HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Lemak Abdominal Persentase lemak abdominal ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan ayam pembanding. Data rataan bobot potong, bobot dan persentase lemak abdominal ayam perlakuan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Bobot Potong dan Bobot Lemak Abdominal pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Lemak Persentase Lemak Abdominal Abdominal (%) Kampung Jantan 987 3,37 ± 0,29 0,32 ± 0,29 Kampung Betina 834,67 0,58 ± 0,11 0,07 ± 0,11 Arab Jantan 994,67 2,03 ± 0,16 0,21 ± 0,16 Arab Betina 844 5,56 ± 0,77 0,67 ± 0,77 Bobot Potong Bobot Lemak Persentase Lemak Abdominal Abdominal (%) Kampung Jantan 1259 14,82 1,18 Kampung Betina 1168 30,03 2,57 Arab Jantan 1252 16,65 1,33 Arab Betina 946 32,11 3,39 Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat di sekeliling ampela, usus, otot sekitar perut sampai ischium, bursa fabrisius dan kloaka (Sukada, 2007). Berdasarkan hasil uji sidik ragam pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa penggunaan ransum berserat kasar tinggi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penimbunan lemak abdominal pada setiap ayam perlakuan. Salah satu penyebab kecilnya persentase lemak abdominal karena kandungan serat kasar ransum yang semakin meningkat atau mengandung serat kasar yang tinggi (Sukada, 2007). Persentase bobot lemak abdominal ayam betina cenderung lebih tinggi dari ayam jantan (Kubena et al., 1974) tetapi tidak sesuai dengan Tabel 5 yang menunjukkan hasil bahwa ayam kampung betina perlakuan memiliki persentase rendah dibandingkan ayam jantan perlakuan maupun ayam perlakuan lainnya. Ayam perlakuan yang diberikan ransum berbasis serat kasar tinggi mendapatkan nilai persentase yang lebih rendah daripada ayam pembanding yang diberikan pakan komersial.
Ayam jantan lebih efisien dalam mengubah makanan menjadi daging, sehingga jumlah makanan yang ditimbun sebagai lemak abdominal lebih sedikit (Purbasari, 1990). Efisiensi penggunaan energi metabolis untuk mendeposit lemak, menurun dengan meningkatnya kandungan serta kasar di dalam ransum (Theriez et al., 1980). Pengaruh Ransum Terhadap Bobot, Volume, dan Volume Relatif Persentase bobot tembolok ayam jantan perlakuan dan pembanding cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan ayam betina perlakuan dan pembanding. Data rataan bobot tembolok, volume tembolok, dan volume relatif tembolok ayam perlakuan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Bobot Potong dan Bobot Organ pada Ayam dengan Bobot Persentase Bobot (%) Volume (ml) Volume Relatif (ml/g) Kampung Jantan 6,11 ± 0,37 0,68 ± 0,37 32,67 ± 0,01 0,03 ± 0,01 Kampung Betina 4,60 ± 0,18 0,55 ± 0,18 32,67 ± 0,01 0,04 ± 0,01 Arab Jantan 9,17 ± 0,10 0,94 ± 0,10 40 ± 0,002 0,04 ± 0,002 Arab Betina 7,60 ± 0,16 0,90 ± 0,16 29 ± 0,01 0,03 ± 0,01 Bobot Persentase Bobot (%) Volume (ml) Volume Relatif (ml/g) Kampung Jantan 8,83 0,70 52 0,04 Kampung Betina 7,87 0,67 45 0,04 Arab Jantan 17,34 1,38 65 0,05 Arab Betina 8,71 0,92 38 0,04 memiliki bentuk seperti kantong atau pundi pundi yang merupakan pembesaran dari oesophagus. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. berfungsi menyimpan dan menerima pakan untuk sementara sebelum masuk ke proventriculus (Nesheim et al., 1979). Ransum berbasis serat kasar tinggi pada Tabel 6 menunjukkan hasil sidik ragam yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan dengan peubah bobot tembolok dan volume tembolok. Ransum berserat kasar tinggi tidak menyebabkan tembolok pada ayam perlakuan mengalami pembengkakan. 15
