GAYA BAHASA PASAMBAHAN ADAT PERKAWINAN DI DESASUNGAI LIKU KENAGARIAN PELANGAI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

ANALISIS GAYA BAHASA MANTRA MASYARAKAT MELAYU PULAU PENAAH KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA IKLAN POSMETRO PADANG

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

INTISARI A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

GAYA BAHASA DALAM SELOKO TUNJUK AJAR TEGUR SAPO UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN,UARO JAMBI SKRIPSI OLEH

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

TEMA DAN FAKTOR KEBAHASAAN NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

RHETORIC DAN FIGURE OF SPEECH MINANGKABAU LOCALITY IN TONIL SCRIPT SABAI NAN ALUIH BY SUTAN SATI

HASMI NOVIANTI STKIP Ahlusunnah Bukittingi

GAYA BAHASA IKLAN PADA KORAN KOMPAS

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( )

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK PADA KUMPULAN PUISI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 9 JEMBER

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN SAAT CINTA DATANG BELUM PADA WAKTUNYA KARYA ARI PUSPARINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL

MAJAS Materi Kelas X. 1. Majas perbandingan 2. Majas penegasan 3. Majas sindiran 4. Majas pertentangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB V PENUTUP. Ahmadiyah, yang penulis lakukan menghasilkan simpulan sebagai berikut:

Transkripsi:

e-issn: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp P-ISSN: 2502-6437 Maret 2017 GAYA BAHASA PASAMBAHAN ADAT PERKAWINAN DI DESASUNGAI LIKU KENAGARIAN PELANGAI KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN Hasmi Novianti 1) 1 Dosen STKIP Ahlusunnah Bukittinggi email : hasminovianti@yahoo.co.id Abstarct This research is motivated by the diversity of style language used by a person to communicate and express thoughts, feelings, opinions, ideas and concepts, both in the form of speech (oral) and in print. Style language used by speakers of languages using a style that is beautiful and attractive, especially pasambahan. The focus of this research is stylistic pasambahan manjapuik marapulai in the village of Sungai Liku. The purpose of this study is to describe in detail and clearly about the style of the language contained in manjapuik pasambahan marapulaiin the village of Sungai Liku. This type of research is qualitative. The object of research is a script pasambahan manjapuik marapulai previously transcribed from the recording pasambahan manjapuik marapulai. The informant in this research that people who are directly involved in pasambahan.. Examination of the data validation performed in this study with a degree of confidence (credibility) by using 2 techniques, namely; increase endurance, member check and use of reference materials. Based on the interpretation of the data that has been done to pasambahan manjapuik researchers marapulai in Sungai Liku Village Kenagarian PelangaiPesisir Selatan District of Ranah Pesisir cone, found some kind of style. First, the comparison language style as much as three types. Keywords: Style Language, Pasambahan, Customary Marriages Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keragaman gaya bahasayang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dan menyatakan pikiran, perasaan, pendapat, ide dan gagasan, baik dalam bentuk ujaran (lisan) maupun dalam bentuk tulisan.gaya bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa menggunakan gaya bahasa yang indah dan menarik, khususnya pasambahan.fokus masalah penelitian ini adalah gaya bahasa pasambahan manjapuik marapulai di Desa Sungai Liku. Tujuan penelitian ini yaituuntuk mendeskripsikan secara detail dan jelas tentang gaya bahasa yang terdapat dalam pasambahan manjapuik marapulai di Desa Sungai Liku. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Objek penelitiannya adalah naskah pasambahanmanjapuik marapulai yang sebelumnya ditranskripsikan dari hasil rekaman pasambahanmanjapuikmarapulai. Informan dalam penelitian ini yaitu orang yang terlibat langsung dalam pasambahan. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan camera digital.berdasarkan interpretasi data yang telah peneliti lakukan terhadap pasambahan manjapuik marapulai di Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, ditemukan beberapa jenis gaya bahasa. Pertama, gaya bahasa perbandingan sebanyak 3 jenis. Kedua, gaya bahasa pertentangan sebanyak 2 jenis. Ketiga, gaya bahasa perulangan terdiri dari gaya bahasa aliterasi ditemukan sebanyak 1 buah. Kata Kunci: Gaya Bahasa, Pasambahan, Adat Perkawinan PENDAHULUAN Gaya bahasa dikatakan sebagai alat atau ciri khas yang digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dan menyatakan pikiran, perasaan, pendapat, ide dan gagasan, baik dalam bentuk ujaran (lisan) maupun dalam bentuk tulisan. Bahasa mempunyai struktur dan makna yang bebas dari penggunaannya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Gaya bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa menggunakan gaya bahasa yang indah dan menarik, tujuannya untuk meninggikan dan meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta membandingkan benda atau hal tertentu 27

