BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini menjelaskan tentang pembahasan teori yang sudah disinggung pada bab

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II LANDASAN TEORI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Endang Pudjiastuti, dan 2 Mira Santi

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pernikahan 2.1.1. Definisi Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan suami-istri (Karney & Crown, 2007). Kepuasan pernikahan adalah merupakan akibat langsung dari bagaimana cara pasangan berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh bagaimana pasangan pernikahan berhubungan satu sama lain dalam ikatan pernikahan. Ketika dihadapkan pada pasangan yang tertekan yang membutuhkan terapi, para peneliti pernikahan yang merupakan para psikolog mulai mempelajari dengan seksama sumber pencetus dari kebanyakan keluhan mereka yaitu, kualitas komunikasi dan penyelesaian konflik diantara mereka (Karney & Crown, 2007). 2.1.2. Pentingnya Kepuasan Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian di dalam masyarakat yang sudah menikah telah diidentifikasi beberapa hal penting yang berkaitan dengan kepuasan dalam hubungan pernikahan, terlepas dari berkelanjutan atau tidaknya suatu hubungan pernikahan. Sebagai contoh, kedua pasangan mendapatkan pengalaman emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, lebih sukses dalam pekerjaannya, dan sepertinya lebih terhindar dari berbagai macam setres ketika merasa puas dengan 7

pernikahannya, dibandingkan dengan mereka yang tidak puas dengan pernikahannya (Karney & Crown, 2007). Kesulitan dalam pernikahan, bagaimanapun juga berkaitan dengan tingkat produktivitas yang rendah. Resiko emosional dan kesehatan fisik yang tinggi terhadap kedua pasangan, dan tingkat pemulihan yang rendah dari suatu penyakit (Karney & Crown, 2007). Kepuasan dalam hubungan pernikahan juga berpengaruh terhadap anakanak. meskipun dalam keluarga yang utuh, anak-anak mendapatkan masalah emosional dan kesehatan yang lebih sedikit dan mendapatkan hasil pendidikan yang lebih baik ketika hubungan diantara kedua orang tuanya memuaskan dan relatif jauh dari konflik (Karney & Crown, 2007). Secara keseluruhan kualitas dari hubungan pernikahan sangat berkaitan erat dengan kepuasan dalam kehidupan diantara orang dewasa dibandingkan dengan hal lain yang telah dipelajari, termasuk kesehatan, kesuksesan dan status finansial Glenn and Weaver (Karney & Crown, 2007). 2.1.3. Perbedaan Perbedaan Individu Berdasarkan Karakteristik Dasar Studi awal yang mendalam terhadap pernikahan lebih menekankan pada perbedaan perbedaan individu (individual differences), menunjukkan bahwa beberapa individu, berdasarkan karakteristik dasar yang mereka miliki (enduring characteristics), cenderung memiliki pernikahan yang lebih berhasil dibandingkan yang lainnya (Karney & Crown, 2007). Belakangan ini para peneliti mengidentifikasi petunjuk petunjuk bahwa melalui kepribadian dan juga 8

perbedaan perbedaan individu juga berpengaruh terhadap kualitas pernikahan secara langsung (Karney & Crown, 2007). Karakteristik dasar yang dimiliki seseorang (enduring characteristics) dalam kepuasan pernikahan, seperti: a. Kepribadian, dapat juga mempengaruhi calon pasangan yang akan dimilikinya dan juga keadaan yang kemungkinan sesekali akan dihadapi seseorang dalam kehidupan pernikahannya. Sebab, orang cenderung menikahi individu individu yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian yang mereka miliki (Karney & Crown, 2007), individu yang lebih rentan akan cenderung berpasangan dengan pasangan yang rentan, dan yang lebih tangguh akan cenderung berpasangan dengan individu yang lebih tangguh. b. Pendidikan dan pekerjaan, mereka yang kepribadiannya lebih sulit akan cenderung mendapati diri mereka dalam suatu keadaan yang lebih tidak kondusif (condusive) untuk mendapatkan suatu hubungan yang lebih memuaskan sebagai contoh, mereka biasanya akan bekerja lebih lama dan mendapatkan penghasilan atau jaminan keamanan finansial yang lebih sedikit (Karney & Crown, 2007). Sedangkan menurut Sternberg (Papalia, 2009) adanya kepuasan pernikahan adalah adanya rasa cinta dalam individu tersebut. Sternberg menjelaskan dalam 9