Perbedaan persentase bobot tembolok dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan formulasi yang diberikan dan ukuran awal organ tembolok sebelum diberikan pakan formulasi daun katuk, serta dapat juga dipengaruhi oleh besarnya bobot hidup ayam. Hal ini karena adanya perbedaan respons biologis tiap spesies hewan percobaan berbeda (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988) dan dosis yang diberikan. Ayam kampung jantan menunjukkan volume relatif tembolok yang lebih rendah daripada ayam kampung betina, hal ini karena ayam kampung jantan lebih sedikit dalam menampung makanannya di dalam tembolok, selain itu aktivitas dalam tembolok didukung kondisi ph tembolok yang kurang efisien dibandingkan ayam kampung betina (Zhou et al., 1990). Volume relatif ayam perlakuan dengan ransum berbasis serat kasar tinggi didapatkan kisaran lebih rendah daripada volume relatif ayam pembanding. Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Gizard Persentase bobot gizard ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan ayam jantan perlakuan. Rataan bobot potong, bobot dan persentase gizard ayam perlakuan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Bobot Potong dan Bobot Gizard pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Gizard Persentase Gizard (%) Kampung Jantan 987 28,29 ± 0,29 0,029 ± 0,001 b Kampung Betina 834,67 25,43 ± 0,11 0,031 ± 0,003 a Arab Jantan 994,67 23,78 ± 0,16 0,024 ± 0,002 a Arab Betina 844 25,76 ± 0,77 0,030 ± 0,002 a Bobot Potong Bobot Gizard Persentase Gizard (%) Kampung Jantan 1259 22,93 0,018 Kampung Betina 1168 16,72 0,014 Arab Jantan 1252 17,2 0,014 Arab Betina 946 22,35 0,024 Angka yang diikuti oleh subscript adalah berbeda nyata pada taraf uji (P<0,05) Hasil uji sidik ragam persentase bobot gizard pada Tabel 7 didapatkan hasil berbeda nyata pada taraf (P<0,05) terhadap setiap ayam perlakuan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi. Persentase bobot gizard ayam perlakuan didapatkan hasil kisaran yang lebih tinggi antara 0,024% 0,031%, sedangkan 16
persentase bobot gizard ayam pembanding didapatkan kisaran antara 0,014% 0,024%. Pengaruh Ransum Terhadap Bobot dan Persentase Duodenum, Jejunum, Ilium, Sekum, dan Kolon Perhitungan bobot dilakukan terhadap organ saluran pencernaan, khususnya ialah bobot duodenum, bobot jejunum, bobot ilium, bobot sekum, dan bobot kolon. Bobot dan persentase duodenum akan ditampilkan pada Tabel 8, jejunum pada Tabel 9, Ilium pada Tabel 10, sekum pada Tabel 11, dan kolon pada Tabel 12. Duodenum Duodenum berbentuk huruf V dengan bagian pas descendens sebagai bagian yang turun dan bagian pas ascendens sebagai bagian yang naik (Akoso, 1998). Bobot dan persentase duodenum akan ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Bobot Potong dan Bobot Duodenum pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Duodenum Persentase Duodenum (%) Kampung Jantan 987 5,06 ± 0,10 0,53± 0,10 b Kampung Betina 834,67 4,56 ± 0,08 0,54 ± 0,08 ab Arab Jantan 994,67 4,56 ± 0,03 0,46 ± 0,03 b Arab Betina 844 5,76 ± 0,07 0,68 ± 0,07 a Bobot Potong Bobot Duodenum Persentase Duodenum (%) Kampung Jantan 1259 3,66 0,29 Kampung Betina 1168 4,12 0,35 Arab Jantan 1252 5,86 0,47 Arab Betina 946 3,66 0,39 Angka yang diikuti oleh subscript adalah berbeda nyata pada taraf uji (P<0,05) dan (P>0,01) Hasil uji sidik ragam Tabel 8 bobot duodenum yang diberikan ransum berbasis serat kasar tinggi