BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat sekitar tumbuhan, diduga sekitar spesies

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: NIM :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tempat 1m-1.000m dari permukaan laut dan pada suhu udara 22 C- 26 C.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

HASIL DAN PEMBAHASAN

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tumbuhan Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil berdasarkan gambar histologik folikel ovarium tikus putih (Rattus

PENGARUH EKSTRAK DAUN KENARI

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya, L.) TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ENDOMETRIUM DAN KADAR HEMOGLOBIN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris, L.) TERHADAP PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus, L.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengamati preparat uterus di mikroskopdengan menghitung seluruh

PENGARUH EKSTRAK KACANG PANJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan negara berupa kemajuan di bidang kesehatan,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus) TERHADAP BERAT UTERUS DAN TEBAL ENDOMETRIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MENOPAUSE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri tiap fase siklus estrus pada mencit betina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan


I. PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah back to nature (Sari, 2006). Namun demikian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI PENEMUAN Hasil Pengamatan Makroskopis Daun Saga (Abrus precatorius L.)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

... Tugas Milik kelompok 8...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai penyakit. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) ABSTRAK

Hipotesis. Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dangke

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

OPTIMALISASI KINERJA REPRODUKSI TIKUS BETINA SETELAH PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE PADA USIA PRAPUBERTAS SUPRIHATIN

TINJAUAN PUSTAKA. Berat badan dewasa : - jantan - betina g. Konsumsi air minum tikus dewasa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol (E 2 ). Estrogen adalah suatu hormon yang diproduksi oleh ovarium (sel techa folikel) estrogen ini diperlukan untuk beberapa hal, misalnya manifestasi fisiologik dari uterus, mempengaruhi pertumbuhan endometrium uterus, perubahan-perubahan histologis pada ephitelium vagina selama siklus estrus, mengontrol pelepasan hormon pituitary (FSH dan LH), serta mempengaruhi pertumbuhan kelenjar mammae atau kelenjar susu pada hewan mammalia (Suhandoyo dan Ciptono, 2009: 34). Efek estrogen pada uterus yaitu mempengaruhi perubahan pada endometrium, estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi pada stroma endometrium dan meningkatkan perkembangan pada kelenjar endometrium, yang nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi (Guyton dan Hall, 2007: 1070). Estrogen alami tidak hanya ditemukan pada hewan ataupun manusia, akan tetapi senyawa yang mirip dengan estrogen juga ditemukan pada beberapa tanaman yang biasa disebut fitoestrogen. Tiga bentuk fitoestrogen yang paling umum ditemui pada tumbuhan adalah isoflavonoid, lignin dan cousestan. 1

Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang merupakan senyawa polifenolik (Schmidl, 2000: 145). Senyawa aktif dari biji pepaya ternyata banyak di antaranya mengandung alkaloid, steroid, tanin dan minyak atsiri (Satriasa dan Pangkahila, 2010: 37-39). Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental etanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin (Tika pangesti, dkk., 2013: 158). Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat pada kelompok tanaman bijibijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan yang memiliki khasiat hampir sama dengan hormon estrogen endogen atau dapat juga berinteraksi reseptor estrogen endogen. Fitoestrogen memiliki dua gugus hidroksil (OH), sama persis dengan estrogen. Gugus OH inilah yang menjadi struktur pokok suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen (Achadiat, 2003). Adanya estrogen endogen ini dapat menyebabkan proliferasi ditandai dengan kenaikan ukuran tebal sekaligus pertambahan jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih betina. Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek estrogenik (Lohiya, dkk., 2002: 17-26). Menurut Niken N. Paramesti (2014: 5), bahwa papain dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dari pepaya kecuali akarnya. Enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Enzim proteolitik merupakan kelompok hidrolase yang berperan pada hidrolisa sekelompok protein menjadi 2

