8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan bulan Juli 2009 di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Pengembangbiakkan dan Genetika Ikan dan Laboratorium MST (Marine Science Technology) Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 buah akuarium (20 x 15 x 15 cm) dan 2 buah (50 x 50 x 50 cm), instalasi aerasi, penutup akuarium berupa plastic gelombang, bobol film, syringe (0.5 ml dan 10 ml), alat bedah, pipet tetes, kain lap, baskom, kaca preparat, mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali, mikrometer, timbangan digital, botol-botol ovaprim yang sudah disterilkan, dan serokan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah induk ikan Sumatra sebanyak 48 ekor, induk ikan Tawes jantan sebanyak 2 ekor, ovaprim, Aromatase Inhibitor jenis imidazole, tricaine methanesulfonate (MS 222), aquabides, larutan fisiologis 0.9 %, kertas alumunium foil, dan larutan sierra. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan meliputi persiapan induk, persiapan wadah perlakuan, dan peracikan Spawnprime A. Tahap ke-2 dari penelitian ini, yaitu pengujian Spawnprime A, pemijahan dan pembuahan buatan. Dan tahap ke-3 dari penelitian ini terdiri dari pengamatan parameter dari penelitian itu sendiri seperti tingkat keberhasilan memijah (Spawning Rate), lama masa ovulasi, jumlah telur yang diovulasikan, diameter telur, pergerakan inti telur, derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR), dan tingkat kelangsungan hidup larva selama 2 hari (SR 2 ). 3.3.1 Persiapan Induk Induk dipelihara di dalam akuarium pematangan induk dengan dimensi 50 x 50 x 50 cm, setiap hari diberi pakan berupa pelet udang P1 secara ad satiation dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Selama proses pematangan, pakan induk divariasikan dengan cacing sutra atau bloodworm. Setiap seminggu
9 sekali dilakukan pergantian air sebanyak 50 %. Seleksi induk siap suntik dilakukan setiap 2 minggu sekali. Bobot induk yang digunakann berkisar antara 1.3 4.2 g dengan kisaran panjang baku 3.0 4.6 cm. Berikut ini adalah kriteria induk ikan Sumatra siap suntik yang digunakan selama penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3 di bawah ini. Tabel 1. Kriteria induk ikan Sumatra siap suntik Kriteria Keterangan Umur 5-8 bulan Perut Membesar hingga bagian ujung operculum Lembek Bila ditekan halus ke arah anus, akan menggembul telur berwarna kuning gading pada lubang genital Telur menggembul ke lubang genital Gambar 3. Kriteria induk Sumatra siap suntik 3.3.2 Persiapan Wadah Persiapan wadah perlakuan terdiri dari akuarium (20 x 15 x 15 cm) dibersihkan dari lumut dan kotoran lain, lalu diairi sebanyak 70% dari volume akuarium. Kemudian, akuarium tersebut diaerasi kecil dan ditutup dengan plastik gelombang, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini. a Gambar 4. Permukaan akuarium ditutup oleh plastik gelombang (a)
10 3.3.3 Peracikan Spawnprime A Pembuatan kombinasi AI dan ovaprim, yang selanjutnya disebut Spawnprime A, disesuaikan dengan bobot induk ikan Sumatra. Dosis ovaprim dan AI yang digunakan, yaitu 0.5 ml/kg dan 100 ppm. Spawnprime A yang telah dibuat dimasukkan ke dalam botol ovaprim yang sudah disterilkan lalu ditutup rapat dengan kertas alumunium foil. Volume suntik Spawnprime A yang digunakan, yaitu 0.5 ml/kg. Jumlah perlakuan sebanyak 3 perlakuan Spawnprime A dan 3 kontrol dimana setiap perlakuan diujikan terhadap 8 ekor induk ikan Sumatra. Proporsi AI dan ovaprim yang terkandung di dalam Spawnprime A, yaitu sebagai berikut: 1. Kontrol Ovaprim : Ovaprim murni 100 % 2. Spawnprime A1 : Ovaprim 75% dan 25% porsi ovaprim disubstitusi AI 3. Spawnprime A2 : Ovaprim 50% dan 50% porsi ovaprim disubstitusi AI 4. Spawnprime A3 : Ovaprim 25% dan 75% porsi ovaprim disubstitusi AI 5. Kontrol AI : AI 100 % 6. Kontrol aquabides : pelarut aquabides 3.3.4 Pengujian Spawnprime A Ikan-ikan yang akan dipacu proses perkembangan gonadnya dipuasakan selama 1 hari. Ikan-ikan yang sudah siap suntik ditimbang dan dihitung volume suntik spawnprime A. Sebelum disuntikkan spawnprime A, ikan uji diseleksi kembali. Bila ikan uji belum ovulasi, ikan tersebut dibius terlebih dahulu dengan MS 222 pada dosis 100 ppm. Penyuntikkan spawnprime A dilakukan secara intramuscular menggunakan syringe 0,5 ml seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Penyuntikkan spawnprime A pada induk ikan Sumatra secara intramuscular