pada ayam kampung betina perlakuan didapatkan hasil sangat berbeda nyata (P>0,01) dan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) pada ayam kampung jantan, ayam arab jantan, dan ayam arab betina perlakuan. Ayam arab betina mempunyai persentase bobot duodenum yang besar jika dibandingkan dengan persentase bobot duodenum ayam perlakuan lainnya. Tabel 8 menjelaskan bahwa persentase bobot duodenum ayam perlakuan memiliki kisaran yang lebih tinggi antara 0,46%-0,68%, sedangkan persentase bobot duodenum ayam pembanding berkisar antara 0,29%-0,47%. Kisaran persentase 17
bobot ayam pembanding lebih kecil daripada ayam perlakuan yang diberikan ransum berbasis serat kasar tinggi. Ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan perlakuan, kecenderungan ini disebabkan karena ayam betina perlakuan memiliki bentuk adaptasi yang lebih baik terhadap ransum berbasis serat kasar tinggi (Sturkie, 2000). Unggas yang diberi ransum berbasis serat kasar tinggi cenderung mempunyai saluran pencernaan yang lebih besar dibandingkan dengan unggas pemakan biji-bijian atau karnivora (Sturkie, 2000). Jejunum Jejunum merupakan bagian dari usus halus dengan fungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan nutrien, serta sebagai penggerak aliran ransum dalam usus (Akoso, 1998). Rataan bobot potong, bobot dan persentase jejunum ayam perlakuan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Bobot Potong dan Bobot Jejunum pada Ayam dengan Ransum Berbasi Serat Kasar Tinggi dan Ayam Bobot Potong Bobot Jejunum Persentase Jejunum (%) Kampung Jantan 987 8,56 ± 0,24 0,83 ± 0,24 Kampung Betina 834,67 6,26 ± 0,16 0,75 ± 0,16 Arab Jantan 994,67 8,62 ± 0,17 0,87 ± 0,17 Arab Betina 844 9,20 ± 0,54 1,08 ± 0,54 Bobot Potong Bobot Jejunum Persentase Jejunum (%) Kampung Jantan 1259 6,96 0,55 Kampung Betina 1168 9,12 0,78 Arab Jantan 1252 8,72 0,70 Arab Betina 946 7,58 0,80 Hasil uji sidik ragam bobot jejunum pada Tabel 9 dengan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan. Persentase bobot jejunum ayam perlakuan memiliki kisaran yang lebih tinggi daripada ayam pembanding. Peningkatan bobot relatif jejunum dan kemampuan perenggangan usus selain karena penggunaan serat kasar tinggi pada ransum, dapat juga disebabkan oleh tingginya level karbohidrat kompleks termasuk pati yang resisten, oligosakarida, dan polisakarida non pati dan oleh persentase lektin dalam ransum (Alonso et al., 2000 dan Bardocz et al., 1995). 18
Ilium Ilium juga merupakan bagian tari usus halus dengan fungsi yang sama seperti jejunum, yaitu sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan nutrien, serta sebagai penggerak aliran ransum dalam usus (Akoso, 1998). Ilium merupakan tempat terjadinya gerak peristaltik (kontraksi otot polos) yang bertujuan untuk mendorong bahan-bahan dalam sistem pencernaan ke sekum dan rektum (Blakely dan Bade, 1991). Rataan bobot potong, bobot dan persentase ilium ayam perlakuan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Bobot Potong dan Bobot Ilium pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Ilium Persentase Ilium (%) Kampung Jantan 987 6,58 ± 0,11 0,65 ± 0,11 Kampung Betina 834,67 6,25 ± 0,14 0,74 ± 0,14 Arab Jantan 994,67 5,99 ± 0,11 0,60 ± 0,11 Arab Betina 844 6,62 ± 0,14 0,78 ± 0,14 Bobot Potong Bobot Ilium Persentase Ilium (%) Kampung Jantan 1259 5,27 0,42 Kampung Betina 1168 6,9 0,59 Arab Jantan 1252 6,03 0,48 Arab Betina 946 6,58 0,70 Hasil uji sidik ragam bobot ilium pada Tabel 10 dengan ransum berbasis serat kasar