PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: VIVI ERLITA ANGGRAINI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA LAGU TERHADAP PRAKTIK MENCUCI TANGAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

PERMOHONAN CALON RESPONDEN. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

siap untuk dipenuhi coretan-coretan. Baik buruknya isi coretan tersebut, kita yang

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN DI DESA LINAWAN KECAMATAN PINOLOSIAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

Kandidat Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan

Rahayu Budi Utami dan Noer Istichomah STIKes Satria Bhakti Nganjuk

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

PENGARUH METODE BERMAIN PANTOMIM TERHADAP KECERDASAN KINESTETIK ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI RANDULANANG II JATINOM KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya (Sekartini, 2011). Sedangkan

PERMAINAN BALOK BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

Umi Sa adah, Asih Setyorini

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

K A 2012/2013. Disusun Oleh: YULIANA DEWI A FAKULTA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

TAHUN. Disusun Oleh: HEPI KAWURI A FAKULTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

Pengaruh Media Menara Angka Terhadap Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Kelompok A

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

PENGARUH SENI MENGGAMBAR TERHADAP KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI 1 KEYONGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA PRASEKOLAH MELALUI AKTIVITAS BERMAIN MODEL SKILL PLAY

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI Dyah Ayu Wulandari 1), Indri Yuana 2) 1 DIV Bidan Pendidik, STIKes Karya Husada Semarang email: tata.talitha@gmail.com 2 DIV Bidan Pendidik, STIKes Karya Husada Semarang email: indri_yuana@yahoo.com Abstrak Latar belakang : Penurunan angka mortalitas pada balita rata-rata masih rendah, hal ini terlihat dari data statistik kegiatan tahunan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), angka mortalitas rata-rata balita hanya mengalami penurunan sebesar 1,1 % dengan jumlah balita tinggi. Sebaliknya di negara dengan jumlah balita rendah mengalami penurunan angka mortalitas sebesar 4,7 %. Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak. Tujuan penelitian : Mengetahui pengaruh pemberian stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap aspek pekembangan anak Prasekolah (Usia 3-5 Tahun) di Taman Kanak-kanak Pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Metode penelitian : Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode quasi eksperiment dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest terdiri dari 2 variabel. Hasil Penelitian : di dapatkan p-value= 0,000 < a (0.05), maka Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif. Simpulan : Ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif Terhadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Saran : Bagi orang tua yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun agar dapat memantau aspek perkembangan dan dapat memberikan stimulasi anak secara dini dengan bermain atau memberikan permainan edukatif pada anaknya agar tidak terjadi keterlambatan dalam perkembangan. Kata kunci: Stimulasi, Alat Permainan Edukatif, Aspek perkembangan Anak prasekolah. 1. PENDAHULUAN Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya pembangunan manusia seutuhnya harus di mulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan semasa balita (Depkes RI, 2010). Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan menuruti patokan umum. Diperkirakan lebih dari 200 juta anak balita di negara berkembang gagal mencapai potensi perkembangan optimalnya karena masalah kemiskinan, malnutrisi, atau lingkungan yang tidak mendukung, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, emosi, dan sosial anak. Menurut Soetdjiningsih (2012), perkembangan merupakan periode penting dalam kehidupan anak khususnya setelah melewati masa perkembangan sangat pesat pada usia tiga tahun. Usia tiga tahun merupakan batas telah melewati perkembangan sangat cepat atau sering disebut masa kritis perkembangan. Setelah masa ini perkembangan akan berlangsung secara kontinyu, maka perlu dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan seorang anak usia tiga tahun agar cepat terdeteksi gangguan perkembangannya untuk landasan perkembangan selanjutnya. Anak prasekolah merupakan anak yang berumur 36-72 bulan, pada masa ini anak akan Prosiding 37

