BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada Perusahaan Roti Roterdam Malang. Berdasarkan hasil analisis

BAB 2 Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB III LANDASAN TEORI

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan yang ditetapkan bersama. Suatu

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Zulian Zamil : 2003).

MANAJEMEN PERSEDIAAN

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Atau Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Suatu perusahaan terdiri dari banyak fungsi, yaitu produksi operasional, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan perusahaan, fungsi-fungsi tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri melainkan harus saling mendukung satu dengan lainnya. Oleh sebab itu, manajemen menjadi hal yang penting dalam mengatur dan mengkoordinasikan fungsifungsi tersebut. Management is defined as the process of administering and coordinating resources efficiently, and in an effort to achieve the goals of the organization. (Lewis, Pamela S, dkk,2004:3) sumber yang lain mengatakan, Management is the process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other people. (Robbins, Stephen P dan Mary Coulter,2003:6) Kesimpulannya manajemen adalah proses dalam mengatur proses pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien serta mengkoordinasikan dengan kegiatankegiatan lain agar tujuan organisasi yangtelah ditetapkan organisasi dapat tercapai.

2.1.2 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah suatu pengarahan dan pengendalian terhadap proses perubahan bahan mentah menjadi barang jadi. Operation management is defined as the design operation, and improvement of the system that create and deliver firm s primary products and services. (Aquilano, Jacobs, dkk,2004;6) sumber yang lain lagi menyebutkan Operation management is the set of activities that creates goods and services by transforming input into output. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah kegiatan mengubah faktor-faktor produksi dalam usaha menciptakan dan menambah valueadded dari suatu barang dengan cara mengendalikan dan mengarahkan proses produksi sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen. 2.2 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan teknis yang sangat berguna dalam pengelolaan perusahaan yang bersifat konkret, yaitu bagaimana merumuskan jalan pikiran yang jernih, dan jelas. Mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian, dan pengontrolan system persediaan. Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa maupun manufaktur selalu memerlukan persediaan. Inventory is the stock of any item or resources used in organization. (Chase, Jacobs, dkk,2004:545) sumber lain menyebutkan bahwa, Barang persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dlam keadaan siap pakai dan ditatausahakan

dalam buku perusahaan. (Djokopranoto,2003:4) sedangkan sumber yang lain lagi menyebutkan bahwa, Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi dan produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. (Rangkuti,2004:1) Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpandan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam bentuk buku perusahaan. 2.2.1 Jenis-jenis Persediaan Terdapat 4 jenis persediaan (Heizer dan Render,2001:474-475), yaitu: 1. Persediaan bahan baku 2. Persediaan barang dalam proses 3. Persediaan barang spare-part 4. Persediaan barang jadi Sedangkan sumber yang lain menyebutkan adanya 5 jenis persediaan (Rangkuti,2004;14-15), yaitu: 1. Persediaan barang mentah (raw material)

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components) 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) 4. Persediaan barang dalam proses (work in process) 5. Persediaan barang jadi (finished goods) 2.2.2 Fungsi Persediaan Persediaan memegang peranan penting dalam jalannya proses produksi. Funsi produksi dalam suatu perusahaan tidak dapat berjalan tanpa adanya persediaan pada saat dibutuhkan. Pada dasarnya, fungsi daripada persediaan adalah untuk membantu kelancaran proses produksi dalam melayani kebutuhan konsumen. yaitu: Terdapat 4 faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan (Yamit,2003:6), 1. Faktor waktu yaitu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen 2. Faktor ketidakpastian waktu datang barang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen 3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan kondisi-kondisi lainnya.

4. Faktor Ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli barang dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Sedangkan sumber yang lain menyebutkan faktor yang dapat mempengaruhi persediaan adalah (Rangkuti,2004:15-16): 1. Fungsi Decouping Merupakan faktor yang memungkinkan perusahaan dpat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan lot size ini diperlukan dalam mempertimbangkan penghematan atau pemotongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, resiko, dan sebagainya). 3. Fungsi Antisipasi Fungsi ini dapat digunakan sebagai antisipasi dari permintaan musiman atau sering disebut juga persediaan musiman (seasonal inventory). Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan barangbarang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman

2.2.3 Faktor yang Menentukan Persediaan Persediaan barang dagangan pada suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang saling berhubungan, seperti: 1. Lead time Jika perusahaan ingin beroperasi dengan lancer maka faktor lead time harus dipertimbangkan sebaik-baiknya mengingat adanya tenggang waktu antara saat pemesanan dan saat penerimaan barang sehingga dengan adanya pengaturan yang baik maka jumlah persediaan yang ada akan selalu cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan operasi. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan suatu jumlah minimum untuk saat pemesanan barang sehingga pada saat barang diterima, jumlah persediaan masih tetap berada pada titik yang memungkinkan perusahaan berproduksi dan beroperasi secara normal. 2. Jumlah penjualan Frekuensi atau jumlah penjualan barang dagangan juga mempengaruhi tingkat persediaan, semakin sering atau semakin banyak suatu barang dijual dalam operasi perusahaan maka akan semakin besar jumlah persediaan yang dibutuhkan. 3. Karakteristik fisik Karakteristik barang seperti apakah barang mudah rusak atau tidaknya mempengaruhi banyaknya persediaan. Contohnya saja roti yang mempunyai waktu kadaluarsa yang pendek akan memiliki jumlah persediaan yang sedikit dibandingkan dengan persediaan besi yang tidak memiliki batas kadaluarsa.

4. Biaya-biaya yang timbul Dengan adanya persediaan selain menguntungkan juga akan menimbulkan biaya. Oleh karena itu dalam menentukan jumlah persediaan harus juga mempertimbangkan biayabiaya yang akan ditimbulkan. Ada 4 jenis biaya persediaan (Rangkuti,2004:16-18), yaitu: 1. Biaya Penyimpanan (holding cost atau carrying cost) Biaya terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kualitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Yang termasuk biaya ini adalah: a. Biaya fasilitas penyimpanan, seperti: pendingin ruanagan, penerang b. Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan. c. Biaya keusangan d. Dan sebagainya 2. Biaya Pemesanan atau Pembelian (ordering costs atau procurement cost) Pada umumnya, biaya pemesanan tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah besat. Tetapi semakin banyak komponen yang dipesan, jumlah pesanan per periode semakin turun maka biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. Biaya ini meliputi:

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi b. Biaya telepon c. Biaya pengepakan dan penimbangan d. Dan sebagainya 3. Biaya Penyiapan (set up cost) Hal ini terjadi apabila barang yang dijual diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan. Perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya ini terdiri dari: a. Biaya mesin yang menganggur b. Biaya penyiapan tenaga kerja langsung c. Biaya ekspedisi d. Dan sebagainya 4. Biaya Kehabisan atau Kekurangan Bahan (shortage cost) Biaya ini adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi permintaan dari barang yang terjadi. Biaya-biaya yang termasuk biaya ini adalah: a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan pelanggan c. Biaya pemesanan khusus d. Dan sebagainya

2.3 Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan (inventory control) mempunyai peranan yang sangat penting di dalam suatu perusahaan ataupun suatu proyek yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif lama. Hal ini antara lain disebabkan oleh nilai persediaan barang yang pada umumnya cukup besar, bahkan sering mencapai lebih dari 40% daripada nilai modal perusahan. 2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatankegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu waktu, jumlah, kuantitas maupun biayanya. (Assauri,2004:176) 2.3.2 Tujuan Pengendalian Persediaan Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan suatu perusahaan sudah tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Menurut Assauri (2004:177) secara terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembelian kecil-kecil dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan dan kepentingan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimal. 2.4 Metode Just In Time Just in time dalam pengertian luas adalah suatu filosofi yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. Just in time merupakan perwujudan konsep sederhana dan pengeliminasian pemborosan di pabrik, dimana produksi berdasarkan just in time menggunakan sel-sel pemanufakturan yang didukung oleh manajemen distributor dan perbaikan sistem logistic, sehingga dapat meminimumkan antrian dan waktu dalam proses produksi dan persediaan. Dengan kata lain dalam just in time, jumlah persediaan sama dengan jumlah pemakaian. 2.4.1. Pengertian Just In Time Just in time merupakan suatu falsafah pemecahan masalah yang berkelanjutan dan memang harus dihadapi yang dapat menyebabkan sesuatu terbuang percuma, karena keuntungan-keuntungan yang diberikan just in time sangat berguna. Pemanfaatan just in time dapat memberikan keunggulan kompetitif.

