkurang. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Banyak areal tanam yang berkurang dikarenakan banyak lahan yang telah ditanami tembakau tetapi banyak kematian dikarenakan terlalu banyak air, sehingga banyak lahan tembakau yang gagal, tidak ditanami kembali dengan tanaman tembakau, dan menjadi areal pajale. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Melaksanakan tambal sulam tanaman yang mati secara swadaya; - Pembinaan kepada petani untuk tanggap secara dini untuk hama dan penyakit dikarenakan akan lebih mudah terkena penyakit; - Memfasilitasi penanganan panen dan pasca panen b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penggunaan anggaran untuk aktivitas yang berpengaruh terhadap capaian target dengan pelatihan dan pembinaan, juga pemberian demplot tanaman tembakau; - Pengenalan GAP tanaman tembakau dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 9,53% dari anggaran sebesar Rp900.000.000,- digunakan sebesar Rp814.243.200,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan: Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah Program/kegiatan yang ada secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik, hanya saja dikarenakan terdapat 70

hambatan dalam hal daya dukung lahan maupun pengaruh faktor cuaca, maka target produksi tidak mencapai dari target yang ditetapkan, atau produksi tembakau asepan di Kabupaten Boyolali hanya mencapai 53,73 % (dari target 702 Ton Asepan, terealisasi 377 Ton Asepan). - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Anggaran Rp900.000.000,- Realisasi Rp814.243.200,- Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi, monitoring, dan demplot budidaya tembakau. 4). Cengkeh a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena - Peningkatan kesadaran petani dalam pengelolaan budidaya tanaman cengkeh yang baik dengan melaksanakan GAP, tidak terlepas dari pembinaan dan monitoring yang dilaksanakan oleh petugas. Komoditas perkebunan merupakan tanaman sampingan yang kurang diperhatikan, menjadi tanaman sampingan utama yang menghasilkan tetapi masih menjadi pilihan utama sebagai untuk menambah penghasilan petani, dikarenakan semua bagian pohonnya dapat menghasilkan pendapatan bagi petani; - Pertumbuhan tanaman yang cukup bagus dikarenakan ketersediaan air dari tahun 2016 masih mencukupi, sehingga tidak mengalami kekeringan dan tidak terkendala dalam pembungaan; - Fasilitasi dari pemerintah baik dalam bentuk tanaman maupun peningkatan keterampilan, semakin meningkatkan kepercayaan dari petani. Peningkatan keterampilan dilaksanakan baik untuk budidaya ataupun kelembagaannya; - Membaiknya harga cengkeh dengan fluktuasi harga yang tidak begitu mencolok. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Masih banyaknya tanaman cengkeh yang tua/rusak/mati juga adanya serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, 71

yang menyebabkan sebagian tanaman di wilayah pengembangan cengkeh belum optimal dalam berproduksi, sehingga memerlukan anggaran cukup besar dalam penanganannya. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif; - Memberikan penerangan kepada petani untuk senantiasa melaksanakan sanitasi lingkungan dan membuang tanaman yang telah rusak parah, juga memfasilitasi ke Dinas Perkebunan untuk pengobatan tanaman cengkeh yang terkena hama penyakit, juga mendorong kepada petani untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya; - Fasilitasi dengan pemberian bibit tanaman cengkeh untuk peremajaan dan perluasan pengembangan cengkeh. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penggunaan anggaran untuk aktivitas yang berpengaruh terhadap capaian target dengan pelatihan dan pembinaan, juga pemberian bibit cengkeh; - Pengenalan GAP tanaman cengkeh dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani; - Pelatihan pembuatan pupuk organik agar petani dapat membuat pupuk secara swadaya dan memanfaatkannya untuk memupuk tanaman tahunan (khususnya cengkeh); - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,63% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp99.366.050,- dan efisiensi sebesar 22,50% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp77.499.300,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi cengkeh di Kabupaten Boyolali mencapai 165,34 % (target sebesar 250 Ton Bunga Kering, terealisasi 413,35 Ton Bunga Kering). Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan 72

Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp99.366.050,- Kegiatan yang dilakukan adalah distribusi bibit tanaman rempah penyegar berupa bibit tanaman cengkeh sebanyak 2.750 batang, sosialisasi dan monitoring, serta pelatihan budidaya tanaman cengkeh. Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Komodita Perkebunan Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp77.499.300,- Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi dan pelatihan penyulingan atsiri cengkeh. 5). Lada a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Meningkatnya fasilitasi/dukungan pemerintah dalam pengembangan tanaman lada baik secara budidaya maupun kelembagaan; - Meningkatnya animo dari petani untuk melaksanakan budidaya lada dikarenakan komoditas lada termasuk salah satu komoditas yang mempunyai pasar yang masih terbuka lebar dan harga yang tidak fluktuatif, juga produksinya yang dapat bertahan lama, atau bisa disimpan dan tidak mudah busuk; - Kabupaten Boyolali mempunyai Varietas Bengkayang yang sudah beradaptasi dengan kondisi iklim dan geografis wilayah Kabupaten Boyolali, sehingga dapat berproduksi dengan maksimal dan dapat berkembang dengan baik. - Pembinaan dan dukungan kepada petani/kelompok tani untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada dan upaya pengembangannya. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pengembangan bibit/benih tanaman lada yang ada belum dapat diperjualbelikan karena belum adanya sertifikasi tanaman, sedangkan pengembangan lada untuk varietas yang lain kurang bagus di Kabupaten 73

Boyolali. Sehingga untuk bisa dikembangkan Varietas Bengkayang dalam jumlah besar belum bisa dilaksanakan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Memberikan fasilitasi untuk pembuatan benih atau bibit tanaman varietas yang ada untuk dapat sumber bibit/benih yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2016 kelompok tani di Kecamatan Musuk mendapat surat penetapan dari Dirjen Perkebunan untuk menjadi pohon induk sehingga ke depannya pemenuhan bibit tanaman lada dapat dicukupi dari kabupaten sendiri. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan/Memperbanyak petunjuk teknis tentang budidaya lada; - Pengenalan GAP tanaman lada dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani; - Melaksanakan pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan penerapan budidaya lada; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,32% dari anggaran sebesar Rp300.000.000,- digunakan sebesar Rp281.033.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi lada di Kabupaten Boyolali mencapai 19,80 Ton Biji Kering dari target sebesar 12 Ton Biji Kering. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran Rp300.000.000,- Realisasi Rp281.033.000,- Kegiatan yang dilakukan adalah distribusi bibit tanaman lada sebanyak 20.000 batang, sosialisasi dan monitoring budidaya tanaman lada. 74

