BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) termasuk sayuran buah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian

BAB IX PEMBAHASAN UMUM

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi, tahan hama dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1928, biji anggrek berhasil ditumbuhkan melalui kultur in vitro

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN VANILI (Vanilla planifolia) SOMAKLON TERHADAP PENYAKIT BUSUK BATANG VANILI (BBV)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

PENGARUH 2.4 D DAN BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

PENDAHULUAN. ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai ton dengan luas wilayah. penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

Oleh : Erwin Maulana Farda Arifta Nanizza Lidwina Roumauli A.S Ramlah Hardiani

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Sektor ini berperan cukup besar dalam memberi kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan bagian yang dapat memperkuat daya saing harga produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia dan menjadi alasan kuat untuk selalu mengembangkan produk perkebunan (Anonymous, 2010). Salah satu komoditas perkebunan dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi dan telah mempunyai nama cukup baik di pasaran Internasional adalah vanili. Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri yang dibudidayakan di negara beriklim tropis dan salah satu komoditas ekspor penghasil devisa yang masih cukup potensial dikembangkan di Indonesia (Hadisutrisno, 2004; Hadipoentyanti et al., 2007). Di pasaran internasional vanili Indonesia dikenal dengan sebutan Java Vanilla Beans karena mempunyai kualitas terbaik dengan kadar vanillin 2,75%, sedang pesaing utama adalah Madagaskar dengan kadar vanillin 1,91-1,98%, Sri Langka 1,48%, dan Meksiko 1,89-1,98% (Hadisutrisno, 2004). Sementara United Nations Development Programme (UNDP), merekomendasikan bahwa vanili Indonesia tidak berbeda dari "Bourbon vanili" yang memiliki citra komoditas sangat baik di masyarakat internasional (Kahane et 1

al., 2008; Umamaheswari & Mohanan, 2011). Hal tersebut menjadi modal dasar bagi vanili Indonesia untuk terus memperluas pasaran ekspor, guna meningkatkan penerimaan devisa negara serta meningkatkan pendapatan petani (Barani, 2008). Vanili banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, dan obat-obatan; pada saat ini vanili sedang dikembangkan penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan parfum dalam bentuk tincture atau absolut (Kalimuthu et al., 2006; Abebe et al., 2009; Mengesha, 2012). Kebutuhan vanili saat ini sangat tinggi seiring dengan meningkatnya industri berbasis vanili, maka Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar dalam pengembangan komoditas ini. Perkembangan trend masyarakat dunia yang cenderung menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam (back to nature) dibandingkan dengan penggunaan vanili sintetik diharapkan juga akan mendukung pengembangan vanili Indonesia (Anonymous, 2009). Sebagian besar vanili di Indonesia diusahakan oleh rakyat maka tingkat produktivitas yang dicapai sekarang belum maksimal, dengan demikian produksi vanili dalam negeri masih dapat ditingkatkan. Beberapa kendala dalam pengembangan vanili di Indonesia masih ada, antara lain harga yang tidak stabil dan kualitas produk yang rendah. Mutu vanili Indonesia masih banyak yang belum memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan adanya pencampuran benda-benda asing maupun issue kandungan air raksa (merkuri). Kendala utama yang lain adalah adanya gangguan penyakit busuk batang vanili yang selama ini masih belum maksimal dalam penanggulangannya (Hadisutrisno, 2004; Tombe, 2010). 2

