BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelahaan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern)

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II LANDASAN TEORI. Salah satu agenda kemanusiaan yang mendesak untuk segera digarap adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian pustaka memuat hasil penelitian terdahulu yang dapat membantu penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini dipaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. 1. I Made Titib (1998) dalam buku yang berjudul Citra Wanita dalam Kakawin Ramayana (Cermin Masyarakat Hindu tentang Wanita). Buku tersebut menguraikan tentang penggambaran sosok wanita dalam Kakawin Ramayana, yakni sosok wanita yang patut diteladani dan sosok wanita yang tidak patut ditiru. Analisis citra wanita dalam buku tersebut dipaparkan dalam tiga pembahasan, yaitu pengelompokan tipe wanita, potensi dan status wanita, serta peranan wanita berdasarkan tokoh-tokoh wanita yang terdapat dalam Kakawin Ramayana. Dalam penelitian ini akan mengelompokkan perjuangan perempuan ke dalam jenis atau golongan feminis untuk memperoleh kesetaraan di dalam keluarga dan masyarakat sehingga buku ini dapat menjadi referensi penelitian ini. 2. Putu Sutrisnayanti (2011) dalam skripsinya yang berjudul Citra Wanita Dalam Geguritan Dreman. Skripsi ini mendeskripsikan tentang citra 9

wanita yang terkandung dalam geguritan Dreman berdasarkan aspek fisis dan psikologi serta citra sosial wanita berdasarkan aspek keluarga dan masyarakat. Penelitian ini mendeskripsikan citra wanita dari dua sisi yakni berdasarkan citra diri wanita dan citra sosial. Pencitraan wanita dalam penelitian tersebut lebih banyak mendeskripsikan tentang sikapsikap dan peranan seorang istri dalam keluarga. Pencitraan wanita dalam penelitian tersebut dikaitkan dengan keberadaan wanita di tengah masyarakat. Dalam hal ini berkaitan, penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnayanti hampir sama dengan apa yang dilakukan dalam penelitian ini tetapi perbedaanya adalah penulis mendalami karya sastra dengan teori feminisme dan menggolongkan bagaimana perjuangan perempuan dalam usaha memperoleh kesetaraan dalam dua jenis feminisme. Selain itu penulis menggunakan karya sastra Bali modern berupa cerpen dalam penelitian ini. 3. Ni Komang Sri Melani (2011) dalam skripsinya yang berjudul Cerpen COR Sebuah Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini mengkaji aspekaspek sosial masyarakat dalam cerpen COR. Aspek-aspek sosialnya meliputi aspek agama, aspek adat dan aspek hukum adat. Penelitan Melani ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan karena mengangkat karya sastra Bali modern berupa cerpen, walaupun teori yang digunakan berbeda tetapi penelitian Melani memberikan referensi terhadap penelitian ini dalam hal struktur cerpen. 10

Hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan namun penelitian-penelitian tersebut membantu dalam menganalisis struktur naratif cerpen seperti yang terdapat di dalam penelitian Ni Komang Sri Melani. Penelitian I Made Titib dan Putu Sutrisnayanti yang memberikan referensi dalam menganalisis bentuk-bentuk feminisme yang dicerminkan melalui perjuangan perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Penelitian yang dilakukan ini mengkaji Pupulan Cerpen NTNL dengan analisis struktur yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat, sedangkan dalam analisis feminisme dibagi dalam dua jenis feminisme sesuai dengan perjuangan perempuan yang terdapat dalam Pupulan Cerpen NTNL. 2.2 Konsep Konsep merupakan unsur-unsur dari suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala atau merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian (Budiono, 2005:284). Konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang ingin kita tentukan hubungan empirisnya (Koentjaraningrat, 1981:32). Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini menggunakan konsep cerpen dan perempuan. 2.2.1 Cerpen Cerpen memiliki pengertian cerita yang pendek atau short story dan merupakan suatu kebulatan ide. Cerpen juga memiliki ciri-ciri lain, yaitu sifatnya rekaan. Walaupun hanya rekaan, namun cerpen ditulis berdasarkan kenyataan 11