tinggi didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan. Persentase bobot ilium cenderung lebih besar pada ayam betina perlakuan maupun ayam betina pembanding. Persentase bobot ilium ayam perlakuan didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada persentase bobot ilium ayam pembanding. Kecenderungan nilai persentase bobot ilium yang lebih tinggi pada ayam betina disebabkan karena kemampuan beradaptasi terhadap pakan yang diberikan lebih baik daripada ayam jantan (Sturkie, 2000). Sekum Sekum atau usus buntu mempunyai panjang sekitar 10 cm hingga 15 cm dan berisi calon feses (Akoso, 1998) dengan salah satu fungsi sebagai terjadinya digesti serat oleh aktivitas mikroorganisme (Akoso, 1998). Rataan bobot potong, bobot dan persentase sekum ayam perlakuan disajikan pada Tabel 11. 19
Tabel 11. Rataan Bobot Potong dan Bobot Sekum pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Sekum Persentase Sekum (%) Kampung Jantan 987 4,61 ± 0,09 0,45 ± 0,09 ab Kampung Betina 834,67 5,07 ± 0,20 0,61 ± 0,20 a Arab Jantan 994,67 3,19 ± 0,10 0,32 ± 0,10 b Arab Betina 844 2,64 ± 0,01 0,31 ± 0,01 b Bobot Potong Bobot Sekum Persentase Sekum (%) Kampung Jantan 1259 5,73 0,46 Kampung Betina 1168 2,92 0,25 Arab Jantan 1252 3,03 0,24 Arab Betina 946 2,42 0,26 Angka yang diikuti oleh subscript adalah berbeda nyata pada taraf uji (P<0,05) dan (P>0,01) Hasil uji sidik ragam bobot sekum Tabel 11 dengan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi didapatkan hasil sangat berbeda nyata pada taraf (P>0,01) yaitu ayam kampung jantan. Ayam perlakuan selain ayam kampung jantan didapatkan hasil yang berbeda nyata yaitu pada taraf (P<0,05). Ayam kampung betina mendapatkan hasil persentase bobot sekum paling tinggi sebesar 0,61% dan persentase bobot sekum terendah didapatkan oleh ayam arab betina sebesar 0,31%. Ayam kampung perlakuan cenderung memiliki hasil yang lebih besar daripada ayam arab perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada ayam kampung perlakuan lebih baik dalam beradaptasi terhadap ransum berserat kasar tinggi yang diberikan daripada ayam arab perlakuan dalam pertumbuhan sekum (Sutardi, l997). Persentase sekum ayam perlakuan didapatkan kisaran yang lebih tinggi antara 0,31% - 0,61%, sedangkan ayam pembanding dengan ransum komersil didapatkan kisaran persentase sekum antara 0,24% - 0,46%. Kolon Kolon memungkinkan terjadinya reabsorsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (North dan Bell, 1990). Rataan bobot potong, bobot dan persentase kolon ayam perlakuan disajikan pada Tabel 12. 20
Tabel 12. Rataan Bobot Potong dan Bobot Kolon pada Ayam dengan Bobot Potong Bobot Kolon Persentase Kolon (%) Kampung Jantan 987 2,01 ± 0,05 0,20 ± 0,05 Kampung Betina 834,67 2,28 ± 0,07 0,27 ± 0,07 Arab Jantan 994,67 1,94 ± 0,06 0,19 ± 0,06 Arab Betina 844 1,79 ± 0,02 0,21 ± 0,02 Bobot Potong Bobot Kolon Persentase Kolon (%) Kampung Jantan 1259 1,43 0,11 Kampung Betina 1168 1,81 0,15 Arab Jantan 1252 1,82 0,15 Arab Betina 946 1,74 0,18 Hasil uji sidik ragam Tabel 12 dengan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan. Persentase bobot kolon ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam jantan perlakuan. Persentase bobot kolon ayam perlakuan didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam pembanding yang diberikan pakan komersial. Kecenderungan persentase bobot kolon yang tinggi pada ayam betina disebabkan karena ayam betina lebih baik dalam beradaptasi terhadap ransum yang diberikan daripada