dengan benda atau hal lainyang lebih umum. Gaya bahasa dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa tertentu dari pembaca/pendengar. Gaya bahasa juga terdapat dalam pasambahan di Minangkabau, khususnya pada pasambahan adat perkawinan. Pasambahandalam adat perkawinan di Minangkabau tidak ada hubungannya dengan menyembah Tuhan, atau menyembah benda-benda mistis. Masyarakat Minangkabau juga tidak menyembah penghulu atau orang-orang terhormat dalam kaumnya, tetapi maksud dari pasambahan itu adalah mempersembahkan kata-kata yang dilakukan dalam suatu acara adat. Pasambahan dilakukan oleh pihak-pihak yang berbicara atau berdialog mempersembahkan kata-katanya dengan penuh hormat dan dijawab dengan cara yang hormat pula. Pasambahan dalam upacara adat perkawinan merupakan tradisi adat di Minangkabau. Isi pasambahan mengandung makna tersirat berupa nasihat untuk pasangan pengantin yaitumarapulai(pengantin laki-laki)dan anak daro(pengantin perempuan). Salah satu contohnya adalah, adanya interaksi komunikasi/tutur kata yang berisi musyawarah dalam sebuah acara yang dilakukan oleh pembicara sipangka (yang mempunyai acara tersebut) dengan sialek (yang menjadi tamu pada acara tersebut). Sipangka akan menyampaikan permasalahan yang akan dilakukan pada acara tersebut dan sialek akan mengolah dan menyampaikan tanggapan yang disampaikan oleh sipangka. Semuanya itu disampaikan dalam tutur kata yang terjalin dengan indah dan disertai dengan petatah-petitih dalam dialek Minangkabau. Penyampaian tutur kata dalam pasambahan memiliki gaya bahasa dan memiliki makna tertentu. Gaya bahasa pasambahan Minangkabau mempunyai sebuah format bahasa. Format bahasa pasambahan ini penuh dengan kata-kata klasik, petatah-petitih dan dapat pula dihiasi dengan pantun-pantun. Bahasa yang terkandung dalam pasambahan adat perkawinan di Minangkabaubermakna kias. Makna kias adalah makna yang tidak mengacu kepada hal atau benda yang menjadi referensinya. Maknanya mengandung pesan dan pengertian yang tersirat. Bahasa yang dihasilkan pasambahan berupa bahasa simbol yang hanya bisa dimengerti bila dianalisis secara mendalam. Bahasa sebagai simbol menggunakan simbol-simbol tertentu atau menggunakan lambang-lambang bunyi bahasa tertentu yang membuat pengucapan berbahasa menjadi lebih indah. Pasambahan di Minangkabau merupakan kekayaan dari masyarakat Minangkabau. Pasambahan dilakukan dengan cara adanya dialog antara dua pihak yaitu sipangka (tuan rumah) dengan sialek (yang menjadi tamu pada acara tersebut. Dialog tersebut disampaikan dengan sopan dan hormat, misalnya menyampaikan maksud mempersilakan tamu menikmati makanan yang sudah dihidangkan, meminta izin kepada tuan rumah kembali ke rumah masing-masing setelah selesai jamuan makan, menyampaikan maksud menjemput pengantin, menyampaikan maksud mengantarkan pengantin, menyampaikan maksud minta maaf dipemakaman, dan menyampaikan maksud bertukar tanda pertunangan dan lain-lain. Upacara adat yang menggunakan pasambahan, yaitu 1) pasambahan maangkek panghulu (peresmian pengangkatan penghulu), 2) pasambahan acara baralek (upacara perkawinan), 3) pasambahan kamalangan (upacara kematian, 4) pasambahan mambangun rumah (upacara pembangunan rumah), 5) pasambahan maangkek pusako (upacara mengangkat pusaka), dan 6) pasambahan akikah anak (upacara akikah anak) dll. Kata-kata dalam pasambahan memiliki makna kiasan, seperti; pepatah, mamangan, bidal, pantun dan pituah 28

