PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

Gambar 3.1. Incinerator

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

ANALISA PENGARUH KELEMBABAN SAMPAH KAYU DAN SISA MAKANAN PADA INCENERATOR PORTABLE SKALA RUMAH TANGGA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan di sembilan puskesmas se-kota Gorontalo

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat?

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Visi dan Misi. Sumber Sampah % Komposisi Sampah %

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-138

MENINGKATKAN KINERJA INCENERATOR PADA PEMUSNAHAN LIMBAH MEDIS RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

POLA PENYEBARAN LIMBAH PADAT DAN B3 DARI FASILITAS KESEHATAN DI SURABAYA SELATAN. Rizka Firdausi Pertiwi L/O/G/O

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

PENGOLAHAN SAMPAH MEDIS JARUM RS. DR. SUTOMO SURABAYA DENGAN INCENERATOR MODIFIKASI. Oleh : Indah Nurhayati *) & Siti Agustina Triastuti **)

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

METODOLOGI PENELITIAN

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

Transkripsi:

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS Ardi Dwi Prasetiono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 55183, Indonesia Dwipras.ardi@gmail.com Abstrak Abu hasil pembakaran mesin incinerator melebihi nilai batas maksimum baku mutu dan incinerator masih memerlukan bahan bakar minyak maupun gas sehingga menambah tingkat emisi udara yang dihasilkan dan biaya operasional sangat tinggi. Penelitian yang dilakukan yaitu menguji kemampuan incinerator dalam mengolah limbah padat medis tanpa menggunakan bahan bakar minyak maupun gas, sehingga diperoleh suatu kerja yang efektif, hemat energi, ramah lingkungan dan biaya operasional yang murah. Pengujian dilakukan pada Incinerator kapasitas 0,0381 m 3 dengan bahan bahan bakar menggunakan Batok Kelapa dengan berat 8 serta limbah padat rumah sakit dengan berat 5. Parameter pengujian meliputi suhu maksimum incinerator, laju pembakaran, rendemen arang, rendemen abu, kandungan abu hasil pembakaran. Dari pengujian tersebut didapatkan bahwa suhu incinerator mencapai 998 C dengan laju pembakaran 7,5 /jam, rendeman arang yang dihasilkan yaitu 2,6% dari 13 bahan yang dibakar termasuk limbah dan batok kelapa, sedangkan rendemen abu yaitu 2,1%. Kandungan abu dari parameter Zn yaitu 9221,22 ppm, nilai tersebut masih melebihi nilai maksimum baku mutu yaitu >5000 ppm. Kata kunci : Incinerator, suhu incinerator, kandungan abu. I Pendahuluan I.I. Latar Belakang Masalah lingkungan saat ini menjadi perhatian dunia termasuk di lingkungan rumah sakit yang menghasilkan berbagai limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya pengendalian dan pengawasan terhadap upaya pengelolaan limbah di rumah sakit (Djohan dan Halim, 2014) [1]. Pada pengujian kandungan parameter logam abu incinerator didapatkan bahwa parameter logam Pb dan Zn melebihi baku mutu, masingmasing kadarnya 5209,38 ppm dan 6355,31 ppm [2]. Sumingkrat dkk. (2014) melakukan penelitian pengolahan limbah cair dengan limbah padat abu hasil pembakaran incinerator. Pada proses pembakaran digunakan bahan bakar LPG agar tercapai suhu pembakaran sekitar 900 C untuk mendapatkan aktivasi abu hasil pembakaran [3]. Namun yang sering jadi masalah dalam insinerasi ialah abu yang dihasilkan dari pembakaran melebihi nilai batas maksimum baku mutu dan incinerator masih memerlukan bahan bakar minyak maupun gas sehingga menambah tingkat emisi udara yang dihasilkan dan biaya operasional sangat tinggi. Penelitian yang dilakukan yaitu menguji kemampuan incinerator dalam mengolah limbah padat medis tanpa menggunakan bahan bakar minyak maupun gas, sehingga diperoleh suatu kerja yang efektif, hemat energi, ramah lingkungan dan biaya operasional yang murah. II Dasar Teori Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itu, diperlukan pengolahan lebih lanjut supaya bahan yang terdapat pada limbah tersebut dapat terurai dengan baik sehingga aman bagi kesehatan manusia. Adapun tata cara pengolahan limbah rumah sakit yang telah digolongkan sebagai berikut (KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004) : 1. Limbah Infeksius dan Benda Tajam Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara disinfeksi. Benda tajam harus diolah dengan incinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat

pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman. 2. Limbah Farmasi Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitic incinerator), rotari kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang kesarana air limbah atau inersisasi. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui incinerator pada suhu diatas 800-1.000 ºC. 3. Limbah Sitotoksis Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau kesaluran limbah umum. Pembuangan harus melalui insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200ºC dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Incinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. Tabel 2.1. Total Kadar Maksimum abu dan Tempat Penimbunannya III METODOLOGI PENGUJIAN Diagram Alir Pengujian Alat Penentuan Parameter Unjuk Kerja Alat Pembakar Limbah Padat Medis (Incinerator) Parameter-parameter unjuk kerja alat pembakar limbah padat medis (Incinerator) yang diukur dalam uji unjuk kerja tersebut ditentukan berdasarkan analisa unjuk kerja alat. Analisis unjuk kerja alat meliputi 1. Penyebaran suhu 2. Laju pembakaran 3. Rendemen arang dan abu 4. Kandungan abu hasil pembakaran. Pengukuran Suhu Pengukuran suhu dilakukan langsung oleh peneliti. Pengukuran suhu menggunakan Termokopel dan pembacaan hasil pengukuran suhu menggunakan Termokontrol dengan ketelitian maksimum 1000ºC. Laju Pembakaran (B bt ) Parameter yang diukur untuk analisis laju pembakaran adalah bobot limbah dan lama pembakaran. Laju pembakaran dihitung dengan membandingkan bobot limbah yang dibakar (m) dengan lamanya proses pembakaran (t). Rumus menghitung laju pembakaran :

B bt = m t jam Rendemen Arang Rendemen arang digunakan untuk mengetahui kesempurnaan proses pembakaran. Parameter yang diukur untuk analisis rendemen arang adalah parameter bobot arang yang dihasilkan oleh proses pembakaran dan bobot sampah yang dibakar. Nilai rendemen arang dihitung dengan presentase perbandingan bobot arang dan bobot sampah. Rendemen Arang (%) = Rendemen Abu Rendemen abu digunakan untuk mengetahui kesempurnaan proses pembakaran. Parameter yang diukur untuk analisis rendemen abu adalah bobot abu hasil pembakaran dan bobot sampah. Nilai rendemen abu dihitung dengan presentase perbandingan bobot abu dan bobot sampah. Rendemen Abu (%) = bobot arang bobot sampah x 100% bobot abu bobot sampah x 100% Analisis kandungan Abu Sisa Pembakaran Pengujian kadar abu menggunakan metode Gravimetri. Hasil uji tersebut dibandingkan dengan total kadar maksimum B3 untuk mengetahui kelayakan mesin incinerator dalam mengolah limbah padat medis berdasarkan Kep Bapedal No. 4 tahun 1995. Pemusnahan limbah padat rumah sakit dilakukan dengan dibakar pada incinerator dengan suhu 998ºC. Pengujian pembakaran limbah oleh incinerator dilakukan pada hari Sabtu, 18 Juni 2016 yaitu mulai jam 09.00 WIB sampai 13.00 WIB. Pengujian dimulai dengan membakar batok kelapa sampai menjadi bara api yang akan digunakan sebagai bahan bakar untuk membakar limbah padat rumah sakit. Pada saat pembakaran juga dibantu sedikit jerami yang berfungsi sebagai sumbu api. Pembakaran batok kelapa memerlukan waktu 20 menit untuk mencapai suhu tertentu sehingga siap digunakan saat membakar limbah padat rumah sakit. Prosedur uji kadar abu sebagai berikut : 1. Menimbang krus kosong (A). 2. Menimbang sampel homogen, memasukkan dalam krus porselen (B). 3. Menutup krus porselen, memasukkan dalam furnace, lalu memanaskan pada suhu 600ºC selama 8 jam (jadi abu), hingga berat konstan. 4. Memasukkan desikator, menimbang (D). 5. Menghitung kadar abu dengan rumus : Kadar Abu = ( D A ) x 100% B Prosedur uji komposisi abu sebagai berikut : a. Homogenkan sampel, timbang dengan Erlenmeyer b. Tambahkan 15 ml HCL + 5 ml HNO 3 c. Destuksi diplate pemanas hingga mendekati kering d. Tambah 10 ml air suling e. Saring dilabu 25 ml, tambah air suling hingga tanda f. Baca dengan AAS Waktu dan Tempat Pengujian Incinerator Proses pengujian incinerator limbah padat medis dilaksanakan mulai hari Sabtu, 18 Juni 2016. Adapaun pelaksanaanya adalah sebagai berikut : a. Pengukuran temperatur incinerator dilakukan dirumah. b. Uji kadar abu hasil insinerasi dilakukan di LPPT UGM. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengukuran Suhu Incinerator Pengukuran suhu incinerator dilakukan guna mengetahui nilai suhu maksimum pada incinerator dalam mengolah limbah padat rumah sakit. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapat kenaikan suhu setiap 5 menit dan diikuti penurunan suhu setiap dilakukan pengisian ulang limbah. Pada saat percobaan dilakukan dua kali pengisian ulang limbah medis yaitu pada menit ke 30 dan 55. Lihat tabel 4.1.

