BAB I PENDAHULUAN. dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul

PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan lainnya ( Sinulingga, 1999:19) sarana-sarana rekreasi modern. ( Colombijn, 2005:148)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang majemuk secara etnik, agama, ras dan golongan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI - 7 -

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dari aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik (Yunus, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ruang. penambahan penduduk di kota-kota besar pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

TESIS OLEH : SARIGUNA TANJUNG /PWD PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2002

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menunjukkan penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan terjadi diantara mereka. Secara definisi jarak sosial adalah sejauh mana orang bersedia untuk menerima dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Salah satu bentuk jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem apartheid memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, sehingga ada anggapan kulit putih lebih unggul dari pada kulit hitam (white supremy). System apartheid menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap individu dari golongan rasisme tersebut yang mengakibatkan ada diskriminasi. (Sunarto :2004). Menurut Edward T. Hall dalam (Sunarto 2004 ) jarak social merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dalam satu wilayah geogerafis yang berdekatan berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Pemahaman lain menurut Dobb (1985) jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (atribut yang melekat dalam diri mereka).jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara 1

kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. Apabila dalam hubungan sosial antara individu memiliki banyak kesamaan maka hubungan sosial yang berlansung diantara mereka dekat, sebalik apabila terdapat banyak perbedaan akan menimbulkan adanya jarak sosial dalam hubungan sosial yang terjalin. Jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi suku atau etnis, agama dan ras. Perbedaaan dalam sosial budaya menyebabkan keberagaman dalam setiap elemen struktur masyarakat. Stratifikasi memperlihatkan adanya pembedaan dalam masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan, kekuasaan, pekerjaan, pendidikan dan lainnya. Indonesia dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya satu dalam perbedaan, seharus dapat dipedomani agar tidak ada perbedaan dalam masyarakat sehingga hubungan sosial yang terjalin dimasyarakat berjalan harmonis. Namun nyatanya masih banyak masyarakat yang membedakan-bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan sehingga menimbulkan adanya pengelompokan dalam hubungan sosial yang dikenal dengan jarak sosial.jarak sosial dalam masyarakat dalam dapat dihilangkan apabila sesama anggota masyarakat menghilangkan sikap etnosentrisme atau kesukuan sehingga tidak ada perbedaan dalam hubungan sosial yang berlangsung. Di masyarakat sendiri sebenarnya sudah terdapat ruang-ruang sosial yang dapat dijadikan sebagai sarana meminimalkan terjadinya jarak sosial diantara masyarakat, ruang sosial menjadi wadah tempat bertemu masing-masing anggota masyarakat dari berbagai elemen yang ada. Ruang sosial dalam penelitian ini merupakan wadah yang terbentuk secara alamiah dimasyarakat yang berfungsi mempertemukan seluruh elemen anggota masyarakat sehingga tercipta integritas. Ruang sosial dapat berupa tempat 2

beribadah seperi mesjid, gereja, kuil wihara dln. Selain itu dapat berupa ruang publik seperti taman, jalan raya, rumah sakit, rumah makan, dln.namun tidak jarang kehadiran ruang-ruang sosial dijadikan tempat yang membedakan antara golongan masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan ekonomi, suku, agama dan ras dan golongan. Pasar merupakan salah satu ruang sosial yang ada di masyarakat dimana tempat bertemu berbagai anggota masyarakat dari berbagai elemen sosial untuk melakukan transaksi jual-beli, namun saat ini pasar juga membedakan pengunjung yang dapat masuk kedalamnya berdasarkan kelas sosial. Saat ini perbedaan kelas sosial menjadi jurang pemisah antara masyarakat, dimana mayarakat digolongan menjadi tiga yaitu; masyarakat ekonomi rendah, masyarakat ekonomi menengah dan masyarakat ekonomi atas. Kota medan dengan luas wilayah 265. 10 Km 2 dengan jumlah penduduk 237,56 juta jiwa (BPS, 2013) dengan jumlah tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.49 % per tahun. Tinggi angka pertumbuhan penduduk berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota khsusus dalam kegiatan sosial-ekonomi. Masyarakat akan berebut dalam bidang pekerjaan agar mendapatkan penghasilan yang besar sehingga harus mengalah pihak lawannya dengan meningkat pendidikan yang tinggi, dalam pencapaian dimenangkan oleh masyarakat kelas atas, sedangkan masyarakat kelas bawah dengan segala ketebatasnnya bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar. Adanya perbedaan pekerjaan akan menyebabkan perbedaan penghasilan yang menciptakan masyarakat elite yang dapat memenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan akan barang mewah. Masyarakat elite memiliki kemampuan membeli lahan sehingga terjadi perebutan 3