urang tuo-tuo (petuah orang tua). Kalimat di dalamnya memiliki kaidah-kaidah yang tinggi nilainya demi kepentingan hidup bergaul dalam masyarakat.sebagai bangsa yang berbudaya tinggi, pemberitahuan secara adat memiliki tata cara dan polanya. Kalimat yang digunakan berbeda ragamnya dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Kalimat dalam pasambahan disusunteratur, sehingga bila diucapkan terdengar berirama dan merdu, contoh: Seperti sirih minta disobek, seperti pinang minta dikunyah, seperti gambir minta dikupas, seperti sadah minta dicolek. Berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari realita kehidupan masyarakat Minangkabau di Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai tidak memahami dan mengetahui makna yang tersirat dalam kata pasambahan. Bukan hanya anak-anak dan remaja saja yang tidak dapat memahami makna kata pasambahan tetapi, orang dewasa juga tidak memahami makna kata-kata pasambahan yang diucapkan oleh penutur pasambahan terutama pasambahan pada adat perkawinan di Minangkabau, hal itu disebabkan karena bahasa yang terdapat di dalam pasambahan sulit dipahami dan sulit untuk dimengerti oleh masyarakat di desa Alahan Kasai, apalagi di dalam pasambahan bahasa yang digunakan penuh dengan kiasan dan memiliki gaya bahasa yang beraneka ragam. Sehingga masyarakat di desa Alahan Kasai tidak berminat untuk mempelajari pasambahan adat perkawinan dan masyarakat tersebut juga tidak mengerti cara melaksanakan pasambahan. Dampak yang diperoleh dari hal tersebut, hilangnya tradisi adat pasambahan rang Minangkabau (persembahan kata masyarakat Minangkabau). Seiring berkembangnya zaman pasambahan sudah mulai hilang dan tidak digunakan, padahal kata-kata pasambahan banyak memiliki fungsi, salah satunya adanya fungsi moral yang tersirat dalam pasambahanyang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Berdasarkan uraian di atas, maka memfokuskan penelitian ini pada gaya bahasa pasambahan adat perkawinan di Desa Sungai Liku Kenagarian PelangaiKecamatan Ranah PesisirKabupaten Pesisir Selatan, dengan alasan sebagian masyarakat di Desa Sungai Liku tidak semua memahami pasambahan manjapuik marapulai, terutama dari aspek bahasa yang digunakan dalam pasambahan yang penuh dengan kiasan, memiliki gaya bahasa yang beraneka ragam, yang sulit untuk dipahami. Oleh karena itu penelitian ini memiliki judul Gaya Bahasa Pasambahan Adat Perkawinan di Desa Alahan Kasai Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara jelas tentang gaya bahasa yang terdapat dalam pasambahan manjapuik marapulai di Desa Alahan Kasai KenagarianManggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Menurut Henry Guntur Tarigan (2000: 5) gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Melalui gaya bahasa, seorang pengarang atau penulis secara individual bebas untuk menuangkan atau mengekspresikan perasaannya ke dalam sebuah karya. Gaya bahasa diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang indah. Melalui gaya bahasa yang digunakan pengarang, pembaca atau penikmat dapat mengetahui karakter dari penulis. Menurut Gorys Keraf (2009: 112) gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, dan semakin 29

buruk gaya bahasa seseorang maka semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya. Akhirnya gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Menurut Alek dan Achmad (2010: 241) untuk mengkongretkan dan mengidupkan karangan dapat menggunakan gaya bahasa (figure of speech). Kata dan ungkapan itu dapat ditafsirkan menurut arti harfiahnya dan menurut arti gaya bahasa(figurative). Arti harfiah itu sama dengan denotasi kata. Arti gaya bahasa diperoleh jika denotasi kata atau ungkapan dialihkan dan mencakupi juga denotasi lain bersamaan dengan tautan pikiran lain. Gaya bahasa mampu menghimbau indra pembaca karena sering lebih konkret daripada ungkapan yang harfiah. Menurut Sujiman (dalam Putera Rais, 2012: 7) gaya bahasa merupakan suatu ungkapan yang berisi tentang katakata kiasan. Gaya bahasa merupakan semua jenis ungkapan yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan makna kias (bukan makna yang sebenarnya). Gaya bahasa biasa disebut dengan majas, yang bisa diartikan sebagai cara mengungkapkan suatu pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan ataupun lisan. Gaya bahasa merupakan salah satu contoh pemanfaatan dari kekayaan bahasa, karena ketika orang menggunakan gaya bahasa, maka ia harus bisa memilih kata yang tepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Made Sukada (2013: 99-100) gaya bahasa merupakan kesatuan antara keindahan dan kebenaran. Gaya bahasa maksudnya susunan kata-kata yang indah. Terjadi karena perasaan atau imajinasi yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan yang disengaja ataupun tidak disengaja menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Jika imajinasi penulis tidak menarik, maka gaya bahasa yang digunakan juga tidak menarik. Hal ini disebabkan karena imajinasi penulis berhubungan dengan gaya bahasa yang digunakan. Baik tidaknya gaya bahasa tergantung pada perasaan atau imajinasi serta ekspresi pikiran yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Tidak hanya mengekspresikan pikiran saja melainkan ungkapan perasaaan, sehingga dapat menimbulkan nilai keindahan bagi pembaca atau pendengar. Putera Rais (2012: 7-9) menjelaskan fungsigaya bahasa sebagai berikut; 1) menegaskan, 2) mengulang kata, 3) mengungkapkan, 4) membandingkan, 5) mengumpamakan dan, 6) mengatakan maksud. Fungsi menegaskan, maksudnya sesuatuhal dengan lebih jelas. Fungsi mengulang kata, maksudnya untuk mendapatkan penekanan. Fungsi mengungkapkan, maksudnya untuk mengungkapkan suatu maksud atau tujuan tertentu. Fungsi membandingkan, maksudnya, untuk membandingkan dua hal yang berlawanan. Fungsi mengumpamakan, maksudnya untuk mengumpamakan tentang sesuatu hal. Fungsi mengatakan maksud, yaitu untuk mengatakan sesuatu maksud tertentu dengan menggunakan kata yang berlainan maksud tersebut. Made Sukada (2013: 103) menjelaskan bahwa fungsi gaya bahasa adalah; 1) nilai keindahan, 2) menimbulkan perasaaan tertentu, 3) menyatakan individualitas penulis, 4) menunjukkan suatu hal dalam pikiran pengarang, 5) mengekspresikan pikiran, dan 6) menyatakan intelektualitas dan emosional dalam mengilhami kesatuan. Memberi nilai keindahan, maksudnya gaya bahasa memiliki nilai-nilai keindahan yang berfungsi untuk menarik pembaca untuk membaca karya penulis. Menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca, maksudnya gaya bahasa yang indah dari imajinasi/perasaan penulis dapat dirasakan oleh pembaca. Menyatakan individualitas penulis, maksudnya pembaca dapat mengetahui 30

