Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.

LAMPIRAN A. Perhitungan Arm Roll Truck Pengangkut Sampah Dengan Sistem HCS HCS. Waktu untuk pengisian & mengosongkan kontainer = 0,4 jam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah

ANALISIS TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEDAN

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA. Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM:

Metoda Pemindahan dan Pengangkutan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Metode Vehicle Routing Problem with Time Windows untuk Pengangkutan Sampah Rayon Surabaya Pusat

EVALUASI PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DARI TPS KE TPA KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kecamatan Semarang Utara)

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MALANG EVALUATION OF SOLID WASTE TRANSPORTATION SYSTEM IN MALANG CITY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangkutan sampah adalah bagian persampahan yang bersasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

ABSTRAK. Kata kunci :Volume timbulan sampah, kebutuhan armada pengangkut sampah, BOK Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA LIWA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Kata kunci: pengangkutan sampah, ritase, cakupan pelayanan.

BAB III METODA PENELITIAN

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PERSAMPAHAN

PERENCANAAN TRANSPORTASI PERSAMPAHAN DI KOTA RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA Suharman Hamzah 1, M.Asad Nur Abdurahman 2, Ishak Salempang 3

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Indonesia, telah banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

KAJIAN TENTANG PELAYANAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

EVALUASI UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA DARI SEGI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

Analisis Sistem Pengangkutan Sampah di Wilayah Surabaya Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu sistem transportasi yang baik dan bermanfaat.

Rute Pengangkutan Eksisting Kendaraan Arm Roll Truck

DAFTAR TABEL. Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Ellina S. Pandebesie, MT Dosen Penguji : IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD. Sidang Tesis

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

KATA PENGANTAR. bertujuan untuk mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup yang berkelanjutan,

BAB IV ANALISIS RUTE PENGANGKUTAN SAMPAH DALAM MENGANTISIPASI PEMINDAHAN LOKASI TPA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

III. METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

TIMBULAN LIMBAH PADAT DOMESTIK DI WILAYAH KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN

Efisiensi Rute Truk Pengangkutan Sampah Sistem Stationary Container di Kota Padang dengan Menggunakan Algoritma Nearest Neighbour

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Sistem Transportasi Sampah Kota Pasir Pengaraian

BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB III STUDI LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS ANGKUTAN BATUBARA YANG MELALUI KOTA BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang harus

ANALISIS ANGKUTAN PERSAMPAHAN DI KECAMATAN KUTA ANALYSIS ON SOLID WASTE TRANSPORTATION IN KUTA DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

Transkripsi:

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung 2013 Jl. Dr Setiabudhi No 193 Tlp (022) 2006466 Bandung LAMPIRAN A : DESAIN SURVEY Dalam studi ini, pengumpulan data menjadi sangat penting untuk dilakukan karena terkait dengan proses penyusunan laporan dan output yang akan dihasilkan nantinya. Oleh karena itu dalam penelitian ini pengumpulan data dibagi menjadi dua kelompok yaitu survey sekunder dan survey primer. Survey sekunder dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data dari instansi-instansi terkait berupa studi literatur yang ada serta dengan melakukan kajian studi-studi terdahulu, sedangkan survey primer dilakukan melalui pengamatan langsung dan penyebaran kuesioner pada responden di zona studi. A. SURVEY SEKUNDER 1. Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data dan teori yang berkaitan dengan studi yang dilakukan. Dalam hal ini studi pustaka terbagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Kajian teoritis, yaitu dasar teoritis mengenai masalah yang diteliti, dimana di dapat dengan cara mempelajari beberapa buku dan literatur yang dinilai mempunyai hubungan erat dengan studi yang dilakukan. b. Kajian studi terdahulu, yaitu telaah tentang studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan wawasan mengenai tahapan-tahapan dan aspek-aspek kajian yang berhubungan dengan materi studi. 2. Studi instansi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan sistem pengelolaan sampah serta sistem pengangkutan sampah di Kota Depok yang menjadi wilayah studi, Untuk lebih jelasnya lihat Tabel A.1. A - 1

