BAB II PLTU MUARA KARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI) UP MUARA KARANG

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKIT PLTU MUARA KARANG

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

TURBIN UAP. Penggunaan:

ANALISA PEMBEBANAN DAN BIAYA PRODUKSI ENERGI LISTRIK PADA PLTU BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB II LANDASAN TEORI

Efisiensi PLTU batubara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

MAKALAH PEMBANGKIT LISRIK TENAGA UAP

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit listrik yang sedang dikembangkan di Indonesia dikarenakan sumbernya yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB II STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM TENAGA LISTRIK

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II LANDASAN TEORI

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

MAKALAH PEMBANGKIT LISRIK TENAGA GAS (PLTG) DAN PEMBANGKIT LISRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. PROSES SINKRON GENERATOR PADA PEMBANGKIT di PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

SEJARAH DAN STRUKTUR ORGANISASI PT INDONESIA POWER

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

Transkripsi:

PLTU MUARA KARANG 2.1 Gambaran Umum PLTU ( Pusat Listrik Tenaga Uap ) merupakan salah satu unit pembangkitan energi listrik yang menggunakan system turbin uap yang dibangun untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik yang trus melonjak dari tahun ke tahun. Salah satu PLTU yang mempunyai peranan yang sangat besar dari pulau Jawa adalah PLTU Muara Karang. PLTU Muara Karang adalah salah satu anak perusahaan dari PT.PLN (Persero) yang berlokasi di teluk Jakarta, Pluit-Jakarta Utara. PLTU Muara Karang terdiri dari lima unit pembangkit, yaitu: u\unit 1, 2, 3, 4, dan 5. 2.1.1 Lokasi dan letak Unit pembangkit (UP) Muara Karang mempunyai dua lokasi yang terdiri dari, PLTU dan PLTGU Muara Karang. Lokasi PLTU Mura Karang terletah di sebelag timur muara sungai Karang, yang sekaligus sebagai kantor pusat. PLTU Muara Karang dibangun di atas tanah seluas ± 41,5 hektar, yang terdiri dari ± 12 hektar untuk bangunan sentral, dan ± 29,5 hektar untuk sarana penunjang, seperti gedung, perumahan operator, dan lain-lain. Pusat Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Muara Karang terletak di sebelah barat muara sungai Karang, Pluit-Jakarta. 4

2.1.2 Sejarah Singkat PLTU Muara Karang Unit pembangkit Muara Karang di operasikan pertama kali pada tahun 1979. Pada awalya dikelola oleh PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat PLN (KITLUR JBB), yang dikenal sebagai sektor Muara Karang. Akibat adanya rekonstruksi di tubuh PT. PLN (Persero) pada tahun 1995, maka lahir dua anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II, yang lazim disebut PT. PLN PJB I dan PT. PLN PJB II Pada tahun 1997, sektor Muara Karang berubah namanya menjadi PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali II Unit Pembangkit Muara Karang ( PT. PJB II UP Muara Karang). Pada tahun 1991, dengan berdasarkan SK Direksi No. 045.K/023/DIR/1998, maka dilakukan pemisahan struktur organisasi UP (Unit Pembangkit) dan UB (Unit Bisnis). Kemudian pada tahun 200, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2000 PT. PLN PJB UPII berubah nama menjadi PT. PJB (PT. Pembangkit Jawa Bali),PT. PLN PJB II UP Muara Karang ikut berubah pula menjadi PT. PJB UP Muara Karang. 2.1.3 Konsep Desain PLTU Muara Karang Meliputi pusat listrik tenaga uap yang trdiri dari lima unit, yaitu: unit 1, 2, 3, yang menggunakan bahan bakar minyak residu (MFO) dan unit 4 dan 5 menggunakan sistem dual firing yang berarti dapat menggunakan minyak atau gas maupun campuran dari minyak dan gas sebagai bahan bakarnya. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Chast T. Main Pada tahun 1972. 5

