BAB I PENDAHULUAN. 1 Refly, Bahasa Etika Postmodernisme, (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2006), h. 53.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa yang digunakan seseorang. menunjukkan asal negara atau asal daerahnya. Manusia di seluruh dunia

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM. A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kebudayaan sebagai sistem yang berupa gagasan, pikiran, konsep-konsep, berbentuk abstrak, yang dimiliki oleh pemangku ide.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati)

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. bandingkan dengan makhluk yang lain, baik dalam bentuk fisik maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pendakwah atau da i kepada khalayak atau mad u. Dakwah yang. diperhatikan oleh para penggerak adalah strategi dakwah.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. khasanah pengetahuan suatu masyarakat atau suku bangsa. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengenai takdirnya di atas bumi yang kemudian dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1 sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah bangsa yang sejarahnya dipenuhi oleh cerita-cerita mistik.

BAB IV ANALISIS. yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kompetisi dalam dunia modern memerlukan keahlian/ keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KEGIATAN WILAYAH PERKOTAAN MARABAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tumbuhan yang sangat beragam. Tidak terkecuali tumbuhan/

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

PERTEMUAN 3 PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mengutip Laswell, dalam bukunya yang berjudul Manusia Komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan di segala sektor dan

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk yang pandai berkomunikasi. Salah satu sarana berkomunikasi manusia ialah bahasa. Manusia di segala penjuru dunia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan pemikiran, gagasan, maksud, tujuan, keinganan, cita-cita, dan perasaannya. Oleh karenanya bahasa menjadi hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah segenap produk manusia, mulai dari segala benda sebagai produk budaya sampai pada bahasa itu sendiri. Uniknya dalam semiotika, segala fenomena budaya dan segala praktek sosial dianggap sebagai bahasa yang tercipta oleh manusia. Manusia dianggap sebagai makhluk yang menciptakan, menyebabkan, menafsirkan atau memaknai tanda yang dalam hal ini berwujud bahasa. 1 Bahasa terdiri dari kombinasi kata yang diatur sedemikian rupa secara sistematis sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Namun bahasa atau kumpulan kata itu sendiri merupakan bagian intergal dari symbol yang di pakai oleh kelompok masyarakatnya. Itulah sebabnya kata bersifat simbolis. Menurut Levi-Strauss bahasa memiliki ciri-ciri yang sama dengan mitos. Hal ini tentunya berbeda dengan ahli antropologi dan mitilogi sebelumnya yang sama sekali tidak menyinggung masalah persamaan antara bahasa dan mitos. Levi-Strauss mangatakan hal demikian bukan tanpa alasan, Levi-Strauss memiliki beberapa alasan sehingga dia mengatakan persamaan itu, pertama bahasa merupakan sebuah media, alat, atau sarana berkomunikasi, untuk menyampaikan pesan-pesan dari satu individu ke individu yang lain, dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Demikian juga mitos karena disampaikan melalui bahasa,mitos juga menyandung pesan-pesan. Pesan-pesan dalam sebuah mitos diketahui melalui proses pengucapannya. Kedua, 1 Refly, Bahasa Etika Postmodernisme, (Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2006), h. 53. 1

mengikuti pandangan Saussure yang mengatakan bahwa bahasa memiliki aspek langue (aspek sosial) yang mana ini berada di luar bahasa itu sendiri dan parole (aktualisasi dari langue) yakni bahasa itu sendiri, Levi-Strauss juga melihat mitos sebagai fenomena memiliki dua aspek tersebut. 2 Singkatnya mitos adalah bahasa karena diungkap dengan bahasa lisan. Masyarakat Kalimatan Selatan yang di kenal dengan sebutan Urang Banjar ialah penduduk asli yang hidup sekitar kota Banjarmasin, yang kemudian melebar sampai kota Martapura, ibu kota Banjar, dan sekitanya. 3 Urang Banjar terkenal dengan tradisi lisan, karena itulah mereka memiliki banyak cerita yang di kisahkan secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi hingga menjadi sebuah budaya dalam masyarakat. Tidak jarang cerita-cerita tersebut diyakini memiliki mitos tersendiri, hingga menjadi suatu fenomena budaya ditengah masyarakat Banjar dengan segala praktek sosial yang mengiringinya. Salah satu cerita dalam masyarakat Banjar yang masih diyakini sampai sekarang dan mengandung suatu mitos tersendiri ialah cerita yang ada di daerah Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Dalam masyarakat daerah Ulu Benteng ini di ceritakan bahwa ketika masyarakat mulai lupa pada leluhur mereka dan membuat suatu kelalaian terhadap leluhur, maka di saat itulah leluhur akan murka dan akan menurunkan malapetaka. Menurut masyarakat setempat, leluhur akan memberikan peringatan berupa penampakan apui mantarawang (seperti api terbang).apui mantarawang ini merupakan salah satu mitos yang masih di percayai masyarakat, menurut masyarakat apabila ada terlihat apui mantarawang menghampiri desa tersebut maka itu menjadi pertanda akan terjadi malapetaka. Contohnya jika apui mantarawang terjatuh disungai maka akan terjadi salah satu masyarakat menjadi makanan buaya sungai, 2 Heddy Shari Ahisma-Putera, StrukturalismeLevi-Strauss, Mitos dan Karya-karyanya, (Yogyakarta: Galang Perss 2001), h. 80. 3 Alfani Daut, Islam dan Masyarakat Banjar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 1. 2