11 Setelah ikan uji disuntikkan premiks perlakuan, ikan uji diinkubasi ke dalam akuarium (20 x 15 x 15 cm) yang ditutup dengan plastik gelombang. Setelah 8 jam pasca perlakuan, kesiapan induk ikan Sumatra untuk distripping diperiksa setiap 3 jam sekali. 3.3.5 Pemijahan dan pembuahan buatan Induk-induk ikan Sumatra yang sudah ovulasi distriping dan telur-telur yang sudah ovulasi langsung dimasukkan ke dalam botol film. Proses pengeluaran telur induk Sumatra yang telah ovulasi ditunjukan seperti pada Gambar 6 dibawah ini. Gambar 6. Pengeluaran telur induk Sumatra yang sudah ovulasi dengan cara stripping Setelah telur induk Sumatra dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam botol film, kemudian ke dalam botol film tersebut ditambahkan sperma ikan Tawes Punctius javanicus. Kemudian kedua sel kelamin tersebut ditambahkan larutan pembuahan lalu diaduk merata. Setelah merata, kedua sel kelamin tersebut ditebar ke dalam akuarium pembuahan dimana pada dasar akuarium sudah dilengkapi dengan lempengan kaca. Setelah beberapa saat, lempengan kaca yang terdapat di dasar akuarium diangkat kemudian dipindahkan ke akuarium inkubasi telur. Setelah 6 jam pasca penggabungan sperma dan telur, jumlah keseluruhan telur yang menempel di lempengan kaca tersebut dihitung dan jumlah telur yang masih berwarna transparan pun dihitung. 3.3.6 Pengamatan parameter penelitian Selama penelitian ini berjalan, parameter yang diamati yaitu sebagai berikut:
12 1. Tingkat Keberhasilan Memijah (Spawning rate) Melalui penyuntikkan premix kombinasi ovaprim dan aromatase inhibitor terhadap induk ikan Sumatra, dapat diketahui pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan memijah (SpR) dengan menggunakan rumus: SpR ikanmemijah x100% ikansuntik Keterangan: SpR= Tingkat keberhasilan memijah (%) 2. Lama Masa Ovulasi Setelah 8 jam pasca penyuntikkan spawnprime A, induk yang diuji diamati tingkat kesiapan untuk distripping. Setiap 3 jam sekali, induk ikan Sumatra yang diuji diperiksa kembali tingkat kesiapan strippingnya hingga ovulasi. Kemudian waktu induk distripping dicatat sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ovulasi pasca penyuntikan spawnprime A. 3. Jumlah telur yang diovulasikan Jumlah telur yang diovulasikan adalah jumlah telur yang berhasil diovulasikan oleh 1 induk selama proses pemijahan berlangsung. Jumlah telur yang diovulasikan dari setiap induk Sumatra dihitung secara manual satu per satu dengan menggunakan wadah cawan petri. 4. Diameter telur Sebelum ikan-ikan uji mengalami perlakuan, diambil 3 sampel ikan untuk dihitung diameter telur awal sebelum perlakuan. Pengambilan sampel telur dilakukan setelah induk ikan Sumatra dibedah. Pada ulangan ke-1 sampai ke-5, ikan-ikan yang telah memijah diamati diameter telurnya sebanyak 30 butir. Selama masa transportasi telur ke dalam ruang pengamatan, sampel telur direndam dengan larutan fisiologis NaCl 0.9%. Diameter telur diukur menggunakan mikrometer okuler pada mikroskop pembesaran 100 kali. 5. Pergerakan inti telur Persentase telur dengan posisi inti berada di tengah, menuju ke tepi, dan yang telah di tepi (GVBD) dihitung dengan bantuan menggunakan mikroskop pada pembesaran 100 kali. Dalam pengamatan posisi inti telur, sampel-sampel telur diletakkan diatas kaca preparat lalu diberi larutan sierra sebanyak 3 4
13 tetes atau sampai permukaan telur tergenang oleh larutan sierra dan dibiarkan selama beberapa menit. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pergerakan inti telur adalah sebagai berikut: % Posisi inti x = telur posisi inti x telur yang diamati Keterangan: x posisi inti ketika di tengah atau menepi atau sudah dipinggir (GVBD) 6. Derajat pembuahan (Fertilization rate) Derajat pembuahan atau Fertlization rate (FR) merupakan perbandingan antara jumlah telur yang dibuahi dengan jumlah telur yang diovulasikan. Jumlah telur yang dibuahi dihitung setelah 6 jam pasca penggabungan sel telur dan sperma. Telur yang dibuahi berwarna bening transparan dan yang tidak dibuahi berwarna putih. Nilai perbandingan ini dinyatakan dalam persen. Untuk menghitung parameter ini dapat menggunakan rumus: telur dibuahi FR = telur ovulasi 7. Derajat penetasan (Hatching rate) Derajat penetasan atau Hatching rate (HR) merupakan perbandingan antara jumlah telur yang menetas menjadi larva dengan jumlah telur yang dibuahi. Nilai ini dinyatakan dalam persen. Untuk menghitung parameter ini dapat menggunakan rumus: FR = telur menetas telur dibuahi 8. Tingkat kelangsungan hidup larva 2 hari (SR2) Tingkat kelangsungan hidup larva 2 hari merupakan kemampuan larva yang baru menetas untuk mempertahankan hidup selama 2 hari (SR2). Nilai ini dinyatakan dalam persen. Dan untuk menghitung nilai dari parameter ini dapat menggunakan rumus di bawah ini, yaitu: larva hari ke-2 SR2 = telur menetas
14 3.4 Analisa Data Data yang diamati dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data pengamatan tingkat keberhasilan memijah, waktu memijah dilakukan uji-f pada selang kepercayaan 95%. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan uji Tukey.