karakteristik penulis dari gaya bahasa diungkapkannya. Menunjukkan suatu hal dalam pikirannya, maksudnya penulis dapat mengungkapkan ide melalui gaya bahasa. Mengekspresikan pikiran, perasaan dan kasih sayang, maksudnya gaya bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaan dan pikiran penulis. Menyatakan intelektualitas dan emosional dalam mengilhami kesatuan, terwujud secara harmoni tidak dalam pertentangan, maksudnya dengan gaya bahasa akan terwujud seorang penulis profesional yang tidak menyimpang dari aturan-aturan. Selanjutnya Soepomo Poedjosoedarmo (dalam Made Sukada, 2013: 99) menjelaskan fungsi gaya bahasa adalah; 1) meninggikan selera, 2) mempengaruhi atau meyakinkan pembaca, 3) menciptakan perasaan tertentu, 4) memperkuat efek terhadap gagasan. Meninggikan selera, maksudnya dapat meningkatkan minat pembaca atau pendengar untuk mengikuti yang disampaikan oleh pengarang atau pembicara. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca, maksudnya dapat membuat pembaca semakin yakin terhadap yang disampaikan pengarang atau pembicara.menciptakan perasaan tertentu, maksudnya dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau tidak senang, benci, dan sebagainya setelah membaca atau mendengar hal yang dikemukakan pengarang. Memperkuat efek terhadap gagasan, maksudnya dapat membuat pembaca terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang. Dari pendapat para ahli di atas, maka peneliti berpedoman kepada teori Putera Rais. Karena teori tersebut relevan dengan penelitian ini sebagai berikut; 1) menegaskan, 2) mengulang kata, 3) mengungkapkan, 4) membandingkan, 5) mengumpamakan dan, 6) mengatakan maksud. Nadjua A. S (2008: 44-51) dalam membuat sebuah karangan memiliki gaya bahasa tujuannya agar karangan lebih terkesan indah. Jenis gaya bahasa terbagi menjadi 4 jenis, yaitu; a) majas perbandingan, b) majas pertentangan, c) majas pertautan, dan d) majas perulangan. Majas perbandingan terdiri dari; personifikasi, metafora, dan perumpamaan. Majas pertentangan terdiri dari; hiperbola, litotes, ironi. Majas pertautan terdiri dari; metonimia, sinekdoke, alusi, ellipsis, dan inversi. Majas perulangan terdiri dari; aliterasi dan repetisi. Menurut Gorys Keraf (2009: 112-145) membagi jenis gaya bahasa menjadi beberapa macam, yaitu; 1) berdasarkan pilihan kata, 2) berdasarkan nada, 3) berdasarkan struktur kalimat, dan 4) berdasarkan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, terdiri dari; gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Gaya bahasa berdasarkan nada, terdiri dari; gaya sederhana, gaya bahasa mulia dan bertenaga, dan gaya menengah. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, terdiri dari; klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi 2 yaitu; 1) gaya bahasa retoris, dan 2) gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terdiri dari; aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis/preterisio, apostrof, asideton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, periphrasis, prolepsis/antisipasi, erotesis/pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio/epanortesis, hiperbol, paradoks dan oksimoron. Gaya bahasa kiasan, terdiri dari; persamaan/simile, metafora, alegori, parabel dan fabel, personifikasi/prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme/sarkasme, satire, innuendo, antifrasis, dan pun/paronomasia. 31