6). Kopi a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Potensi tanaman kopi yang ada di Kabupaten Boyolali baik Arabika atau Robusta yang bagus, sehingga dengan pembinaan dan monev yang dilaksanakan secara berkala dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi petani/kelompok tani untuk mengembangkan budidaya kopi; - Pemberian berbagai stimulan/kegiatan pada komoditas kopi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan GAP Tanaman Kopi; - Peluang pasar produk kopi lokal yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya daerah wisata; - Peningkatan pengetahuan petani tentang tanaman kopi sebagai tanaman diversifikasi dengan tanaman lain yang tidak mengganggu tanaman utama juga untuk tanaman konservasi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Masih banyak petani yang kurang terbuka terhadap inovasi baru, utamanya bibit kopi yang diberikan dan masih banyak menggunakan bibit lokal; - Pengolahan masih tradisional sehingga belum dalam skala industri. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Memberikan fasilitasi berbagai macam kegiatan dan pelatihan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopi; - Mendorong pengolahan kopi yang ada dengan meningkatkan kualitasnya. Sehingga akan menarik petani untuk mengembangkan komoditas kopi karena produksinya akan diterima oleh pasar. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan dan perbanyakan petunjuk teknis tentang budidaya kopi; - Pengenalan GAP tanaman kopi dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani secara berkala; 75

- Melaksanakan dan memfasilitasi pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan budidaya kopi dan pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 0,63% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp99.366.050,- dan efisiensi sebesar 22,50% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp77.499.300,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan: - Target produksi melampaui dari yang ditetapkan, atau produksi kopi di Kabupaten Boyolali mencapai 240,84 Ton Biji Kering, dari target produksi kopi sebesar 120 Ton Biji Kering. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik dan hasil yang signifikan. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp99.366.050,- Kegiatan yang dilakukan adalah distribusi bibit tanaman rempah penyegar berupa bibit tanaman kopi sebanyak 900 batang, sosialisasi dan monitoring, serta pelatihan budidaya tanaman kopi. Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Komodita Perkebunan Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp77.499.300,- Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan pengolahan kopi. 7). Kelapa a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Banyak tanaman kelapa yang tua/rusak/mati; 76

- Serangan hama penyakit sehingga belum bisa sepenuhnya ditanggulangi, yang menyebabkan ada sebagian tanaman di wilayah pengembangan kelapa belum optimal dalam berproduksi. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Usia pertanaman relatif tua. - Petani masih belum mempunyai kesadaran untuk melaksanakan GAP Tanaman Kelapa, sehingga tanaman hanya dibiarkan untuk tumbuh dan produksi karena alam saja. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Peremajaan tanaman kelapa; - Pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman yang sehat dan produktif; - Mendorong petani kelapa untuk melaksanakan pengobatan secara swadaya; - Pembinaan untuk melaksanakan GAP tanaman perkebunan sehingga dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan dan perbanyakan petunjuk teknis tentang budidaya kelapa; - Pengenalan GAP tanaman kelapa dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan kelompok tani secara berkala; - Melaksanakan dan memfasilitasi pembinaan, pelatihan dan monev untuk peningkatan budidaya kelapa; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,32% dari anggaran sebesar Rp300.000.000,- digunakan sebesar Rp281.033.000,- dan efisiensi sebesar 22,50% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp77.499.300,-; c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan: Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik, namun demikian dikarenakan terdapat beberapa hambatan, maka produksi kelapa yang ditargetkan sebesar 17.400 Ribu Butir Kelapa hanya terealisasi sebesar 11.452,23 Ribu Butir Kelapa. 77

- Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran Rp300.000.000,- Realisasi Rp281.033.000,- Kegiatan yang dilakukan adalah distribusi bibit tanaman kelapa sebanyak 3.000 batang, sosialisasi dan monitoring budidaya tanaman kelapa. Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Komodita Perkebunan Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp77.499.300,- Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan pembuatan gula kelapa. 8). Nilam a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapat penyuling yang mampu menampung produksi nilam yang ada sehingga petani/keltan termotivasi untuk menanam nilam. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Harga minyak atsiri nilam yang fluktuatif menyebabkan tidak banyak penyuling yang memproduksi minyak nilam. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Melaksanakan fasilitasi kegiatan pelatihan pada kelompok tentang GAP Tanaman Nilam dan peningkatan kelembagaan; - Memberikan pembinaan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman nilam sehingga dapat memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh penyuling. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Pembuatan petunjuk teknis tentang budidaya nilam; - Pengenalan GAP tanaman nilam dengan sosialisasi dan pembinaan kepada petani, kelompok tani dan penyuling secara berkala; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran 78

dengan efisiensi sebesar 6,32% dari anggaran sebesar Rp300.000.000,- digunakan sebesar Rp281.033.000,- dan efisiensi sebesar 22,50% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp77.499.300,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/kegagalan: Program/kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan akuntabilitas yang kinerja yang baik sehingga dapat menghasilkan 848,90 kuintal daun nilam, dari target sebesar 275 kuintal daun nilam. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran Rp300.000.000,- Realisasi Rp281.033.000,- Kegiatan yang dilakukan adalah distribusi bibit tanaman nilam sebanyak 15.000 batang, sosialisasi dan monitoring budidaya tanaman nilam. Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Komodita Perkebunan Anggaran Rp100.000.000,- Realisasi Rp77.499.300,- Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan penyulingan tanaman nilam. 9). Kenanga a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Harga minyak kenanga yang bagus; - Produksi bunga kenanga banyak; - Terdapat petani yang memiliki proses penyulingan kenanga. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Untuk melaksanakan peremajaan tanaman kenanga diperlukan areal yang cukup luas, sedangkan areal tidak tersedia, dan banyak petani/ KT yang enggan melaksanakan peremajaan dikarenakan terbatasnya tanah yang dimiliki, serta membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang sampai dengan berproduksi Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: 79

