BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maltus mengungkapkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk melebihi pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia harus bersiap-siap untuk mengalami kekurangan bahan pangan. Kekurangan ketersediaan bahan pangan menjadi masalah yang sangat menghawatirkan karena mengingat bahwa pangan merupakan bagian dari kebutuhan primer atau kebutuhan yang utama untuk dipenuhi terlebih dahulu. Peranan pangan yang menjadikan pangan merupakan kebutuhan yang paling penting untuk dipenuhi adalah sebagai sumber gizi antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Terpenuhi kebutuhan akan zat gizi tersebut dapat memberikan kesehatan bagi manusia sehingga manusia mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan penunjang hidup. Kegiatan-kegiatan penunjang hidup termasuk antara lain bersosialisasi, bekerja, memenuhi kebutuhankebutuhan lainnya dan peningkatan taraf hidup. Di Indonesia masalah pangan sudah menjadi masalah pokok. Setiap pergantian kabinet pemerintahan maka sudah pasti memiliki agenda untuk pencapaian swasembada pangan. Seluruh presiden yang telah menjabat selama peridoe pemerintahannya tidak lepas untuk menghimbau menteri dan jajarannya untuk melakukan pembangunan sektor pertanian khususnya tanaman pangan. 1
2 Pada tahun 2015 ini Presiden Republik Indonesia telah mengumumkan niatnya untuk memperhatikan masalah pangan. Pencapaian swasembada pangan tersebut telah disosialisasikan dan dijadikan sebagai program resmi nasional oleh presiden. Hal ini berarti bahwa setiap menteri atau seluruh stakeholder terkait harus turut andil dalam program tersebut. Menurut kompasiana (2015), ada yang menarik dengan program swasembada pangan yang disosialisasikan oleh presiden pada tahun ini yaitu wacana akan melakukan pemecatan terhadap dua kementeriaannya yaitu Kementerian Pertanian dan Kementeriaan Perindustrian apabila swasembada pangan tersebut mencapai hasil yang sangat buruk. Langkah mudah untuk mencapai swasembada pangan secara nasional adalah dengan mensukseskan terlebih dahulu swasembada pangan di setiap provinsi. Pencapaian di setiap provinsi akan lebih terasa mudah karena dengan konsentrasi yang lebih sempit. Provinsi yang secara nyata telah menyatakan ikut berperan untuk mencapai swasembada pangan nasional melalui pendekatan pencapaian swasembada pangan regional antara lain Sumatera Utara. Dalam acara Pencanangan Swasembada Pangan Tingkat Provinsi Sumut di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara pada 16 Januari 2015 lalu Gubernur Sumatera Utara mengungkapkan bahwa pemerintah yang telah didukung Kodam I/BB menargetkan produksi padi di tahun 2015 sebesar 4.155.590 ton gabah kering giling, produksi jagung 1.309.912 ton, dan kedelai 11.729 ton (Humas Pemprovsu, 2015). Deklarasi ini berarti menyatakan bahwa Sumatera Utara yang merupakan bagian dari Indonesia siap untuk terlibat langsung dalam pencapaian swasembada pangan. Program ini
3 berupaya untuk tidak hanya melakukan pembangunan sektor tanaman pangan dengan komoditas padi sawah saja tetapi juga padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Penelitian Hasibuan (2014) berjudul Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan mengungkapakan data untuk mendorong seluruh pihak terkait di Sumatera Utara harus segera melakukan pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan. Data yang dipublikasikan oleh Susenas pada tahun 2008 mengenai pola konsumsi pangan masyarakat di Provinsi Sumatera Utara masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Dalam penelitiannya menyatakan pola konsumsi masyarakat Sumatera Utara masih belum beragam, bergizi dan seimbang dan hanya didominasi oleh padi-padian. Salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam pemenuhan gizi seimbang tersebut adalah ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dengan pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan. Penilitian berikutnya yang menyatakan bahwa Sumatera Utara merupakan daerah dengan status darurat swasembada pangan adalah penelitian oleh Selfia Reni Parange Sinaga bersama dengan Satia Negara Lubis dan Salmiah dengan judul Analisis Forecasting Ketersediaan Pangan 2015 Dalam Rangka Pemantapan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut mengungkapkan data bahwa laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara adalah 1,1 persen dengan jumlah penduduk 12,9 juta jiwa dan perkiraan untuk tahun 2015 akan mencapai 250 juta jiwa. Hal ini akan menjadi alasan mendasar yang menjadikan ketersediaan pangan berkurang.