2.1.4 Proses Pembangunan Pembangunan proyek PLTU Muara Karang dibagi dalam dua tahap, yaitu: Tahap I, Unit 1, 2, dan 3 (3 x 100 MW). Tahap II, Unit 4 dan 5 (2 x 200 MW). Tahap I Sesuai dengan rencana semula, pelaksanaan pembangunan PLTU Muara Karang unit 1, 2, dan 3 dilaksanakan pada bulan: Unit 1 : Maret 1977. Unit 2 : Juni 1977. Unit 3 : maret 1978. Akan tetapi karena adanya hambatan yang terutama disebabkan oleh terbatasnya dana valuta asing, jadwal seperti rencana di atas perlu di tinjau kembali, sehingga jadwal penyelesaian pembangunan menjadi sebagai berikut: Unit 1 : April 1977. Unit 2 : Juli 1977. Unit 3 : April 1978. Sinkronisasi dengan jaringan (system kelistrikan) pertama kali adalah sebagai berikut: Unit 1 : 20 Januari 1979. Unit 2 : 28 Februari 1979. Unit 3 : 28 Juni 1979. Selanjutnya, karna adanya hambatan baik teknis maupun nonteknis PLTU Muara Karang unit 1, 2, dan 3 mulai melayani jaringan, mulai tercatat sebagai berikut: Unit 1 : Juli 1979. Unit 2 : November 1979. 6

Unit 3 : Desember 1979. Tahap II Sinkronisasi dengan jaringan (system kelistrikan) pertama kali adalah sebagai berikut: Unit 4 : 26 November 1981. Unit 5 : 7 Juni 1982. 2.1.5 Daya Terpasang Unit pembangkit (UP) Muara Karang mampu memproduksi energi listrik sebesar 7900 GWh pertahun yang disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi (JTTT) 150 KV yang sebagian besar di utamakan untuk mensuplai kebutuhan listrik Ibu Kota Jakarta, terutama daerah VVIP, seperrti: Istana Presiden dan Gedung MPR/DPR, serta keperluan publik lainnya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh PLTGU Muara Karang yang mempunyai daya terpasang 500 MW serta PLTU Muara Karang yang mempumnyai daya terpasang masing-masing 100 MW untuk unit 1, 2, dan 3 serta masing-masing 200 mw untuk unit 4, dan 5. 2.1.6 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik Tenaga listrik dari PLTU Muara Karang disalurkan melalui kabel udara 150 KV ke gardu induk Angke, gardu induk Duri Kosambi dan melalui kabel bawah tanah 150 KV ke gardu indiuk Budi Kemuliaan yang diteruskan untuk pemakaian di Istana Presiden dan sekitarnya. Tempat penting yang mendapatkan aliran listrik dari PLTU Muara Karang adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Gedung MPR/DPR dan sekitarnya. 7

2.1.7 Sistem Penyediaan Bahan Bakar Minyak Residu (MFO) sebagai bahan bakar utama PLTU Muara Karang, yang dopasok melalui kapal tanker yang berlabuh di pelabuhan minyak PLTU Muara Karang, sejauh ± 4 Km dari pantai, melalui saluran pipa dasar laut. Untuk memasok bahan bakar tersebut disediakan 3 buah tanki dengan kapasitas 2 x 19.000 Kl, 1 x 23.000 Kl,serta tanki HSD dengan kapasitas 2 x 250 KL, yang dipergumakan sebagai alat penunjang. PLTU Muara Karang unit 1, 2, dan 3 beroperasi menggunakan siklus rankine sederhana (non-reheat) yang memiliki heat reat sebesar 2.170 KCAL/KWH, sedangkan unit 4 dan 5 beroperasi menggunakan siklus rankine reheat dengan heat reat sebesar 2.002 KCAL/KWH. Apabila PLTU berproduksi dengan beban harian harian ± 80 % akan menghabiskan bahan bakar minyak ± 2.533 ton/hari Secara keseluruhan, untuk menghasilkan energi listrik sebesar 7.900 GWh pertahun, membutuhkan: 1. Bahan bakar gas sebanyak ± 52.300 MMSF. 2. Bahan bakar MFO sebanyak ± 480.400 Kl. 3. Bahan bakar HSD sebanyak ± 180.000 Kl. 2.1.8 Fasilitas Penyediaan Air Serta Pengolahaanya Air penambah ketel untuk kebutuhan PLTU Muara Karang unit 1 sampai dengan 5, diperoleh dari proses desalinasi air laut dengan menggunakan Destilation plant yang mempunyai kapasitas 40 ton/jam. Air penambah tersebut di olah atau dimurnikan pada Demi plant 2 yang berkapasitas 600 ton/jam dan hasilnya ditampung dalam tangki-tangki make up, bersama-sama dengan hasil dari desalinasi yang berkapasitas 2 x 656 ton dan 2 x 760 ton. 8