teori segitiga cinta (triangular theory of love), unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu: a. Intimacy (elemen emosional: keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang di cintainya. b. Passion (elemen fisiologis: dorongan nafsu biologis atau seksual). passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. c. Commitment (elemen kognitif: tekad untuk mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan orang lain yang dicintainya). Komitmen adalah elemen kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. 2.1.4. Faktor faktor kepuasan pernikahan Menurut Hurlock (1980) ada empat faktor yang paling umum dan paling penting bagi kepuasan pernikahan yaitu melalui penyesuaian berikut ini: 1. Penyesuaian dengan pasangan Penyesuaian hubungan interpersonal dalam pernikahan lebih sulit dilakukan dari bentuk-bentuk hubungan sosial yang lain karena banyaknya faktor yang mempengaruhi. Diantaranya adalah konsep tentang pasangan ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar 10

belakang, adanya aktifitas atau hal tertentu yang menjadi minat kedua belah pihak, kesamaan nia-nilai yang dipegang, konsep tentang peran, serta perubahan. 2. Penyesuaian seksual Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual antara lain adalah perilaku terhadap seks, pengalaman seks masa lalu, dorongan sesksual, pengalaman seks marital awal, sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi dan efek vasektomi. 3. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Pernikahan, setiap orang dewasa akan secara otomatis memiliki sekelompok keluarga. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, mulai dari bayi hingga nenek/kakek, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai yang berbeda, bahkan sering sekali sangat berbeda dari segi pendidikan, budaya, dan latar belakang sosialnya. Pasangan tersebut harus mempelajarinya dan menyesuaikan diri dengan keluarga bila dia tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap keluarga besar adalah adanya stereotype, keinginan untuk mandiri, keluargaisme, mobilitas sosial, perawatan terhadap anggota keluarga berusia lanjut dan tanggung jawab keuangan untuk keluarga pasangan. 11

2.1.5. Kriteria Kerberhasilan Pernikahan Menurut Hurlock (1980) keberhasilan pernikahan tercermin pada besarkecilnya hubungan interpersonal dan pola perilaku. Kriteria ini bervariasi bagi orang yang berbeda dan bagi pernikahannya pada usia yang berbeda, unsure-unsur ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kepuasan pernikahan seseorang. Yang paling penting dari kriteria tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Kebahagiaan suami istri Suami dan istri yang bahagia yang memperoleh kebahagiaan bersama akan membuahkan kepuasan yang diperoleh dari peran yang mereka jalani bersama. 2) Hubungan yang baik antara anak dan orang tua Hubungan yang baik antara anak dengan orang tuanya mencerminkan keberhasilan kepuasan pernikahan terhadap masalah tersebut. 3) Penyesuaian yang baik dari anak-anak Apabila anak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dengan teman-temannya, maka ia akan sangat disenangi oleh teman sebayanya, ia akan berhasil dalam belajar dan merasa bahagia di sekolah. Itu semua merupakan bukti nyata keberhasilan proses pennyesuaian kedua orang tuanya terhadap pernikahan dan perannya sebagai orang tua. 12

4) Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat Perbedaan pendapat di antara keluarga yang tidak dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan salah satu dari tiga kemungkinan yaitu, adanya ketegangan tanpa pemecahan, salah satu mengalah demi perdamaian atau masing-masing keluarga mencoba untuk saling mengerti pandangan dan pendapat orang lain. 5) Kebersamaan Jika penyesuaian pernikahan berhasil, maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan untuk berkumpul bersama. 6) Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan Di dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan dan kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. 7) Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan Apabila suami istri memiliki hubungan yang baik dengan pihak kelurga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan, kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan hubungan dengan mereka ada. 2.1.6. Aspek-aspek kepuasan pernikahan Dalam kepuasan pernikahan terdapat aspek-aspek yang dapat mengidentifikasi adanya kepuasan dalam hubungan pernikahan. Spanier (1976) menyatakan bahwa kepuasan pernikahan memiliki 4 aspek yaitu: 13