Untuk lebih jelas lagi Henry Guntur Tarigan (2009: 113-152) menyatakan bahwa gaya bahasaterdiri dari beberapa jenis, yaitu; 1) gaya bahasa perbandingan, 2) gaya bahasa pertentangan, 3) gaya bahasa pertautan, dan 4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan terdiri dari; perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, dan antitesis. Gaya bahasa pertentangan terdiri dari; hiperbola, litotes, ironi, paronomasia, dan zeugma. Gaya bahasa pertautan terdiri dari; metonimia, sinekdoke, alusi, ellipsis, dan gradasi. Gaya bahasa perulangan terdiri dari; aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi. Selanjutnya Putera Rais (2012: 9-41) membagi gaya bahasa menjadi 4 jenis, yaitu; a) gaya bahasa perbandingan, b) gaya bahasa penegasan, c) gaya bahasa sindiran, dan d) gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa perbandingan terdiri dari; alegori, alusio, simile, metafora, antropomorfisme, sinestesia, antonomasia, aprotonim, metonimia, hipokorisme, litotes, hiperbola, personifikasi, pars pro toto, totum pro parte, eufemisme, disfemisme, fabel, parabel, perifrase, eponim, simbolik, dan asosiasi. Gaya bahasa penegasan terdiri dari; apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, aliterasi, paralelisme, tautologi, antanaklis, klimaks, antiklimaks, inversi, retoris, elipsis, koreksio, polisidenton, asindenton, interupsi, enskalamasio, enumerasio, preterio, alonim, dan silepsis. Gaya bahasa sindiran terdiri dari; sarkasme, ironi, satire, innuendo, sinisme, dan antifrasis. Gaya bahasa pertentangan terdiri dari; paradoks, oksimoron, anakronisme, kontradiksi, dan antithesis. Pasambahan adalah salah satu dari warisan budaya leluhur yang patut dilestarikan. Pasambahan memilikinilainilai luhur kehalusan budi dalam bermusyawarah mufakat untuk mencapai kebahagian bersama. Pasambahan juga merupakan salah satu cara mengasah kemampuan dalam berbicara dan berpidato dan juga daya pikir.pasambahan banyak menyampaikan kata-kata kiasan menurut istilah Minangkabau kato kilek jo bayang, atau dengan istilah lain dapat dikatakan, dibalik yang tersurat ada yang tersirat (Sati, 2013: 1). Menurut Edwar Djamaris (2002: 43) pasambahan merupakan sebuah dialog yang terjadi antara pihak marapulai (orang yang dijemput) dengan pihak anak daro (orang yang menjemput). Pasambahan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Keindahan yang terdapat dalam pasambahan tersebut ditimbulkan oleh penggunaan bahasa yang berirama dan berkias serta berbentuk pantun. Pasambahan ini terdiri dari katakata berkias, beribarat dan berumpama. Pasambahan dalam arti umum adalah seni berbicara dalam upacara adat Minangkabau. Di Minangkabau pasambahan adalah salah satu bentuk karya sastra Minangkabau. Pasambahan tersebut mengandung makna yang dalam, dan disampaikan dalam ungkapan yang khas syarat dengan petatah-petitih, mamangan, pantun, dan pituah orang tuatua. Banyak mengandung kata-kata berkias (kieh). Karena di Minangkabau kato salalu baumpamo, rundiang nan banyak bakiasan, (kata selalu memakai perumpamaan, rundingan banyak mengandung kiasan) (Dt. Rajo Penghulu, dalam Zurnia, 2001: 3). Dari pendapat para ahli di atas, maka peneliti berpedoman kepada teori Edwar Djamaris. Karena teori tersebut relevan dengan penelitian adalah sebuah dialog yang terjadi antara pihak marapulai (orang yang dijemput) dengan pihak anak daro (orang yang menjemput). Pasambahan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Keindahan yang terdapat dalam pasambahan tersebut ditimbulkan oleh penggunaan bahasa yang berirama dan berkias serta berbentuk pantun. Pasambahan ini terdiri dari katakata berkias, beribarat dan berumpama. 32