budaya. 5 Filsafat Strukturalisme Levi-Strauss bisa di gunakan sebagai cara untuk tertentu. 6 Menariknya dalam strukturalisme Levi-Strauss ini pengertian mitos tidaklah dan ketika apui mantarawang terlihat di sekitar rumah, maka itu adalah pertanda terjadinya kebakaran. 4 Salah satu tokoh strukturalisme adalah Claude Levi-Strauss. Ia merupakan peletak dasar perkembangan pemikiran strukturalisme. Hubungan antara bahasa dan dan mitos merupakan titik fokus dalam pandangan Levi-Strauss. Dalam trukturstruktur mitos akan terlihat penampakan pemikiran primitif yang sama banyaknya dengan struktur Bahasa. Levi-Strauss sangat memperhatikan perkembangan struktur mitos dalam pikiran manusia, baik secara relatif maupun reflektif, yakni dengan mencoba memahami bagaimana manusia mengatasi perbedaan antara alam dan menganalisis untuk mengkaji berbagai mitos yang ada ditengah masyarakat, tidak terkecuali mitos apui mantarawang. Filsafat Strukturalisme Levi-Strauss dapat menguraikan mitos apui mantarawang sebagai struktur bahasa dan suatu kepercayaan masyarakat. Levi-Strauss memberikan penafsirkan terhadap tradisi lisan dalam masyarakat primitif sebagai suatu model ahistoris. Bagi Levi-Strauss, sejarah direkonstruksi setiap kali mitos disampaikan ulang atau ketika masa lalu di kumpulkan lagi. Sejarah bukan suatu rangkayan peristiwa Objektif yang terkait dengan masa tertentu, namun dia ada di dalam pertautan struktur mental yang terjadi pada suatu momen sama dengan pengertian mitos yang digunakan dalam kajian mitologi. Mitos dalam pandangan Levi-Strauss tidak harus dipertentangkan dengan sejarah dan kenyataan, akan tetapi apa yang dianggap oleh suatu masyarakat atau kelompok sebagai suatu 4 M, Hasil Wawancara, (Ulu Benteng: 1 Maret 2015), pada jam 20:00. 5 Ali Maskum, Pengantar Filsafat Barat: Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 77. 6 Edith Kurzweil, Jaringan Kuasa Strukturalisme dari Levi-Strauss sampai Foucault, terj. Nurhadi dari The Age of Structuralisme From Levi-Strauss to Foucault, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), h. 36. 3

sejarah atau kisah tentang hal yang benar-benar terjadi atau hanya sebatas dongeng tidaklah harus diyakini kebenarannya oleh masyarakat lainnya. 7 Oleh karena itulah penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang mitos apui mantarawang di Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala dengan teori mitos Claude Levi-Strauss sebagai landasan teori untuk menganalisis secara mendalam. Ketertarikan penulis ini akan penulis tuangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul MITOS APUI MANTARAWANG DI DESA ULU BENTENG KEC. MARABAHAN KAB. BARITO KUALA B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, pokok-pokok permasalahan yang akan di teliti sebagai berikut. 1. Bagaimana mitos apui mantarawang di desa Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala? 2. Bagaimana mitos apui mantarawang di desa Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala menurut teori mitos Claude Levi- Strauss? C. DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian ini, maka penulis nampaknya perlu mengemukakan penegasan judul dengan menjelaskan maksud dari istilah berikut: 1. Mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan yang di kata..kan orang, dan dalam arti yang lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, disamping itu mitos juga dipadankan dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas 7 Heddy Shari Ahisma-Putera, Strukturalisme Levi-Strauss, Mitos dan Karya-karyanya, h. 78. 4

mitos atau isi mitos. Mitologi atau mitos merupakan kumpulan cerita tradisional yang biasanya diceritakan secara dari generasi kegerasi di suatu bangsa atau rumpun bangsa. 8 serta mensistematiskan menjadi sebuah struktur yang menceritakan semua mitos dalam semua versi berkaitan dengan kebudayaan yang melingkupinya serta berbagai tanggapan masyarakat tetang mitos tersebut. 9 2. Apui mantarawang adalah istilah dari masyarakat setempat dalam hal ini masyarakat Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Apui mantarawang terdiri dari dua kata yaitu apui yang berarti api dan mantarawang yang artinya terbang. 10 Jadi apui mantarawang yang dimaksudkan disini ialah istilah untuk menunjukkan penampakan api terbang. D. TUJUAN PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai penulis antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan gambaran mitos apui mantarawang di desa Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala. 2. Untuk mengetahui mitos apui mantarawang di desa Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala menurut teori Mitos Claude Levi-Strauss. E. SIGNIFIKANSI PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 8 Wadiji, Akulturasi Budaya Banjar di Banua Halat, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2011), h. 10-11. 9 Edith Kurzweil, Jaringan Kuasa Strukturalisme dari Levi-Strauss sampai Foucault, terj. Nurhadi dari The Age of Structuralisme From Levi-Strauss to Foucault, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2010), h. 21-22. 10 M, Hasil Wawancara, (Ulu Benteng: 1 Maret 2015), pada jam 20:00. 5