a) Dyadic Consensus (Kesepakatan), yaitu kesepakatan pada hal-hal penting bagi kelangsungan/fungsi pernikahan. Ada beberapa masalah penting mengenai pernikahan diantaranya keuangan keluarga, rekreasi, agama, teman, karier, tugas rumah tangga, menghabiskan waktu bersama filosofi kehidupan dan membesarkan anak. b) Dyadic Satisfaction (kepuasan) yaitu mengenai perkiraan seberapa sering pasangan memiliki ketidakpuasan yang serius dalam pernikahan serta bagaimana komitmen masing-masing pasangan dalam mempertahankan pasangannya. c) Dyadic Cohesion (kekompakan) yaitu bagaimana pasangan dapat bekerja sama dalam setiap pekerjaan atau mempunyai waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas bersama sama d) Affectional Expression (ekspresi kasih sayang) yaitu apakah pasangan pernah berselisih mengenai seks atau tentang bagaimana memperlihatkan kasih sayang. 2.2. Kematangan Emosi 2.2.1. Definisi Kematangan Emosi Menurut (Srivastava, 2005) Kematangan emosi adalah suatu proses dimana kepribadian terus berhubungan untuk mencapai kesehatan emosional yang lebih besar, baik secara intrafisik dan interpersonal. seseorang yang secara emosional 14

terganggu akan berperilaku seperti anak kecil, mencari simpati, akan menjadi egois, kekanak-kanakan dan menuntut. Pengalaman emosi pada anak-anak akan tercermin dalam struktur kepribadian individu dalam tahap selanjutnya. Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Untuk membandingkan kematangan emosi remaja yang memiliki kedua orang tua tunggal dan keluarga yang utuh. 2) Untuk menilai efek dari meninggalnya orang tua dan perceraian orang tua. 3) Untuk menentukan perbedaan antara remaja yang yatim piatu karena ditinggal oleh kedua orang tua dan perceraian kedua orang tua (Srivastava, 2005). 2.2.2. Karakteristik Kematangan Emosi Menurut Murray (2003) mengemukakan karakteristik kematangan emosi pada individu yaitu: 1) Memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima cinta 2) Memiliki kemampuan untuk menghadapi kenyataan 3) Terbuka pada pengalaman hidup 4) Menerima kritik positif 5) Penuh harapan 6) Tertarik untuk memberikan seperti dalam menerima 7) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 15

8) Kemampuan untuk menangani permasalahan (rasa benci/permusuhan) konstruktif 9) Membuka pikiran Sementara Abubakar Baradja (2005), menjelaskan bahwa terjadinya kematangan emosi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi individu tersebut, antara lain: a. Faktor Fisiologis, yaitu pada perkembangan kelenjar endorkin yang akan mematangkan perilaku emosi individu. Pada masa bayi produksi kelenjar endrokin sangat kurang dan akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Begitu juga dengan kelenjar adrenalin yang memainkan peranan penting pada emosi. Pada awalnya kelenjar andrenalin mengecil, kemudian memperbesar dan sampai pada taraf kestabilan di usia 16 tahun. b. Faktor Psikologis, yaitu perkembangan pengertian individu akan lebih menjelaskan proses munculnya emosi itu sendiri. dengan individu mampu memperhatikan, mengerti satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama, kemudian memutuskan untuk bereaksi terhadap rangsan tersebut, dengan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Rangsangan yang menyenangkan akan diterima individu dengan reaksi yang takut dan malu. Bertambah matangnya usia dan perkembangan, membuat individu lebih reaktif terhadap rangsangan yang ada. 16