Penyakit busuk batang vanili (BBV) merupakan penyakit utama dan menjadi salah satu kendala dalam sistem produksi vanili di Indonesia sejak 1960 (Hadisutrisno, 2004; Tombe, 2010). Penyakit BBV disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. vanillae (Fov) yang dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dengan akibat matinya tanaman 50-100%, memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi 2 kali panen atau bahkan tidak dapat berproduksi serta mutu buah yang berasal dari tanaman yang sakit sangat rendah (Hadisutrisno, 2004). Penularan utama penyakit BBV adalah melalui stek vanili sakit sebagai bahan perbanyakan, padahal stek vanili yang sehat sulit ditemukan, dan cara ini ternyata masih memberikan peluang terbawanya penyakit dalam stek vanili antara 7-32% (Tombe dan Sitepu, 1987; Tombe, 2010). Salah satu alternatif cara yang mungkin efisien dan efektif untuk mengendalikan jamur Fov penyebab penyakit BBV antara lain adalah dengan menggunakan kultivar yang tahan terhadap jamur tersebut. Penggunaan kultivar unggul yang tahan terhadap Fov dengan daya hasil tinggi merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang penting dan tidak menimbulkan dampak negatif seperti penggunaan pestisida. Pengembangan kultivar vanili tahan Fov tersebut dapat dilakukan antara lain dengan metode seleksi in vitro yaitu mengkulturkan eksplan berupa jaringan atau organ pada medium yang mengandung asam fusarat (AF) konsentrasi selektif. Asam fusarat merupakan metabolit yang dihasilkan oleh beberapa spesies jamur dari genus Fusarium. Secara kimia AF disebut 5-n-butylpicolinic acid. Asam ini dapat bersifat toksin (konsentrasi lebih dari 10-5 M) yang berperan 3

menghambat oksidasi sitokinin dan proses respirasi pada mitokondria, menurunkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) pada plasma membran serta mereduksi aktivitas polifenol sehingga menghambat pertumbuhan dan regenerasi biakan (Landa et al., 2002; Bouizgarne et al., 2006), tetapi pada konsentrasi yang non toksik (di bawah 10-6 M) justru membantu mengimbas sintesis fitoaleksin, suatu bentuk respon tanaman untuk menghambat aktivitas patogen (Bouizgarne et al., 2006). Ketahanan terimbas merupakan ketahanan yang terekspresi setelah patogen menyerang (Huang, 2001). Beberapa parameter dapat menggambarkan terjadinya mekanisme ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen antara lain peningkatan senyawa fenol, peningkatan enzim peroksidase (termasuk kelompok PR-protein), dan adanya lignifikasi (Vidhyasekaran, 1997; Agrawal et al., 1999; Lea & Leegood, 1999). Arai dan Takeuchi (1993) menyatakan bahwa ada korelasi positif antara ketahanan planlet terhadap toksin dengan ketahanan tanaman terhadap Fusarium. Penggunaan AF sebagai agens penyeleksi dalam seleksi in vitro dapat menghasilkan sel atau jaringan mutant yang insensitif terhadap AF, sehingga setelah diregenerasikan menjadi tanaman dapat menghasilkan galur yang resisten terhadap infeksi patogen. Regenerasi planlet vanili secara in vitro perlu dilakukan untuk mendahului proses seleksi dengan AF. Prinsip utama kultur in vitro adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian meristem vegetatif tanaman (eksplan) dalam medium buatan yang mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) pada kondisi aseptik. Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan di dalam kultur in vitro 4

terdiri dari golongan auksin seperti 2,4-Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D), Naphthalene Acetic Acid (NAA), dan golongan sitokinin misalnya Benzyl Amino Purine (BAP) (Yusnita, 2003; Rout et al., 2006). Identifikasi mutan atau varian yang insensitif terhadap AF dengan seleksi in vitro pernah dilakukan pada tanaman tomat (Toyoda et al., 1984), pisang (Morpurgo et al., 1994; Matsumoto et al., 1995), gladiol (Remotti et al., 1997), dan nanas (Borras et al., 2001), menunjukkan bahwa somaklonal dari hasil regenerasi massa sel yang tahan terhadap toksin tersebut juga tahan terhadap patogen, dan sifat ini diturunkan pada generasi berikutnya. Beberapa peneliti yang pernah melakukan penelitian pada vanili dengan menggunakan AF antara lain: Kosmiatin et al. (2000) dan Inayati (2003), masing-masing menggunakan eksplan berupa embrio struktur globuler ukuran 1 cm dan tunas vanili, namun belum memberikan hasil yang memuaskan. Pada tanaman yang diperlakukan dengan AF, akan mengaktivasi gen-gen di antaranya gen peroksidase (Saravanan et al., 2004). Perbandingan pita protein yang terbentuk melalui pemisahan elektroforesis dapat dilakukan untuk mengidentifikasi produk gen yang dihasilkan selama planlet vanili diseleksi dengan menggunakan AF. Metode elektroforesis protein satu dimensi dengan Sodium Dodecyl Sulphate-Polycrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) merupakan salah satu metode untuk menganalisis protein dengan memisahkan pita-pita protein yang ada di dalam sampel berdasarkan berat molekulnya (Maniatis et al., 1982). Selain itu, keragaman genetik pada planlet vanili akibat perlakuan dengan AF, dapat dideteksi dengan penanda molekular, salah satunya 5