Pasambahan mempunyai arti dan nilai-nilai yang cukup tinggi, karena dalam pasambahan terdapat aturan-aturan, norma-norma, hukum, dan undang undang yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari juga mempunyai fungsi ditengah-tengah masyarakat. Adapun fungsi pasambahan menurut Wellek (dalam Zurnia 2000:5) yaitu; 1) fungsi bahasa, 2) fungsi adat, 3) fungsi pendidikan, 4) fungsi agama, 5) fungsi moral, dan 6) fungsi sosial. Fungsi bahasa, maksudnya mempunyai nilai bahasa yang tinggi, karena menggunakan bahasa yang indah. Pasambahan juga menggunakan bahasa Minangkabau yang menggunakan kiasan dan perumpamaan.fungsi adat, digunakan sebagai alat komunikasi dalam acaraacara adat di Minangkabau. Fungsi pendidikan, maksudnya kata-kata dalampasambahan menggunakan bahasa yang santun dan tuturan kata yang baik, sehingga dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang berpendidikan dan terpelajar.fungsi agama, maksudnya dalam pasambahan terdapat fungsi agama yang membimbing mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Karena budaya Minangkabau mempunyai filosofi adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah (adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah). Artinya kehidupan orang Minangkabau berdasarkan agama Islam, dan agama Islam berdasarkan kepada kitabullah (Al-Quran). Fungsi moral, maksudnya dalam pasambahan terdapat fungsi moral yang akan memberikan contoh yang baik yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Fungsi sosial terlihat dalam isi yang menggambarkan orang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Fungsi pasambahan menurut Udin (dalam Welnafia, 2001:10) yaitu; 1) tenggang rasa, 2) tanggung jawab, 3) ramah-tamah, 4) berbahasa yang baik terhadap sesama, 5) menjunjung tinggi adat, 6) hidup dengan cara beradat, dan 7) moral tinggi. Tenggang rasa, maksudnya saling mengerti dan peduli dengan sesama. Tanggung jawab, maksudnya saling menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap sesama. Memiliki sifat ramah-tamah pada sesama manusia. Berbahasa yang baik terhadap sesama, masyarakatminangkabau terkenal dengan filosofi kato nan ampek, yaitu; mandaki, malereang, mandata dan menurun (mendaki, melereng, mendatar dan menurun) yang selalu dijadikan pedoman dalam bertutur kata. Masyarakat Minangkabau menumbuhkan sikap menjunjung tinggi adat. Masyarakat Minangkabau hidup dengan cara beradat, maksudnya setiap melaksanakan sesuatu hal masyarakat minangkabau berpedoman pada aturan adat. Masyarakat Minangkabau memiliki moral yang tinggi setelah mengetahui makna pasambahan. Selanjutnya, menurut Rajo Nan Sati (dalam Edward Djamaris, 2002: 45) menjelaskan fungsi gaya bahasa, yaitu; 1) fungsi bahasa, 2) fungsi adat, dan 3) fungsi sosial. Fungsi bahasa, maksudnya kata-kata dalam pasambahan menggunakan bahasa Minangkabau yang berkiasan. Fungsi adat, maksudnya setiap kegiatan masyarakat Minangkabau berpedoman pada aturan adat yang telah ditentukan. Fungsi sosial, masyarakat minangkabau memiliki sifat tolongmenolong, bertanggung jawab dan ramahtamah terhadap sesama manusia. Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian skripsi Reski Puspita (UNP 2010) yang berjudul Gaya Bahasa Pasambahan Adat Perkawinan di Nagari Aia Manggih Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Masalah yang diteliti tentang pasambahan manjapuik marapulai. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif data deskriptif. Metode dan teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan observasi langsung ke tempat acara perkawinan, dengan menggunakan metode simak dan teknik SBLC (Simak Bebas Libat Cakap). Gaya bahasa yang dianalisis melihat sudut 33

pandang/klasifikasi gaya bahasa berdasarkan Putera Rais. Penelitian ini bertujuan menjelaskan Gaya Bahasa Pasambahan Manjapuik Marapulai di Desa Sungai Liku KenagarianPelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Menurut Danin (dalam Nurazizah, 2002: 51) penelitian kualitatif merupakan metode dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Metode deskriptif merupakan metode yang tidak menggunakan angkaangka tetapi kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Selain itu metode deskriptif ini digunakan untuk melihatkan dan memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat.objek penelitiannya adalah naskah pasambahan manjapuik marapulai yang sebelumnya ditranskripsikan dari hasil rekaman yang penulis ambil di Desa Sungai Liku KenagarianPelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan camera digital yang berguna untuk merekam tuturan pasambahan yang peneliti amati di lapangan. Merkcamera digital Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut. (1) rekam tuturan pasambahan, (2) mentranskripkan data, (3) menerjemahkan, (4) mengklasifikasikan, dan (5) menginventarisasikan. Rekam tuturan maksudnya, langsung merekam pasambahan yang dituturkan oleh informan. Mentranskripkan data maksudnya hasil rekaman pasambahan diubah kedalam bentuk tulisan.menerjemahkan data maksudnya pasambahan Minangkabau diubah kedalam bahasa Indonesia. Mengklasifikasikan data maksudnya mengelompokkan jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam pasambahan. Menginventarisasi data maksudnya jenis gaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Gaya Bahasa Dalam Pasambahan Berikut ini akan diuraikan gaya bahasa pasambahan di Desa sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan temuan penelitian. Gaya Bahasa Perbandingan Gaya Bahasa Perumpamaan Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa perumpamaan (1) Sudah elok susunanannya seperti sirih. Data di atas termasuk kepada gaya bahasa perumpamaan yang ditandai dengan terdapatnya kata pembanding seperti. Kata elok pada kalimat di atas merupakan baik dan bagus. Kata sirih merupakan jenis tumbuhan merambat yang boleh dimakan, jika sirih disusun searah maka bentuknya akan rapi, indah dan enak dipandang mata. Berdasarkan deskripsi di atas, jadi makna kalimat dalam pasambahan di atas mengumpamakan kata-kata yang diungkapkan oleh Datuk Sinaro sudah bagus sekali, terlihat dari kalimat sudah elok susunannya seperti sirih. Gaya Bahasa Metafora Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa metafora (1) Yang akan menjadi buah kebenaran untuk Engku Datuk. Data di atas termasuk kepada gaya bahasa metafora yang ditandai dengan adanya kata buah kebenaran. Pada kata buah kebenaran terdapat makna perkataan 34