lahan terjadi penyempitan lahan untuk pemukiman maupun diperuntukan pengembangan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tidak mampu membeli lahan akan menempati kawasan yang tidak terpakai menciptakan berdirinya kawasan lingkungan kumuh. Pemukiman kumuh adalah suatu lingkungan pemukiman yang mengalami penurunan kualitas kehidupan fisik, budaya dan social sehingga tidak layak menjadi tempat tinggal. Pemukiman kumuh tidak jarang berdiri bersebelahan dengan pemukiman elite maupun gedung-gedung mewah. Salah satu berada di Kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun terdapat kawasan kumuh yang dikenal dengan kampung Badur berada berdampingan dengan pemukiman masyarakat elite. Kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat memunculnya fenomena gated community (kumunitas berpagar). Model Gated community memiliki ciri mempunyai tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal dan melaksanakan kehidupannya. Fenomena gated community di kota kota menunjukkan pembatasan ruang yang sengaja dibuat untuk melambangkan pemisahan interaksi dengan masyarakat lain. Masyarakat yang tinggal dalam gated community cenderung menjalin hubungan sosial dengan masyarakat yang memiliki model hunian yang sama, walaupun hubungan yang terjalin antara masyarakat sekitar hanya berupa pertemuan selintas tanpa adanya ikatan emosional dalam berinteraksi. Perbedaan pemukiman juga berpengaruh dalam interaksi yang terjalin antara kedua kelompok yang berbeda. Adapun dampak langsung terhambatnya interaksi sosial karena membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Peningkatkan kumunitas berpagar disebabkan karena adanya kesadaran yang terkonstruksi dalam 4

masyarakat bahwa jika mereka mengaku orang kaya maka harus membeli rumah dan tinggal di kawasan elite dan sebaliknya jika mereka mengindentifikasi tidak kaya maka mereka memilih kawasan menengah lainnya atau pun kawasan kumuh (slum settlement). Kesadaran yang sudah dimiliki menciptakan adanya segregasi yang membentuk adanya pengelompokkan dalam masyarakat.(jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65). Segregasi sosial merupakan adanya perbedaan kehidupan yang seolah-olah harus benar dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat.segregasi dapat digolongan menjadi dua bentuk yaitu segregasi yang terkonstruksi dan segregasi yang alami. Segregasi yang terkonstuksi yakni adanya kesadaran dalam masyarakat sehingga menciptakan segregasi. Masyarakat yang mengidentifikasi bahwa mereka kaya akan memilih bentuk hunian yang mencerminkan status sosial mereka, sedangkan segregasi yang terbentuk secara alami yakni pemisahan yang terjadi karena adanya keterpaksaan dalam masyarakat sehingga mereka memilih hidup mengelompok dalam satu kawasan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan menunjukkan kampung secara jelas adanya segregasi sosial antar kehidupan masyarakat kaya dan miskin. Segregasi yang terbentuk secara alami masyarakat memiliki kesadaran yang terkonstruksi mereka hidup mengelompok bersama anggotanya berdasarkan kesamaan. Masyarakat kaya atau elite dapat dilihat dalam penelitian dari bentuk dasar rumah terbut dari batu, berdinding tembok, berpagar dilengkapi kamera 5

pengintai (cctv) dan hampir setiap rumah memiliki garansi mobil serta setiap rumah memiliki bak sampah. Sedangkan masyarakat miskin tinggal dilahan yang tidak terpakai, berbahan dasar kayu dan papan, berada di pinggir sungai, masingmasing rumah memiliki bertangga, ukuran rumah yang sempit (satu ruangan menampung segala aktivitas), padat penduduk, sulit air bersih. Sejarah lahirnya kampung Badur berdasarkan penuturan salah seorang masyarakat yang tinggal di badur, ibu Poniah mengatakan kami sudah bertahuntahun tinggal di badur. Berawal dari ayah saya orang pertama yang membuka lahan disini, dulunya ini lahan kosong yang tidak terpakai kemudian kami dirikan rumah sampai saat ini sudah berdiri banyak rumah disini. Masyarakat badur dibedakan menjadi dua golongan yang dikenal dengan masyarakat badur bawah mereka yang menenpati rumah di tepi atau pinggir sungai dan mayarakat atas mereka yang mendirikan rumah di atas tanah. Dari segi pendidikan masyarakat Badur bawah didominasi tamatan SMP dan SMA kebanyakan bekerja dibidang jasa dan perdangan. Hal ini juga didorong oleh letak wilayah kampung Badur berada di pusat kota dikelilingi oleh gedunggedung perkantoran, perumahan elite, restoran, rumah sakit dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat mudah mencari pekerjaan. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal seperti ; pengemudi becak, pedagang kaki lima, buruh cuci, buruh bangun dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan masyarakat badur atas yang banyak bekeja di perusahaan sendiri, pemilik toko, pegawai swasta, PNS, guru dan sebagainya. 6