2.2.3. Tingkat Kematangan Emosi Tingkatan pada kematangan emosi terdiri dari 5 tingkatan yaitu: a. Tanggung jawab emosional Ketika seseorang mencapai tingkat salah satu kematangan emosional, mereka menyadari bahwa mereka tidak lagi dapat melihat keadaan emosi mereka sebagai tanggung jawab dari kekuatan-kekuatan eksternal seperti masyarakat, tempat, hal-hal, kekuatan, nasib, dan semangat. b. Kejujuran emosional Kejujuran emosional berkaitan dengan keinginan orang untuk mengetahui perasaan mereka sendiri. Ini adalah langkah yang diperlukan untuk pemahaman diri dan penerimaan. Mereka berhubungan semata-mata untuk orang yang sadar dan di bawah alam sadar ketakutan yang berhubungan langsung dengan suarasuara kritis yang mereka dengar di dalamnya. c. Keterbukaan emosional Pada tingkat ini, seseorang memiliki keterbukaan, kebebasan untuk merasakan emosi tanpa memerlukan, dorongan untuk menekan atau menahan emosi. d. Sikap emosional Tujuan pertama di sini adalah untuk dapat meminta dan menerima memelihara bahwa salah satu kebutuhan dan keinginan pertama dari diri dan kemudian dari orang lain. Tujuan kedua, seseorang harus 17

belajar bagaimana untuk mengekspresikan perasaan apa pun tepat dalam setiap situasi, yaitu, tanpa nada agresif. e. Pemahaman emosional Seseorang pada tingkat ini memahami penyebab sebenarnya proses efek tanggung jawab emosional dan tidak bertanggung jawab. Konsep diri sebagai masalah. 2.2.4. Aspek - Aspek Kematangan Emosi Mengambil aspek di atas (Srivastava, 2005) membentuk skala kematangan emosi yang meliputi lima aspek yaitu: 1) Ketidakstabilan emosional Menjelaskan kurangnya kapasitas untuk mengatur dari masalahmasalah, lemah, keras kepala dan mudah marah. 2) Regresi emosional Menjelaskan seperti perasaan rendah diri, gelisah, permusuhan, dan harga diri. 3) Maladjusment sosial Menunjukkan seseorang kurang bersosialisasi. 4) Kemampuan Berempati Mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan dan rasakan. 18

5) Kurangnya kemandirian Menunjukkan orang ketergantungan parasit pada orang lain, kurangnya kepentingan obyektif dalam masyarakat dan menganggapnya sebagai orang yang tidak dapat diandalkan. 2.3. Dewasa Awal 2.3.1. Pengertian Dewasa Awal Istilah adult atau dewasa awal berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene adolescere - yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Akan tetapi, kata adult berasal dari kata lampau dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kududukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1980). Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa dewasa awal di mulai dari usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun, saat pertumbuhan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. 2.3.2. Tahap Perkembangan Dewasa Awal Menurut Hurlock (1980), dewasa awal dimulai dari usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya reproduktif. Masa dewasa awal terkadang juga menjadi penanda bahwa seseorang sudah cukup layak untuk memasuki kehidupan rumah 19

tangga dan membentuk keluarga baru. Hal ini memang di dukung oleh perkembangan fisik yang dialami oleh dewasa awal karena sudah melewati masa remaja golongan dewasa awal semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual), sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratannya yang sah (pernikahan diresmikan). Oleh karena itu, mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup dalam pernikahan atau membentuk hubungan rumah tangga untuk selanjutnya. 2.3.3. Karateristik Dewasa Awal Dalam perkembangan psikososial masa dewasa awal terdapat krisis intimacy versus isolation (Erikson, dalam Papalia, dkk 2009). Pada dewasa awal inilah individu membuat komitmen personal yang dalam dengan orang lain, yakni dalam membentuk keluarga. Apabila individu dewasa awal tidak mampu melakukannya, maka akan merasa kesepian dan krisis keterasingan (intimacy). Valliant (dalam Papalia, dkk, 2009) mengatakan bahwa masa dewasa awal ini merupakan masa adaptasi dengan kehidupan. Sekitar usia 20 tahun sampai 30 tahun individu dewasa awal dimulai membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian, menikah, mempunyai anak, dan membangun persahabatan yang erat. 20