Waktu (menit) Suhu (ºC) Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator No. Waktu Suhu (menit) (ºC) 1 5 120 2 10 218 3 15 422 4 20 469 5 25 591 6 30 626 7 35 504 8 40 690 9 45 779 10 50 830 11 55 867 12 60 756 13 65 790 14 70 953 15 75 998 1200 1000 incinerator yang ada di Industri Klor Alkali, pada proses pembakaran digunakan bahan bakar LPG agar tercapai suhu pembakaran sekitar 900 C untuk mendapatkan aktivasi abu hasil pembakaran (Sumingkrat dkk. 2014)[3]. Dengan suhu yang hampir sama, jika dibandingkan antara keduanya maka incinerator hasil rancangan lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar LPG, disamping itu biaya pengoperasian lebih murah karena bahan bakar menggunakan Batok Kelapa. Unjuk kerja incinerator dengan kapasitas 0,294 m³, berat limbah 18,3. Pada penelitian tersebut, suhu incinerator hanya mencapai 478ºC [5]. Berdasarkan data tersebut maka incinerator hasil rancangan lebih efisien karena suhu mencapai 998ºC, disamping itu dalam proses pembakaran tidak memerlukan bahan bakar seperti minyak dan gas. Namun yang menjadi kekurangan incinerator tanpa menggunakan bahan bakar minyak dan gas yaitu memerlukan waktu yang lebih lama agar bisa mencapai tertentu sampai bisa digunakan untuk membakar limbah. 800 600 400 200 0 5 15 25 35 45 55 65 75 Waktu Pembakaran Proses pembakaran bertujuan untuk merubah karbon (C) dalam suatu bahan bakar menjadi CO 2 dalam selang waktu tertentu. Waktu pembakaran dipengaruhi oleh bahan yang dijadikan umpan dan kesempurnaan proses pembakaran yang terjadi. Kesempurnaan pembakaran dipengaruhi oleh jumlah udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran. Sehingga secara umum semakin luas lubang udara, maka waktu pembakaran akan lebih kecil. 30 Waktu (menit) Gambar 4.1. Grafik perbandingan suhu dengan lama pembakaran incinerator Dari Gambar 4.1., pada menit ke 5 sampai menit ke 30 merupakan tahap untuk membuat bara api dengan menggunakan Batok Kelapa. Pada tahap tersebut suhu terus meningkat yaitu mencapai 626ºC. Namun, Pada menit ke 35 suhu ruang bakar incinerator turun karena terjadi pengisian limbah dan kembali naik saat limbah mulai terbakar. Suhu kembali turun pada menit ke 60 karena terjadi pengisian ulang limbah dan kembali naik hingga suhu incinerator mencapai titik maksimum yaitu 998ºC, sedangkan 25 20 15 10 5 0 pembakaran 1pembakaran 2 waktu Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Waktu Pengujian Pembakaran