kehidupan Semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap serta tidak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Cerpen memiliki unsur-unsur struktur yang membangun, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain tema, insiden, alur, latar, penokohan dan amanat, sedangkan unsur ekstrinsik antar lain budaya, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain (Tarigan, 1984:176). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:211) cerpen adalah salah satu ragam dari jenis prosa. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita yang relative pendek, yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isinya. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami. Berhubungan dengan istilah ini cerita pendek masih dapat dibagi pula dengan tiga kelompok yakni cerita pendek, cerita pendek yang panjang, dan cerita pendek yang pendek (Sumardjo dan Saini, 1988:30). 2.2.2 Perempuan Perempuan adalah pembimbing serta pendamping suaminya dan guru pertama bagi anak-anaknya, ialah yang menjadi teladan sikap sosial mereka, memberi contoh cara berbicara, dan menjaga kesehatan serta kebahagiaan mental mereka (Fracassi, 2011:8). Sudut pandang laki-laki yang menguasai hampir seluruh sendi kehidupan dunia menempatkan perempuan sebagai sesuatu yang disetarakan dengan sesuatu yang lain. Karena cara pandang itulah kemudian, wanita nyaris menjadi objek eksperimen kaum laki-laki. Eksperimen tersebut 12

meliputi bidang politik, status sosial, intelektual, bahkan eksperimen di bidang keyakinan keagamaan (Putrawan, 2013:7). Dalam kumpulan cerpen NTNL ini, pengarang menempatkan sosok perempuan tidak sebagai perempuan yang lemah, tidak juga perempuan yang hanya bisa mengurus urusan rumah tangga semata, melainkan dalam cerpen ini ditunjukkan bagaimana kuatnya seorang perempuan menjalani kehidupan, berjuang untuk kehidupan dirinya sendiri dan keluarganya. Dihadapkan dengan keadaan yang secara ekonomi jauh dari kata layak, sosok perempuan ini berusaha untuk bekerja, tidak hanya berdiam diri berpangku tangan. Usia dan kekurangan fisikpun tak menjadi halangan perempuan untuk dapat bekerja, keadaan dan cinta kasih terhadap keluarga membuat perempuan ini berjuang sekuat tenaga. Selain perjuangan perempuan untuk bekerja menafkahi keluarga, perjuangan kesetiaanpun ditunjukkan perempuan, dengan kondisi suami atau laki-laki tidak berdaya sebagai suami ditambah dengan keadaan fisik yang cacat, perempuan ini masih setia mendampingi selayaknya pasangan suami istri pada umumnya. Perempuan dalam cerpen ini berjuang melakukan pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh laki-laki tanpa melupakan tugasnya sebagai istri dan ibu dalam keluarga. 2.2 Landasan Teori Sebuah penelitian harus didasarkan pada suatu landasan teori. Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan landasan yang penting karena nantinya dapat dijadikan pijakan dan tolak ukur untuk menyelesaikan permasalahan yang 13

hendak diselesaikan (Jendra, 1981:3). Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), yang berarti kontemplasi kosmos atau realitas. Secara definitif teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalanya,yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan. Teori befungsi untuk mengarahkan, sebagai penunjuk jalan agar suatu penelitian tidak kehilangan arah. Teori yang valid dapat dioperasikan di balik gejala sehingga penelitian memberikan hasil secara maksimal (Ratna, 2009:17-18). 2.3.1 Teori Struktural Pendekatan struktur adalah tahapan awal dalam penelitian sastra yang sangat susah untuk dihindari. Aliran struktur tidak boleh dimutlakkan dan ditiadakan. Analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail mungkin, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan sebuah karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Analisis struktur dianggap sebagai pijakan awal analisis karya sastra. Tanpa melalui analisis struktural kebulatan unsur intrinsik karya sastra tidak terungkap. Ratna (2009:91) menyatakan bahwa yang dimaksud pendekatan struktural adalah satu kesatuan hubungan antara unsurnya dan juga unsurunsurnya dengan keseluruhan. Hubungan yang dimaksud hubungan yang positif seperti keselaran juga negatif seperti pertentangan. Struktur ialah kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Dengan kata lain bahwa unsur struktur pada pokoknya berarti sebuah karya atau 14

peristiwa di dalam masyarakat menjadi keseluruhan karena relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dengan keseluruhan. Prinsip dasar teori struktural adalah memandang unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Luxemburg dkk, 1984:36-38). Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2009:37). Analisis struktur itu meliputi analisis alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Analisis struktur terhadap penelitian ini menggunakan teori struktural berdasarkan kerangka acuan teori struktural yang tertuang dari pikiran-pikiran para ahli sastra sebagaimana dikutip di atas sesungguhnya saling melengkapi. 2.3.2 Teori Feminisme Feminisme sebagai gerakan pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme bukanlah perjuangan emansipasi wanita di depan laki-laki dan ideologi patriarkhi saja, tetapi terhadap berbagai bentuk ketidakadilan (Fakih, 1996:99). Teori feminis adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif yang terpusat pada wanita. Teori ini terpusat pada wanita dalam tiga hal, yaitu situasi dan pengalaman wanita dalam masyarakat, wanita dijadikan 15