ayam jantan (Sturkie, 2000). Rataan dan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, Ilium, Sekum, dan Kolon Rataan dan panjang relatif menggunakan uji sidik ragam terhadap ayam perlakuan dengan ransum berbasis serat kasar tinggi dan ayam pembanding dengan ransum komersial dapat dilihat dan disajikan pada Tabel 13 (panjang duodenum), Tabel 14 (panjang jejunum), Tabel 15 (panjang ilium), Tabel 16 (panjang sekum), dan Tabel 17 (panjang kolon). Duodenum Hasil rataan dan panjang relatif menggunakan uji sidik ragam pada Tabel 13 dengan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan. Adaptasi yang baik terhadap konsumsi ransum dengan serat kasar yang tinggi mempengaruhi pertumbuhan panjang duodenum lebih baik (Sutardi, l997). 21
Tabel 13. Rataan Panjang Duodenum pada Ayam dengan Ransum Berbasis Serat Kasar Tinggi dan Ayam Bobot Potong Panjang Duodenum Panjang Relatif Duodenum Kampung Jantan 987 25,50 ± 0,007 0,026 ± 0,007 Kampung Betina 834,67 22,33 ± 0,002 0,027 ± 0,002 Arab Jantan 994,67 23,20 ± 0,003 0,023 ± 0,003 Arab Betina 844 24,93 ± 0,002 0,030 ± 0,002 Bobot Potong Panjang Duodenum Panjang Relatif Duodenum Kampung Jantan 1259 23 0,018 Kampung Betina 1168 27,5 0,024 Arab Jantan 1252 26,3 0,021 Arab Betina 946 23 0,024 Panjang relatif duodenum menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi pada Tabel 13 terhadap ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam jantan perlakuan. Panjang relatif duodenum ayam perlakuan memiliki hasil yang lebih tinggi daripada ayam pembanding. Tingginya kandungan serat kasar pada ransum perlakuan menyebabkan pertumbuhan panjang duodenum lebih baik (Sutardi, 1997) daripada ransum komersial pada ayam pembanding. Jejunum Hasil uji sidik ragam jejunum terhadap ransum berbasis serat kasar tinggi pada setiap ayam perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata. Bobot potong, rataan panjang jejunum, dan panjang relatif jejunum pada ayam perlakuan dengan ransum berbasis serat kasar tinggi disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rataan Bobot Potong dan Panjang Jejunum pada Ayam dengan Bobot Potong Panjang Jejunum Panjang Relatif Jejunum Kampung Jantan 987 53,40 ± 0.01 0,055 ± 0.01 Kampung Betina 834,67 52 ± 0.02 0,062 ± 0.02 Arab Jantan 994,67 58,40 ± 0.01 0,059 ± 0.01 Arab Betina 844 53,97 ± 0.002 0,064 ± 0.002 Bobot Potong Panjang Jejunum Panjang Relatif Jejunum Kampung Jantan 1259 48 0,038 Kampung Betina 1168 58 0,050 Arab Jantan 1252 65 0,052 Arab Betina 946 55 0,058 22
Panjang relatif jejunum pada Tabel 14 menunjukkan ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam jantan perlakuan. Panjang relatif jejunum ayam perlakuan didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam pembanding. Panjang dari jejunum bervariasi tergantung pada kebiasaan makan dan adaptasi terhadap ransum yang diberikan (Scanes et al., 2004). Ilium Hasil uji sidik ragam panjang ilium pada Tabel 15 dengan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi pada setiap ayam perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel 15 menunjukan bahwa panjang relatif ilium menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi terhadap ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan ayam jantan perlakuan. Tabel 15. Rataan Bobot Potong dan Panjang Ilium pada Ayam dengan Bobot Potong Panjang Ilium Panjang Relatif Ilium Kampung Jantan 987 50.33 ± 0.01 0,049 ± 0.01 Kampung Betina 834,67 40 ± 0,005 0.050 ± 0,005 Arab Jantan 994,67 47.17 ± 0.01 0.048 ± 0.01 