I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang. Pembangunan yang dilakukan suatu negara berkembang diharapkan dapat mengantarkannya menuju negara yang maju. Menurut Todaro (2003) pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Oleh karena itu, proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti, yaitu pertama, peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan. Kedua, peningkatan pendapatan, penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materil, melainkan juga menumbuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan. Ketiga, perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Pembangunan yang diharapkan terjadi adalah pembangunan berkelanjutan. Menurut Jaya (2004), pembangunan berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Salah satu yang menjadi bagian dari pembangunan berkelanjutan adalah dimensi manusia atau bisa juga disebut dengan pembangunan manusia. Menurut Mahbub ul Haq (1995) dalam Amin (2007), empat komponen utama dalam paradigma pembangunan manusia, yaitu pemerataan atau kesetaraan, berkelanjutan, produktivitas, dan pemberdayaan. Proses pembangunan di Indonesia sendiri terhambat oleh beberapa masalah salah satunya adalah kemiskinan. 1
2 Menurut Bank Dunia dalam Slamet (2011), kemiskinan adalah kelaparan. Kemiskinan adalah kurangnya perumahan. Kemiskinan adalah sakit dan tidak dapat berobat ke dokter. Kemiskinan adalah tidak bisa sekolah dan tidak tahu bagaimana cara membaca. Kemiskinan adalah tidak memiliki pekerjaan, ketakutan menghadapi masa depan, hidup satu hari dan tidak tahu besuk makan apa. Kemiskinan adalah kondisi berkekurangan dimana anak sakit, kekurangan air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kurangnya orang yang menyuarakan atau mewakili untuk bersuara agar didengarkan oleh penguasa, tiadanya kebebasan. Kondisi kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi, berdasarkan data yang disajikan Badan Pusat Statistik jumlah penduduk miskin dari bulan Maret 2014 terdapat 28,3 juta jiwa atau 11,22 % dan bulan September 2014 masih sebanyak 27,73 juta jiwa atau 10,99 % dari 252,164 juta jiwa total penduduk (BPS a,2015). Berdasarkan data tahun 2014, menunjukkan bahwa penduduk miskin tersebut memiliki karakteristik salah satunya berpendidikan rendah, yaitu 37,89% hanya menamatkan pendidikan hingga tingkat SD bahkan 40,57% tidak tamat SD (BPS b, 2014). Pengentasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem dirumuskan dalam poin pertama Millennium Development Goals (MDGs) yang harus diselesaikan terlebih dahulu dari tujuh poin lainnya (Astuti, 2014). Poin yang kedua pemerataan pendidikan dasar; poin ketiga mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan; poin keempat mengurangi tingkat kematian anak; poin kelima meningkatkan kesehatan ibu; keenam perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya; poin ketujuh menjamin daya dukung lingkungan hidup; dan poin kedelapan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Stalker, 2008). Pengembangan masyarakat merupakan kombinasi dari pengembangan ekonomi dan pengorganisasian masyarakat. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah melalui kementrian-kementrian terkait yang telah disusun dalam berbagai program/proyek pembangunan dan oleh lembaga non pemerintah, seperti LSM, perusahaan, masyarakat itu sendiri,
3 perguruan tinggi, organisasi mahasiswa, dan komunitas-komunitas tertentu. Pengembangan masyarakat dapat dilakukan salah satunya dengan pendekatan People Centered Development, dimana manusia merupakan tujuan utama dari pembangunan. Pendekatan ini meliputi adanya keadilan sosial, partisipasi, dan pemberdayaan (Kuliah Pengembangan Masyarakat, 2015). Pentingnya kegiatan pengembangan masyarakat yang diwujudkan salah satunya melalui program pengembangan masyarakat antara lain, adalah perbaikan layanan kesehatan dan pendidikan; perbaikan ekonomi yang berkelanjutan; perbaikan penggunaan lahan; perbaikan lingkungan alam; pelestarian budaya dan warisan sejarah; penghematan energi; perbaikan sarana dan prasarana transportasi; pengembangan sarana dan prasarana rekreasi; penataan perumahan yang nyaman, aman, dan terjangkau; perbaikan fasilitas masyarakat dan layanan publik (Theresia dkk, 2014). Pemerintah telah melaksanakan berbagai macam program penanggulangan kemiskinan diantaranya program bantuan dan perlindungan sosial. Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Jenis program yang termasuk di dalamnya terbagi ke dalam tiga klaster, antara lain Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Jamkesmas, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) (TNP2K, 2010). Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah penerima PKH. Kondisi fasilitas kesehatan Kabupaten Wonogiri sudah baik, diantaranya memiliki 34 Puskesmas, 36 Puskesmas Keliling, 140 Puskesmas Pembantu, 1 Rumah Sakit Bersalin Negeri, dan 14 Rumah Sakit Bersalin Swasta. Khususnya di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri fasilitas kesehatan yang dimiliki diantaranya terdapat 2 Puskesmas, 9 Puskesmas Pembantu, 6 Praktek Dokter, 5 Rumah Bersalin, dan 110 Posyandu yang tersebar di
