ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD). To overcome this problem requirig provision of drug sensitivity data for the clinician. Objective : This study aim to determine the pattern of M. tuberculosis resistance to anti- tuberculosis drugs such as Isoniazid, rifampicin, streptomycin and Ethambutol. Methods : A total of 44secondary data taken from the Laboratory of Microbiology of the Faculty, then analyzed descriptively to determine the resistance patterns of M. tuberculosis to primary choice ATD. Results : This study showed that M. tuberculosis resistance happen to all ATD, respectively, Ethambutol ( 68.18 % ), Isoniazid 0.2 grams ( 45.45 % ), Isoniazid 1µg/ml ( 34.09 % ), rifampicin and streptomycin ( respectively 29.54 % ). Based on clinical criteria, there are cases of MDR - TB (25 %), poly - resistant (22.72 %) and mono resistant (36%). Based on resistance to the combination of ATD amount, resistance to 1 ATD, 2 ATD, 3 ATD and 4 ATD respectively counts 36.36 %, 20.44 %, 11.35 % and 15.90 %. Conclusion : resistance to Ethambutol was the highest case among other primary choice ATD. Based on the number of combinations of ATD, resistance to 1 ATD is the most frequently occurring case compared with the other combinations of ATD amount. Besides, there are cases of MDR-TB in this study. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol xviii
Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang menjadi salah satu masalah besar di dunia. Pada beberapa tahun terakhir penyakit ini selalu menduduki urutan kedua penyebab kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi setelah HIV. Hampir 8,3 juta orang menderita penyakit ini tahun 2012 dan 1,3 juta diantaranya meninggal. Terdapat lima Negara yang menjadi penyumbang utama untuk insidensi TB yaitu India, China, Afrika Selatan, Indonesia, dan Pakistan (WHO, 2013). Estimasi insidensi kasus TB di Indonesia tahun 2012 berkisar antara 0,4-0,5 juta orang (WHO, 2013). Strategi DOTS yang selama ini digunakan untuk pengendalian TB sebenarnya merupakan cara yang efektif, namun kenyataannya kasus TB yang muncul semakin banyak. Beban penyakit ini diperparah dengan masalahmasalah lain seperti ko-infeksi TB/HIV, resistensi terhadap obat dan tantangan lain yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi (Depkes, 2010) Angka kematian yang ditimbulkan dari penyakit ini termasuk sangat tinggi tahun 2010 dengan jumlah kejadian sekitar 1,4 juta kematian atau setara dengan 1
2 3.800 kematian perhari. Selain itu, keadaan ini diperparah dengan banyaknya penderita TB yang berada usia produktif, yaitu 20-49 tahun. Hal ini menimbulkan dampak penurunan produktivitas, terutama penderita TB sendiri. Meskipun Indonesia memiliki angka penyakit TB yang tinggi, Indonesia menjadi Negara pertama di wilayah Asia Tenggara yang mampu mencapai target global TB untuk mendeteksi kasus dan melakukan pengobatan tahun 2006 (Depkes, 2010). Penularan TB tergolong sangat mudah karena hanya melalui droplet seorang pasien ketika batuk atau bersin, sehingga memungkinkan bagi orang lain untuk terinfeksi bila menghirup partikelnya. Selain itu, penularan TB sangat rentan terjadi karena partikelnya dapat hidup di udara hingga 2 jam (WHO, 2013). Dalam proses pengobatan tuberkulosis, kasus resistensi terhadap Obat Anti Tuberkulosis atau OAT merupakan masalah utama yang paling sulit untuk dihadapi. Resistensi yang terjadi pasien yang belum pernah menggunakan Obat Anti Tuberkulosis atau OAT sebelumnya disebut resistensi baru, sedangkan resistensi yang terjadi pasien yang sebelumnya sudah pernah menggunakan OAT di sebut resistensi lama. Resistensi terhadap OAT bisa disebabkan oleh banyak