2.3.4. Kematangan Emosi Pada Dewasa Awal Tahapan dewasa awal dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1980). Lebih lanjut Hurlock menekankan untuk mencapai kematangan emosi harus belajar memperoleh gambaran tentang situasisituasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Pada dewasa awal, perkembangan dan pembentukan sikap dapat terjadi secara maksimum dan diharapkan pada periode ini individu dapat mencapai tingkat kematangan. Menurut Allport (dalam Duane Schultz, 2005) ada enam dimensi kematangan pada masa dewasa awal. enam dimensi mencangkup : 1) Peluasan Diri Individu secara betahap memperluas pemahaman mereka yang meliputi berbagai segi atau unsur lingkungan pada awalnya keterlibatan individu terbatas dalam keluarga, tapi dengan berjalannya waktu maka keterlibatannya berkembanga dengan kelompok teman sebaya dalam kegiatan sekolah dan sebagainya. 2) Berhubungan Hangat dengan Orang Lain Kapasitas intimasi kearah ingin menyenangkan hati orang lain. Intimasi diartikan sebagai memahami, penerimaan, dan empati terhadap orang lain. 3) Rasa Aman Emosional Ada 4 hal penting dalam hal ini, yaitu: 1) penerimaan diri adalah kemampuan untuk mengakui diri kita seutuhnya dalam kekurangan atau 21

ketidaksempurnaan kita, 2) penerimaan emosi yang matang, orang menerima emosinya sebagai bagian yang wajar, 3) toleransi terhadap frustasi adalah kapasitas untuk tetap berfungsi meskipun dalam keadaan stress sejauhmana keyakinan kita dalam pengungkapan diri kita itu diperhatikan, 4) percaya diri, orang yang sadar akan emosinya sendiri tidak merasa takut diperhatikan memiliki kontrol dalam pengungkapan diri mereka. 4) Persepsi yang Realistik Dalanm hal ini, kematangan diartikan sebagai tetap berhubungan dengan realita tanpa mengubah lingkungan untuk melihat tujuan dan kebutuhan individu. 5) Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki Seseorang yang memiliki beberapa keteramppilan dasar, sebenarnya tidak memungkinkan untuk memelihara kenyamanan yang penting untuk berkembangnya kematangan orang yang memiliki kemampuan atau orang terampil di dirinya oleh kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan melalui berbagai jenis kegiatan. 6) Pengetahuan atau pemahan diri Menurut Allport, pengetahuan akan diri mencakup tiga kapasitas: mengetahui apa yang dilakukan, tidak dapat dilakukan dan yang harus dilakukan. 22

2.4. Kerangka Pemikiran Kematangan emosi merupakan suatu aspek yang penting dalam mempertahankan pernikahan. Seseorang yang memiliki kematangan emosi saat memasuki pernikahan, lebih bisa mengontrol perbedaan emosi antara pasangan suami-istri. Karena, kematangan emosi yang baik lebih bisa menerima perbedaan diantara mereka di dalam menjalani suatu pernikahan. Menurut Karney & Crown (2007) kepuasan pernikahan itu sendiri merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan suami istri. Kepuasan pernikahan adalah akibat langsung dari bagaimana cara pasangan berinteraksi satu sama lain. Ketika suami istri berselisih paham, pasangan suami istri harus menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Menurut Murray (2003) salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima cinta, mampu untuk menghadapi kenyataan, mementingkan memberi daripada menerima, memiliki penilaian yang objektif, mampu untuk belajar dari pengalaman dan mampu menerima masalah. Yang merupakan karakteristik kematangan emosi. Sehingga kematangan emosi sangat dibutuhkan untuk keharmonisan pernikahan dan kelak bisa mendidik anak. Maka, kematangan emosi dari beberapa karakteristik menyangkut dengan kepuasan pernikahan. Karakteristik tersebut yaitu memiliki kemampuan untuk 23

memberi dan menerima cinta atau kasih sayang. Di dalam karakteristik kematangan emosi, kepuasan pernikahan antara pasangan suami istri mampu menerima permasalahan agar pasangan dapat menerima dan menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Di dalam pernikahan pasangan suami istri dapat merasakan kepuasan atau kebahagiaan. Dimana dalam hubungan ini kematangan emosi memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan sebagaimana digambarkan ke dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Kematangan Emosi: - Memiliki kemampuan untuk memberi cinta - Mampu untuk menghadapi kenyatan Kepuasan Pernikahan - Mementingkan memberi daripada menerima - Memiliki penilaian yang objektif - Mampu untuk belajar dari pengalaman 2.5. Hipotesis Ha : Ada hubungan kematangan emosi dengan kepuasan pernikahan 24

25