Arab Betina 844 48.90 ± 0.01 0.058 ± 0.01 Bobot Potong Panjang Ilium Panjang Relatif Ilium Kampung Jantan 1259 49 0,039 Kampung Betina 1168 42,5 0,036 Arab Jantan 1252 36 0,029 Arab Betina 946 37 0,039 Panjang relatif ilium ayam perlakuan memiliki hasil yang lebih daripada ayam pembanding. Hal tersebut ikut dipengaruhi oleh kemampuan usus terutama ilium untuk meregang dalam menampung tingkat serat kasar dengan volume yang lebih besar. Kisaran yang lebih tinggi pada ayam betina perlakuan dibandingkan ayam jantan perlakuan disebabkan ayam betina perlakuan lebih baik beradaptasi terhadap ransum berbasis serat kasar tinggi, sebab lain karena kandungan serat kasar yang tinggi dalam ransum dapat meningkatkan panjang usus per kilogram bobot badan ayam (Abdelsamie dan Farrel, 1995). 23
Sekum Rataan panjang sekum pada ayam perlakuan dengan ransum berbasis serat kasar tinggi (bobot potong, rataan panjang sekum, dan panjang relatif sekum) disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan hasil bahwa kandungan ransum berbasis serat kasar tinggi mempengaruhi laju pertumbuhan panjang sekum ayam. Tabel 16. Rataan Bobot Potong dan Panjang Sekum pada Ayam dengan Bobot Potong Panjang Sekum Panjang Relatif Sekum Kampung Jantan 987 26,00 ± 0.01 0,027 ± 0.01 b Kampung Betina 834,67 27,71 ± 0.01 0,033 ± 0.01 a Arab Jantan 994,67 29,33 ± 0,001 0,030 ± 0,001 a Arab Betina 844 27,33 ± 0,001 0,032 ± 0,001 a Bobot Potong Panjang Sekum Panjang Relatif Sekum Kampung Jantan 1259 25 0,020 Kampung Betina 1168 24 0,021 Arab Jantan 1252 31,2 0,025 Arab Betina 946 29 0,031 Angka yang diikuti oleh subscript adalah berbeda nyata pada taraf uji (P<0,05) Hasil uji sidik ragam panjang sekum pada Tabel 16 didapatkan hasil berbeda nyata pada taraf (P<0,05) terhadap setiap ayam perlakuan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi. Semakin tinggi kadar serat kasar ransum, aktivitas mikroba sekum semakin meningkat menyebabkan dinding sekum semakin menebal dan merenggang (Abdelsamie dan Farrel, 1995). Tabel 16 menjelaskan bahwa panjang relatif sekum ayam betina perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan ayam jantan perlakuan. Panjang relatif sekum ayam perlakuan didapatkan hasil kisaran yang lebih tinggi antara 0,027 cm/g 0,032 cm/g, sedangkan panjang relatif sekum ayam pembanding didapatkan kisaran antara 0,020 cm/g 0,031 cm/g. Perbedaan ini disebabkan karena serat kasar tinggi dalam ransum ayam perlakuan ikut mempengaruhi pertumbuhan sekum lebih baik (Sutardi, 1997). Kolon Hasil uji sidik ragam pada Tabel 17 terhadap ransum berbasis serat kasar tinggi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada setiap ayam perlakuan. 24
Panjang relatif kolon ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan panjang relatif kolon ayam pembanding. Tabel 17. Rataan Bobot Potong dan Panjang Kolon pada Ayam dengan Bobot Potong Panjang Kolon Panjang Relatif Kolon Kampung Jantan 987 7.17 ± 0.001 0,007 ± 0.001 Kampung Betina 834,67 8.33 ± 0.001 0,010 ± 0.001 Arab Jantan 994,67 9 ± 0.001 0,009 ± 0.001 Arab Betina 844 7.33 ± 0.002 0,009 ± 0.002 Bobot Potong Panjang Kolon Panjang Relatif Kolon Kampung Jantan 1259 7 0,006 Kampung Betina 1168 7,2 0,006 Arab Jantan 1252 9,9 0,008 Arab Betina 946 6 0,006 Panjang relatif kolon ayam betina perlakuan tidak menunjukkan hasil yang signifikan dengan ayam jantan perlakuan. Panjang relatif kolon ayam perlakuan menggunakan ransum berbasis serat kasar tinggi didapatkan hasil yang lebih tinggi daripada ayam pembanding. 25