Air dari make up tank ini diolah lagi dengan demi plant 1 yang mempunyai kapasitas 864 ton/hari dan ditampung dalam tanki demin plant dan tanki kondensat dengan kapasitas 2 x 380 ton dan 1 x 760 ton Secara keseluruhan, untuk menghasilkan energi listrik sebesar 7.900 GWh per tahun, membutuhkan: 1. Air penambah boiler sebanyak 288.00 ton. 2. Air service sebanyak 108.000 ton. 3. Air laut sebagai pendingin kondensor yang mengalir secara terusmenerus 2.1.9 Sistem Pendingin Untuk keperluan air pendingin kondensor yang cukup dan bersih, maka saluran air masuk (kanal) dibuat menjorok ke laut sepanjang 2.100 meter, air itu di saring dengan saringan kasar (Bar Screen) dan saringan halus (Traveling Screen) yang kemudian di pompakan kedalam kondensor, dimana sebelum masuk kedalam kondensor air disaring kembali dengan Debris firlter. Untuk memenuhi kebutuhan air pendingin saluran kondensor dipasangi tiga pompa untuk unit 1, 2, dan 3,ditambah satu buah untuk cadangn dengan kapasitas 33.000 ton/jam 2.1.10 Menejemen Lingkungan Ramah lingkungan merupakan trend dunia usaha yang berkembang sekarang ini, sehingga setiap industrai di tuntut untuk mengelola lingkungan dengan baik berstedart Internasional, aman serta berdampak positif bagi lingkunan dan sekitarnya. 9

UP Muara Karang telah melaksanakan pengelolaan lingkungan, antara lain : 1. Moengoptimalkan pemakaian bahan bakar gas alam pada semua unit. 2. Pembersihan saluran air. 3. Mengoptimalkan operasional Dust Coolector untuk mengumpulkan partikel padat yang terbawa pada gas buang. 4. Melaksanakan program penghijauan pada lahan yang kosong, untuk menciptakan suasana lingkunan yang indah dan hijau. Untuk mengetahui efektifitas pengelolaan lingkungan, telah di upayakan pemantauan lingkungan terhadap limbah cair dan limbah padat, kwalitas udara, kebisingan, kwalitas air limbah dan air laut secara rutin sesuai dengan ketentuan rencana pemantauan lingkungan. Untuk mengendalikan polusi udara dan air, disekitar UP Muara Karang dilengkapi dengan alat pengendali emisi udara dan air, meliputi: 1. Cerobong yang cukup tinggi untuk semua unit, untuk mendapatkan distribusi gas buang secara luas. 2. Dilakukannya penetralan air,berguna untuk menetralisasi air buangan unit sebelum dibuang ke laut atau sungai 3. Oil Sparator berfungsi sebagai pemisah antara minyak dengan air buangan yang berasal dari area bunker bahan bakar minyak. 4. dust Coollector/ Dust Handling berfungsi untuk menangkap debu hasil pembakaran yang akan dubuang melewati cerobong. 5. Saluran inlet dan outlet pendingin kondensor yang panjangnya mencapai 1 km untuk menurunkan temperatut bakas pendingin Dampak positif pembangunan PLTU dan PLTGU bagi masyarakat disekutar UP Muara Karang adalah: 1. Ketersediaanya listerik untuk kehidupan sehari-hari. 2. Memacu perkembangan industri 3. Mendorong kegiatan ekonomi di sekitar Unit Pembangkit 4. Menyediakan lapangan kerja baru 10