- Memberikan sosialisasi ke wilayah yang masih mempunyai areal yang cukup untuk peremajaan/penanaman kenanga; - Menawarkan kerjasama dengan daerah lain untuk memasok bunga kenanga ke Kabupaten Boyolali. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan dukungan dana pada komoditas yang menjadi prioritas secara efisien dan pasti, guna pencapaian target; - Melaksanakan pembinaan kepada kelompok tani kenanga untuk peningkatan kualitas dan kuantitasnya; - Masih terdapat beberapa variabel yang masih memerlukan peningkatan kualitasnya, antara lain sosialisasi peremajaan tanaman kenanga dan pengurangan penebangan tanamanan kenanga yang tersisa; - Pembinaan kepada petani/ KT untuk meningkatan budidaya tanaman kenanga yang ada; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,32% dari anggaran sebesar Rp300.000.000,- digunakan sebesar Rp281.033.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan: Terdapat Program/kegiatan yang mendukung peningkatan produksi tanaman kenanga, sehingga target produksi kenanga sebesar 10 kuintal minyak dapat terealisasi sebesar 89,90 kuintal minyak. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran Rp300.000.000,- Realisasi Rp281.033.000,- Kegiatan yang dilakukan adalah pembinaan budidaya dan penyulingan nilam kepada kelompok tani. 80

10. Meningkatnya persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul: 1). Padi sawah a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kesadaran petani untuk menggunakan benih varietas unggul, dikarenakan dengan penggunaan vareitas unggul, maka akan meningkatkan produksi dan lebih tahan terhadap serangan OPT; - Bantuan pemerintah yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan padi maupun subsidi benih padi selalu menggunakan benih varietas unggul. - Pengukuran ini didasarkan pada perhitungan rasio antara luas tanam yang sudah menggunakan benih/ bibit unggul dengan keseluruhan luas tanam yang ada. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Masih terdapat petani yang belum menggunakan bibit varietas unggul. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Sosialisasi kepada Kelompok Tani/Gapoktan mengenai manfaat penggunaan benih varietas unggul. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Melibatkan penyuluh pertanian dalam rangka melakukan pembinaan kepada petani; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 3,88% dari anggaran sebesar Rp1.337.889.000,- digunakan sebesar Rp1.286.029.500,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah terdapat dukungan kegiatan APBN untuk pengembangan padi sawah sehingga target persentase luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul untuk komoditas padi sawah sebanyak 90,60% dapat terealisasi 96,27%. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Kegiatan engelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Padi (APBN-TP). 81

Anggaran Rp1.337.889.000,- Realisasi Rp1.286.029.500,- Kegiatan penerapan padi jajar legowo, memberikan bantuan benih padi inbrida seluas 3.000 Ha. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 2). Jagung a. Kegagalan capaian indikator ini disebabkan karena: - Masih terdapat petani yang belum membudidayakan jagung varietas unggul. Jagung unyil merupakan varietas lokal yang masih banyak diminati petani. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Kurangnya kesadaran petani dalam hal penggunaan varietas unggul untuk tanaman jagung. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pembinaan dan sosisalisasi kepada Kelompok Tani/Gapoktan untuk melakukan penanaman jagung menggunakan bibit unggul, baik jagung jenis hibrida maupun komposit. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya - Program pengembangan tanaman jagung yang bersumber dana dari APBN menggunakan jagung hibrida yang merupakan varietas unggul; - Melibatkan penyuluh pertanian dalam pembinaan Kelompok Tani/Gapoktan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,33% dari anggaran sebesar Rp1.623.064.000,- digunakan sebesar Rp1.520.315.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; 82

efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. - Program pengembangan tanaman jagung yang bersumber dana dari APBN menggunakan jagung hibrida yang merupakan varietas unggul; - Melibatkan penyuluh pertanian dalam pembinaan Kelompok Tani/Gapoktan. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang kegagalan bahwasanya sudah terdapat program penunjang pengembangan jagung, hanya saja belum mencakup seluruh petani jagung sehingga target persentase luas lahan yang menggunakan bibit varietas unggul seluas 90,30% baru terealisasi sebesar 90,25%. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia - Pengembangan Jagung Hibrida (APBN-TP) Anggaran Rp1.623.064.000,- Realisasi Rp1.520.315.000,- Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pemberian benih jagung hibrida. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 3). Kedelai a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kesadaran petani dalam membudidayakan benih/bit varietas unggul kedelai. Petani menyadari bahwa tanaman kedelai komoditas kedelai sangat rentan terhadap perubahan pengaruh iklim maupun serangan hama penyakit, 83

sehingga penggunaan varietas unggul kedelai selain meningkatkan produksi maupun produktivitas dapat mengurangi serangan OPT. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Masih terdapat petani yang menggunakan varietas kedelai lokal. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Melakukan pembinaan secara intensif kepada petani untuk melakukan penggunaan varietas uggul kedelai. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Melibatkan penyuluh pertanian dalam pembinaan penggunaan kedelai varietas unggul; - Melibatkan POPT dalam pengawasan dan pengendalian OPT; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 4,67% dari anggaran sebesar Rp4.530.880.000,- digunakan sebesar Rp4.319.119.000,-; efisiensi sebesar 0,64% dari anggaran sebesar Rp240.155.000,- digunakan sebesar Rp238.616.000,-; efisiensi sebesar 3,84% dari anggaran sebesar Anggaran Rp5.165.731.760,- digunakan sebesar Rp4.967.339.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah terdapat dukungan kegiatan APBN untuk pengembangan komoditas kedelai sehingga target luas lahan yang menggunakan benih/bibit varietas unggul kedelai seluas 87,35% dapat terealisasi seluas 95,68%. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi - Peningkatan Produksi Kedelai (APBN-TP) Anggaran Rp4.530.880.000,- Realisasi Rp4.319.119.000,- Kegiatan yang dilakukan diantaranya memberikan bantuan biaya untuk melakukan pengembangan budidaya kedelai. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Anggaran Rp240.155.000,- 84