Sebagai suatu sistem yang berkelanjutan, just in time meminimalisir kesia-siaan dan variabilitas yang menyebabkan kesia-siaan itu. Kesia-siaan dalam suatu proses produksi atau jasa memberikan penjelasan mengenai sesuatu yang tidak menambah nilai produk. Produk yang disimpan, diperiksa, atau terlambat diproduksi dan produk yang rusak tidak menambah nilai; kesemuanya itu merupakan kesia-siaan. Lebih jauh lagi, setiap kegiatan yang menurut konsumen tidak menambah nilai produk merupakan suatu kesia-siaan. Just in time mempercepat proses produksi sehingga memungkinkan produk dapat lebih cepat diantarkan ke konsumen dan persediaan barang dalam prosespun menurun jumlahnya. Penurunan barang dalam proses ini memungkinkan asset yang sebelumnya disimpan menjadi persediaan dapat dimanfaatkan secara lebih produktif. Untuk menjalankan pergerakan bahan baku menurut sistem just in time, manajemen mengurangi variabilitas yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Variabilitas adalah setiap penyimpangan dari proses optimal yang mengantarkan produk sempurna tepat waktu. (Heizer, Jay, dan Berry Render,2001:390). Semakin kecil variabilitas dalam sistem, semakin kecil pula kesia-siaan yang terjadi. Kebanyakan variabilitas terjadi karena perusahaan mentolerir kesia-siaan atau karena manajemen perusahaan yang digunakan tidak tepat. Variabilitas timbul karena: 1. Karyawan, mesin, distributor memproduksi unit-unit produk yang tidak sesuai dengan standar, terlambat diproduksi, atau jumlah yang tidak sesuai 2. Engineering drawing atau spesifikasi yang tidak tepat 3. Karyawan bagian produksi yang mencoba untuk memproduksi sebelum spesifikasi lengkap 4. Permintaan konsumen tidak diketahui

2.4.2. Pembelian Just In Time Definisi pembelian just in time adalah sistem pembelian barang atau bahan yang tepat waktu, dan jumlah sehingga barang tersebut dapat diterima untuk memenuhi permintaan (perusahaan dagang) atau untuk segera digunakan (perusahaan manafaktur) sehingga barang atau bahan tersebut tidak perlu disimpan di gudang atau persediaan sama dengan nol. Pembelian just in time dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara: a. Mengurangi jumlah pemasok dan akibatnya perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pemasok b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok karena biasanya dalam pembelian just in time dapat dibuat persetujuan jangka panjang mengenai persyaratan pembelian termasuk mutu dan harga. Biasanya digunakan Advance Delivery Schedule (ADS) atau jadwal penyerahan yang ditentukan dimuka dirinci dengan sangat teliti setiap harinya (atau tiap jam) dalam jangka waktu tertentu. c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan. Dengan rencana pembelian yang mapan, dapat memberikan informasi kepada pemasok mengenai persyaratan mutu dan penyerahan barang sehingga penyerahan barang oleh pemasok ke perusahaan dapat lebih ketat. d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah. Dapat dikatakan dengan menyediakan kontainer yang siap (terpasang) di pabrik. Selain itu perlu diperhatikan masalah penelitian kontainer yang tepat.

e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu dengan memilih pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah dan mutu barang yang dibeli. Berarti ada efisiensi waktu dan biaya untuk pemeriksaaan mutu. Organisasi-organisasi meningkatkan perhatian terhadap keuntungan potensial dari: 1. Membuat pesanan pembelian yang lebih kecil dan lebih sering, dan 2. Membangun kembali hubungan dengan pemasok Kedua hal diatas berhubungan dengan peningkatan minat dalam sistem pembelian just in time. Organisasi yang menggunakan pembelian just in time biasanya menekankan biaya tersembunyi yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan jumlah kerusakankerusakan yang cukup besar. Pedagang eceran telah lama mengenal biaya ini dalam hubungannya dengan barang yang tidak tahan lama. Sebagai contoh adalah roti dan susu dikirimkan secara harian ke pasar swalayan selama bertahun-tahun. Pedagang eceran yang menggunakan pembelian just in time sekarang berusaha untuk mengembangkan pengiriman harian ke banyak tempat agar barang tidak terlalu lama dalam gudang atau rak toko. Jika permintaan fluktuatif, kebijaksanaan pembelian just in time akan membutuhkan kuantitas yang berbeda-beda untuk setiap pesanan. Manajemen persediaan berkembang melebihi biaya pemesanan dan penyimpanan tetapi mencakup juga biaya pembelian, biaya kekurangan dan biaya kualitas. Kualitas bahan dan barang serta pengiriman yang tepat waktu merupakan motivasi yang penting untuk menggunakan pembelian just in time dan biaya kekurangan bahan menjadi perhatian yang sangat penting.

