PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

BAB X DISKUSI DAN KESIMPULAN

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENGERINGAN CABAI MENGGUNAKAN ALAT ROTARY DRYER

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEMPE YANG TAHAN DISIMPAN. Disusun Oleh :

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG MERAH (Alium Ascalonicum. L) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK (Greenhouse)

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

PENGARUH SUHU DAN KETEBALAN TERHADAP KADAR AIR DAN LAJU PENGERINGAN LABU KUNING (Cucurbita Moschata) DENGAN PENGERING OVEN ELEKTRIK

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGERING OVEN ELEKTRIK PADA PENGERINGAN LABU KUNING (Cucurbita moschata)

BAB IX PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB III METODE PELAKSANAAN

BABIX DISKUSI DAN KESIMPULAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

III. METODE PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

Bawang daun adalah salah satu sayuran yang diminati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MIE BERBAHAN DASAR GEMBILI

Pengawetan pangan dengan pengeringan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN KACANG TANAH. (Implementation Of DCS System and Appliance Rotary Dryer for

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Pengeringan Untuk Pengawetan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

PENGERINGAN GABAH DENGAN PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

INOVASI PEMBUATAN ANEKA PRODUK OLAHAN DARI BENGKUANG. OLEH : Gusti Setiavani, STP. MP

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PADA PEMBUATAN KERIPIK BENGKOANG DENGAN VACCUM FRYING

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

LAPORAN TUGAS AKHIR PENURUNAN KADAR AIR BAHAN MATERIAL DENGAN ROTARY DRYER SISTEM COUNTER CURRENT

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

MANISAN KERING BENGKUANG

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

Jahe untuk bahan baku obat

T E M P E 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

Penurunan Kadar Air Biji - Bijian Dengan Rotary Dryer Reduce water content of beans with rotary dryer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

PEMBUATAN DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata Duch.)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN KONSTANTA PENGERINGAN PATHILO DENGAN MENGGUNAKAN SINAR MATAHARI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

Transkripsi:

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses) Diska Ayu Romadani dan Sumarni JurusanTeknik Kimia Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Email : marni3akprind@gmail.com INTISARI Bawang putih yang mempunyai nama ilmiah Allium sativum L.selama inibanyak digunakan sebagai penyedap masakan dan mulai merambah pada bidang kesehatan, namun daya simpan bawang putih tidak lama, karena semakin lama disimpan maka umbinya menjadi layu dan dapat mengalami pembusukan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengawetkan bawang putih dalam bentuk tepung dengan pengeringan, yang memiliki keunggulan dapat disimpan lebih lama dan praktis. Sebelum proses pengeringan dilakukan, mula-mula bawang putih dipotong dengan variasi bentuk, melintang dan membujur. Pengeringan dilakukan dengan rangkaian alat pengeringan, yang berupa oven pengering dengan bantuan aliran udara pada suhu proses tertentu (40 o C, 50 o C, 60 o C, 70 o C dan 80 o C).Pengeringan dilakukan sampai bahan mencapai nilai tertentu dan konstan. Dari seluruh kegiatan penelitian didapatkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin besar kecepatan pengeringan dan waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan semakin sedikit. Hasil yang terbaik diambil berdasarkan kualitas produk yang mengacu pada warna, waktu proses pengeringan dan kecepatan pengeringan. Maka diperoleh kondisi operasi terbaik pada suhu 70 o C dengan bentuk melintang. Pada suhu 70 o C, warna produk kuning pucat dengan kadar pati 35,44% (dasar kering), dengan waktu pengeringan yang diperlukan selama 252 menit dan memiliki periode kecepatan pengeringan tinggi yang cukup lama. Kata kunci :bawang putih, pengeringan oven, variasi bentuk, variasi suhu PENDAHULUAN Bawang putih termasuk salah satu familia Liliaceae yang populer di dunia. Bawang putih yang nama ilmiahnyaallium sativum L.ini memiliki kandungan yang kaya akan berbagai zat gizi yang sangat penting untuk kesehatan, terutama mineral. Sedangkan kandungan air dalam bawang putih setiap 100 gramnya mencapai 67%(Wibowo, 2001).Pemanfaatan bawang putih di Indonesia selama ini masih banyak sebagai penyedap masakan dan mulai merambah pada bidang kesehatan. Sedangkan penggunaan bawang putih sebagai obat tradisional telah beratus-ratus tahun yang lalu dikenal di berbagai negara di dunia, seperti Romawi, Mesir Kuno, India, Bulgaria, dan sebagainya. Namun satu hambatan yang sama, yaitu daya simpan bawang putih yang tidak lama, karena semakin lama disimpan maka umbinya menjadi layu dan keriput. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengawetkan bawang putih dalam bentuk tepung, yang memiliki keunggulan dapat disimpan lebih lama, praktis dan volumenya lebih kecil. Tinjauan Pustaka Allium sativum L.atau yang dikenal baik oleh masyarakat kita sebagai bawang putih adalah salah satu yang masuk dalam spesies bawang genus Allium dan termasuk salah satu familia Liliaceae. Menurut sejarah penggunaan bawang putih telah dikenal sejak 7000 tahun yang lalu, biasa dimanfaatkan sebagai penyedap masakan dan mulai digunakan sebagai penangkal berbagai penyakit.dengan berbagai macam kegunaannya perlu dilakukan upaya pengawetan bawang putih untuk memperpanjang daya simpannya, salah satunya dengan menjadikan tepung melalui pengeringan.pemilihan alat pengering tergantung dari beberapa hal, yaitu bentuk bahan yang akan dikeringkan, jenis operasi pengering, cara kontak udara pengering terhadap bahan, ketahanan bahan yang dikeringkan terhadap suhu pengeringan, dan sifat ketahanan bahan terhadap kontaminasi dari luar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pengeringan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengeringan buatan menggunakan oven jenis tray dryer, yang umumnya digunakan sebagai oven (alat pengering). Udara yang dipanaskan disirkulasi secara konveksi melewati bahan basah menggunakan udara kering dan uap air dikeluarkan ke atmosfer. Data yang diperoleh dari percobaan pengeringan secara batch biasa disebut sebagai weight (W), yang didefinisikan sebagai berat padatan basah (padatan kering ditambah kandungan air)setiap waktu yang berbeda selama proses pengeringan. Kemudian pada akhir proses pengeringan diperoleh data weight solid (W S ), yang merupakan berat padatan kering. Data ini dapat dikonversi menjadi rate drying (R), yaitu kecepatan pengeringan dengan cara sebagai berikut (Geankoplis, 1983). 1