Realisasi Rp238.616.000,- Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/ Perkebunan (19 Kecamatan) (DAK) Anggaran Rp5.165.731.760,- Realisasi Rp4.967.339.550,- 11. Pengendalian Luasan Lahan Pertanian a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena dukungan Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam hal pengendalian luas lahan pertanian dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17, Tanggal 17 Oktober 2016 mengenai Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan (LP2B). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka laju alih fungsi lahan semakin tinggi. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Dengan dikeluarkan Perda LP2B maka laju alih fungsi dapat ditekan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: Dibentuknya Badan Koordinasi Penata Ruang, yang terdiri dari: - Sekda, Bappeda, DPU, Dinas Pertanian, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Lingkungan Hidup, Disperindagsar, Dikominfo, Satpol PP, BPMP2T, dapat menekan laju alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 5,91% dari anggaran sebesar Rp100.000.000,- digunakan sebesar Rp94.093.350,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah terkendalinya alih fungsi lahan pertanian seluas 20.694 Ha. - Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Kegiatan Penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian Anggaran: Rp100.000.000,- Realisasi: Rp94.093.350,- 85

Sasaran 4 : LKjIP Dispertanbunhut Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani. No. Sasaran Strategis 1 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani Tabel 3.4 Pencapaian Kinerja Sasaran 4 Indikator Kinerja Bertambahnya kelompok tani yang telah mengintegrasik an usahataninya Bertambahnya kelompok tani yang melaksanakan budidaya tembakau dengan baik dan benar Semakin tingginya pemanfaatan teknologi dan bertambahnya jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian : 1. Hortikultura sayuran 2. Hortikultura buah Satuan Kelomp ok Kelomp ok Kelomp ok Kelomp ok Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 45 45 60 60 100,00 B 10 10 6 27 450,00 A 12 12 3 6 200,00 B 8 8 3 3 100,00 A Capaian Rata-Rata 212,50 A Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Bertambahnya Kelompok Tani yang Telah Mengintegrasikan Usahataninya a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kesadaran petani untuk mengintegrasikan tanaman tembakau dengan tanaman lain, misalnya tanaman cengkeh dengan tanaman tembakau, tanaman kopi dengan tanaman tembakau; 86

- Petani sudah merasakan hasil integrasi, dan mendapatkan penghasilan lain selain dari tembakau; - Beberapa kawasan yang sudah mengintegrasikan usahataninya adalah petani tembakau di Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Ampel. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Persaingan lahan antara tanaman perkebunan dengan tanaman hortikultura maupun tanaman kehutanan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Memanfaatkan lahan seefisien mungkin dan diintegrasikan dengan tanaman lain yang tidak mengganggu tanaman tembakau. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 6,32% dari anggaran sebesar Rp300.000.000,- digunakan sebesar Rp281.033.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan adalah program/kegiatan yang ada telah mendukung bertambahnya kelompok tani yang telah mengintegrasikan usahataninya sebanyak 60 kelompok tani. - Program Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran Rp300.000.000,- Realisasi Rp281.033.000,- 2. Bertambahnya Kelompok Tani yang Melaksanakan Budidaya Tembakau dengan Baik dan Benar. a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapat dukungan dana APBD yang mendukung terlaksananya demplot budidaya tembakau seluas 25 Ha; Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Kesadaran petani untuk melakukan GAP tembakau masih kurang; 87

- Cara budidaya dan varietas tembakau yang ditanam sesuai dengan keinginan calon pembeli. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Sosialisasi secara berkelanjutan mengenai GAP tembakau; - Memberikan stimulan kepada petani tembakau berupa pestisida, pupuk organik, maupun pupuk kimia. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yag benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 9,53% dari anggaran sebesar Rp900.000.000,- digunakan sebesar Rp814.243.200,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung tercapainya target bertambahnya kelompok tani yang melaksanakan budidaya tembakau dengan baik dan benar dari target 6 kelompok tani, terealisasi sebanyak 27 kelompok tani. - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Kegiatan Peningkatan Produksi Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Anggaran Rp900.000.000,- Realisasi Rp814.243.200,- Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi, monitoring, dan demplot budidaya tembakau. 3. Semakin Tingginya Pemanfaatan Teknologi dan Bertambahnya Jumlah Kelompok Tani yang Menerapkan Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian. 1) Hortikultura sayuran a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena: - Teralisasinya 6 (enam ) kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian utamanya hortukultura sayuran; - Kesediaan anggota kelompok tani menerima teknologi baru dalam berbudidaya; 88

- Pembinaan dan pelatihan cara budidaya yang benar dan ramah lingkungan Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) dan penanganan pasca panen yang benar Sekolah Lapang Good Handling Practices (SL- GHP) kepada kelompok tani. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 2,09% dari anggaran Rp2.710.340.000,- digunakan Rp2.653.702.000,-. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan: Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, terdapat penambahan 6 (enam ) kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian hortikultura sayuran, khususnya untuk komoditas cabai. - Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah Lingkungan - Pengembangan Kawasan Cabai Besar dan Cabai Rawit (APBN-TP) Anggaran: Rp2.710.340.000,- Realisasi: Rp2.653.702.000,- 2) Hortikultura buah a. Keberhasilan capaian Indikator ini disebabkan karena: - Terealisasinya 3 (tiga) kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian utamanya hortukultura buah, utamanya buah pepaya, sebagaimana tersebut di bawah ini: i. Kelompok Tani Ngudi Mulyo I, Desa Teras,Kecamatan Teras; ii. Kelompok Tani Ngudi Mulyo II, Desa Teras,Kecamatan Teras; iii. Kelompok Tani Ngudi Mulyo IV, Desa Teras,Kecamatan Teras. - Kesediaan anggota kelompok tani menerima teknologi baru dalam berbudidaya; 89

- Dukungan kegiatan APBD berupa pelatihan budidaya pepaya, pemberian bibit Pepaya Calina sebanyak 16.070 batang serta pupuk organik sebanyak 45.950 Kg. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,29% dari anggaran Rp100.000.000,- digunakan Rp 98.710.350,-. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan: Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, terdapat penambahan 3 (tiga) kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan segar produk pertanian hortikultura buah, khususnya untuk komoditas pepaya. - Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah Lingkungan Anggaran: Rp100.000.000,- Realisasi: Rp98.710.350,- Sasaran 5 : Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani. No. Sasaran Strategis 1 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani Tabel 3.5 Pencapaian Kinerja Sasaran 5 Indikator Kinerja Meningkatnya cakupan kelompok tani yang mendapatkan pengembanga n dana BPLM Satuan Kelomp ok Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 20 8 20 10 50,00 K Capaian Rata-Rata 50,00 K 90

Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Meningkatnya Cakupan Kelompok Tani yang Mendapatkan Mengembangkan Dana BPLM a. Kegagalan capaian target kinerja indikator ini disebabkan karena : - Terdapat kendala kegiatan pertebuan pada tahun 2016 tidak terdapat dukungan kegiatan dari pemerintah pusat, dimana penggunaan dana BPLM adalah untuk kegiatan rawat sampai dengan bongkar ratoon, sehingga hal ini mengakibatkan perguliran dana tersendat. Hambatan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Semakin sempitnya lahan tebu mengakibatkan jumlah kelompok tani yang mengusahakan komoditas tebu menjadi berkurang. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah: - Memberikan motivasi dan fasilitasi untuk kegiatan pengembangan tebu; - Mengusulkan kegiatan pendukung pengembangan tebu kepada pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan: - Pengawasan terhadap perguliran dan pemanfaatan dana ini dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penyelewengan. Setiap perguliran dilengkapi dengan penandatanganan Berita Acara. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang kegagalan: Pengelola anggaran kegiatan ini adalah Dinas Perkebunan Prov. Jawa Tengah, pada tahun 2016 anggaran pendukung untuk kegiatan tanaman semusim tidak diambil. 91

Sasaran 6 : Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan. Tabel 3.6 Pencapaian Kinerja Sasaran 6 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 1 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan Tersedianya Pos Penyuluhan Kehutanan Pedesaan Tersedianya sarana prasarana pengamanan dan perlindungan hutan Unit 4 4 1 1 100,00 B Jenis 3 3 5 5 100,00 B Capaian Rata-Rata 100,00 B Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Tersedianya Pos Penyuluhan Kehutanan Pedesaan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena terdapatnya dukungan dana DAK sehingga terbentuk Pos Penyuluhan Kehutanan Pedesaan di Kecamatan Karanggede, lokasi BPP Kec. Karanggede. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,68% dari anggaran Rp266.704.500,- digunakan Rp262.236.800,-; - Koordinasi dengan Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Boyolali. - Koordinasi yang baik dengan Balai Taman Nasional Merapi, Taman Nasional Merbabu, dan Perum Perhutani membuat kegiatan ini berjalan efektif sesuai dengan sasaran. 92

c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya dukungan program/kegiatan yang ada telah membantu terwujudnya target tersedianya 1 unit Pos Penyuluhan Kehutanan Pedesaan. - Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (DAK) Anggaran Rp266.704.500,- Realisasi Rp262.236.800,- 2. Tersedianya Sarana Prasarana Pengamanan dan Perlindungan Hutan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terdapatnya dukungan DAK sehingga membantu tersedianya sarana prasarana pengamanan dan perlindungan hutan berupa 9 unit kamera digital, 15 unit teropong binocular, 1 unit radio komunikasi HF, 33 unit Radio Komunikasi HT VHF. Kegunaan alat pendukung Masyarakat Peduli Api (MPA) dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan. Hambatan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Masyarakat sekitar hutan, penyuluh kehutanan, dan perangkat desa perlu lebih dimanfaatkan dan diberdayakan karena posisinya paling dekat dengan hutan sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,68% dari anggaran Rp266.704.500,- digunakan Rp262.236.800,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. - Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (DAK) Anggaran Rp266.704.500,- Realisasi Rp262.236.800,- 93

Sasaran 7 : Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum. Tabel 3.7 Pencapaian Kinerja Sasaran 7 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 1 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum Persentase Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang aktif Cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat Fasilitasi LMDH dengan peralatan ternak lebah madu Fasilitasi LMDH dengan tanaman di bawah tegakan dengan budidaya tanaman jagung, jahe, kedelai, pupuk organik Fasilitasi kelompok tani hutan rakyat dengan peralatan pengolahan hasil hutan % 80 80 80 80 100,00 B % 80 80 80 80 100,00 B Paket - - 2 2 100,00 B Ha - - 15 15 100,00 B Jenis - - 2 2 100,00 B Capaian Rata-Rata 100,00 B 94

Evaluasi per Indikator Kinerja: 1. Persentase Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang Aktif a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: Sebanyak 35 dari 43 kelompok LMDH sudah aktif dalam rangka pertemuan, pelaporan, dan kegiatan pengolahan lahan di bawah tegakan, bekerjasama dengan Perum Perhutani. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Tidak semua anggota kelompok aktif dalam pertemuan Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Penyuluhan secara intensif kepada anggota LMDH dengan melibatkan Penyuluh Kehutanan dan Perum Perhutani; - Pemberian stimulan berupa pengembangan tanaman di bawah tegakan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Koordinasi dengan Penyuluh Kehutanan dan Perum Perhutani agar LMDH dapat lebih aktif; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 3,90% dari anggaran Rp70.000.000,- digunakan Rp 67.273.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung pencapaian target LMDH yang aktif sebanyak 80%. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Anggaran Rp70.000.000,- Realisasi Rp67.273.100,- 2. Cakupan Penyuluhan Kehutanan terhadap Lembaga Kehutanan Masyarakat a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: Dengan aktifnya 35 kelompok LMDH, maka cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat dapat mencapai 80%. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Tidak semua anggota kelompok aktif dalam pertemuan 95

Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Penyuluhan secara intensif kepada anggota LMDH dengan melibatkan Penyuluh Kehutanan dan Perum Perhutani; - Pemberian stimulan berupa pengembangan tanaman di bawah tegakan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Koordinasi dengan Penyuluh Kehutanan dan Perum Perhutani agar LMDH dapat lebih aktif; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 3,90% dari anggaran Rp70.000.000,- digunakan Rp 67.273.000,-. c. Analisis Program/Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan telah mendukung pencapaian target cakupan penyuluhan kehutanan terhadap lembaga kehutanan masyarakat sebanyak 80%. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Anggaran Rp70.000.000,- Realisasi Rp67.273.100,- 3. Fasilitasi LMDH dengan Peralatan Ternak Lebah Madu a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena terealisasinya bantuan berupa bibit atau koloni lebah madu sebanyak 70 stup dan peralatan ternak lebah madu sebanyak 2 paket kepada anggota LMDH Desa Juwangi, Kec. Juwangi. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Belum semua anggota kelompok paham cara beternak lebah madu lokal, sehingga banyak koloni lebah yang pergi dari sarangnya. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pelatihan lebih intensif kepada anggota kelompok untuk pengembangan lebah madu. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Melibatkan Penyuluh Kehutanan dalam pembinaan ternak lebah madu; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran 96