1. Memberikan kontribusi pengetahuan atau wawasan ilmiah mengenai salah satu mitos yang di yakini masyarakat, dalam hal ini mengenai mitos apui mantarawang. 2. Memberikan keterangan mendalam tentang salah satu mitos. 3. Menambah bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama akademisi yang memerlukan hasil penelitian ini. 4. Diharapkan memberikan pemahaman baru dan mampu mengubah atau mengembangkan pola pikir masyarakat terhadap mitos apui mantarawang. 5. Diharapkan membuat perluasan pemahaman yang lebih mendalam sehingga membimbing masyarakat untuk mengambil sikap bijak dan tidak fanatik terhadap suatu mitos yang bisa membuat kesenjangan aqidah Islamiyah ditengah masyarakat. F. PENELITIAN TERDAHULU Sejauh penelusuran penulis, memang terdapat penelitian yang melakukan kajian tentang mitos, namun penulis tidak menemukan penelitian yang sama dengan yang akan penulis teliti yaitu tentang mitos apui mantarawang di Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Beberapa penelitian yang dianggap penulis melakukan kajian yang sama, antara lain: 1. Skripsi tahun 2007 oleh Supriansyah Mahasiswa Akidah Filsafat yang berjudul Kisah-kisah di Majalah Hidayah (Analisis Strukturalisme Claude Levi-Strauss), skripsi ini mengetengahkan berbagai kisah yang terdapat dalam majalah Hidayah yang kemudian dibedah memakai teori strukturalisme Claude Levi Stauss dan mitos yang terkandung didalamnya. 2. Skripsi tahun 2014 oleh Maulida Mahasiswi Akidah Filsafat yang berjudul Mitos Sanja Kuning (Studi Pandangan Hidup Masyarakat Kalimantan Selatan). Skripsi ini menggunakan teori mitos Claude Levi-Strauss dalam menganalisis mitos sanja kuning dan kajian tentang srukturalisme sebagai penunjang. 6

Berbeda dengan penelitian terdahulu, disini penulis akan meneliti tentang kepercayaan masyarakat tentang mitos apui mantarawang di Ulu Benteng Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala dengan menggunakan teori mitos Claude Levi- Strauss. Teori ini akan di gunakan secara khusus untuk menganalisis mitos apui mantarawang.semua penelitian tersebut mempunyai objek dan lokasi penelitian yang berbeda-beda,penelitian-penelitian tersebut juga berbeda dengan penelitian penulis.oleh sebab itu, dapat dikatakan belum ada penelitian serupa sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan penulis. Ketertarikan penulis memilih melakukan penelitian tersebut didasari oleh beberapa alasan yang antara lain lokasi penelitian di Ulu Benteng, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala ini karena kalau ditanyakan kepada masyarakat Bakumpai tentang asal usul daerahnya, mereka akan cendrung mengatakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari Marabahan. Secara etimologi Bakumpai adalah sebutan bagi suku Dayak yang mendiami sisir sungai Barito. Menurut cerita yang ada, Suku Dayak Bakumpai adalah suku dayak Ngaju yang berhijrah ke negeri lain sehingga negeri yang kita kenal sekarang yang disebut dengan negeri Marabahan. Pada mulanya mereka menganut agama nenek moyang, dimana agama nenek moyang ini biasanya kita kenal dengan kaharingan. Sehingga walaupun sudah memeluk agama Islam budaya yang ada sebagian suku dayak masih mempercayainya, seperti batatenga atau babarian behas bahenda, dan masih berkembangnya saat ini seperti tampung tawar. Masyarakat Bakumpai memang di identikkan dengan kampung Bagus, karena di daerah itulah awalnya masyarakat Bakumpai. 11 Akan tetapi banyak sekarang yang mengatakan bahwa orang Bakumpai ialah orang Ulu Benteng. Hal ini membuat penulis semakin tertarik melakukan penelitian lebih lanjut.dalam observasi awal yang dilakukan penulis diketahui bahwa apui mantarawang ini merupakan salah satu mitos yang masih di percayai masyarakat, menurut masyarakat apabila ada terlihat apui mantarawang menghampiri 11 Sumber Wikipedia, Tentang Asal-usul Suku Bakumpai. 7

desa tersebut makan itu adalah pertanda akan terjadi malapetaka. Malapetaka berpareasi tergantung tempat terlihat atau jatuhnya si apui mantarawang. Contohnya jika apui mantarawang terjatuh disungai maka akan terjadi salah satu masyarakat menjadi makanan buaya sungai, dan ketika apui mantarawang terlihat di sekitar rumah, maka itu adalah pertanda terjadinya kebakaran. 12 12 M, Hasil Wawancara, (Ulu Benteng: 1 Maret 2015), pada jam 20:00. 8