Untuk menekankan mutu dan pengiriman, perusahaan pengecer dan produksi menghitung total biaya bahan baku. Total biaya termasuk biaya mutu bahan baku, biaya pengiriman yang terlambat dan biaya pengiriman yang terlalu cepat. Biaya mutu dan pengiriman tepat waktu penting dalam lingkungan pembelian just in time. Bahan baku yang rusak dan pengiriman yang terlambat sering menghentikan kegiatan seluruh pabrik, mengakibatkan hilangnya kontribusi. Perusahaan yang menerapkan pembelian just in time memilih pemasok mereka secara hati-hati dan memberi perhatian khusus untuk mengembangkan kerjasama jangka panjang dengan pemasok. Harga hanya merupakan salah satu komponen dalam mengevaluasi pemasok. 2.4.3 Keunggulan dan Kelemahan Metode Just In Time Penggunaan metode just-in-time memberikan beberapa keunggulan dalam suatu perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Mengurangi biaya tenaga kerja sebagai akibat adanya pengurangan kegiatan Dalam suatu proses produksi, proses pertama langsung digunakan oleh proses berikutnya sehingga tidak memerlukan persediaan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menangani persediaan menjadi berkurang karena adanya pengurangan kegiatan. 2. Mengurangi persediaan Pengurangan persediaan dilakukan dengan pembelian dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang tepat dengan kebutuhan produksi. Persediaan yang minimum akan menyebabkan biaya penanganan dan biaya penyimpanan persediaan menjadi lebih kecil.

3. Mengurangi resiko kerusakan Penggunaan sistem otonomasi merupakan suatu mekanisme untuk mencegah diproduksinya poduk rusak atau cacat. Mesin otonom adalah suatu mesin yang diberi alat penghenti otomatis bila ada produk cacat. Dalam just-in-time hampir semua mesin bersifat otonom sehingga produksi masal barang cacat dapat dicegah dan kerusakan mesin di cek secara otomatis. 4. Peningkatan kualitas produk Jika dalam proses produksi dihasilkan suatu produk yang tanpa cacat, diharapkan perusahaan tersebut mempunyai kualitas produk yang baik. Kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan, sehingga bila suatu perusahaan menghasilkan suatu produk yang baik dan tanpa cacat maka produk tersebut mempunyai kualitas yang baik. Selain terdapat keunggulan dari penerapan metode just-in-time juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Kesulitan mencari pemasok Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan kesulitan mencari pemasok antara lain adanya infrastruktur yang tidak memadai, misalnya sarana komunikasi yang tidak lancar akan menghambat penyampaian pemesanan barang dan sarana jalan yang tidak memadai akan mengakibatkan pesanan tidak dapat sampai di perusahaan tepat pada waktunya. Pemasok yang dikehendaki oleh perusahaan dalam menerapkan just-in-time adalah pemasok yang mampu menyediakan bahan baku dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang sesuai dengan permintaan produksi. Selain itu, perusahaan akan lebih baik lagi jika dapat memperoleh pemasok yang lokasinya berdekatan dengan lokasi pabrik.