2.2 Fungsi PLTU Muara Karang dalam Sistem Kelistrikan se Jawa-Bali Dalam suatu sistem interkoneksi maka unit-unit pembangkit bekerja secara komplementer dalam rangka memenuhi tuntutan sistem beban yang pada dasarnya meliputi tiga hal, yaitu: kehandalan, keamanan dan ekonomis. Pusat listrik baik tenaga uap maupun air mengemban misi ekonomi, sehingga pusat listrik yang ada bertugas untuk menjaga stabilitas dan keandalan sistem se Jawa-Bali. Pola operasi dari sistem tersebut adalah cyclic load operation yang melayani perubahan beban sistem, baik perubahan dalam periodik pendek, panjang, maupun perubahan darurat. Perubahan periodik adalah dalam rangka stabilitas. Sedangkan perubahan beban darurat adalah dalam rangka mengamankan sistem terhadap resiko coolapse atau black out. Funsi PLTU Muara Karang dalam sistem kelistrikan se jawa-bali, yaitu: 1. Sebagai tambahan daya sebesar 300 MW dari unit 1, 2, dan 3, serta 400 MW dari unit 4 dan 5 yang dapat memenuhi penyediaan kebutuhan listrik bagi daerah Jawa Barat dan Jakarta. 2. Sebagai pemikul beban besar. 3. Bagian dari interkoneksi dengan unit-unit lain se Jawa-Bali 2.3 Visi dan Misi Visi UP Muara Karang 1. Menguasai pangsa pasar Indonesia 2. Menjadi perusahaan kelas Dunia Misi UP Muara Karang 1. Menjadikan PT. PLN PJB II sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis, dalam bidang pembangkit tenaga listrik 2. Memberikan hasil yang baik kepada pemegang saham, pegawai, pemasok, pemerintah, dan masyarakat serta lingkungan 3. Memenuhi tuntutan pasar 11

2.4. Struktur Organisasi Sejak 20 februari 1999 keorganisasian UP Muara Karang berubah mengikuti perkembangan organisasi di PT. PL PJB yang dinamis sesuai situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan mendasar yang terjadi adalah dipisahkanya fungsi operasi dan pemeliharaan, sehingga UP Muara Karang menjadi organisasi yang ramping, bersih dan khususnya hanya berurusan dengan pengoperasian pembangkit untuk menghasilkan listyrik. Bagian pemeliharaan dilakukan oleh pihak pemeliharaan yang bukan merupakan bagian dari UP Muara Karang. Gambar struktur organisasi PT PJB Pembangkitan Muara Karang ditampilkan pada : Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT PJB Muara Karang Sumber : Leaflet PLTU Muara Karang 12

2.5. Sumber Daya Manusia Manusia adalah aset terpenting dalam perusahaan, sehingga UP Muara Karang memberikan kesempatan kepada seluruh pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan agar SDM yang profesional. sejingga tercipta lingkungan kerja yang menggairahkan dan memotifasi mereka untuk selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaanya Sikap profesionalisme pada pegawai tetap dipertahankan dan ini terlihat darihasil kinerja perusahaan. Kerja operasional UP Muara Karang beberapa Tahin terakhir menunjukan bahwa hasil dari Availibility Factor dan Forced Outage Rate di atas atandart kelas dunia dari North America Reliability Council (NERC). 2.6 Sistem PLTU Sistem PLTU merupakan sistem pembangkit energi listrik yang memiliki empat komponen utama, yaitu: ketel, turbin, kondensor dan pompa. Ketel berfungsi sebagai penghasil fliuda kerja (uap), tubin berfungsi sebagai penggerak generator, kondensor berfungsi senbagai pengkondensasian uap setelah siklus Rankine. Siklus Rankin terdiri dari beberapa proses 1 2 Proses pemompaan isentronik, berlangsung di dalam pompa. 2 3 Proses pemasukan kalor atau pemanasan pada temperatur konstan, yang berlangsung di dalam ketel. 13