mempersiapkan untuk sekolah, di mana panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik, proses belajar pada masa kini adalah dengan cara bermain. Ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 milyar neuron yang siap di lakukan sambungan antar sel. Sekitar 80% kapasitas kecerdasan terjadi ketika usia 4 tahun dan 50% tejadi ketika usia 8 tahun. Apabila pada periode tesebut otak tidak mendapatkan rangsangan maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal (Soetdjingsih, 2012). Penurunan angka mortalitas pada balita ratarata masih rendah, hal ini terlihat dari data statistik kegiatan tahunan UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund), angka mortalitas rata-rata balita hanya mengalami penurunan sebesar 1,1 % dengan jumlah balita tinggi. Sebaliknya di negara dengan jumlah balita rendah mengalami penurunan angka mortalitas sebesar 4,7 %. Kecenderungan dalam indeks kesehatan merupakan penyebab timbulnya optimisme dan pesimisme (Soetjiningsih, 2012). Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2013 mengatakansecara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 6 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum. Pada tahun 2010 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Pada tahun 2011 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi (UNICEF, 2011). Kecerdasan pada setiap anak tidak sama perkembangannya, ada anak yang memiliki kepintaran di salah satu kecerdasan tetapi kurang pada kecerdasan yang lain. Mungkin saja seorang anak bagus dalam memecahkan masalah tapi di sisi lain ia kurang dalam berbahasa, seperti gagap atau mengalami keterlambatan bahasa lainnya. Penyebabnya beragam, antara lain kebiasaan dalam lingkungan tumbuh kembang anak terutama di rumah. Anak yang kurang di ajak berbicara dan kurang mendapatkan stimulus dalam hal berbicara akan mengakibatkan kurang dalam kemampuan berbahasa (Adriana, 2011). Stimulus tumbuh kembang anak dapat di lakukan dengan cara memberikan permainan atau bermain, mengingat dengan bermain anak akan belajar dari kehidupannya. Ketika anak telah memasuki masa bermain atau disebut juga sebagai masa toddler, maka anak selalu membutuhkan kesenangan pada dirinya (Hidayat, 2011). Salah satu stimulus yang dapat diberikan adalah dengan bermain menggunakan alat permainan edukatif (APE), yaitu jenis permainan yang mengandung nilai pendidikan yang berfungsi untuk meangsang daya imajinasi anak dalam proses perkembangan kongnitif, perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahas serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Soetdjiningsih, 2009). Dari pengambilan data yang di lakukan dengan kepala TK pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali pada tanggal 14 Januari 2014, didapatkan data anak pra sekolah usia 3-5 tahun sejumlah 34 anak dimana usia 3 tahun 3 orang, usia 4 tahun 15 orang, dan usia 5 tahun 15 orang. Kepala TK tersebut juga mengatakan bahwa ada anak yang masih pasif seperti tidak mau bermain, ngobrol dengan teman sebaya dan hanya mau dengan orang tuanya, kurang bergaul dengan usia anak sebaya dan juga mengatakan kurang lengkapnya alat permainan yang menunjang dan dapat menstimulasi perkembangan anak secara optimal. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 8 orang anak (usia 3-5 tahun), usia 3 tahun 1 orang, usia 4 tahun 3 orang dn usia 4 tahun ada 4 orang, didapatkan 5 anak dari jumlah tersebut mengalami ketelambatan yaitu pada anak usia 3 tahun mendapatkan nilai meragukan 1 orang yaitu pada poin (belum dapat mengenakan sepatunya sendiri dan belum bisa memakai baju dan celana sendiri), pada anak usia 4 tahun ada 2 anak yang mengalami keterlambatan 38 Prosiding

yaitu mendapatkan nilai meragukan 1 anak yaitu pada poin tidak dapat berdiri dengan 1 kaki tanpa berpegangan dan tidak dapat menyusun kubus tanpa jatuh. Yang mendapatkan nilai kurang ada 1 orang yaitu pada poin bicara bahasa (tidak bisa menyebutkan nama lengkapnya) poin gerak kasar (tidak dapat bediri dengan satu kaki tanpa pegangan serta tidak dapat menjawab pertanyaan dari peneliti), pada anak usia 5 tahun diperoleh 2 orang anak yang mendapatkan nilai meragukan yaitu tidak dapat melakukan pada poin (melompat dengan satu kaki beberapa kali dan tidak dapat menangkap bola kecil sbesar bola kasti menggunakan kedua tangan). Dari pernyataan tersebut memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) Tehadap Aspek Perkembangan Pada Anak Pra-Sekolah Usia 3-5 Tahun Di Taman Kanak-kanak Pertiwi di Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pemberian stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap aspek perkembangan anak Prasekolah (Usia 3-5 Tahun) di Taman Kanakkanak Pertiwi Dusun Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. 2. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode quasi eksperiment yaitu eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmojo, 2012). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest posttest yaitu dimana peneliti sudah melakukan observasi pertama (Pretest) sehingga peneliti dapat menguji/mengevaluasi yang kedua (Posttest) untuk perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terlebih dahulu, setelah itu diberikan perlakuan alat permainan edukatif dalam jangka satu minggu kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak Prasekolah yang Ada di TK Pertiwi Dusun Banaran yang berusia 3 tahun sampai 5 tahun. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 34 anak. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Taman Kanakkanak Pertiwi dukuh Banaran Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilakukan tanggal 16 Agustus 2014 sampai tanggal 25 Agustus 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah anak prasekolah usia 3-5 tahun di Taman Kanakkanak Pertiwi Dukuh Banaran Kecmatan Andong Kabupaten Boyolali sejumlah 34 anak. Gambaran tiap variabel Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Tabel 1. Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah diberikan perlakuan stimulasi APE di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 34 responden. Aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skor terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 17 item dan skor tertinggi 37 item, didapatkan nilai mean 26,65 dengan standar deviasi 5,274. Aspek perkembangan anak prasekolah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skor terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 20 item dan skor tertinggi 39 item, didapatkan nilai mean 28,56 dengan standar deviasi 5,428. Prosiding 39

Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun. Tabel 2. Hasil uji paired t test sebelum dan sesudah perlakuan stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat nilai mean perbedaan antara aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum dan sesudah perlakuan adalah -1,912 dengan standar deviasi 1,164. Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,0001 < = 0,05 maka Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) terhaadap aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Pembahasan Analisis Univariat Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sebelum diberikan perlakuan alat permainan edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden didapatkan aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan nilai mean 26,65, atau dapat diketahui dengan kriteria Abnormal berjumlah 5 orang, Meragukan berjumlah 28 orang dan kategori normal berjumlah 1 orang. Menurut peneliti hasil Aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi alat permainan edukatif berkategori meragukan karena pada anak prasekolah tersebut sebelumnya belum pernah mendapatkan stimulasi yang cukup baik dari TK Pertiwi Boyolali maupun dari orang tua. Hal ini sesuai dengan Notoatmojo (2007), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain berupa tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah informasi baik informasi dari media maupun pendidikan atau penyuluhan. Di TK Pertiwi Boyolali tersebut, tidak menyediakan alat permainan edukatif yang lengkap, jadi anak bermain apa adanya yang mereka tidak mengetahui adakah nilai untuk mempengaruhi perkembangannya, oleh karena itu stimulasi ke anak menjadi kurang baik yang berkategori meragukan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lucki Permana (2005) yang menyatakan bahwa ada perbedaan aspek perkembangan pada kelompok yang diberikan stimulasi Alat permainan edukatif dengan kelompok yang tidak diberikan stimulasi alat permainan edukatif.oleh karena itu belajar merupakan suatu kegiatan yang baru yang kemudian dicamkan, dimasukan dalam fungsi ingatan oleh individu itu ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian.pengetahuan seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut. Aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun sesudah diberikan perlakuan alat permainan edukatif (APE) di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014 Setelah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif dapat diketahui bahwa sampel yang digunakan adalah 34 responden. Aspek perkembangan anak prasekolah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif di dapatkan skore terendah atau dapat mencapai pertanyaan dan perlakuan sesuai minimal 20 item dan skore tertinggi 39 item, didapatkan nilai mean 28,56 atau dapat diketahui bahwa sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif, aspek perkembangan anak berkriteria Meragukan sebanyak 9 anak, abnormal 1 anak dan normal sebanyak 24 anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68% responden memiliki perkembangan yang normal, akan tetapi masih ada yang memiliki perkembangan Meragukan. Bervariasinya aspek 40 Prosiding