Mayoritas etnis yang menempati kawasan bawah kebanyakan terdiri dari suku minang, jawa, batak dan campuran. Sedangkan etnis masyarakat atas terdiri dari Padang, Jawa, Tionghoa, India dan campuran lainnya. Perbedaan suku atau enis menciptakan adanya keberagaman kebudayaan di kampung Badur, masingmasing anggota masyarakat harus memahami akan perbedaan nilai dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang ada di Badur agar terbentuk kesatuan dalam keberaganm dikampung Badur. Hasil observasi langsung dilapangan yang menjadi salah satu ruang sosial yang dapat mempertemukan masyarakat bawah dan masyaraka atas hanyalah jalan yang sering dilewati masyarakat atas pada saat mereka hendak pergi keluar. Jalan menjadi sarana bertemu masyarakat Badur atas dan Badur, namun interaksi yang terjadi hanya tegur sapa saja tanpa ada interaksi yang intens. Akibat jarangnya masyarakat atas dan masyarakat bawah bertemu menyebabkan kurang kedekatan diantara mereka, serta sikap tertutup yang ditunjukkan masyarakat atas terhadap masyarakat bawah juga menyebabkan terjadinya perbedaan perlakuan dalam interaksi antara masyarakat atas dan masyarakat bawah.hal ini dapat terjadi karena kedua kelompok masyarakat memiliki memiliki latar belakang yang berbeda sehingga terjadi ketidaksesuaian dalam bersikap, bertutur kata, bahasa yang digunakan, nilai yang di pedomani, cara berpakaian, berpenampilan dan lain sebagainya. Jarak social yang melatarbelakngi ketidakevektifan dalam berinteraksi antara kedua kelompok masyarakat ini menyebabkan ketertarikan saya ingin melakukan penelitian mengenai jarak social masyarakat kumuh (slum area) dan masyarakat elite. Berdasarkan hal yang telah dikemukan di atas maka 7

peneliti mengangkat judul penelitian mengenai Jarak Sosial Masyarakat Kumuh Dan Masyarakat Elite 1.2 Perumusan Masalah Sebuah penelitian harus memiliki batasan batasan permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu permasalahan yang dapat diselesaikn dan peneliti tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana jarak sosial dalam masyarakat elite dan masyarakat slum area? 2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadi jarak sosial antara masyarakat atas dan masyarakat pinggiran/kumuh? 1.3 Tujuan Penelitian Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan dengan perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi jarak sosial masyarakat kumuh (slum area) dengan masyarakat menengah, masyarakat elite, serta menjelaskan factor yang bekontributif dalam penghambat interaksi social sehingga menimbulkan jarak social dalam kelompok masyarakat tersebut. 8

1.4 Manfaat Penelitian Mamfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun yang menjadi maafaat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khusus nya mata kuliah Sosiologi Perkotaan serta hasil penelitian menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini. 2. Mamfaat praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi ketidakharmoninsa hubungan sosial yang terjadi antara kedua masyarakat yang berbeda secara status ekonomi,agama, dan suku agar dapat tercapai keharmonisan dalam hubungan sosial di masyarakat serta dapat dijadikan bahan rujukan dan saran bagi Pemerintah Kota Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial masyarakat majemuk sehingga setiap kelompok masyarakat secara sosial budaya dan status sosial ekonomi berbeda dapat hidup berdampingan rukun dan damai. 1.5 Definisi Konsep Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual yang merujuk pada kenyataan yang nyata ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna. 9

Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (suyanto,2005:49). Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Masyarakat pemukiman kumuh yaitu kelompok masyarakat yang menempati daerah pemukiman kumuh disebabkan keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan. Pemukiman kumuh dalam penelitian berdiri diatas lahan yang bukan milik dan haknya tanpa izin dari pemiliknya. Pemukiman kumuh dalma penelitian ini terlihat dari bentuk huniannya, berbahan dasar kayu serta bertangga, berdiri di pinggir sungai, padat penduduk, memiliki ukuran 3x4 (satu ruangan menampung segala aktivitas) b. Masyarakat menengah yaitu kelompok masyarakat yang dapat memenuhi kehidupan ekonomi tanpa keterbatasan. Dalam penelitian ini masyarakat ekonomi menengah dilihat dari kondisi hunianya, berbahan dasar batu, berdinding semen, berpagar, berdiri di atas tanah milik pribadi. c. Masyarakat pemukiman elite yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi status sosial ekomoni di masyarakat. Masyarakat elite dalam penelitian ini dilihat dari bentuk huniannya berbahan dasar batu, berdinding batu, bepagar tinggi dilengkapi kamera cctv. d. Ruang sosial adalah suatu wadah yang terbentuk secara alamiah sebagai sarana untuk mempertemukan masyarakat dalam satu keadaan (setting) yang sama untuk menimbul rasa kebersamaan. Dalam penelitian ini yang 10

dijadikan sebagai ruang sosial yaitu; jalan, musola dan kegiatan kemasyarakat yang ada di badur. e. Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian ingin dilihat pola interaksi yang terjadi antara masyarakat pemukiman pinggiran (slum area) dan pemukiman elite. f. Segregasi sosial adalah adanya pembeda yang seakan benar-benar harus dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat. Segregasi dalam penelitian ini adanya bentuk pemukiman yang mengelompok antara masyarakat elite dan masyarakat kumuh. g. Disharmonisasi adalah pola hubungan interaksi antara individu dengan individu yang tidak berjalan harmonis. h. Jarak sosial adalah adalah perbedaan perlakuan sikap dan tindakan dalam suatu hubungan sosial karena adanya norma-norma yang mengatur dalam hubungan sosial tersebut. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. 11