3 hal, salah satunya adalah penyalahgunaan antibiotik dalam farmakoterapi pasien yang seharusnya masih sensitif terhadap OAT. Kesalahan pengobatan TB biasanya terjadi dalam berbagai macam cara, misalnya penggunaan obat tunggal untuk TB, pemberian dosis yang tidak tepat, pemberian obat yang tidak teratur, penyediaan obat yang tidak regular, dan tidak bisa meyakinkan pasien untuk menggunakan antibiotik hingga selesai masa pengobatan (Mc Donald et al., 2003). Kejadian resistensi sering terjadi di daerah dengan program pengendalian TB yang masih lemah, sehingga banyak ditemukan kasus mono-resisten dan MDR- TB (Multidrugs Resistance Mycobacterium tuberculosis) daerah tersebut. Kasus MDR-TB ini sangat mengkhawatirkan karena pasien harus diberikan obat yang sebenarnya tidak begitu efektif, lebih toksik, lebih mahal dan memerlukan waktu pengobatan jangka panjang hingga 2 tahun. (Global plan to stop TB 2011-2015, 2011). Angka MDR-TB diperkirakan mencapai 2% dari seluruh kasus TB yang baru atau setara dengan 6.300 kasus per tahun, sedangkan untuk kasus yang sudah pernah di obati adalah 19% atau setara dengan 60.000 kasus per tahun (Depkes, 2010).
4 OAT pilihan utama yang selama ini dipakai untuk pengobatan TB adalah Isoniazid, Rifampisin, Streptomisin, dan Ethambutol. Saat ini banyak ditemukan kejadian bakteri M. tuberculosis yang sudah resisten terhadap OAT tersebut, sehingga akan berdampak terhambatnya proses pengobatan TB (Depkes, 2010). Berdasarkan masalah di atas, kami menilai perlunya penelitian tentang pola resistensi bakteri M. tuberculosis terhadap Isoniazid, Rifampisin, Streptomisin dan Ethambutol. I.2 Perumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pola resistensi isolat M. tuberculosis yang ada di Laboratorium Mikrobiologi FK UGM terhadap obat anti tuberkulosis Isoniazid, rifampisisn, Streptomisin dan Ethambutol? I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi bakteri M. tuberculosis terhadap Isoniazid, Rifampisin, Streptomisin dan Ethambutol sebagai obat anti tuberkulosis.
5 I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmu pengetahuan dan memberi informasi tentang pola resistensi M. tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis Isoniazid, Rifampisin, Streptomisin dan Ethambutol yang selama ini digunakan untuk pengobatan TB. I.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang resistensi M. tuberculosis telah beberapa kali. Dari hasil pencarian dari beberapa jurnal penelitian tentang M. tuberculosis, tidak ada penelitian yang sama persis dengan penelitian ini. Penelitian tentang pola resistensi bakteri ini akan memberikan hasil yang berbeda jika di tempat atau waktu yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini :
6 No Nama Judul penelitian Perbedaan dengan penelitian ini 1 Sudiyatmo, Pola kepekaan M. Pengambilan data 2007 tuberculosis terhadap OAT periode Januari pilihan utama di Laboratorium 2005 September 2006, sedangkan Mikrobiologi FK penelitian UGM periode ini dari Januari 2005- September 2006 Januari 2012 Oktober 2013. 2 Dwianingsih, Pola kepekaan M. Pengambilan data 2005 tuberculosis terhadap periode 2000-2004, beberapa OAT sedangkan pilihan utama di Laboratorium penelitian ini dari Mikrobiologi UGM 2000-2004 FK Januari 2012 Oktober 2013. 3 Nurhayati, Pola resistensi Pengambilan data 2004 M. tuberculosis di terhadap OAT di kabupaten kabupaten Donggala, Sulawesi Donggala, Tengah
7 Sulawesi Tengah periode 2001-2002, sedangkan penelitian ini di Laboratorium Mikrobiologi FK UGM periode Januari 2012- Oktober 2013.