ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

VII. ANALISIS FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

Biaya Investasi No Uraian Unit

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

No Keterangan Jumlah Satuan

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

ASPEK FINANSIAL Skenario I

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

VII. RENCANA KEUANGAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

Transkripsi:

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada usaha Gudang Lele memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria penilaian investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk menganalisis empat kriteria tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari peralatan investasi terlama yang digunakan untuk kegiatan produksi ikan lele phyton. 7.1. Arus penerimaan dan Pengeluaran Pada analisis kelayakan pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele perlu menghitung manfaat dan biaya yang digunakan dalam pengusahaan ikan lele phyton. Dalam perhitungan manfaat dan biaya pada analisis finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian. 7.1.1. Arus Pengeluaran (outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele pada usaha Gudang Lele terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Analisis biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek atau usaha yang dilaksanakan. 7.1.2. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan lagi. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi

kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan pengusahaan ikan pada usaha Gudang Lele. Biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton di usaha Gudang Lele meliputi lahan yang merupakan lahan sendiri, dan induk ikan lele. Biaya investasi lain yang diperlukan adalah serokan, mesin sedot, selang, mesin pompa, ember, bak sortir dan kakaban. Sementara itu biaya investasi yang diperlukan dalam pengusahaan pemesaran ikan lele adalah lahan, kolam semen, serokan, mesin pompa, mesin sedot, bak sortir, jaring, selang dan ember. Adapun rincian biaya investasi pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton dapat dilihat pada Tabel 8. Investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 105.065.000,00 (Tabel 8), sedangkan investasi awal yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 72.190.000,00 (Tabel 9). Umur ekonomis dari pengusahaan pembenihan ikan lele phyton dan Pembesaran ikan lele phyton adalah 10 tahun. Hal ini dilihat dari peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya investasi selain dikeluarkan di awal tahun bisnis, juga dikeluarkan pada beberapa tahun setelah bisnis berjalan, seperti untuk mengganti peralatan atau komponen investasi yang umurnya sudah habis namun operasional bisnisnya masih berjalan. Biaya investasi yang dikeluarkan tersebut disebut reinvestasi. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah plastik terpal, induk ikan lele, serokan, mesin sedot, selang, mesin pompa, bak sortir, kakaban, drum dan ember, sedangkan biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah serokan, mesin pompa, mesin sedot, ember, bak sortir, jaring dan drum. Adapun rincian biaya reinvestasi pada pembenihan ikan lele phyton usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan rincian biaya reinvestasi pada pembesaran ikan lele phyton usaha Gudang Lele dapat dilihat pada dan Lampiran 12. 89

Tabel 8. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 400 Meter - 200.000 80.000.000 2 Kolam : a) Kolam induk Uk. (5m x 8m) 1 Buah - 2.000.000 2.000.000 b) Kolam Terpal Uk. (2m x 3m) 29 Buah 2 300.000 8.700,000 c) Kolam Terpal Uk. (1m x 2m) 6 Buah 2 100.000 600.000 d) Kolam Semen Uk. (3m x 3m) 3 Buah 10 900.000 2.700.000 e) Kolam Semen Uk. (3m x 6m) 1 Buah 10 1.800.000 1.800,000 3 Induk ikan lele phyton 100 Ekor 2 50,000 5,000,000 4 Serokan : a) Serokan kecil 10 Buah 2 10,000 100,000 b) Serokan besar 1 Buah 2 45,000 45,000 5 Selang 50 Meter 2 4,000 200,000 6 Pompa air 1 Buah 5 1,300,000 1,300,000 7 Mesin sedot 4 Buah 5 300,000 1,200,000 8 Ember 4 Buah 2 30,000 120,000 9 Bak sortir 8 Buah 2 30,000 240,000 10 Drum 3 Buah 2 20,000 60,000 11 Kakaban 20 Biji 2 50,000 1,000,000 Total Biaya Investasi 105,065,000 90