Laju Pembakaran Total waktu yang dibutuhkan incinerator untuk membakar habis limbah dengan bobot 2,5 menjadi abu yaitu 20 menit (0,333 jam). Data tersebut diambil dari pembakaran ke II. Laju pembakaran dihitung dengan membandingkan bobot sampah yang dibakar (m) dengan lamanya proses pembakaran (t). Laju Pembakaran (/jam) = m t = jam = 7,5 /jam Jadi, dalam waktu 1 jam incinerator mampu membakar sampah sebanyak 7,5. Rendemen Arang Nilai rendemen arang dihitung dengan presentase perbandingan bobot arang dan bobot sampah. Bobot arang hasil pembakaran limbah pada incinerator yaitu 0,34, sedangkan bobot limbah yaitu 5. Bahan bakar incinerator menggunakan batok kelapa 8, jadi total bahan yang dibakar 13. bobot arang Rendemen arang (%) = bobot sampah = x 100% = 2,6 % Jadi, rendemen arang hasil pembakaran limbah padat rumah sakit yaitu 2,6 %. Rendemen Abu Nilai rendemen abu dihitung dengan presentase perbandingan bobot abu dan bobot sampah. Bobot abu hasil pembakaran limbah pada incinerator yaitu 0,28, sedangkan bobot limbah yaitu 5. Bahan bakar incinerator menggunakan batok kelapa 8, jadi total bahan yang dibakar 13. Rendemen abu (%) = bobot abu bobot sampah = x 100% = 2,1 % Hasil Pengujian kandungan Abu Hasil Pembakaran Abu incinerator hasil pembakaran limbah padat rumah sakit yang suhunya mencapai 998 ºC diambil dan diuji kandungannya denga parameter yang telah ditentukan yaitu Zn, Pb, Cu, dan Cd. Hasil pengujian kandungan abu bisa dilah pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Lab. Pengujian Kandungan Abu Incinerator Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengujian abu seperti pada Tabel 4.2. dapat disimpulkan bahwa limbah abu sisa incinerator dapat ditimbun pada landfill kategori I dikarenakan nilai Zinc (Zn)>5000 ppm sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan Dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Adapun tingginya kadar Zn diakibatkan oleh banyaknya jarum suntik yang ada pada limbah rumah sakit. Penelitian unjuk kerja incinerator di Rumah Sakit TNI Dr.Ramelan Surabaya didapat parameter Zn yang terkandung dalam abu sisa insinerasi nilainya 6046.27 ppm[5]. Sedangkan pada mesin incinerator hasil rancangan didapat kandungan abu dengan parameter Zn nilainya 9221,22 ppm. Dari data tersebut mesin Incinerator yang ada pada Rumah Sakit TNI Dr.Ramelan Surabaya lebih efisien dibandingankan dengan mesin incinerator hasil rancangan karena nilai kandungan Zn lebih kecil dibandingkan dengan incinerator hasil rancangan. V PENUTUP Kesimpulan Dari semua yang telah diuraikan dalam Laporan Tugas Akhir dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari pengujian yang telah dilakukan didapat suhu pada mesin incinerator mencapai 998ºC. Nilai tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu pengolahan aman limbah rumah sakit pada incinerator harus mencapai suhu antara 800-1000ºC. Namun, kemampuan pada mesin yang kami buat hanya berlaku untuk limbah farmasi, limbah infeksius dan benda tajam sedangkan untuk limbah sitotoksis tidak

termasuk karena dibutuhkan suhu tinggi sekitar 1200 ºC untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. 2. Kandungan abu dengan parameter Zn (9221,2 ppm), Pb (5,08 ppm), Cu (297,6 ppm), Cr (34,36 ppm) dan Cd (0,59 ppm). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa abu sisa incinerator dapat ditimbun pada landfill kategori I dikarenakan nilai Zinc (Zn)>5000 ppm sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan Dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Adapun tingginya kadar Zn diakibatkan oleh banyaknya jarum suntik yang ada pada limbah rumah sakit. [4] Pradipta, A. N. G. (2011). Desain dan Uji Kinerja Alat Pembakar Sampah (Incinerator) Tipe Batch Untuk Perkotaan Dilengkapi dengan Pemanas Air: Department of Mechanical & Biosystem Engineering, Fakulty of Agricultural Technology ( IPB Darmaga Campus, Bogor, West Java, Indonesia ). [5] Saragih, J. L., & Herumurti, W. (2013). Evaluasi Fungsi Insinerator Dalam Memusnahkan Limbah B3 Di Rumah Sakit NI Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 2(2), D138-D143. Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu adanya kajian berikutnya tentang kualitas udara yang dihasilkan dari incinerator dan perlu adanya modifikasi pada incinerator guna meningkatkan unjuk kerja mesin sehingga lebih efisien. Daftar Pustaka [1] Djohan, A.J. & Halim, D. (2013). Pengelolaan Limbah Rumah Sakit. Indonesia : Salemba Medika. [2] Girsang, V.E. & Herumurti, W. (2013). Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipir dan Perencanaan ITS (Surabaya, Indonesia). [3] Sumingkrat & Yusuf, A.(2014). PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN LIMBAH PADAT ABU HASIL PEMBAKARAN INSINERATOR DI INDUSTRI KLOR ALKALI. Jurnal Teknologi dan Manajemen Volume 12 No. 1. http://p3m.stmi.ac.id/jurnal/detail_artikel/nd I/-pengolahan-limbah-cair-dengan-limbahpadat-abu-hasil-pembakaran-insinerator-diindustri-klor-alkali.