3 4 Proses ekspansi isentropik di dalam turbin 4 1 Proses pengeluaran kalor atau pembuangan pada tekanan konstan, yang berlangsung di dalam kondensor Gambar 3.1 FLOW CHART PLTU Muara Karang Garis k-k pada diagram T-s dan h-s dinamakan garis cair jenuh, dimana pada sebelah kiri garis tersebut fluida kerja dalam kondisi cair. Garis K-k dinamakan garis uap jenuh, dimana pada sebelah kanan garis tersebut biasanya dinamakan uap kering. Sedangkan daerah dibawah garis lengkung k-k-k merupakan daerah campuran antara fasa cair dan uap. Uap didalam daerah tersebut biasa dinamakanuap basah. Titik K dinamai titik kritis, dimana temperatur dan tekanan pada titik tersebut dinamai temperatur kritis dan tekanan kritis. 14

Untuk mempermudah mengetahui fasa dari fluida biasanya dikatakan bahwa fluida dalam keadaan fluida fasa cair apabila temperatur dibawah temperatur Tc (374,2 o c) dan dalam keadaan fasa uap apabila temperaturnya lebih tinggi dari temperatur Tc. Namun perubahan dari fasa cair ke fasa uap tudak dapat diketahui dengan pasti dan dimana perubahan tersebut terjadi Statika di atas merupakan siklus ideal, dalam kenyataan siklus turbin uap menyimpang dari siklus ideal. Hal ini biasa disebabkan oleh beberapa faktor: 1. Kerugian di dalampipa/saluran fluida kerja, misalnya kerugian gesekan dan kerugian kalor ke atmosfear. Dengan demikian tekanan dan temperatur uap masuk lebih rendah daripada keadaan ideal. 2. Kerugian tekanan di dalam ketel uap, dengan demikian air yang masuk kedalam ketel harus bertekanan lebih tinggi daripada tekanan uap yang harus di hasilkan, sehingga diperlukan kerja pompa yang lebih besar. 3. Kerugian energi di dalam turbin, disebabkan karena adanya gesekan antara fluida kerja dengan bagian dari turbin. Disamping itu juga terdapat kerugian kalor ke atmosfear, namun tidak begitu besar jika dibandingkan dengan kerugian gesekan. 4. Kerugian di dalam pompa, misalnya kerugian gesek, kerugian tekanan, dan kerugian kalor ke atmosfear, kerugian gesekan pada pompa dapat 15

menyebabkan daya hisap pompa dapat berkurang, oleh sebab ituuntuk mengatasi kerugian tersebut kecepatan aliran fluida harus dibatasi. 5. Kerugian di dalam kondensor, misalnya: proses pendinginan dibawah tempertur jenuh dari kondensat yang keluar dari kondensor. Hal ini menyebabakan diperlikannya perpindahan kalor 9 pendingin) lebih banyak dari keadaan idial. Kerugian di dalam turbin dapat mempengaruhi efisiensi turbin, disamping itu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya erosi pada sudu. Salah satu usaha untuk menaikan efisiensi turbin adalah dengan menaikan tekanan uap dan melakukan pemanasan ulang. Dengan pemanansan ulang bukan hanya dapat memperoeh efisiensi yang lebih baik, tetapi juga menghindari terjadinya uap keluar turbin dengan kadar air yang terlampau tinggi. 16