yang benar yang dijadikan sebagai pedoman atau acuan untuk bertindak atau melakukan suatu perbuatan. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka makna kalimat dalam pasambahan di atas adalah Datuk Malano menegaskan kepada Datuk Sinaro bahwa perundingan yang dilakukan terdapat perkataan yang benar yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan untuk bertindak atau melakukan suatu perbuatan. Gaya Bahasa Personifikasi Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa personifikasi (1) Jika tidak dipegang makanan akan berlari. Data di atas termasuk kepada gaya bahasa personifikasi yang ditandai dengan adanya kata berlari. Pada kata berlari merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia (makluk hidup) pergi dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan kaki, tidak mungkin makanan bisa berlari. Jadi maksud pada kalimat di atas adalah seseorang menyuruh untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka makna kalimat dalam pasambahan di atas adalah Datuk Malano menyuruh Datuk Sinaro untuk menyantap/memakan makanan yang sudah disediakan oleh pihak keluarga pengantin pria. Gaya Bahasa Pertentangan Gaya Bahasa Hiperbola Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa Hiperbola (1) Jika didengar perundingan Engku Datuk yang tertumpah di depan kami tadi, yang tertabur didepan orang banyak. (P.24) Data di atas termasuk kepada gaya bahasa hiperbola yang ditandai dengan adanya kata tertumpah dan kata tertabur, kata tersebut berlebih-lebihan. Pada kata tertumpah maknanya adalah tertuang dan kata tertabur maknanya adalah tersemai. Jadi, makna kata tertumpah dantertabur pada kalimat di atas adalah perkataan yang dijelaskan di depan orang banyak secara mendalam serta dipahami oleh orang tersebut. Berdasarkan deskripsi di atas, maka makna kalimat dalam pasambahan tersebut adalah Datuk Malano mengatakan kepada Datuk Sinaro, bahwa perkataan yang dijelaskan oleh Datuk Sinaro mudah dipahami dan dimengerti oleh orang banyak. Gaya Bahasa Zeugma Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa Zeugma (1) Jika tadi pinang Engku Datuk susun sekarang sudah berserakan, jika tadi nasi penuh sekarang sudah habis, jika tadi sambal banyak sekarang sudah berkurang. Data di atas termasuk kepada gaya bahasa zeugma yang ditandai dengan adanya kata susun dengan kata berserakan, kata penuh dengan kata habis, kata banyak dengan kata berkurang.pada kata tersebut jelas sekali terdapat semantik atau makna yang bertentangan. Jadi, makna kata padakalimat di atas adalah pinang Engku Datuk susun sekarang sudah berserakan, nasi yangpenuh sekarang sudah habis, sambal yang banyak sekarang sudah berkurang. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka makna kalimat dalam pasambahan di atas adalah Datuk Sinaro mengatakan permintaan maaf kepada Datuk Malano karena pada saat memakan makanan yang disediakan tadi, sekarang semuanya sudah 35