sasaran sentral (melihat dunia khusus dari sudut pandang wanita terhadap dunia sosial dan mencoba menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk wanita (Ritzer dkk, 2004:403). Dominasi laki-laki terhadap wanita juga telah mempengaruh kondisi sastra, antara lain : 1) nilai dan konvensi sastra sering didominasi oleh kekuasaan laki-laki, sehingga wanita selalu berada pada posisi berjuang terus menerus ke arah kesetaraan gender, 2) penulis laki-laki sering berat sebelah, sehingga menganggap wanita adalah objek fantasi yang menarik. Wanita selalu dijadikan objek kesenangan sepintas oleh laki-laki. Karya-karya demikian selalu memihak bahwa wanita sekadar orang yang berguna untuk melampiaskan nafsu semata, serta 3) wanita adalah figur yang menjadi bunga-bunga sastra, sehingga sering terjadi tindak asusila laki-laki, pemerkosaan, dan sejenisnya yang seakan-akan memojokkan wanita pada posisi lemah (Endraswara, 2008:148). Pada umumnya, karya sastra yang menampilkan tokoh wanita bisa dikaji dari segi feminis. Cerita rekaan, lakon, maupun sajak mungkin untuk diteliti dengan teori feminis, asal saja ada tokoh wanitanya. Kita akan mudah menggunakan teori ini jika tokoh wanita itu dikaitkan dengan tokoh laki-laki. Tidaklah menjadi soal mereka berperan sebagai tokoh utama, protagonist, maupun bawahan. Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui tentang penggambaran citra wanita dalam sebuah karya sastra, yaitu : 1) penulis menggambarkan tokoh wanita tanpa mengaitkannya dengan tokoh lain. Citra wanita dalam karya tersebut biasanya dapat diungkapkan dengan memperhatikan dialog-dialog yang melibatkan tokoh wanita tersebut, 2) penulis menggambarkan 16

tokoh wanita dengan mengaitkannya dengan tokoh lain, terutama dengan tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh wanita tersebut, dan 3) mengamati sikap penulis karya sastra (Djajanegara, 2000:51-53). Secara umum gerakan Feminis di Amerika dapat dibagi menjadi tiga golongan : kaum Feminis Liberal, Kaum Feminis Radikal dan kaum Feminis Sosialis. Kaum Feminis Liberal (juga dikenal dengan nama kaum Feminis Hak- Hak Wanita) yang beranggapan bahwa semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama dan setiap orang harus punya kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya. Kaum Feminis Radikal beranggapan bahwa factor utama yang menjadi penyebab pembagian kerja secara secara sexual adalah system patriarkal. Gerakan feminis radikal dapat dedifenisikan sebagai gerakan wanita yang berjuang di dalam realitas sexual, dan kurang pada realtas-realitas lainnya. Kelompok yang paling ekstream dari gerakan kaum Feminis Radikal menamakan dirinya kaum Feminis Lesbian. Sedangkan kaum Feminis Sosialis memberi perhatian yang besar pada kondisi social ekonomi (Budiman, 1982:38-48). Showalter (dalam Sancaya, 1996:68) membagi teori feminis menjadi dua, yaitu: woman as reader (wanita sebagai pembaca) dan woman as writer (wanita sebagai penulis). Wanita dalam kedudukannya sebagai pembaca, membaca karya sastra yang dibuat oleh laki-laki dan dengan cara itu menentukan sejauh mana ideology berbau seks mengontrol seks tersebut. Respon tersebut yang melahirkan berbagai citra yang ditampilkan oleh penulis laki-laki dalam karyanya. Wanita dalam kedudukanya sebagai penulis, memproduksi karya sastra dengan gaya tulisan wanita. Berdasarkan penjelasan tersebut Elaine Showlater (Barry, 17

2010:145) menyatakan bahwa terdapat dua focus kajian feminis, yaitu androteks dan ginoteks. Androteks adalah buku karya laki-laki, sedangkan ginoteks adalah buku karya perempuan. Penelitian terhadap androteks membicarakan citra wanita yang terkandung dalam karya sastra laki-laki, sedangkan penelitian terhadap ginoteks membicarakan tentang sejarah, gaya, tema, genre, dan struktur tulisan perempuan. Penelitian terhadap cerpen NTNL menggunakan teori feminis berdasarkan teori berdasarkan pendapat Budiman yang menggolongkan gerakan feminis menjadi tiga golongan yaitu Kaum Feminis Liberal, Kaum Feminis Radikal, dan Kaum Feminis Sosialis. Selain itu teori yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas dapat membantu dalam tahap penganalisisan. 18