2) Tingginya biaya pengiriman Biaya pengiriman akan lebih mahal jika sering terjadi pengiriman dalam ukuran kecil, meskipun besar kecilnya biaya transportasi juga dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak antara pemasok ke lokasi pabrik perakitan dan jenis fasilitas transportasi yang digunakan. Dalam banyak hal, kenaikan biaya pengiriman dapat menjadi hambatan penyerahan komponen ke pabrik perakitan. 3) Kesulitan menghadapi perubahan permintaan Metode just-in-time biasanya menangani permintaan dalam jumlah kecil. Perusahaan yang menerapkan just-in-time sangat dipengaruhi oleh permintaan yang stabil, sehingga perusahaan dapat menyediakan permintaan secara tepat waktu. Jika permintaan pasar berfluktuatif maka perusahaan sulit untuk menghasilkan barang. Kesulitannya yaitu pihak supplier tidak dapat menyediakan bahan baku yang diperlukan perusahaan, jika kebutuhan perusahaan selalu berubah-ubah. 4) Tuntutan sumberdaya manusia yang multifungsi Perusahaan yang menerapkan just-in-time menuntut adanya pekerja yang multifungsi, sehingga pekerja dapat mengoperasikan berbagai macam mesin serta melakukan pemeliharaan terhadap mesin tersebut. Oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan pelatihan terhadap karyawan. Waktu yang diperlukan untuk pelatihanpun relatif lama. Apalagi bila pekerja sudah menjadi pekerja multifungsi, tentu biaya gaji yang dimintanya akan lebih banyak. Hal itulah yang menyebabkan perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar.

5) Perlengkapan teknologi yang membutuhkan biaya besar Perusahaan yang ingin menerapkan just-in-time pada kegiatan usahanya memerlukan biaya yang besar, terutama dalam pemakaian teknologi maju seperti komputerisasi. Perusahaan yang tidak didukung oleh sistem informasi yang dikelola dengan baik, sulit untuk mengharapkan komunikasi yang cepat, dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat dari pihak yang telibat. Dalam keadaan demikian maka konsep just-in-time tidak dapat diterapkan secara tepat. 2.5 Material Requirement Planning Supriyono menyebutkan bahwa tujuan MRP adalah perencanaan dan pengendalian persediaan yang terotomatisasi untuk menjamin kelancaran produksi sehingga dapat bermanfaat untuk pengembangan jadwal produksi induk (master) yang terinci menurut waktu dan kuantitas produksi. MRP menyediakan daftar terinci bahan yang diperlukan untuk produksi sehingga penyediaan bahan maupun komponen produk dapat dikelola tepat waktu dan jumlahnya serta dapat mengurangi jumlah persediaan dalam rangka menuju gagasan persediaan nol. Seperti yang disebutkan (Stasey,1994:59) MRP is the best planning tool around, just in time is the best execution tool. Karena itu dapat dikatakan bahwa MRP ini belum memiliki pengintegrasian dengan kapasitas pabrik dan pengendalian pabrik. 2.5.1 Pengertian Material Requirement Planning

Metode MRP merupakan metode perencanaan dan penjadwalan pesanan dan inventory untuk item-item permintaan bebas seperti bahan baku, bagian dari produk, subperakitan, dan perakitan. Berikut adalah beberapa pengertian dari MRP: Perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning) adalah metode penjadwalan untuk pembelian pesanan (Purchased Planned Order) dan perencanaan pesanan manufaktur (Manufactured Planned Orders). Planned manufactured orders kemudian diajukan untuk menganalisis lanjutan berkenaan dengan ketersediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kebutuhan kapasitas. (Gaspersz,2004:177) Menurut sumber yang lain menyebutkan, MRP is a simple set of calculation that show create good and services maintain valid schedule that show what item are required and when they are need. (Sheikh,2002:88) Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan MRP adalah metode penjadwalan yang digunkaan untuk merencanakan pembelian bahan baku dengan melihat ketersediaan kapasitas bahan baku untuk keperluan produksi agar proses produksi tidak terhambat. 2.5.2 Tujuan dan Manfaat Material Requirement Planning Tujuan dari MRP menurut Shingo (1989:198), "The purpoted objective of MRP system is the efective use of limited production resource - people, matherial and money. To that extend, the started goal of MRP is no different from that of any other management or control method"

Sedangkan manfaat dari MRP sendiri menurut Heizer, Jay dan Barry Render (2006:538) adalah: 1. Better response to customer orders as the result of improved adherence to schedules 2. Faster response to market changes 3. Improves utilization of facilities and labor, and 4. Reduce inventory level