habis dan berkurang, kemudian semuanya juga berserakan/berantakan. Gaya Bahasa Perulangan Gaya Bahasa Aliterasi Berikut ini kutipan contoh yang menunjukkan gaya bahasa Aliterasi (1) Seasam segaram. Data di atas termasuk kepada gaya bahasa aliterasi karena terdapat kata-kata yang permulaan bunyi sama yaitu huruf s pada kata seasam dan huruf s pada kata segaram. Berdasarkan deskripsi tersebut, maka makna kalimat dalam pasambahan di atas adalah Datuk Sinaro menegaskan kepada Datuk Malano, bahwa Datuk Malano mengatakan pada saat Datuk Sinaro dan temannya menyantap makanan tadi, mungkin sambalnya kurang garam dan kurang asamnya. Jadi mengenai hal itu Datuk Malano juga meminta maaf. Berdasarkan hasil temuan gaya bahasa pasambahan manjapuik marapulai di Desa Sungai Liku Kecamatan Ranah Pessisir Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 29 gaya bahasa, maka pembahasan difokuskan pada pembahasan yang beberapa paparan yang menyangkut dengan jenis-jenis gaya bahasa pasambahan manjapuik marapulaidi Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Temuan penelitian menyampaikan tiga jenis gaya bahasa yang ditemukan pada data penelitian ini, yaitu tiga jenis gaya bahasa pasambahan manjapuik marapulai. Jenis gaya bahasa yang ditemukan dalam data penelitian ini didasarkan pada pendapat Henry Guntur Tarigan (2009: 113-152) membagi gaya bahasa yaitu sebagai berikut, 1) gaya bahasa perbandingan, 2) gaya bahasa pertentangan, 3) gaya bahasa pertautan, dan 4) gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa perbandingan terdiri dari; perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, dan antitesis. Gaya bahasa pertentangan terdiri dari; hiperbola, litotes, ironi, paronomasia, dan zeugma. Gaya bahasa pertautan terdiri dari; metonimia, sinekdoke, alusi, ellipsis, dan gradasi. Gaya bahasa perulangan terdiri dari; aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi. Selanjutnya, empat jenis gaya bahasa yang terdapat dalam pasambahan itu adalah jenis gaya bahasa perbandingan, pertentangan, perulangan. Dari masing-masing gaya bahasa pasambahan manjapuik marapulai di Desa Sungai liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan tidak ditemukan gaya bahasa pertautan, karena diantara empat jenis gaya bahasa tersebut yang paling banyak ditemukan gaya bahasa perumpamaan. SIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh simpulan penelitian tentang Jenis gaya bahasa pasambahan, dapat disimpulkan tiga hal sebagai berikut, (a) gaya bahasa perbandingan di Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas tiga gaya bahasa, yaitu (1) perumpamaan, (2) metafora, (3) personifikasi. (b) gaya bahasa pertentangan di Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas dua gaya bahasa, yaitu (1) hiperbola, (2)zeugma. (c) gaya bahasa di Desa Sungai Liku Kenagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas gaya bahasa aliterasi hanya satu data. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: 36

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Alahan Kasai Kenagarian Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Penelitian sejenis ini dapat dilanjutkan keseluruh daerah Minangkabau sehingga didapatkan gaya bahasa dalam pasambahan manjapuik marapulai. 2. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai bahan ajar yang berhubungan dengan Budaya Alam Minangkabau (BAM). 3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait untuk memajukan pendidikan, khususnya bagi pelajaran Bahasa Indonesia. Implikasinya dengan pelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 SMA kelas XI yaitu pada tema 2 (Teks Pantun). (Kompetensi Dasar 3.1. Memahami struktur dan kaidah teks pantun, puisi, baik melalui lisan maupun tulisan), penelitian ini dapat dijadikan pedoman tentang interpretasi kaidah kebahasaan pantun/puisi lama, salah satunya adanya gaya bahasa yang terdapat di dalamnya. 4. Kepada pemerintah dan lembaga pendidikan, agar memperkenalkan kepada masyarakat serta mendokumentasikan sastra lisan, bahwa pasambahan manjapuik marapulai pernah tumbuh dan berkembang di daerah Minangkabau. UCAPAN TERIMAKSIH Syukur Alhamdulillah diucapkan kehadirat allah SWT berkat rahmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul gaya bahasa pasambahan adat perkawinan di Desa Sungai Liku Kanagarian Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabpaten Pesisir Selatan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Wali Nagari dan masrakat Sungai liku. Semoga apa yang telah Bapak/Ibu berikan semoga dibalas oleh Allah SWT. REFERENSI Alek dan Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Group. Danin, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nadjua. 2008. Buku Pintar Berpuisi dan Berpantun Dilengkapi dengan Cara Membuat Puisi dan Pantun. Jakarta: Triana Media. Penghulu, Datuak Rajo. 2001. 1000 Petatah-petitih, Mamangan, Bidal, Pantun, Gurindam. Bandung: PT. Remaja. Puspita, Reski. 2010. Gaya Bahasa Dalam Pasambahan Adat Perkawinan Manjapuik Marapulai Di Nagari Aia Manggih Kecamatan Lubuk Sikaping.Skripsi: UNP. Rais, Putra. 2012. Panduan Super Lengkap Majas, EYD, Peribahasa. Yogyakarta: PT Suka Bumi. Sati, Rajo Nan. 2013. Alua Pasambahan Sarato Ranah Minang.Bukittinggi: Kota Madya Binjai. 37

Sukada, Made. 2013. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2000. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Udin. 2001. Maliek Pasambahan Minang. Padang: PT Seroja. Wellek. 2000. Pasambahan Rang Minangkabau. Padang: PT Seroja. 38