Tabel A.1 Pengumpulan Data Sekunder No. Instansi Data Yang Diperlukan Keterangan 1 Bapeda Peta administrasi Kota 2 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Depok Kebijakan pengembangan wilayah Sukmajaya Sejarah Pengelolaan Sampah di Kota Depok Timbulan sampah di seluruh TPS Kota Depok Rute Pengangkutan sampah di Kota Depok Data sampah yang akan dibuang ke TPA Cipayung Peta Rute Truk Pengangkut sampah 3 Dinas PU Kelas jalan / peruntukan jalan di Kota Depok Peta jaringan jalan Sumber: Hasil Analisis B. SURVEY PRIMER Survei data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pihak DKP Kota Depok mengenai Pelayanan Prasarana Persampahan. Wawancara bersifat terbuka dengan maksud mengetahui pengelolaan sampah di Kota Depok. Tidak hanya untuk mengetahui pengelolaan sampah, survei ini juga dilakukan untuk mengetahui rute truk pengangkut sampah di Kota Depok. A - 2

A - 1

A. Timbulan sampah Timbulan sampah kota merupakan volume sampah atau berat sampah yang dhasilkan dari sumber sampah (perumahan, komersial, pertokoan, konstruksi, industri dan pertanian) di wilayah tertentu per satuan waktu. Timbulan sampah kota biasanya dinyatakan dalam liter/orang/hari atau kg/orang/hari dan untuk total timbulan sampah kota dinyatakan dalam m 3 /hari atau ton/hari. Besarnya timbulan sampah di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor [Damanhuri,2004], yaitu : Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula jumlah timbulan sampahnya, sedangkan lahan untuk mengelola sampah semakin sempit. Tingkat aktivitas penduduk Jumlah sampah yang timbul pada setiap bangunan berhubungan langsung dengan tingkat aktivitas orang-orang yang mempergunakannya. Jenis bangunan yang ada Jenis bangunan yang ada menentukan macam, jenis dan besarnya timbulan sampah. Iklim/musim Pada iklim dan musim tertentu akan mempengaruhi jenis dan fluktuasi timbulan sampahnya. Taraf hidup masyarakat Meningkatnya taraf hidup masyarakat mengakibatkan semakin besar pula timbulan sampahnya. Prilaku manusia Semakin konsumtif prilaku seseorang mengakibatkan semakin besar pula timbulan sampah yang dihasilkan. Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya menurut SK SNI S-04-1993-04 dapat dilihat pada tabel A.2 A - 1

Tabel A. 2 Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya SNI 19-2454-2002 No Sumber sampah Volume (Liter ) Berat (Kilogram ) 1 Rumah permanen (per orang/ hari ) 2,25-2,50 0,35-0,40 2 Rumah non permanen (per orang/ hari ) 2,00-2,25 0,30-0,30 3 Rumah semi permanen (per orang/ hari ) 1,75-2,00 0,25-0,30 4 Kantor (per pegawai/ hari) 0,50-0,75 0,025-0,1 5 Toko (per petugas/ hari) 2,50-3,00 0,15-0,35 6 Sekolah (per murid/ hari) 0,10-0,15 0,01-0,02 7 Jalan (per meter/ hari) 0,10-0,20 0,02-0,10 8 Hotel (per tempat tidur/ hari) - - 9 Pasar (per m2/ hari) 0,20-0,60 0,005-0,025 Sumber : SNI 19-2454-2002 ini adalah : Beberapa persamaan yang dapat digunakan dalam perhitungan timbulan sampah Tingkat Produksi Sampah : Qt =Ks x Qj Dimana : Qt = Debit jumlah sampah yang timbul (m 3 / hari) Ks = Koefisisen seluruh kota atau domestik (diambil Ks = 1) Qj = Debit jumlah sampah dari sumber (m 3 / hari) Dengan nilai Ks adalah : Ks > 1 untuk daerah padat Maka persamaan menjadi : Ks = 1 untuk daerah sedang Ks < 1 untuk daerah jarang Qt = Qt(o) x [1+ Cs ] 100 Dimana : Qt (n) = Debit timbulan sampah pada n tahun n mendatang Qj (o) = Debit timbulan sampah pada tahun o Cs n = Persen peningkatan total = Tahun ke n Persentase Peningkatan Total 1 + Ci + Cp+Cg Cs = 3 1 + P Dimana Ci = Persen peningakatan industri konsumsi, rata-rata pertahun A - 2

