BAB I P E N D A H U L U A N. Hukum sebagai suatu dasar pengikat nilai-nilai dalam kehidupan ini

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dengan adanya hukum, hak-hak serta kewajiban-kewajiban anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. karena itu terjadilah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu tempat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

CAMBRIDGE CONDOMINIUM - MEDAN Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Perkara Perdata No.597Pdt.G/2013/PN.MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal inilah keberadaan orang lain sangat dibutuhkan. Adapun adanya

Perkara Perselisihan Hubungan Industrial Reg.Nomor : 66/G/2012/PHI.Mdn. antara. Saut Djosua H. Sitorus,SE Penggugat. lawan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara yang meletakkan hukum sebagai supremasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Perihal : Replik Penggugat dalam Perkara Perdata Nomor 168/ Pdt. G/ 2013/ PN.Jkt.Pst [REPLIK ATAS EKSEPSI DAN JAWABAN PERTAMA TERGUGAT II]

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

Hukum Acara Pembubaran Partai Politik. Ngr Suwarnatha

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAB IV. pasal 35 dan 36 Undang-undang Nomor 1 tahun Pemisahan harta bersama. harta benda kepada Hakim dalam hal suami dengan berlaku buruk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Perbuatan Melanggar Hukum Oleh: Parwoto Wingjosumarto, SH*

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

GANTI RUGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS AKIBAT PERBUATAN MELANGGAR HUKUM PENGEMUDI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS MK PUTUSKAN UJI MATERI UU RUSUN

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH PENGUASA

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

P U T U S A N NOMOR : 394/PDT/2013/PT-MDN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ACARA PERDATA TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TUBAN DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

KETENTUAN-KETENTUAN PENTING TENTANG WANPRESTASI DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH) OLEH: Drs. H. MASRUM, M.H. (Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N. NOMOR 18/Pdt-G/2009/MSy-Prov. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Hukum sebagai suatu dasar pengikat nilai-nilai dalam kehidupan ini memberikan akibat bagi pelaku pelanggarnya. Suatu perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilarang menurut hukum. Hukum adalah serangkaian peraturan-peraturan yang diciptakan untuk mengatur tingkah laku manusia agar dapat menemui ketenteraman di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu tujuan hukum ialah untuk menyelamatkan, dengan segala ketentuannya serta membuat orang menjadi tertib di dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Di dalam Pasal 1366 KUH Perdata dikatakan bahwa: Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya". Pembahasan perihal perbuatan melawan hukum ini sebenarnya ada sanksi perdatanya dan ada juga sanksi pidananya. Namun banyak dari anggota masyarakat yang masih belum mengerti, tentang masalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh badan hukum, demikian juga perbuatan melawan hukum yang merugikan seseorang atau individu. Pada lazimnya KUH Perdata memberi jalan penyelesaiannya melalui Hakim pengadilan, dengan mengajukan tuntutan dalam hal ini ganti rugi. Perbuatan melawan hukum di dalam KUH Perdata disebut dengan Onrechtmatige daad sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata. 1

Dengan diketahuinya dasar hukum seseorang telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum kelalaian maka masyarakat secara luas akan dapat mengetahui bagaimana sebenarnya tuntutan ganti rugi yang dapat dilakukan serta bagaimana sebenarnya yang dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan dasar kelalaian. Setiap perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam masyarakat pada dalilnya dapat menimbulkan kegoncangan (chaos), ketenteraman pada berbagai perhubungan hukum baik mengenai harta benda/bangunan ataupun harta benda kekayaan lainnya. Mereka yang terkena perbuatan melawan hukum merasa selalu diperkosa hak-haknya, sehingga dirasakan benar bahwa perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar ketertiban, melanggar peraturanperaturan dan merupakan suatu perbuatan yang tidak layak untuk dikerjakan. Jadi dianggap perlu menyajikan penulisan ini agar dapat diketahui bahwa setiap perbuatan melawan hukum, apabila terjadi dikenakan sanksi, sesuai dengan perbuatannya dengan tujuan agar ketenteraman masyarakat dapat dinetralisir. Salah satu bentuk perbuatan melawan hukum dalam kajian penelitian ini adalah perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian immaterial bagi pemilik dan penghuni unit di Apartemen Cambridge Condominium Medan. Kerugian tersebut disebabkan adanya pihak-pihak tertentu yang melakukan perbuatan berupa pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dengan tidak melibatkan para pemilik dan penghuni unit di Apartemen Cambridge Condominium Medan. 2

Sengketa tersebut dimuat dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn, dimana dalam sengketa tersebut penggugat memohon kepada majelis hakim yang memeriksa perkara tersebut dan memasukkan perbuatan para tergugat membentuk Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) sebagai perbuatan melawan hukum serta dibatalkannya akta-akta yang kemudian terbut dengan adanya pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS). Majelis hakim dalam keputusannya Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn, mengabulkan sebagian gugatan para penggugat. Dalam memeriksa perkara perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) tentunya hakim memeriksa perkara tersebut berdasarkan kaedah-kaedah hukum yang berlaku seperti alat bukti yang dihadirkan para pihak dan juga dalil-dalil yang diajukan oleh para pihak sebagai pendukung tuntutannya. Suatu hal yang perlu diketahui dari Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn adalah bahwa kerugian akibat pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) belum terjadi seketika. Artinya dengan dibentuknya Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) maka para pemilik dan penghuni unit di Apartemen Cambridge Condominium Medan tidak merasakan kerugian seketika. Argumen-argumen yang ditampilkan dalam pemeriksaan di depan persidangan adalah suatu gambaran yang diuraikan penggugat akan dapat merugikan mereka dengan dibentuknya Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun 3

(PPPSRS). Sehingga dengan demikian kerugian yang dimaksudkan oleh para penggugat adalah kerugian yang diperkirakan akan terjadi bukan yang sudah terjadi. Dan terhadap keadaan tersebut hakim mengabulkan gugatan para penggugat. Hal inilah yang membuat penulis tertarik mengkaji dan menganalisis tentang: "Perbuatan Melawan Hukum Dalam Pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn)". 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang diajukan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor penyebab terjadinya perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn? 2. Akibat hukum perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn? 1.3. Pembatasan Masalah Disebabkan keterbatasan waktu, dana dan juga pengetahuan maka penelitian ini dibatasi pada bidang perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun 4

(PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn. 1.4. Perumusan Masalah Dalam pembuatan suatu karya ilmiah khususnya skripsi ini untuk mempermudah pembahasan perlu dibuat suatu permasalahan. Adapun masalahmasalah pokok yang dimaksud dalam skripsi ini adalah seperti yang disebutkan di bawah ini : 1. Apakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn? 2. Bagaimana akibat hukum perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn? 1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn. 5

2. Untuk mengetahui akibat hukum perbuatan melawan hukum dalam pembentukan Perhimpunan Pemilik Dan Penghuni Satuan Rumah Susun (PPPSRS) dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 597/Pdt.G/2013/PN.Mdn. 3. Sebagai salah satu syarat bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar Strata I Untuk setiap permasalahan-permasalahan yang diteliti atau dibahas sudah tentu mempunyai manfaat. Demikian juga halnya dengan skripsi ini, hal mana dapat penulis kemukakan, bahwa manfaat penulisan skripsi ini antara lain : 1. Secara teoritis sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran tentang perkembangan perbuatan melawan hukum. 2. Secara praktis melalui tulisan ini juga diharapkan dapat berguna pada masyarakat agar mengetahui akibat terjadinya perbuatan melawan hukum. 6