Tabel 9. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Satuan Umur Ekonomis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Lahan 250 Meter - 200,000 50,000,000 2 Kolam : a) Kolam Tanah Uk. (5m x 8m) 2 Buah - 2,000,000 4,000,000 f) Kolam Tanah Uk. (2m x 10m) 1 Buah - 1,000,000 1,000,000 g) Kolam Tanah Uk. 5m x 4m) 1 Buah - 1,000,000 1,000,000 h) Kolam Semen Uk. (3m x 3m) 13 Buah 10 900,000 11,700,000 3 Mesin sedot 2 Buah 5 1,300,000 2,600,000 8 Ember 10 Buah 2 30,000 300,000 9 Bak sortir 13 Buah 2 30,000 390,000 10 Drum 10 Buah 2 20,000 200,000 11 Jaring 100 Meter 2 10,000 1,000,000 Total Biaya Investasi 72,190,000 7.1.3. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya lainnya. 7.1.3.1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha Gudang Lele yaitu biaya gaji tenaga kerja, biaya transportasi, biaya perawatan peralatan yang digunakan, biaya abodemen listrik, dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele adalah Rp 52.027.000, sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah Rp 52.227.000 Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Tabel 9 (pembenihan) dan Tabel 10 (pembesaran). 91

Tabel 10. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Harga (Rp/bulan) Pembenihan Ikan Lele Phyton 1 Gaji Tenaga Kerja 3 orang 1.250.000 45.000.000 2 Abodemen Listrik - 50.000 600.000 3 Biaya Transportasi - 10.000 3.600.000 4 Biaya Perawatan - - 200.000 5 Plastik Packing 10 kg 12.500 125.000 6 Karet 2 kg 36.000 72.000 7 Sikat 4 buah 7.500 30.000 8 Pemakaian Listrik - - 2.400.000 Total Biaya Tetap 52.027.000 Tabel 11. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Uraian Jumlah Harga (Rp/bulan) Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 Gaji Tenaga Kerja 3 orang 1.250.000 45.000.000 2 Abodemen Listrik - - - 3 Biaya Transportasi - 5.000 3.600.000 4 Biaya Perawatan - 400.000 5 Plastik Packing 250 12.500 3.125.000 6 Karet 2 36.000 72.000 7 Sikat 4 7.500 30.000 8 Pemakaian Listrik - - - Total Biaya Tetap 52.227.000 7.1.3.2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, biaya variabel yang sangat berpengaruh 92

adalah pakan. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele pada pembenihan ikan lele phyton adalah pembelian pakan, plastik packing, karet, sikat dan pemakaian listrik. Sedangkan untuk kegiatan pembesaran ikan lele phyton, biaya variabel yang dikeluarkan adalah pembelian benih untuk kegiatan pembesaran, pembelian pakan, plastik packing, dan karet. Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha Gudang Lele dalam tahun pertama yaitu pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah sebesar Rp 67.920.000,00, sedangkan biaya yang dikeluarkan dalam pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar Rp 148.000.000,00 (Tabel 12). a. Biaya Pakan Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk adalah untuk memenuhi kebutuhan ikan tersebut, serta merangsang pertumbuhan gonad sehingga induk ikan dapat dengan cepat menghasilkan telur dan siap untuk dipijahkan. Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pelet dan ayam, sedangkan pakan yang diberikan kepada benih ikan lele adalah cacing sutra, pelet f999 dan pelet pf100. Pakan pelet yang diberikan kepada induk adalah berupa pelet kasar yaitu pelet 781 polos. Kebutuhan pakan untuk pembenihan adalah cacing sutra 100 liter untuk satu kali pemijahan dengan harga Rp 7.000,00 per liter, pelet F999 10 kg per satu kali pemijahan dengan harga Rp 8.000,00 per kg, pelet pf100 20 kg per satu kali pemijahan dengan harga Rp 8.000 per kg. Pakan untuk induk ikan lele phyton adalah ayam 18 kg per minggu dengan harga Rp 10.000,00 per kg dan pelet 781 polos 3,75 kg per hari dengan harga Rp 8.000 per kg, sehingga total biaya pakan pada pengusahaan pembenihan sebesar Rp 67.920.000,00. Sementara itu, biaya pakan yang dikeluarkan pada pengusahaan pembesaran adalah pelet f999 15 kg dengan harga Rp 8.000 per kg, pelet 781-2 25 kg dengan harga Rp 8.000 per kg, pelet 781 polos 110 kg dengan harga Rp 8.000,00 per kg, dan pelet tenggelam 350 kg dengan harga Rp 5.000 per kg, sehingga total biaya pakan pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton sebesar Rp 148.000.000,00. b. Biaya Pembelian benih Pembelian benih yang dilakukan oleh usaha Gudang Lele digunakan dalam melakukan kegiatan pembesaran. Benih yang dibeli berasal dari petani 93