4 Untuk konsumsi beras masyarakat Sumatera Utara pada tahun 2010 dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa umumnya 314,4 gram per kapita per hari atau 114,8 kg per kapita per tahun. Hal ini menjadikan Sumatera Utara memiliki ketergantungan terhadap produk pangan impor karena pada dasarnya konsumsi beras ideal menurut pola pangan harapan yaitu 275 gram per kapita per hari atau 100,38 kg per kapita per tahun. Selama tidak ada konsentrasi pada pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan maka ketergantungan terhadap pangan impor akan terus terjadi. Pembangunan pertanian di subsektor tanaman pangan secara umum dapat dilakukan dengan cara mengkonsentrasikan pembangunan terhadap komoditikomoditi yang menjadi unggulan. Metode ini dapat dan layak untuk diaplikasikan di Sumatera Utara sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan pangan di Sumatera Utara. Konsentrasi pembangunan terhadap komoditi unggulan yang ada di daerah-daerah Sumatera Utara akan memampukan daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah tersebut bahkan mungkin memiliki kelebihan produksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan pangan kabupaten/kota. Secara teknis metode yang diharapkan untuk dapat terciptanya pemenuhan kebutuhan pangan di Sumatera Utara adalah sebagai berikut misalkan sebuah Kabupaten A di Sumatera Utara yang memproduksi ubi jalar sebagai komoditi unggulannya namun kurang dalam produksi padi dan Kabupaten B yang juga ada di Suamtera Utara memproduksi padi sebagai komoditi unggulannya namun kurang dalam memproduksi ubi jalar. Ketika kabupaten tersebut berkonsentrasi
5 pada pembangunan subsektor tanaman pangan komoditi unggulan masing-masing dengan asumsi tingkat keberhasilan yang memberikan jumlah produksi melebihi kebutuhan di masing-masing kabupaten maka kelebihan tersebut dapat didistribusikan silang sehingga terwujudnya variasi pangan dan ketersediaan pangan di Sumatera Utara. Gambar 1.1 Skema Pemenuhan Kebutuhan Pangan Melalui Metode Pembangunan Komoditi Unggulan di Sumatera Utara SUMATERA UTARA KABUPATEN A KABUPATEN B Keunggulan produksi : Ubi Jalar Beras Kelemahan produksi : Beras Ubi Jalar Pembangunan komoditi unggulan Kelebihan produksi : Ubi Jalar Beras Kekurangan produksi : Beras Ubi Jalar Swasembada pangan Sumatera Utara Uraian-uraian diatas menarik penulis untuk melakukan penelitian untuk menganalisis komoditi unggulan yang ada di Sumatera Utara dengan meninjau komoditi yang diunggulkan untuk tiap kabupaten/kota. Hal ini yang diharapkan mampu untuk membantu meningkatkan produksi sehingga terwujudnya keberhasilan swasembada pangan di Sumatera Utara. Hal ini berkaitan erat dengan agenda kerja Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2015 untuk mencapai
6 swasembada pangan. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Analisis Komoditi Unggulan Subsektor Tanaman Pangan Di Sumatera Utara Tahun 2010 2014. 1.1 Identifikasi Masalah Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi produksi tanaman pangan di Sumatera Utara selama periode tahun 2010-2014? 2. Bagaimana analisis nilai LQ tanaman pangan untuk dapat mengidentifikasi komoditi unggulan di Sumatera Utara selama peridoe 2010-2014? 3. Bagaimana nilai LQ untuk menentukan komoditi unggulan tanaman pangan kabupaten/kota di Sumatera Utara selama periode 2010 2014 sehingga dapat terwujudnya pembangunan subsektor tanaman pangan per kabupaten/kota? 1.2 Tujuan Penelitian Adapun penulis melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan produksi tanaman pangan di Sumatera Utara selama periode tahun 2010 2014. 2. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di Sumatera Utara selama periode tahun 2010 2014. 3. Untuk menganalisis identifikasi komoditi unggulan tanaman pangan di kabupaten/kota Sumatera Utara selama periode tahun 2010 2014.
7 1.3 Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dengan baik dan tepat. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian diharaapakan agar penelitian dapat dimanfaatkan sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi petani baik perorangan (petani rakyat) maupun perusahaan (berbadan hukum) tentang komoditi unggulan dan pembangunan pertanian di daerah penelitian dan kondisi pertanian tanaman pangan di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam melakukan kebijakan konsentrasi pengembangan pertanian terhadap komoditi unggulan yang telah dianalisis di daerah penelitian rangka untuk mendukung keberhasilan swasembada pangan provinsi dan nasional. 3. Sebagai bahan rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang pembangunan pertanian dan pembangunan perekonomian berbasis sektor pertanian khusunya tanaman pangan di daerah penelitian. 4. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian rancangan bahan pangan alternatif selain beras berdasarkan komoditas unggulan wilayah untuk keberhasilan swasembada pangan provinsi.