Cp = Persen peningakatan pertanian, rata-rata pertahun Cg = Persen peningakatan gross national produk, rata-rata pertahun P = Persen peningakatan penduduk rata-rata pertahun B. Waktu Pengumpulan [Pick-Up Time,(h) ] Waktu pengumpulan maksudnya yaitu kapan waktu yang terbaik untuk melakukan pengumpulan. Pada umumnya pengumpulan sampah dilakukan pada pagi hari atau siang hari, di saat tidak menggangu aktivitas masyarakat terpadat yaitu kurang dari jam 07.00, jam 10.00 15.00, atau sesudah jam 17.00 (Enri Damanhuri,2004). C. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila [Damanhuri,2004] : Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah. Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area. Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti. Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah. C. Rute Pengangkutan [Off-route (W)] Penentuan rute pengangkutan sampah dimaksudkan agar operasional pengangkutan sampah dapat terarah dan terkendali. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam off route adalah sebagai berikut( Enri Damanhuri,2004) : Lebar jalan yang akan dilalui dan kondisi jalan. Untuk sistem langsung, lebar dan kondisi jalan sangat mempengaruhi karena jalan yang harus dapat dilalui oleh truk pengangkut serta tidak menghambat kendaraan yang lewat/berpapasan dengan truk pengangkut tersebut. A - 3

Selain itu kondisi jalan juga harus diperhatikan, yaitu dapat menahan beban berat total truk agar jalan yang dilalui/aspal jalan yang dilalui saat off route tidak rusak ( Masduki, 1991 ). Peraturan lalu lintas yang berlaku. Dengan selalu mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku, diusahakan agar rute pengangkutan adalah yang sependek mungkin. Indonesia menggunakan peraturan lalu lintas lajur kiri ( left way systems ), maka rute pengangkutan diusahakan untuk menghindari belokan kanan, namun karena panjangnya rute, maka belokan melawan system ini sering kali tidak dapat dihindari. Waktu-waktu padat (waktu kemacetan) D. Pemilihan Rute Proses pemilihan rute bertujuan untuk memodelkan prilaku pergerakan dalam memilih rute yang menurut mereka rute terbaiknya. Dengan kata lain dalam proses pemilihan rute, pergerakan antara dua zona untuk dua moda tertentu dibebankan ke rute tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan tertentu. Jadi dalam permodelan pemilihan rute dapat diidentifikasikan rute yang akan digunakan oleh setiap pengendara sehingga akhirnya didapat jumlah pergerakan pada setiap ruas jalan. (Tamin, Ofyar. Z, 2000) Dengan mengasumsikan bahwa setiap pengendara memilih rute yang meminumkan biaya perjalanan (bisa juga meminumkan waktu dan jarak perjalanan), maka adanya penggunaan ruas jalan yang lain mungkin disebabkan oleh perbedaan persepsi pribadi tentang biaya atau mungkin juga disebabkan oleh keinginan untuk menghindari kemacetan. Hal utama dalam proses pembebanan rute adalah memperkirakan asumsi pengguna jalan mengenai pilihan yang terbaik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan rute pada saat orang melakukan perjalanan. Beberapa diantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan yang lainnya), kemacetan dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan (jalan arteri,tol, atau lainnya), pemandangan, kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasan. Sangatlah sukar menghasilkan persamaan biaya gabungan yang menggabungkan semua faktor tersebut. Selain itu, tidak praktis memodelkan semua faktor tersebut sehingga harus digunakan beberapa asumsi atau pendekataan. (Tamin, Ofyar. Z, 2000) A - 4

Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah mempertimbangkan faktor utama dalam pemilihan rute, yaitu nilai waktu dan biaya pergerakan- biaya pergerakan dianggap proporsional dengan jarak tempuh. Dalam beberapa model pemilihan rute dimungkinkan penggunaan bobot yang berbeda bagi faktor waktu tempuh dan faktor jarak tempuh untuk menggambarkan persepsi pengendara dalam kedua faktor tersebut. Terdapat bukti kuat yang menunjukan bahwa bobot lebih dominan dimiliki oleh waktu tempuh dibandingkan dengan jarak tempuh pada pergerakan di dalam kota. (Tamin, Ofyar. Z, 2000) E. Metode Pengukuran Metode pengukuran yang akan digunakan adalah metode pengukuran berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA. Jenis kendaraan yang digunakan pada pelaksanaan ritasi sampah kota adalah Dump Truck dan Load Hauled Truck. Stationary Container System (SCS) Jenis kendaraan pengangkut berupa Dump Truck menggunakan metode perhitungan Stationery Container System (SCS), yaitu sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah pemukiman [Damanhuri, 2004]. Persamaan yang digunakan pada metode perhitungan ini adalah : Jumlah Kontainer yang dapat dikosongkan Per Ritasi Pengumpulan : r = CT. c. f V r = rasio kompaksi CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit) c = Volume kontainer (m 3 /kontainer) f = faktor penggunaan kontainer V = volume mobil pengumpul (m 3 /rit) Jumlah kontainer yang dibutuhkan perhari : A - 5

Ct = V C. fu. fk Ct = jumlah kontainer yang dibutuhkan perhari (unit/hari) V = Volume sampah yang terkumpul setiap hari (m 3 /hari) fk = faktor kompaksi yaitu 1,2 C = kapasitas kontainer yaitu : 6 m 3 fu = faktor pemakaian yaitu diambil 90 % dari kapasitas kontainer. Waktu pengambilan : P SCS = (CT.Uc) + {(n p 1).abc} PSCS = waktu pengambilan/rit (jam/rit) CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit) Uc = waktu untuk mengisi kontainer (jam/rit) np = jumlah lokasi yang diambil per rit (lokasi/rit). dbc = waktu antar kontainer (jam/lokasi) Waktu per Ritasi T SCS = (P SCS + s + a + bx) T SCS = Waktu per Ritasi (jam/rit) P SCS = waktu pengambilan/rit (jam/rit) s = waktu di tempat (TPA) untuk bongkar muat (jam/rit) a = jam/ritasi b = jam/jarak x = jarak pulang pergi (km) Hauled Container System (HCS) Jenis pengangkut berupa Load Hauled Truck menggunakan metode perhitungan Hauled Container System (HCS), yaitu sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat di pindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. A - 6

HCS merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersial. Untuk menghitung waktu ritasi dari sumber ke TPS atau TPA menggunakan persamaan : Waktu pengambilan P HCS = pc + Uc PHCS = waktu pengambilan (jam/ rit) pc = waktu mengangkut kontainer isi (jam/rit) uc = waktu untuk menyimpan kontainer kosong (jam/rit) Waktu Per Ritasi : T HCS = (P HCS + s + a + bx) THCC = waktu per ritasi (jam/rit) PHCS = waktu pengambilan (jam/rit) s = waktu di tempat (TPA) untuk bongkar muat (jam/rit) a = jam per ritasi b = jam per jarak x = jarak pulang pergi (km) A - 7