yang melakukan usaha pembenihan di sekitar wilayah Bekasi. Jumlah benih yang dibeli yaitu sebanyak 50.000 ekor per tiga bulan dengan harga Rp 150,00 per ekor. Sehingga total biaya pembelian benih yang dilakukan olh usaha Gudang Lele sebesar Rp 30.000.000,00. Adapun rincian biaya variabel dari usaha Gudang Lele pada Tabel 12. Tabel 12. Rincian Biaya Variabel Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. 1 Pakan : Uraian Pembenihan Ikan Lele Phyton Pembesaran Ikan Lele Phyton a) Cacing sutra 33.600.000 - b) Pelet F999 3.840.000 4.800.000 c) Pelet pf100 11.040.000 8.000.000 d) Pelet F781 polos 10.800.000 35.200.000 e) Pelet tenggelam - 70.000.000 f) Ayam 8.640.000-2 Pembelian Benih - 30,000,000 Total Biaya Variabel 67.920.000 148.000.000 7.1.3.3. Biaya Lainnya Disamping biaya tetap dan biaya variabel terdapat juga biaya lainnya. Pada usaha Gudang Lele, biaya lainnya terdiri dari biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan Biaya pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Total biaya lainnya pada kegiatan pembenihan ikan lele phyton sebesar Rp 35.682.523,83, sedangkan pada kegiatan pembesaran ikan lele phyton adalah Rp 35.501.692,83. Adapun Rincian biaya lainnya dapat dilihat pada Tabel 13. 94

Tabel 13. Rincian Biaya Lainnya Pada Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Gudang Lele No. Uraian Pembenihan Ikan Lele Phyton Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 PBB 285.700 104.860 2 Pokok Pinjaman + Bunga 35.396.832,83 35.396.832,83 Total Biaya Variabel 35.682.523,83 35.501.692,83 7.2. Arus Penerimaan Pada pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele, jenis pengusahaan yang dijalankan adalah pengusahaan pembenihan ikan lele dan pengusahaan pembesaran ikan lele. Penerimaan yang diperoleh dari masingmasing jenis pengusahaan ikan lele berasal dari jumlah penjualan benih ukuran 5-8 cm dan ikan lele konsumsi dengan harga jual pada masing-masing produk adalah Rp 200,00 per ekor untuk benih ukuran 5-8 cm (180 ekor per kg), sedangkan untuk ikan ukuran konsumsi adalah Rp13.000,00 per kilogram (9-10 per ekor). Untuk kegiatan pembenihan sampai dengan pendederan dalam satu tahun dilakukan sebanyak 4 kali, sesuai dengan jumlah induk yang dimiliki oleh petani pembenihan ikan lele. Untuk pengusahaan pembenihan sampai dengan pendederan ikan lele dalam satu tahun dapat melakukan pemijahan sebanyak 4 kali. Satu pasang induk terdiri dari satu induk jantan dan satu induk betina (berpasangan yaitu 1:1). Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk dapat menghasilkan 30.000 butir telur dengan derajat penetasan telur adalah 90 persen yang akan menghasilkan 27.000 ekor larva dari 30.000 butir telur yang terbuahi. Larva yang hidup memiliki tingkat kemampuan hidup (Survival Rate/SR) sebanyak 85 persen yang akan menghasilkan 22.950 ekor, sehingga penerimaan untuk kegiatan pembenihan yaitu 22.950 ekor benih x 48 x Rp 200,00 per ekor = Rp 220.320.000,00 pada tahun pertama. Selain penerimaan dari benih, pda kegiatan pembenihan juga penerimaan diperoleh dari induk lele phyton (afkir) yang sudah berumur 2 tahun. Induk ikan lele phyton tersebut akan dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp 95