protein protein tunggal. Papain akan mempercepat penguraian protein dari makanan yang dicerna di dalam sistem pencernaan menjadi asam amino, asam amino diperlukan untuk pembentukan sel termasuk sel darah (Dongoran dan Daniel S, 2004: 31). Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein (Muhamad, 2008: 7-8). Lekosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Lekosit dan turunannya merupakan sel dan struktur dalam tubuh manusia yang didistribusikan keseluruh tubuh dengan fungsi utamanya melindungi organisme terhadap invasi dan pengrusakan oleh mikro organisme dan benda asing lainnya (Effendi, 2003: 1&7). Uterus dan ovarium adalah organ yang dipengaruhi oleh hormon estrogen. Hal tersebut menyebabkan peneliti memfokuskan pengamatan pengaruh dari ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) pada salah satu organ tersebut. Organ yang digunakan dalam penelitian ini adalah uterus tikus putih. Estrogen berperan langsung dalam pengeluaran mukus pada endometrium. Salah satu komponen dari lapisan dinding endometrium adalah kelenjar endometrium. Kelenjar ini berfungsi mensekresikan zat makanan untuk pertumbuhan embrio. Ketebalan dinding endometrium memiliki peran yang sangat penting dalam 3

menentukan jumlah kelenjar endometrium akibat pengaruh adanya estrogen. Biji pepaya juga mengandung enzim papain yang dapat mempercepat pemecahan protein menjadi asam amino, dan di antara jenis asam amino tersebut digunakan untuk pembentukan sel darah maka pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) pada jumlah eritrosit dan lekosit (1ml/tikus) juga akan diamati. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek fitoestrogen yang ada di dalam biji pepaya terhadap jumlah kelenjar endometrium, dan mengetahui efek enzim papain yang terdapat pada biji pepaya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina strain Wistar yang belum pernah bunting. B. Identifikasi Masalah Hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Fitoestrogen yang berasal dari ekstrak biji pepaya belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih betina. 2. Enzim papain yang berasal dari ekstrak biji pepaya belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih. 3. Efek positif dan negatif pemberian ekstrak biji pepaya yang mengandung fitoestrogen belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih betina maka ini perlu penelitian yang lebih lanjut. 4

4. Efek positif dan negatif dari pemberian ekstrak biji pepaya yang mengandung enzim papain belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih betina maka ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : Penelitian ini dibatasi pada pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina. D. Rumusan Masalah a. Apakah ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus) betina? b. Apakah ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina? E. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus) betina. b. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina. 5

F. Manfaat Manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk berbagai pihak yang menjadi sasaran, antara lain sebagai berikut : 1. Bidang Penelitian Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya yang akan dilaksanakan. Data hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai data pendukung bagi penelitian lainnya yang sebidang ataupun dapat dipakai sebagai ide bagi penelitian lainnya. 2. Masyarakat Umum Masyarakat dapat menyikapi dengan baik akan kandungan fitoestrogen di berbagai tanaman dan dapat memberikan batas toleransi pengonsumsian tanaman tersebut, Setelah mengetahui pengaruh fitoestrogen ini baik dari media dan lain-lain. 3. Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan pengaruh fitoestrogen ini tidak hanya pada tikus tapi bisa hewan lain, bahkan manusia, Setelah peneliti mengetahui pengaruh fitoestrogen ini. 6

G. Batasan Operasional 1. Biji pepaya Biji pepaya yang digunakan merupakan jenis biji dengan nama spesies Carica papaya, L. didapat dari pedagang papaya di depan pasar Demangan sebanyak 7,5 kg basah. 2. Tikus Putih Tikus yang dipakai dalam penelitian yaitu tikus putih Rattus norvegicus yang belum pernah bunting, galur Wistar berusia 8-10 minggu, berat 150-250 gram. Tikus ini didapatkan di (LPPT) UGM. 3. Kelenjar Endometrium Kelenjar endometrium yang diamati adalah uterus tikus bagian kiri dan kanan yang dibuat preparat menggunakan metode paraffin, dan dicat menggunakan Haematoxylin-eosin (HE). Kelenjar endometrium dihitung dengan cara sampling, yaitu menghitung kelenjar yang terdapat pada seluruh lapang pandang pada struktur penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat pada layar monitor) dengan menggunakan mikroskop. 4. Sel darah Sel darah yang diamati berasal dari setiap 1 ml darah dari tiap individu tikus. Darah diambil dari vena orbitalis menggunakan pipa Hematokrit. pengamatan meggunakan Haemocitometer, dan menggunakan larutan Hayem untuk mengecek eritrosit dan Turk untuk Lekosit. 7