perkembangan responden dapat disebabkan salah satunya yaitu stimulasi yang didapat baik dalam lingkungan maupun di luar lingkungan. Seperti pepatah mengatakan bermain adalah cara untuk mendapatkan ilmu, hal ini sesuai dengan teori Soetdjiningsih (2012) yaitu perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan, hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain. Anak akan dapat berkomunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan, seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna dan berbagai manfaat benda yang di gunakan dalam permainan. Perkembangan anak prasekolah tergantung dari stimulasi yang didapat dalam lingkungan dan kehidupannya. Mereka bermain tanpa mengetahui manfaat yang didapat atau ilmu yang didapat untuk merangsang perkembangannya. Begitu juga dengan para orang tua, mereka memberikan bermacam permainnan terhadap anaknya tanpa mengaetahui manfaat yang di dapat. Stimulasi tersebut bisa diperoleh melalui alat permainan edukatif yang diberikan oleh peneliti pada saat disekolah dengan demikian para guru dan para orang tua dapat mengetahui stimulasi untuk merangsang perkembangan anaknya. Setelah peneliti memberikan alat permainan edukatif serta mengajak anak-anak bermain dengan tipe kesenangannya di TK Pertiwi Boyolali tersebut terdapat nilai positif atau perubahan perkembangan yang terjadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofia Sundari (2012) yang menunjukkan hasil bahwa dengan diberikannya stimulasi alat permainan edukatif dapat memberikan perubahan yang signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah mengikuti bermain dengan alat edukatif aspek perkembangan meningkat sehingga hal ini mendorong para orang tua atau guru untuk mencegah terjadinya keterlambatan pada anak.. Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2009) yaitu bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Analisa Bivariat Pengaruh Pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif tehadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014. Hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi Alat Permainan Edukatif terhadap aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan aspek perkembangan anak prasekolah usia 3-5 tahun yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif, dimana aspek perkembangan anak prasekolah setelah sesudah diberikan stimulasi alat permainan edukatif berkategori Normal. Terjadinya perubahan perkembangan tersebut karena stimulasi alat permainan edukatif sangat efektif untuk merangsang perkembangan anak, karena pada umumnya anak seusia tersebut masih dalam tahapan bermain. Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya (Soetdjiningsih, 2012). Aspek perkembangan kongnitif, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif (buku bergambar, buku cerita, pensil warna, radio, boneka, puzzle, dan lainnya). Aspek perkembangan fisik (Motorik Kasar dan motorik halus), perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif motorik kasar (sepeda roda tiga, mainan yang ditarik dan didorong, tali lompatan), motorik halus (gunting, pensil, bola, balok, lilin dan lainnya).aspek perkembangan bahasa, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif seperti (buku bergambar, buku cerita, radio, televisidan lainnya). Aspek perkembangan emosi dan sosial, perkembangan ini dapat di stimulasi menggunakan alat permainan edukatif seperti (alat permainan yang dapat di pakai bersama misalnya congklak, kotak, pasir, bola, tali dan lainnya). Di TK Pertiwi Boyolali tersebut pada umumnya anak-anaknya kreatif, hanya saja kurang stimulasi dari orang tua, lingkungan, tempat Prosiding 41

sekolah untuk menonjolkan prkembangan yang sesuai dengan usianya, setelah diberian stimulasi alat permainan edukatif oleh peneliti akhirnya ada nilai perubahan yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan bermain alat permainan edukatif dapat merangsang aspek perkembangan anak prasekolah sesuai dengan usianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmonodewo (2008) yang menyatakan bahwa bermain di sekolah dapat membantu perkembangan anak apabila guru cukup memberikan waktu, ruang, materi dan kegiatan bermain bagi murid-muridnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucki Permana (2005) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan aspek perkembangan pada kelompok yang diberikan stimulasi alat permainan edukatif dengan kelompok yang tidak diberikanstimulasi alat permainan edukatif. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan dan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Di sini dapat kita lihat bahwa aspek perkembangan anak balita antara sebelum dan sesudah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif memiliki perubahan perkembangan yang berbeda. Tingkat aspek perkembangan anak prasekolah sebelum diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif 70% adalah Meragukan, sedangkan sesudah diberikan stimulasi bermain alat permainan edukatif aspek perkembangan anak prasekolah 68% adalah Normal. Hal ini dikarenakan mereka bisa menerima permainan yang diberikan oleh peneliti tersebut berupa Bermain dengan alat permainan edukatif. 4. KESIMPULAN Simpulan Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian Stimulasi Alat Permainan Edukatif (APE) Terhadap Aspek Perkembangan Anak Prasekolah di TK Pertiwi Boyolali Tahun 2014. Saran Bagi orang tua yang memiliki anak prasekolah usia 3-5 tahun agar dapat memantau aspek perkembangan dan dapat menstimulasi anak secara dini dengan bermain atau memberikan permainan edukatif pada anaknya agar tidak terjadi keterlambatan dalam perkembangan. Bagi Guru TK diharapkan dapat mengadakan kegiatan screening terhadap anak didik agar dapat mendeteksi secara dini keterlambatan yang dialami oleh anak prasekolah tersebut agar dapat segera di tangani oleh tenaga kesehatan yang terdekat REFERENSI Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifudin. 2011. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Statistik Non Parametris.Bandung : Alfabeta. Suyanto & Salamah, Ummi. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra cendikia. Padmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Soetdjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC. Sulistyawati, Ari. 2014. Deteksi tumbuh kembang anak. Jakarta:salemba medika Riyanto, Agus. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 42 Prosiding