13.000 per kilogram (2 ekor). Sehingga total penerimaan yang dihasilkan dari penjualan induk lele phyton (afkir) adalah 50 kg x Rp 13.000 per kg = Rp 650.000 setiap 2 tahun. Adapun total penerimaan pembenihan ikan lele phyton dapat dilihat pada Lampiran 9. Sementara itu, untuk pengusahaan ikan lele yang melakukan kegiatan pembesaran dalam satu tahun dilakukan 4 kali panen dengan kegiatan produksi setiap 3 bulan sekali. Pada pengusahaan pembesaran ikan lele dalam satu kali produksi jumlah benih yang ditebar sebanyak 50.000 ekor. Benih yang dihasilkan sebanyak 50.000 terbagi kedalam 2 kolam berisi 15.000 ekor benih untuk ukuran 5m x 8m dan 2 kolam sebanyak 5.000 ekor untuk kolam ukuran 2m x 10m dan ukuran 5m x4m, 12 kolam berisi 800 ekor dan 1 kolam berisi 400 ekor untuk kolam ukuran 3m x 3m. Penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan pembesaran dalam satu tahun adalah : 1) 5.000 kilogram x Rp 13.000,00 per kilogram x 4 (jumlah panen dalam satu tahun) yaitu Rp 260.000.000,00 Lampiran 10. 7.3. Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele menggunakan modal pinjaman. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 12 persen, ini berdasarkan suku bunga pinjaman (kredit) Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 2011. 7.3.1. Analisis Kelayakan Finansial Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Analisis kelayakan finansial yang digunakan untuk pengusahaan pembenihan ikan lele pada usaha Gudang Lele seluruh modal yang dipergunakan dalam menanamkan investasinya berasal dari modal pinjaman. Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 12 persen, hal ini berdasarkan suku bunga kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) bulan juli tahun 2011 pada saat melakukan penelitian. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi 96

pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu 25% tarif pajak flat. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele (Tabel 14). Tabel 14. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV 199.842.865,61 2 Net B/C 2,90 3 IRR 62,82 % 4 Payback Period 2,63 tahun / 2 tahun 8 bulan Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 13. dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 199.842.865,61 yang artinya bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. NPV sama dengan Rp 199.842.865,61 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari pengusahaan pembenihan ikan lele phyton selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton usaha Gudang Lele diperoleh nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,90 yang menyatakan bahwa pengusahaan pembenihan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2,90, artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,90 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada pengusahaan pembenihan ikan lele adalah 62,82 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 12 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 62,82 persen, dan karena nilai IRR lebih besar dari discount factor yaitu 12 persen maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Pengusahaan pembenihan ikan lele ini memiliki periode 97

pengembalian biaya investasi selama 2,63 tahun atau 2 tahun 8 bulan (Lampiran 20). 7.3.2. Kelayakan Analisis Finansial Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan ini berasal dari modal sendiri. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah sebesar 12 persen, berdasarkan tingkat suku bunga kredit Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2011 pada saat melakukan penelitian di usaha Gudang Lele. Perhitungan kelayakan finansial ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Tarif pajak yang digunakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tentang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu 25% tarif pajak flat. Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Periode. Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton usaha Gudang Lele (Tabel 12). Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 91.124.213,50, sehingga pengusahaan pembesaran ikan lele phyton ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai pada NPV yang diperoleh usaha Gudang Lele pengusahaan pembesaran ikan lele menunjukkan manfaat bersih yang diterima pada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 12 persen, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada pengusahaan pembesaran ikan lele adalah sebesar 2,26 dimana nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga pengusahaan ikan lele phyton ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2,26 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2,26 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 34,71 persen lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 12 persen. Hal ini berarti pengusahaan pembesaran ikan lele phyton layak untuk dilaksanakan 98

dengan tingkat pengembalian internal sebesar 34,71 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 3,78 tahun atau 3 tahun 9 bulan (Lampiran 21). Tabel 15. Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV 91.124.213,50 2 Net B/C 2,26 3 IRR 34,71 % 4 Payback Period 3,78 tahun / 3 tahun 9 bulan 7.4. Perbandingan Hasil Kelayakan Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Pada pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele phyton layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat jenis pengusahaan mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele pada usaha Gudang Lele (Tabel 16). Tabel 16. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Pengusahaan Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele No. Kriteria Investasi Pembenihan Ikan Lele Phyton Hasil Pembesaran Ikan Lele Phyton 1 NPV 199.842.865,61 91.124.213,50 2 Net B/C 2,90 2,26 3 IRR 62,82 % 34,71 % 4 Payback Period 2,63 tahun 3,78 tahun 2 tahun 8 bulan 3 tahun 9 bulan Berdasarkan Tabel 14, menunjukkan bahwa pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton merupakan pengusahaan yang memberikan 99