X = W W S (1) W S dengan : X = kadar air dasar kering W= berat padatan basah, kg W S = berat padatan kering, kg R = L S X (2) A t dengan : R = kecepatan pengeringan, kg H 2 O/(m 2.jam) L S = berat padatan yang digunakan, kg A = luas permukaan padatan yang berkontak dengan udara pengering, m 2 X= X 1 X 2, kadar air hilang selama t t = t 1 t 2, waktu proses pengeringan, jam Grafik pengeringan sangat berkaitan dengan mekanisme bagaimana suatu pengeringan tersebut berlangsung. Ada dua grafik yang terdapat dalam proses pengeringan, yaitu grafik hubungan kadar air dasar kering dengan waktu dan grafik hubungan kecepatan pengeringan dengan kadar air dasar kering. Gambar 1. Grafik Hubungan Kadar Air (Dasar Kering) dengan Waktu Pengeringan Gambar 2. Grafik Hubungan Kecepatan Pengeringan dengan Kadar Air (Dasar Kering) METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang putihsegar dengan mutu baik. Kulit bawang putih dikupas, kemudian umbinya dipotong variasi bentuk irisan, melintang dan membujurdengan tebal 5 mm. Bahan ditimbang sehingga diperoleh berat awal. Bahan kemudian dikeringkan dalam oven dengan variasi suhu (40 o C, 50 o C, 60 o C, 70 o C dan 80 o C).Setiap variable waktu tertentu bahan diambil dari oven untuk ditimbang. Proses pengeringan dilakukan sampai berat bahan yang dikeringkan mencapai nilai tertentu dan konstan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh waktu pengeringan pada bentuk irisan bahan melintang dan membujur Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan dua irisan bahan yang berbeda, yaitu bentuk irisan melintang dan bentuk irisan membujur dengan ketebalan tertentu (5 mm) pada suhu 50 o C, dan didapat data seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Pengeringan Bentuk Irisan Melintang dan Membujur No. Waktu, t Berat, W (gram) (menit) melintang membujur 1 0 2 3,245 2 60 1,593 2,554 3 120 1,391 2,008 4 180 1,188 1,792 5 240 0,987 1,485 6 300 0,805 1,324 7 360 0,75 1,267 8 420 0,726 1,217 9 450 0,716 1,194 10 456 0,715 1,19 11 540 1,159 12 546 1,158 Berdasarkan data tersebut akan didapat kadar air (dasar kering) dengan menggunakan persamaan (1) seperti pada tinjauan pustaka, maka akan didapatkan kadar air (dasar kering) seperti dicantumkan pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar Air (Dasar Kering) Bentuk Irisan Melintang dan Membujur No. Kadar air dasar kering, Xk Waktu, t (%) (menit) melintang membujur 1 0 179,720 180,225 2 60 122,797 120,553 3 120 94,545 73,402 4 180 66,154 54,750 5 240 38,042 28,238 6 300 12,587 14,335 7 360 4,895 9,413 8 420 1,538 5,095 9 450 0,140 3,109 10 456 2,763 11 540 0,086 2

