BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hidup. Selain berfungsi sebagai paru-paru dunia, hutan dianggap rumah bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan suatu pondasi alam dalam menyediakan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sangat bergantung pada lingkungan. Lingkungan telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dibalik penundaan ratifikasi ini. Kesimpulan yang penulis sampaikan

Bab IV Kesimpulan dan Saran

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER-SUMBER IKAN DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF ANTAR NEGARA ASEAN

Sebelum meratifikasi AATHP, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang rasional.

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010)

UPAYA UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penghubung, media rekreasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Hal tersebut menyebabkan negara-negara di seluruh dunia turut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. (UN, 2001). Pertumbuhan populasi dunia yang hampir menyentuh empat kali lipat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

PERTANGGUNGJAWABAN INDONESIA ATAS PENCEMARAN LINTAS BATAS NEGARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB II BAGAIMANA KETENTUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP SUAKA MARGASATWA KARANG GADING DAN LANGKAT TIMUR LAUT (KGLTL)

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri yang terjadi pada periode tahun yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam hayati merupakan unsur unsur alam yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH PEMBERLAKUAN AREA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kini semakin tua dan renta, selama jutaan tahun bahkan lebih. bumi telah menopang semua bentuk kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Indeks polutan Provinsi Riau sudah mencapai 900,29 u gram/m3 (Sumber: Pusat Data dan Informasi BNPB)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya yang terbengkalai dikarenakan perang dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, dimana salah satunya adalah dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan. Kebutuhan hidup yang terus meningkat semakin menambah kompleksnya masalah lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup kini telah menjadi salah satu masalah yang paling mendesak yang dihadapi oleh negara negara di dunia saat ini. Salah satu prioritas dalam kerangka kerja perserikatan bangsa bangsa dan juga badan badan internasional lainnya adalah mengenai lingkungan hidup. 1 Dalam perkembangan sejarah manusia telah ditemukan banyak alat bantu yang memudahkan pekerjaan manusia. Semenjak masa revolusi industri inilah maka kerusakan lingkungan dimulai. Perkembangan yang pesat dari kegiatan pembangunan seringkali menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kualitas lingkungan hidup. Perkembangan ini seiring juga dengan perkembangan masyarakat yang semakin sadar akan hak haknya, diantaranya adalah hak atas 1 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional (An Introduction To International Law) Jilid 2, Cet. 1, diterjemahkan oleh Bambang Iriana djajaatmaja (Jakarta : Sinar Grafika, 1992), hal. 592

lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat (Right To a Decent Environment). 2 Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tersebut, mendorong munculnya tuntutan agar berbagai aktifitas pembangunan dapat dijalankan secara lebih bertanggung jawab dan selaras dengan lingkungan hidup, melalui suatu perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan yang menjalankan prinsip prinsip pelestarian daya dukung lingkungan, sehingga dampak dampak buruk yang sekiranya muncul dapat diantisipasi, dikurangi atau dihilangkan. Ada kalanya tanpa kita sadari pembangunan yang kita lakukan telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang paling parah, apabila pembangunan itu dilakukan dengan cara cara yang dalam jangka pendek ataupaun jangka panjang dapat merusak lingkungan. Pengalaman telah menunjukkan, pembangunan dapat dan telah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Karena itulah rencana pembangunan yang ada harus diwaspadai sehingga terciptalah suatu pola pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan. Para pemerhati lingkungan melihat bahwa masalah konservasi alam dan pencemaran lingkungan hidup adalah dua maslah yang sangat kompleks, dimana keduanya membutuhkan kesadaran manusia untuk mengatasinya. 3 Hal ini disebabkan adanya pertentangan dalam hal masalah eksploitasi sumber daya alam dengan perdagangan, yang mana perdagangan pada initnya adalah mengeksploitasi sesuatu untuk kebutuhan pasar, sedangkan lingkungan menganut konsep yang sama sekali berbeda. 2 Achmad Sentosa et al., Penerapan Atas Tanggung Jawab Mutlak (Strict Lability) di bidang lingkungan hidup, (Jakarta : Indonesian Center For Environment Law (ICEL), 1997), hal 11 3 Robert C. Paehlke, Environmentalism and The Future Of Progresive Politics, (Massachusetts : Yale University Press, 1989), hal. 13