keuntungan lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton. Hal ini terlihat dari hasil analisis finansial, nilai NPV pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton lebih besar bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pada pengusahaan pembenihan ikan lele phyton menghasilkan nilai Net B/C dan nilai IRR yang lebih besar dari pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 2,90 dan 62,82 persen. Pada masa pengembalian biaya investasi (payback period) pengusahaan pembenihan lebih cepat bila dibandingkan dengan pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu selama 2,63 tahun atau 2 tahun 8 bulan. 7.5. Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter dan melihat tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi baik pada komponen manfaat dan biaya. Parameter yang digunakan pada kegiatan pembenihan ikan lele phyton yaitu penurunan harga jual benih ikan lele phyton, penurunan volume produksi benih ikan lele phyton dan kenaikan biaya variabel. Sedangkan parameter yang digunakan pada kegiatan pembesaran ikan lele phyton yaitu penurunan harga jual ikan lele phyton ukuran konsumsi, penurunan produksi ikan lele konsumsi dan kenaikan biaya variabel. Perubahan parameter ini menyebabkan keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol atau bisa juga dengan menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Hasil perhitungan analisis switching value usaha Gudang Lele pada pengusahaan pembenihan ikan lele untuk penurunan harga jual output yaitu benih ikan lele dengan ukuran 5-8 cm adalah sebesar 20,03 persen yaitu dari harga Rp 200,00 per ekor menjadi Rp 159,94 per ekor, sedangkan pada pengusahaan pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 7,83 persen dari harga Rp 13.000,00 per kilogram menjadi Rp 11.982,1 per kilogram. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan harga jual benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang 100

terjadi terhadap harga jual benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 20,03 persen (Lampiran 22) dan 7,83 persen (Lampiran 23). Hasil analisis switching value untuk penurunan produksi pada usaha pembenihan ikan lele phyton yaitu sebesar 20,03 persen dan penurunan produksi pada usaha pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 7,83 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi dari batas tersebut maka pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele menjadi tidak layak untuk diusahakan. Besarnya penurunan produksi benih ikan lele dan ikan lele ukuran konsumsi ini masih layak, apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi benih dan ikan lele ukuran konsumsi tidak lebih besar dari 20,03 persen (Lampiran 24) dan 7,83 persen (Lampiran 25). Hasil analisis switching value untuk kenaikan biaya variabel pada usaha pembenihan ikan lele phyton yaitu sebesar 66,66 persen dari total biaya variabel pada tahun 1 sebesar Rp 67.920.000 menjadi Rp 113.198.813, tahun 2 sebesar Rp 70.344.000 menjadi Rp 117.238.770, tahun 3 sebesar Rp 72.768.000 menjadi Rp 121.278.728. Dan kenaikan biaya variabel pada usaha pembesaran ikan lele phyton yaitu sebesar 14,53 persen dari total biaya variabel sebesar Rp 148.000.000 menjadi Rp 169.503.390. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pengusahaan pembenihan dan pembesaran ikan lele phyton masih layak untuk dilaksanakan apabila besarnya kenaikan biaya variabel tidak melebihi dari 62,5 persen untuk pembenihan ikan lele phyton (Lampiran 26) dan 11,6 persen untuk pembesaran ikan lele phyton (Lampiran 27). Adapun analisis switching value pada pengusahaan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Analisis Switching Value Pengusahaan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang lele No. Perubahan Pembenihan ikan lele phyton Hasil (%) Pembesaran ikan lele phyton 1 Penurunan Harga Jual 20,03 7,83 2 Penurunan Produksi 20,03 7,83 3 Kenaikan Biaya Variabel 66,66 14,53 101

Hasil analisis switching value diatas dapat disimpulkan bahwa usaha pembenihan ikan lele phyton sensitif terhadap perubahan yang terjadi, baik pada parameter penurunan harga jual dan volume produksi maupun pada parameter kenaikan biaya variabel. Hal ini terlihat dari persentase perubahan yang dihasilkan pada masing-masing parameter perubahan yaitu pada parameter penurunan harga jual dan penurunan volume produksi sebesar 20,03 persen dan pada parameter kenaikan biaya variabel sebesar 66,66 persen, sehingga apabila terjadi perubahan pada parameter baik harga jual, volume produksi maupun kenaikan biaya variabel akan berpengaruh terhadap hasil dari analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. Di sisi lain, usaha pembesaran ikan lele phyton sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Hal ini dapat terlihat dari persentase perubahan masing-masing parameter perubahan yaitu parameter penurunan harga jual dan volume produksi sebesar 7,83 persen dan parameter kenaikan biaya variabel sebesar 14,53 persen, sehingga apabila terjadi perubahan pada parameter baik harga jual, volume produksi dan kenaikan biaya variabel akan sangat berpengaruh terhadap hasil analisi kelayakan usaha pembesaran ikan lele phyton pada usaha Gudang Lele. 102