adalah Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Metode RAPD adalah penanda berbasis Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan 10 basa primer acak (Welsh & Mc Clelland, 1990; Williams et al., 1990). Penggunaan AF dalam konsentrasi yang toleran sejauh ini belum dilaporkan secara pasti dan tepat untuk pengimbasan ketahanan planlet vanili terhadap Fov. Penelitian ini dilakukan berdasarkan uraian di atas, untuk mendapatkan kandidat planlet vanili yang tahan terhadap jamur Fov dengan menggunakan AF. Dari penelitian ini kedepan diharapkan diperoleh bibit vanili tahan Fov, penyebab penyakit busuk batang, selanjutnya akan dapat meningkatkan kembali mutu dan produksi vanili di Indonesia dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka untuk memperoleh kandidat planlet vanili yang tahan F. oxysporum f. sp. vanillae, beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan adalah: 1. a. Bagaimana kombinasi konsentrasi 2,4-D dan NAA yang tepat untuk inisiasi kalus vanili dan perkembangan tunas dari eksplan pucuk batang? b. Berapa konsentrasi BAP yang tepat untuk inisiasi tunas vanili dari eksplan nodus batang? 2. Berapa kisaran konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet vanili dengan pertumbuhan optimum? 6

3. Berapa konsentrasi asam fusarat optimum dalam menekan perkembangan F. oxysporum f.sp. vanillae secara in vitro? 4. a. Bagaimana analisis profil protein dapat menjelaskan mekanisme ketahanan planlet vanili terhadap F. oxysporum f.sp. vanillae? b. Bagaimana pola DNA planlet vanili tahan F. oxysporum f.sp. vanillae bila dibandingkan dengan planlet vanili tanpa perlakuan asam fusarat? 5. Bagaimana karakter ekspresi yang spesifik pada planlet vanili tahan F. oxysporum f.sp. vanillae berdasarkan kadar fenol total, aktivitas peroksidase, ketebalan lignin, kadar klorofil total, klorofil a, dan klorofil b, serta struktur anatomi akar dan batang? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. a. Menentukan kombinasi konsentrasi 2,4-D dan NAA yang tepat untuk inisiasi kalus vanili dan perkembangan tunas dari eksplan pucuk batang. b. Menentukan konsentrasi BAP yang tepat untuk inisiasi tunas vanili dari eksplan nodus batang. 2. Mengetahui kisaran konsentrasi asam fusarat toleran untuk seleksi planlet vanili dengan pertumbuhan optimum. 3. Menentukan konsentrasi asam fusarat yang optimum dalam menekan perkembangan F. oxysporum f.sp. vanillae secara in vitro. 7

4. a. Menganalisis profil protein untuk menjelaskan mekanisme ketahanan planlet vanili terhadap F. oxysporum f.sp. vanillae. b. Menganalisis pola DNA planlet vanili tahan F. oxysporum f.sp. vanillae bila dibandingkan dengan planlet vanili tanpa perlakuan asam fusarat. 5. Mengetahui dan menganalisis karakter ekspresi yang spesifik pada planlet vanili tahan F. oxysporum f.sp. vanillae meliputi kadar fenol total, aktivitas peroksidase, ketebalan lignin, peningkatan klorofil total, klorofil a, dan klorofil b, serta struktur anatomi akar dan batang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai beberapa tahapan untuk mendapatkan planlet vanili yang tahan terhadap F. oxysporum f. sp. vanillae, penyebab penyakit busuk batang, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi vanili di Indonesia. Bibit vanili tahan terhadap penyakit tersebut diharapkan dalam jangka panjang dapat tersedia, sehingga mutu vanili di Indonesia dapat ditingkatkan kembali. Secara ilmiah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pemuliaan tanaman, analisis molekular, dan ilmu terapan yang terkait. 8