4 seluruh desa/kelurahan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dan balita setiap satu bulan sekali (BPS b, 2015). Kendala yang dialami diantaranya, masyarakat miskin tidak rutin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti melakukan penimbangan balita di posyandu, praktek bidan, atau pun di puskesmas karena kurangnya motivasi dari sang ibu tentang pentingnya pemeriksaan perkembangan dan kesehatan anaknya. Kondisi pendidikan di Kabupaten Wonogiri masih tergolong rendah karena jumlah tahun yang dihabiskan untuk sekolah sebagian besar penduduk hanyalah 6 tahun atau setingkat SD/sederajat. Hal tersebut ditunjukkan dari data persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sebagian besar penduduk yang bekerja hanyalah lulusan SD/sederajat yaitu sejumlah 188.936 (36,59%) orang dari 516.294. Keadaan fasilitas pendidikan di Kecamatan Wonogiri tahun ajaran 2014/2015, diantaranya terdapat 55 TK dengan 1.358 murid, 49 SD Negeri dengan 6.522 murid, 2 SD Swasta dengan 731 murid, 7 SLTP Negeri dengan 3.945 murid, 4 SLTP Swasta dengan 591 murid, 3 SMA Negeri dengan 2.913 murid, 3 SMA Swasta dengan 195 murid, 2 SMK Negeri dengan 2.496 murid, 10 SMK swasta dengan 3.879 murid dari 78.678 jiwa total penduduk (BPS c, 2015). Persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagian besar penduduk di Kecamatan Wonogiri juga hanya setingkat SD yaitu sebesar 28.105 atau 51,54% (BPS d, 2015). Tingginya pendidikan yang ditamatkan masyarakat dan lebih banyaknya murid pada jenjang SD menunjukkan masih kurangnya pemanfaatan fasilitas pendidikan yang telah tersedia. Hal itu terkendala oleh kondisi ekonomi dari masyarakat miskin sehingga tidak dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi ataupun kondisi sosial budaya lingkungan yang memotivasi masyarakat untuk tidak meneruskan sekolah. Selain kondisi yang telah dipaparkan tersebut, Kecamatan Wonogiri masih mengalami kendala terkait KUBE padahal akses terhadap bantuan permodalan lebih mudah dibandingkan kecamatan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:
5 Tabel 1. Jumlah KUBE dan besar bantuan yang diperoleh No Kecamatan Besar Bantuan Modal Jumlah KUBE 1. Kismantoro Rp. 10.000.000, 00 83 2. Slogohimo Rp. 10.000.000, 00 30 3. Wonogiri Rp. 80.000.000, 00 11 Sumber: Daftar KUBE, 2015 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah KUBE yang dapat dibentuk Kecamatan Kismantoro adalah sebanyak 83 KUBE atau sebesar 5% dari 1.662 KSM, di Kecamatan Slogohimo 30 KUBE atau sebesar 3,31% dari 905 KSM, sedangkan di Kecamatan Wonogiri dengan perolehan bantuan lebih besar dapat membentuk 11 KUBE atau sebesar 2,27% dari 485 KSM. KUBE di Kecamatan Wonogiri memiliki akses permodalan dan pemasaran yang lebih mudah serta lebih cepat dalam memperoleh informasi ketika terdapat pelatihan-pelatihan yang diadakan instansi terkait. Potensi tersebut apabila dapat dimanfaatkan dengan optimal akan membantu sebagian bahkan seluruh KSM untuk dapat mandiri setelah kategori penerima bantuan habis serta berpotensi menjadi percontohan bagi KUBE di kecamatan bahkan kabupaten lain. Dalam proses pembangunan yang diwujudkan melalui program pengembangan masyarakat PKH, lebih mendasarkan pentingnya partisipasi dari peserta program. Tanpa adanya partisipasi maka program tidak akan berhasil karena peserta program adalah subjek pembangunan. Kunci keberhasilan pembangunan sendiri ditentukan oleh partisipasi aktif peserta mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, serta pemanfaatan hasil pembangunan. Tingginya tingkat partisipasi dalam kegiatan pembangunan juga dapat ditentukan oleh kondisi modal sosial dan unsur tumbuh kembang partisipasi dari peserta program. Oleh karena itu, penelitian mengenai Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri menjadi perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan modal sosial yaitu social networks, reciprocity, trust, solidaritas, kebersamaan dan unsur tumbuh kembang partisipasi yaitu kemauan, kesempatan, kemampuan terhadap partisipasi peserta program atau keluarga sangat miskin (KSM) dalam PKH.