kegiatan dengan efisiensi 1,52% dari anggaran Rp 346.529.800,- digunakan Rp341.246.550,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung terfasilitasinya LMDH dengan peralatan ternak lebah madu sebanyak 2 paket. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu Anggaran: Rp346.529.800,- Realisasi: Rp341.246.550,- 4. Fasilitasi LMDH dengan Tanaman di Bawah Tegakan dengan Budidaya Tanaman Jagung, Jahe, Kedelai, Pupuk Organik a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Terfasilitisasinya LMDH dengan pengembangan tanaman di bawah tegakan dengan budidaya tanaman komoditas jagung seluas 10 Ha, jahe seluad 5 Ha, dan kedelai seluas 0,5 Ha, serta pemberian pupuk organik sebanyak 10 Ton. Bantuan tersebut tersebar di 5 kecamatan yaitu Kec. Juwangi, Kec. Karanggede, Kec. Kemusu, Kec. Klego, Kec. Wonosegoro. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pengadaan benih tanaman tidak bisa dilakukan bersamaan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pengadaan benih tanaman harus dilakukan berdasarkan musim tanam. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penyuluhan secara intensif kepada anggota LMDH dengan melibatkan Penyuluh Kehutanan dan Perum Perhutani; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 3,90% dari anggaran Rp70.000.000,- digunakan Rp 67.273.000,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung pencapaian target terfasilitasinya LMDH dengan tanaman di bawah tegakan dengan budidaya tanaman jagung, jahe, kedelai, pupuk organik seluas 15,5 Ha. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 97

Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan Anggaran: Rp70.000.000,- Realisasi: Rp67.273.100,- 5. Fasilitasi Kelompok Tani Hutan Rakyat dengan Peralatan Pengolahan Hasil Hutan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Telah terealisasinya berupa bantuan peralatan pengolahan kayu dan non kayu; - Pengolahan kayu: bandsaw (2 unit), chainsaw (3 unit); - Pengolahan non kayu: peralatan pengolahan kerajinan bambu (2 paket); - Bantuan diberikan kepada kelompok tani hutan rakyat dan kelompok petani dan pengrajin bambu di Kec. Musuk dan Kec.Ampel. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Untuk pengolahan kayu, terdapat kesulitan untuk mengoperasikan bandsaw baik dari segi SDM dan kelengkapan peralatan operasional. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Petani dikursuskan ke industri pengolahan kayu; - Untuk melengkapi kekurangan peralatan kayu, melakukan kemitraan dengan industri, yaitu CV. Abiyoso, Ngargosari, Ampel; b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi sebesar 1,52% dari anggaran Rp346.529.800,- digunakan Rp341.246.550,- dan efisiensi sebesar 1,60% dari anggaran Rp75.000.000,- digunakan Rp73.796.800,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung pencapaian target 2 jenis fasilitasi kelompok tani hutan rakyat dengan peralatan pengolahan hasil hutan yaitu bantuan pengolahan kayu dan non kayu. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu (DAK) Anggaran: Rp346.529.800,- Realisasi: Rp341.246.550,- 98

Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan Anggaran: Rp75.000.000,- Realisasi: Rp73.796.800,- Sasaran 8 : Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta No. Sasaran Strategis semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat. Tabel 3.8 Pencapaian Kinerja Sasaran 8 Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 1 Semakin Rasio hutan rendahnya dan lahan kritis % 60 62,89 62 62 100,00 B yang luasan lahan direhabilitasi kritis melalui Pengkayaan rehabilitasi Hutan Rakyat Ha 260 460 475 475 100,00 B serta semakin Penghijauan lingkungan di Batang 33.650 33.650 18.840 18.840 100,00 B tingginya luasan 19 kecamatan Luasan hutan kawasan hutan kota yang Ha 0,2 0,2 0,2 0,2 100,00 B terkelola milik rakyat dengan baik Capaian Rata-Rata 100,00 B Evaluasi per Indikator Kinerja : 1. Rasio Hutan dan Lahan Kritis yang Direhabilitasi a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan serta kegiatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang mendukung sasaran kegiatan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran 99

kegiatan dengan efisiensi 1,48% dari anggaran Rp1.604.872.600,- digunakan Rp Rp1.581.066.200,-. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan: Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, yaitu rasio lahan kritis yang direhabilitasi pada tahun 2016 mencapai 62%, anggaran kegiatan bersumber dari APBD yang merupakan DAK Kehutanan serta APBN murni melalui UPT Kementerian LHK RI, kegiatan rehabilitasi tersebut diprioritaskan melalui kegiatan vegetatif (Pembuatan Hutan Rakyat, Pengkayaan Hutan Rakyat, Penghijauan Lingkungan). - Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (DAK) Anggaran Rp1.604.872.600,- Realisasi Rp1.581.066.200,- 2. Pengkayaan Hutan Rakyat a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan serta kegiatan dari Kementerian LHK yang mendukung sasaran kegiatan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya - Penggunaan sumber daya anggaran dan sumber daya manusia pengelola kegiatan bekerja dengan optimal dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak baik instansi secara vertical horizontal maupun masyarakat pelaksana kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,48% dari anggaran Rp1.604.872.600,- digunakan Rp Rp1.581.066.200,-. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan: 100

Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, yaitu dengan telah terealisasinya pengkayaan hutan rakyat diantaranya melalui pemberian pupuk organik dan bahan peralatan lainnya sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai target tahun 2016 seluas 475 ha. - Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (DAK) Anggaran Rp1.604.872.600,- Realisasi Rp1.581.066.200,- 3. Penghijauan Lingkungan di 19 Kecamatan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena anggaran kegiatan yang mencukupi untuk tercapainya target, serta ditambah dengan anggaran perubahan serta kegiatan dari Kementerian LHK yang mendukung sasaran kegiatan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Penggunaan sumber daya anggaran dan sumber daya manusia pengelola kegiatan bekerja dengan optimal dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak baik instansi secara vertical horizontal maupun masyarakat pelaksana kegiatan; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,48% dari anggaran Rp1.604.872.600,- digunakan Rp Rp1.581.066.200,-. c. Analisis Program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan: Program kegiatan sangat menunjang keberhasilan capaian indikator kinerja utama, yaitu dengan telah terealisasinya Penghijauan lingkungan di 19 kecamatansesuai target tahun 2016 sebanyak 18.840 batang. - Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 101

Kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Rehabilitasi Hutan dan Lahan (DAK) Anggaran Rp1.604.872.600,- Realisasi Rp1.581.066.200,- 4. Luasan Hutan Kota yang Terkelola Dengan Baik a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena telah terlaksananya kegiatan pengelolaan Hutan Kota Sonokridanggo seluas 0,2 ha yang memiliki fungsi sebagai tempat resapan dan jantung kota. Selain fungsi tersebut, Hutan Kota Sonokridanggo memiliki fungsi sebagai hutan wisata dimana di dalamnya terdapat beberapa koleksi satwa seperti monyet, unggas dan rusa. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Berkoordinasi dengan SKPD terkait yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Badan Lingkungan Hidup dalam pengelolaannya sesuai dengan tugas fungsi pokok masing-masing; - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan Pemeliharaan kawasan hutan industri dan hutan wisata dengan efisiensi 0,03% dari anggaran Rp202.770.000,- digunakan sebesar Rp202.154.450,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu pemeliharaan hutan kota seluas 0,2 Ha. Namun pemeliharaan dan pengembangan hutan kota perlu ditingkatkan untuk memenuhi fungsi adanya paru-paru kota serta sebagai salah satu alternatif obyek wisata yang ada di Kabupaten Boyolali. - Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Pemeliharaan Kawasan Hutan Industri dan Hutan Wisata Anggaran: Rp202.770.000,- Realisasi: Rp202.154.450,- 102

Sasaran 9 : Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan No. Sasaran Strategis dan penegakan hukum. Tabel 3.9 Pencapaian Kinerja Sasaran 9 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 1 Semakin Terselenggara baiknya sistem nya sosialisasi Kecam pengelolaan peraturan pemanfaatan atan 19 19 10 10 100,00 B hutan termasuk hasil hutan pengawasan Meningkatnya industri hasil dan penegakan hutan kayu Industri 23 23 23 23 100,00 B hukum yang berijin Capaian Rata-Rata 100,00 B Evaluasi per Indikator Kinerja : 1. Terselenggaranya Sosialisasi Peraturan Pemanfaatan Hasil Hutan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Telah dilaksanakan sosialisasi ke kecamatan dengan potensi hutan rakyat yang cukup besar, yaitu Juwangi, Kemusu, Karanggede, Klego, Simo, Ampel, Musuk, Cepogo, Nogosari, Andong, kepada mantan penerbit Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU), Penyuluh Kehutanan dan KaUPT Pertanian. Hambatan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran kegiatan dengan efisiensi 1,60% dari anggaran Rp75.000.000,- digunakan Rp73.796.800,-. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang ada telah mendukung pencapaian target sosialisasi peraturan pemanfaatan hasil hutan di 10 kecamatan. - Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan Anggaran: Rp75.000.000,- Realisasi: Rp73.796.800,- 103

2. Meningkatnya Industri Hasil Hutan Kayu yang Berijin a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Kesadaran pengusaha hasil hutan kayu untuk mematuhi peraturan perijinan yang terkait. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Karena adanya perubahan regulasi terkait Ijin Usaha Industri Pengolahan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK), Kabupaten /Kota sudah tidak memiliki kewenangan dalam menerbitkan IUIPHHK sehingga tidak ada penambahan industri pengolahan kayu yang berijin. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Pengawasan yang terintegrasi mulai lini desa hingga lini pusat. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang berkaitan dengan meningkatnya industri hasil hutan kayu yang berijin bukan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah sehingga tidak terdapat alokasi anggaran. Namun demikian target meningkatnya industri hasil hutan kayu yang berijin sebesar 23 industri dapat terealisasi sebanyak 23 industri. Sasaran 10 : Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan. Tabel 3.10 Pencapaian Kinerja Sasaran 10 No. Tahun 2015 Sasaran Indikator Satuan Capaian Strategis Kinerja Target Realisasi Target Realisasi Kategori (%) 1 Semakin rendahnya pemanfaatan Meningkatnya volume peredaran sumberdaya hasil hutan M³ 15.500 14.209 10.000 10.953 109,53 A hutan dan lahan secara berlebihan yang dapat dikendalikan Capaian Rata-Rata 109,53 A 104

Evaluasi per Indikator Kinerja : 1. Meningkatnya volume peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena terdapat laporan industri kayu dari industri pengolahan kayu, dimana sumber kayu yang digunakan berasal dari sumber yang jelas dan legal. Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Terdapat perubahan regulasi terkait kewenangan kabupaten dalam pengendalian peredaran hasil hutan. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Sosialisasi terkait pengendalian peredaran hasil hutan di tingkat industri. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dalam hal peningkatan peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang berkaitan dengan meningkatnya peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan bukan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah sehingga tidak terdapat alokasi anggaran. Namun demikian target peningkatan peredaran hasil hutan yang dapat dikendalikan sebesar 10.000 m 3 terealisasi sebanyak 10.953 m 3. dapat Sasaran 11 : Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan. Tabel 3.11 Pencapaian Kinerja Sasaran 11 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2015 Target Realisasi Target Realisasi Capaian (%) Kategori 1 Meningkatnya Meningkatnya penerimaan setoran PSDH negara bukan pajak pada dari wajib bayar Juta Rupiah 400 559,208 400 400,68 100,17 A sektor (Perhutani) kehutanan Capaian Rata-Rata 100,17 A 105