Kadar air (dasar kering), X Kadar air (dasar kering), X (%) Dari hasil perhitungan seperti dicantumkan pada Tabel 2, dapat dinyatakan sebagai grafik hubungan waktu pengeringan dengan kadar air (dasar kering) variasi bentuk seperti pada Gambar 3. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 melintang membujur 0 200 400 Waktu pengeringan, t (menit) Gambar 3. Grafik Hubungan Waktu Pengeringan dengan Kadar Air Dasar Kering Variasi Suhu Pengaruh waktu pengeringan pada bentuk irisan melintang dengan suhu tertentu Bahan baku yang digunakan adalah bawang putih segar dengan kadar air antara 66 61% dan kandungan pati (dasar kering) sebesar 37,23%. Bahan baku kemudian diiris melintang (tebal 5 mm) dan dikeringkan dengan variasi suhu sampai mencapai berat tertentu. Tabel 3. Data berat bahan dengan irisan melintang pada suhu tertentu Waktu,t Berat, W (gram) (menit) 80 o C 70 o C 60 o C 50 o C 40 o C 0 1,987 2,011 2,098 2 1,985 60 1,344 1,528 1,647 1,593 1,614 120 0,798 1,124 1,346 1,391 1,428 186 0,669 0,787 1,016 1,169 1,28 192 0,668 0,775 0,986 1,149 1,265 246 0,733 0,821 0,967 1,141 252 0,732 0,812 0,949 1,127 345 0,746 0,761 0,911 351 0,745 0,757 0,9 360 0,75 0,879 450 0,716 0,796 456 0,715 0,794 525 0,765 531 0,764 Berdasarkan data tersebut akan didapat kadar air (dasar kering) dengan menggunakan persamaan (1) seperti pada tinjauan pustaka, maka akan didapatkan kadar air (dasar kering) seperti dicantumkan pada tabel 4. Tabel 4. Data kadar air (dasar kering) hasil pengeringan variasi suhu Waktu,t Kadar air (dasar kering), X (%) (menit) 80 o C 70 o C 60 o C 50 o C 40 o C 0 197,46 174,73 181,61 179,72 159,82 60 101,20 108,74 121,07 122,80 111,26 120 19,46 53,55 80,67 94,55 86,91 186 0,15 7,51 36,38 63,50 67,54 192 5,87 32,35 60,70 65,58 246 0,14 10,20 35,24 49,35 252 8,99 32,73 47,51 345 0,13 6,43 19,24 351 5,87 17,80 360 4,90 15,05 450 0,14 4,19 456 3,93 525 0,13 Berdasarkan data hasil perhitungan seperti dicantumkan pada Tabel 4, dapat dinyatakan menjadi grafik hubungan kadar air (dasar kering) dengan waktu pengeringan variasi suhu seperi pada Gambar 4. 200% 150% 100% 50% Gambar 4. Grafik Hubungan Waktu Pengeringan dengan Kadar Air (Dasar Kering) Variasi Suhu Berdasarkan kadar air (dasar kering) dan waktu pengeringan dapat dihitung kecepatan pengeringan dengan menggunakan persamaan (2) seperti pada tinjauan pustaka, sehingga akan didapatkan kecepatan pengeringan yang dicantumkan pada Tabel 5. Tabel 5. Data kecepatan pengeringan pada berbagai suhu X (%) 0% 0 200 400 Waktu pengeringan, t (menit) 80 C 70 C 60 C 50 C 40 C Kecepatan pengeringan, R (kgh 2 O/(m 2.j)) 80 o C 70 o C 60 o C 50 o C 40 o C 200 4,737 190 6,458 180 7,981 4,375 3,742 4,040 170 6,576 4,666 4,709 4,647 160 4,983 5,441 4,630 4,053 1,834 150 4,806 4,306 3,620 3,025 3,898 140 4,540 3,667 2,624 2,510 4,268 130 4,514 2,936 2,120 1,860 3,244 3