Polusi udara, merupakan salah satu hal yang utama dan merupakan salah satu bentuk kerusakan lingkungan. Salah satu penyebab polusi udara adalah kebakaran hutan yang terjadi dalam skala besar hingga menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup. Peristiwa peristiwa kebakaran hutan yang terjadi pada dasawarsa 1980 dan 1990an dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional, karena asap yang berasal dari kebakaran hutan itu telah menimbulkan dampak lingkungan dan kesehatan yang serius tidak saja terhadap masyarakat di negara yang di dalam yurisdiksinya kebakaran hutan terjadi, tetapi juga terhadap masyarakat di negara negara lain. Gejala ini lazim disebut sebagai pencemaran udara lintas batas (Transboundary Air Pollution). 4 Kebakaran hutan yang terjadi di dalam yurisdiksi Indonesia merupakan salah satu kontributor terjadinya pencemaran udara lintas batas. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, masyarakat internasional juga amat prihatin terhadap akibat akibat ekologis dari peristiwa kebakaran hutan di Indonesia, terutama mengingat bahwa hutan di Indonesia merupakan salah satu sistem hutan tropis di dunia yang sangat bernilai jika dilihat dari luas dan kekayaan kandungan keanekaragaman hayatinya. Karena itulah maka masyarakat internasional berusaha bekerjasama guna untuk menanggulangi peristiwa ini. Dalam hukum internasional, kedaulatan negara menjadi unsur yang paling penting dan utama. Yurisdiksi suatu negara telah dibatasi dengan perbatasan teritorial yang jelas. Dengan demikian suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas aktivitas aktivitas di wilayahnya. Namun konsep ini ternyata mulai dipertanyakan ketika suatu negara dalam kegiatannya menimbulkan dampak yang 4 Takdir Rahmadi, Aspek-Aspek Hukum Kebakaran Hutan Jurnal Hukum Lingkungan (Agustus 1999) hal. 84

merugikan negara lain atau wilayah lain di luar yurisdiksi negara tersebut. Indonesia sebagai subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional, juga sebagai negara tempat terjadinya kebakaran hutan yang turut merugikan negara lain. Daerah di Indonesia yang rawan terhadap kebakaran hutan termasuk daerah hutan dimana pepohonannya telah dibuka dan juga lahan. Area seperti ini dapat ditemukan di hampir seluruh Propinsi Indonesia. Dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di pulau pulau terluar Indonesia, kebakaran hutan menjadi suatu hal yang umum, dan terjadi tiap tahunnya. Berita media menyebutkan bahwa sekitar 1.200 kebakaran hutan telah terdeteksi di Kalimantan dan Sumatera. Biaya ekonomi akibat kebakaran ini telah jauh melampaui kerusakan lahan hutan. Hal yang sama mengenai kasus kasus kebakaran hutan juga terjadi di beberapa negara negara Asean seperti Malaysia, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Dan beberapa negara tersebut di atas, mengalami kebakaran hutan yang cukup besar, seperti di Sabah, Malaysia pada tahun 1982 1983 sekitar 1 juta hektar tanah dilaporkan terbakar yang diperkirakan disebabkan kemarau yang berkepanjangan yang menjadi penyebab utama kebakaran di Kalimantan. Menyadari akan berbahayanya dampak dari kebakaran hutan bagi kelangsungan lingkungan, maka mulailah masyarakat internasional membuat peraturan peraturan guna mencegah terjadinya pencemaran udara lintas batas. Hal ini pertama kali dilakukan oleh negara negara kawasan Eropa Barat dan Timur, serta Amerika Utara dengan menyepakati dan mengikatkan diri pada The Geneva Convention on the Long Range Transboundary Air Pollution, pada tahun

1979. Selain itu negara negara yang tergabung dalam ASEAN juga membuat kesepakatan ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources pada tahun 1985. B. PERUMUSAN MASALAH Perkembangan masyarakat dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan perubahan terhadap pola hidup manusia itu sendiri terhadap lingkungan hidup. Siapa yang menyangka bahwa kebakaran hutan yang terjadi di wilayah suatu negara selain menimbulkan dampak buruk baik bagi lingkungan hidup atau masyarakat negara itu sendiri, juga merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat negara lain. Oleh karena itu pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah pengertian dari polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan bagaimana dampaknya bagi manusia? 2. Bagaimanakah pengaturan mengenai polusi udara lintas batas dalam konteks konvensi internasional? 3. Bagaimanakah penanganan masalah masalah polusi udara lintas batas dalam ASEAN? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN Tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Memperoleh pengertian dan gambaran terhadap pengaturan mengenai polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan menurut pandangan Hukum Internasional

2. Mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang polusi udara lintas batas negara yang disebabkan oleh kebakaran hutan di dalam negara negara Anggota ASEAN 3. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan peraturan tentang polusi udara lintas batas di negara negara Anggota ASEAN D. KEASLIAN PENULISAN Penulis didalam merumuskan perumusan skripsi ini didasarkan atas inisiatif sendiri dengan melihat beberapa kasus yang pernah terjadi ataupun yang sedang dibicarakan baik masyarakat internasional maupun nasional. Didalam penulisan skripsi yang berjudul UPAYA UPAYA ASEAN DALAM MENGHADAPI POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN adalah asli tulisan penulis sendiri, karena menurut data yang ada pada administrasi fakultas Hukum Medan, khususnya pada Depertemen jurusan Hukum Internasional menyatakan bahwa tulisan dengan judul yang sama belum pernah diangkat dan di ulas oleh para pihak lain. Apabila ada tulisan yang hampir mirip, mungkin hanya dari segi redaksi saja, karena muatan / substansinya jelas berbeda dengan karya ilmiah ini. E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Didalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mengambil ataupun mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pokok bahasan dari berbagai

macam sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan, hal itu dilakukan demi keakuratan uraian ilmiah serta bukan daya imajinasi penulis sendiri. Bahan-bahan tersebut diperoleh berdasarkan Library Research yaitu : mengambil data kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum baik primer maupun sekunder, berupa konvensi-konvensi dan peraturan perundang-undangan baik nasional maupun internasional, seperti Konvensi Geneva 1979 (The Convention on Long Range Transboundary Air Pollution), PP No. 4 tahun 2001, ASEAN Cooperation Plan On Transboundary Air Pollution 1995, ASEAN Environmental Education Plan 2000 2005, ASEAN Agreement Transboundary Haze Pollution 2002, dan ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 1985 serta buku-buku yang memberikan informasi, dan internet juga literatur yang ditulis oleh para ahli hukum untuk dapat digunakan sebagai pedoman didalam pembahasan. F. METODE PENULISAN Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian kepustakaan, yaitu suatu cara pengumpulan data yang bersumber dari bahan-bahan kepustakaan dimana mengunakan buku-buku, majalah, dan peratuaran perundang-undangan baik nasional maupun internasional yang berisi mengenai polusi polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di Asia serta upaya upaya ASEAN dalam menghadapi polusi udara tersebut, untuk mengetahui dan memberikan penilaian terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan dari upaya upaya yang dilakukan oleh negara negara ASEAN dalam menghadapi polusi

udara lintas batas tersebut, baik dalam hal kerjasama maupun dalam hal perjanjian perjanjian mengenai polusi udara tersebut yang dibuat dan telah disepakati oleh negara negara ASEAN. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. G. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam sistematika penulisan ini, penulis ingin menjabarkan secara singkat mengenai isi dari skripsi ini. Skripsi ini dibagi dalam lima bab. Bab bab tersebut secara singkat adalah : BAB I Pendahuluan Dalam BAB I dikemukakan tentang apa yang menjadi latar belakang permasalahan, tujuan yang hendak dicapai dalam ruang lingkup pembahasan, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Karakteristik Polusi Udara Lintas Batas Negara Yang Disebabkan Oleh Kebakaran Hutan Dalam BAB II ini dibahas mengenai sumber sumber polusi udara, polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan penyebab serta dampak dari kebakaran hutan itu sendiri BAB III Pengaturan Polusi Udara Lintas Batas Negara Dalam Lingkup Hukum Internasional BAB III ini membahas mengenai pengaturan polusi udara lintas batas yang ada dalam lingkup internasional, dimana peraturan yang paling sering digunakan

adalah Geneva Convention on Long Range Transboundary Air Pollution tahun 1979 BAB IV Pengaturan Asean Dalam Menghadapi Polusi Udara Lintas Batas Negara Dalam BAB IV ini membahas mengenai bagaimana ASEAN menghadapi masalah polusi udara lintas batas yang terjadi di negara negara anggotanya dengan melakukan beberapa bentuk kerjasama. Selain itu juga akan dibahas mengenai peraturan peraturan tentang polusi udara karena kebakaran hutan dalam beberapa negara anggota ASEAN, dimana salah satunya adalah Indonesia sendiri. BAB V Penutup BAB V ini berisi kesimpulan dan saran saran tentang penanggulangan polusi udara lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan agar tidak merusak lingkungan hidup.