Evaluasi per Indikator Kinerja : LKjIP Dispertanbunhut 1. Meningkatnya Setoran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dari Wajib Bayar (Perhutani) a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena: - Meningkatnya produksi hasil hutan pada hutan produksi (Perhutani). - Kepatuhan wajib bayar dalam membayar setoran PSDHtepat waktu dan tepat jumlah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: tidak ada. Alternatif solusi yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah tidak ada. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya: - Koordinasi dengan Perhutani mengenai informasi data kaitannya dengan data PSDH. c. Analisis Program/ Kegiatan yang menunjang keberhasilan bahwasanya program/kegiatan yang berkaitan dengan setoran PSDH dari wajib bayar (Perhutani) bukan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah sehingga tidak terdapat alokasi anggaran. Namun demikian target setoran PSDH) dari wajib bayar (Perhutani) sebesar Rp400.000.000,- dapat terealisasi sebanyak Rp400.679.832,- Berdasar uraian tersebut diatas, dapat disajikan tingkat capaian kinerja per sasaran sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.12: No. Tabel 3.12 Capaian Kinerja per Sasaran Sasaran 1 Semakin mudahnya akses petani dalam mengakses permodalan untuk pengembangan agribisnis pertanian 2 Terpeliharanya pasokan air untuk pertanian dan semakin memadainya infrastruktur (fisik dan non fisik) di sektor pertanian 3 Semakin tingginya produksi dan produktivitas hasil pertanian dengan rendahnya laju alih fungsi lahan pertanian subur 4 Meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam pengolahan serta berkembangnya sistem agribisnis dengan pengintegrasian kegiatan usahatani Capaian Kinerja 2016 (%) Kategori Tingkat Keberhasilan 104,42 A Sangat Baik 180,13 A Sangat Baik 152,43 A Sangat Baik 212,50 A Sangat Baik 106

No. Sasaran 5 Tingginya peran kelembagaan petani sebagai pusat pemberdayaan masyarakat petani 6 Semakin tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap bencana kebakaran serta terpeliharanya kelestarian sumber daya hutan 7 Semakin tingginya pemanfaatan hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 8 Semakin rendahnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi serta semakin tingginya luasan kawasan hutan milik rakyat 9 Semakin baiknya sistem pengelolaan hutan termasuk pengawasan dan penegakan hukum 10 Semakin rendahnya pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan secara berlebihan 11 Meningkatnya penerimaan negara bukan pajak pada sektor kehutanan Capaian Kinerja 2016 (%) LKjIP Dispertanbunhut Kategori Tingkat Keberhasilan 50,00 K Kurang 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,00 B Baik 100,17 A Sangat Baik 109,53 A Sangat Baik 3.2 Realisasi Anggaran Alokasi dan realisasi anggaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali pada tahun 2016 yaitu pembiayaaan dari APBD sebesar Rp11,345,901,000 terealisasi Rp10.818.427.349,- dengan penyerapan sebesar 95,35% atau efisiensi sebesar 4,65%. Sedangkan pembiayaan dari APBN sebesar Rp12.094.799.000,- terealisasi Rp11.500.658.872,- dengan penyerapan sebesar 95,09% atau efisiensi sebesar 1,48%. Akuntabilitas keuangan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali baik yang bersumber dari dana APBD Kabupaten maupun APBN sebagaimana terlampir. 107

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Secara keseluruhan, pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali dari 11 (sebelas) sasaran dengan 80 (delapan puluh) indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Perubahan (Perjanjian Kinerja) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, menunjukkan tingkat keberhasilan capaian kinerja sebagai berikut : a. Capaian lebih dari 100 % (sangat Baik) : 34 (tiga puluh empat) indikator (42,50%) b. Capaian 76% sampai 100% (Baik) : 38 (tiga puluh delapan) indikator (47,50%) c. Capaian 56% sampai 75 % (Cukup) : 5 (lima) indikator (6,25%) d. Capaian kurang dari 56 % (Kurang) : 3 (tiga) indikator (3,75%) Terdapat 1 (satu) indikator yang targetnya ada pada Penetapan Kinerja Murni, namun ditiadakan pada Penetapan Kinerja Perubahan, yaitu Penambahan/ Perbaikan Jaringan Irigasi Desa (JIDES). Rata-rata dari capaian kinerja indikator pada tahun 2016 adalah sebesar 148,50 % dengan kategori A ( sangat baik), terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan capaian kinerja rata-rata pada tahun 2015 sebesar 106,57%. Adapun dilihat berdasarkan sasaran, pada tahun 2016 terdapat 6 (enam) sasaran dengan kategori A (sangat baik), 4 (empat) sasaran dengan kategori B (baik), dan 1 (satu) sasaran dengan kategori K (kurang). Apabila dibandingkan dengan sasaran pada tahun 2015, terdapat 7 (tujuh) sasaran dengan kategori A (sangat baik), 3 (tiga) sasaran dengan kategori B (baik), dan 1 (satu) sasaran dengan kategori K (kurang). 4.2 Saran Dalam rangka meningkatkan capaian kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali, fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan sebagai pelaksana kewenangan otonomi daerah dalam rangka melaksanakan tugas desentralisasi di bidang pertanian perkebunan dan kehutanan, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan secara umum, antara lain : a. meningkatkan produktivitas pertanian/perkebunan melalui penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, penerapan teknologi pertanian, penekanan luas areal serangan OPT, dan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian; 108

b. meningkatkan pemenuhan sarana dan prasarana pertanian; c. meningkatkan pembinaan pelaksanaan usaha tani kepada kelompok, baik Kelompok Tani, P3A/GP3A, LMDH, serta penguatan kelembagaannya; Sedangkan upaya yang dilakukan agar kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali lebih baik dan akuntabel antara lain : a. menetapkan indikator kinerja utama yang baik dan cukup memadai yaitu dapat mengukur keberhasilan dari tujuan dan sasaran strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali; b. memberdayakan sumber daya yang ada di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali secara menyeluruh, efektif, dan efisien; c. meningkatkan kualitas dan sinkronisasi dokumen-dokumen perencanaan dan kinerja; d. memanfaatkan hasil evaluasi kinerja sebagai bahan perbaikan pelaksanaan program/kegiatan; e. melakukan kerjasama dengan instansi lain guna mendukung peningkatan pembangunan pertanian. Keberhasilan pencapaian sasaran dan target indikator utama tidak terlepas dari komitmen, kerjasama, kerja keras, dan koordinasi dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali beserta seluruh pihak yang terkait. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah bekerjasama dan membantu dalam pencapaian target kinerja. Semoga dukungan dan kerjasama baik secara vertikal maupun horisontal dapat mewujudkan pertanian yang lebih baik baik di masa yang akan datang. Boyolali, 27 Februari 2017 KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Ir. BAMBANG PURWADI Pembina Utama Muda NIP. 19630416 199303 1 004 109