6 B. Perumusan Masalah Penanggulangan kemiskinan yang tercantum dalam poin pertama MDGs dapat diupayakan salah satunya dengan program pengembangan masyarakat oleh Kementrian Sosial yaitu PKH. PKH adalah program pengentasan kemiskinan dengan memberikan bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfers) kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Program ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari PKH adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan mengubah pandangan, sikap, serta perilaku KSM untuk lebih dapat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan. Tujuan tersebut sekaligus merupakan suatu upaya percepatan untuk mencapai target MDGs. Sedangkan tujuan khusus PKH antara lain, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar (anak pra sekolah/ APRAS) dari KSM; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan, khususnya bagi anak-anak KSM; dan meningkatnya taraf pendidikan anak-anak KSM (Kemensos b, 2013). Program pengembangan masyarakat PKH dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Wonogiri dilaksanakan sejak tahun 2011. Pendampingan PKH khususnya di Kecamatan Wonogiri terbagi kedalam 28 kelompok yang tersebar pada 6 kelurahan dan 9 desa, yaitu Kelurahan Giritirto, Kelurahan Giripurwo, Kelurahan Giriwono, Kelurahan Wonoboyo, Kelurahan Wuryorejo, Kelurahan Wonokarto, Desa Wonokerto, Desa Wonoharjo, Desa Purwosari, Desa Sonoharjo, Desa Bulusulur, Desa Sendang, Desa Pokohkidul, Desa Purworejo, dan Desa Manjung dengan total KSM sebanyak 485 orang (Suratno, 2015). Kelompok dampingan di Kecamatan Wonogiri yang telah membentuk KUBE yaitu pada desa dampingan Purwosari, Wonokerto, Wonoharjo, Sonoharjo, Bulusulur, Wonoboyo, dan Kelurahan Giritirto.
7 Tingginya tingkat partisipasi dalam suatu program pengembangan masyarakat sendiri tergantung pada kondisi modal sosial dan unsur tumbuh berkembangnya partisipasi yang dimiliki oleh peserta program yaitu KSM. Dalam pelaksanaan PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri mengalami beberapa kendala terkait KUBE, yaitu belum seluruh KSM dapat membentuk KUBE. Hal itu dikarenakan masih kurangnya kemampuan KSM dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga kesempatan dalam penciptaan kemandirian melalui KUBE menjadi kurang optimal, padahal selain peningkatan kesehatan dan pendidikan, diharapkan KSM dapat mandiri melalui KUBE tersebut. Oleh karena itu, motivasi dari pendamping pada setiap pertemuan kelompok rutin sangat diperlukan guna pengoptimalan partisipasi KSM dalam PKH khususnya dalam pembentukan KUBE di Kecamatan Wonogiri. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Sejauh mana tingkat modal sosial KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri? 2. Sejauh mana tingkat unsur tumbuh kembang partisipasi KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri? 3. Sejauh mana tingkat partisipasi KSM dalam PKH pada tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, serta pemanfaatan hasil pembangunan di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri? 4. Bagaimana hubungan modal sosial dan unsur tumbuh kembang partisipasi terhadap partisipasi KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat modal sosial KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri.
8 2. Mengetahui tingkat unsur tumbuh kembang partisipasi KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri? 3. Mengetahui tingkat partisipasi KSM dalam PKH pada tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, serta pemanfaatan hasil pembangunan di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. 4. Mengetahui hubungan modal sosial dan unsur tumbuh kembang partisipasi terhadap tingkat partisipasi KSM dalam PKH di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan sebagai pengenalan kondisi modal sosial yang dimiliki masyarakat dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi dalam suatu program pengembangan masyarakat sebagai salah satu indikator keberhasilan program. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu: 1. Peneliti, dimana penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. KSM Kecamatan Wonogiri, dimana penelitian ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi KSM, khususnya untuk menambah pengetahuan tentang kondisi modal sosial dan unsur tumbuh kembang partisipasi KSM dalam PKH sehingga dapat mempertahankan bahkan meningkatkannya. 3. Pemerintah Kabupaten Wonogiri, dimana penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam perencanaan, mengambil keputusan, dan membuat kebijakan mengenai suatu program pengembangan masyarakat. 4. Akademisi, dimana penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai modal sosial, kemauan, kesempatan, dan kemampuan serta hubungannya terhadap tingkat partisipasi pada suatu program.