Kecepatan pengeringan, R (kgh 2 O/(m 2.j)) 120 4,191 2,797 1,916 1,396 2,793 110 4,013 2,694 1,829 1,213 1,921 100 3,845 2,555 1,740 1,156 1,696 90 3,465 2,421 1,654 1,100 0,942 80 3,415 2,309 1,461 1,043 0,892 70 3,136 2,170 1,480 1,084 0,841 60 3,075 2,060 1,392 0,928 0,792 50 2,903 1,921 1,303 0,872 0,742 40 2,303 1,782 1,217 0,814 0,693 30 1,800 1,676 1,129 0,752 0,643 20 1,217 1,141 0,696 0,697 0,508 10 0,708 0,493 0,256 0,255 0,233 Berdasarkanhasil perhitungan seperti dicantumkan pada Tabel 4, dapat dinyatakan menjadi grafik hubungan kadar air (dasar kering) dengan kecepatan pengeringan seperti pada Gambar 5. 8 6 4 2 0 0% 100% 200% Kadar air dasar kering, X (%) Gambar 5.Grafik Hubungan Kadar Air (Dasar Kering) dengan Kecepatan Pengeringan 80 C 70 C 60 C 50 C 40 C Pembahasan Bahan hasil yang dikeringkan akan menyusut dan kenampakan bahan berubah yang diakibatkan oleh pemanasan dan berkurangnya kandungan air. Pada percobaan pendahuluan yang dilakukan untuk variasi bentuk, yaitu bentuk irisan membujur dan melintang, didapatkan bahwa waktu yang diperlukan pada pengeringan dengan bentuk irisan melintang lebih sedikit dibandingkan dengan bentuk irisan membujur, seperti ditunjukkan grafik hubungan waktu pengeringan dengan kadar air (dasar kering)variasi bentuk seperti pada Gambar 3. Hal tersebut dikarenakan pori-pori bawang putih pada bentuk irisan melintang lebih terbuka dibandingkan pada bentuk irisan membujur, sehingga air yang terkandung dalam bahan lebih mudah menguap dan waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan menjadi lebih sedikit. Sehingga pada pengeringan bawang putih selanjutnya dilakukan dengan bentuk irisan melintang. Berdasarkan dari grafik hubungan waktu pengeringan dengan hubungan kadar air (dasar kering) variasi suhu seperti pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa, semakin tinggi suhu maka pengurangan kandungan air di dalam bahan lebih cepat terjadi, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengeringan semakin sedikit. Sedangkan berdasarkan darigambar 6 yang menyatakan grafik hubungan antara kadar air (dasar kering) dengan kecepatan pengeringan, terlihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka kecepatan pengeringan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh karena semakin tinggi suhu pengeringan maka air yang terkandung dalam bahan semakin cepat menguap dan kecepatan pengeringan tertinggi berada di awal proses pada kondisi bahan masih banyak mengandung air. Berdasarkan kualitas produk yang mengacu pada warna, waktu proses pengeringan dan kecepatan pengeringan, diperoleh kondisi operasi yang terbaik pada suhu 70 o C dengan bentuk melintang. Pada suhu 70 o C, warna produk masih bagus yaitu kuning pucat dengan kadar pati 35,44% (basis kering), dan waktu pengeringan yang diperlukan selama 252 menit atau 4,2 jam dan memiliki periode kecepatan pengeringan tinggi yang cukup lama. KESIMPULAN 1. Pengeringan bawang putih memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan dengan menggunakan bentuk irisan melintang dibandingkan dengan bentuk irisan membujur. 2. Semakin tinggi suhu pengeringan, maka kecepatan pengeringan semakin tinggi dan waktu pengeringan semakin sedikit. 3. Pada proses pengeringan bawang putih yang terbaik pada suhu 70 o C dengan waktu pengeringan 252 menit atau 4,2 jam yang menghasilkan produk bawang putih kering dengan warna kuning pucat dan kadar pati 35,44% (dasar kering). SARAN 1. Untuk penelitian tentang pengeringan selanjutnya sebaiknya dilakukan pada tekanan vaccum, agar proses pengeringan dapat dilakukan lebih cepat dan zat gizi dalam bahan terjaga. 2. Perlu dilakukan analisis kandungan zat gizi lain (selain pati) bawang putih hasil pengeringan untuk dibandingkan dengan bawang putih segar. DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, C.J.,1983, Transport Process and Separation Process Principles, Prentice Hall, New Jersey. Perry, R.H. and Green, D.W., 2008, Perry s Chemical Engineers Handbook, 8 th ed., McGraw-Hill, New York. Wibowo, S., 2001, Budidaya Bawang, Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay, Penebar Swadaya, Jakarta. 4

Yudha, K. S., 2012, Penentuan Karakteristik Pengeringan Bengkuang (Cucurbita Moschata), Penelitian Teknik Kimia, IST AKPRIND. http://en.wikipedia.org/wiki/garlic, diakses hari Kamis, 14 Agustus 2014 pada pukul 06:20 WIB. 5