ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA BANK CENTRAL ASIA, Tbk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Bank-bank Umum Bank-bank Pembangunan

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk Oleh LUSI BUDIHARTI H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Bank

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. (1) Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum membahas mengenai penilaian kinerja, terlebih dahulu harus

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK NEGARA INDONESIA, Tbk. Oleh RICKY PERMANA PUTRA H

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bursa Efek Indonesia telah menjadi penting dari berkembangnya

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB III METODOLOGI. Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. ASIA PAPER MILLS Dengan Metode Economic Value Added (EVA)

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pengukuran kinerja perusahaan menjadi suatu hal yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA LAPORAN KEUANGAN.

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak

BAB II URAIAN TEORITIS. Struktur Modal dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan

PT.INDOSAT TBK MENGGUNAKAN METODE FINANCIAL RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) ABSTRAKSI

BAB 3 METODA PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Dan Gambaran dari Populasi (Obyek) Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi ini pasar merupakan suatu fenomena yang tidak dapat

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti

ini, terutama harapan dari pihak-pihak yang menginvestasikan dananya.

Bab 2 Arus Kas, Laporan Keuangan dan Nilai Tambah Perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) (STUDI KASUS PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk)

kinerja keuangan, diperlukan tolak ukur tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu landasan teori dan pengembangan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEMAMPUAN ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODE FINANCIAL RATIO DAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang. beralokasi di Jalan Gajayana No. 50 Malang.

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

I. PENDAHULUAN. 2009). Dengan kata lain perusahaan adalah suatu bentuk badan usaha yang lebih

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PT. TIMAH (PERSERO) TBK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah saham-saham yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH

KAJIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk PERIODE Oleh FRIDA PRIMADIA H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II LANDASAN TEORI. (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Data ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA BANK CENTRAL ASIA, Tbk Oleh ARI HANDIAN SAPUTRA H24087063 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

RINGKASAN ARI HANDIAN SAPUTRA. H24087063. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) Pada Bank Central Asia, Tbk. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Evaluasi kinerja perusahaan yang dilakukan oleh Bank Central Asia hanya melihat dari segi akuntansi saja. Namun belum mengetahui nilai tambah perusahaan bagi pihak Investor. Oleh karena itu perlu digunakan suatu konsep untuk menghitung nilai kekayaan sebenarnya yang telah dihasilkan terkait modal dan pinjaman yang digunakan, dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan. Konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah konsep laba residu (Economic Value Added/EVA) dan Market Value Added (MVA). Konsep ini dapat menghasilkan informasi mengenai nilai kekayaan dan nilai perusahaan yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Central Asia menurut metode EVA, (2) Menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Central Asia menurut MVA dan (3) Menganalisis hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA. Jenis data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder. Jenis data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan PT. Bank Central Asia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode rasio keuangan, EVA dan MVA dan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan program Minitab TM Release 14 yaitu uji korelasi pearson, regresi linear berganda dan regresi komponen utama. Hasil yang diperoleh menunjukkan secara keseluruhan kinerja Economic Value Added (EVA) BCA adalah baik, karena nilainya adalah positif yang berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investornya dan cenderung mengalami peningkatan. Nilai EVA terkecil terjadi pada kuartal I tahun 2008 sebesar Rp. 123.885 (dalam jutaan). Sedangkan EVA terbesar terjadi pada kuartal IV tahun 2009 sebesar Rp. 13.659.633 (dalam jutaan). Nilai Market Value added (MVA) yang dicapai BCA secara keseluruhan adalah positif, hal ini membuktikan bahwa perusahaan sudah berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya. Nilai MVA yang terkecil yaitu pada kuartal I tahun 2006 sebesar Rp. 30.707.956 (dalam jutaan). Sedangkan Nilai MVA yang tertinggi yaitu pada kuartal IV tahun 2009 sebesar Rp.95.711.520 (dalam jutaan). Dari pengujian regresi berganda, didapat hasil bahwa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan MVA adalah ROE, CAR, EPS dan EVA. ROE, EPS dan EVA memiliki pengaruh yang positif terhadap MVA sedangkan CAR memiliki pengaruh yang negatif terhadap perubahan MVA perusahaan. Variabel independen tersebut dapat menjelaskan perubahan MVA sebesar 34,1 persen. Sedangkan untuk uji kekuatan korelasi antara rasio keuangan (ROE, CAR dan EPS) dan EVA terhadap MVA masingmasing memiliki kekuatan sebesar ROE 0,394, CAR -0,670, EPS 0,310 dan EVA 0,534.

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA BANK CENTRAL ASIA, TBK SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh ARI HANDIAN SAPUTRA H24087063 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Judul Nama NIM : Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) Pada Bank Central Asia, Tbk : Ari Handian Saputra : H24087063 Menyetujui, Dosen Pembimbing Farida Ratna Dewi. SE, MM NIP. 197103072005012001 Mengetahui : Ketua Departemen, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M, sc NIP. 196101231986011002 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 07 September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Kosasih dan Nurhani. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Giri Mukti Cipanas pada tahun 1999, Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Cipanas pada tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri I Sukaresmi Cipanas. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler di Program Diploma III Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi. Tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan kembali di Institut Pertanian Bogor, Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, para keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya. Skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) Pada Bank Central Asia, Tbk ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2012 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua (Bapak Kosasih dan Ibu Nurhani), adik (Fitri Yuniar Lestari) dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dan do a yang tulus. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Seluruh dosen di Ekstensi Manajemen atas ilmu pengetahuan yang diberikan selama kuliah dan masukan dalam penulisan skripsi. 4. Dina destriani untuk semua dukungan, motivasi, cinta, kasih sayang, perhatian dan doa yang diberikan. 5. Rekan-rekan di Program Sarjana Ahli Jenis Ekstensi Manajemen Angkatan 5 yang telah memberikan bantuan dan dukungannnya. 6. Rekan-rekan dari Diploma III Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi IPB atas bantuan dan dukungannya. 7. Semua pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam pembuatan laporan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 4 1.4. Manfaat Penelitian... 4 1.5. Ruang lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA.... 5 2.1. Pengertian Bank... 5 2.2. Kinerja Keuangan... 5 2.3. Laporan Keuangan... 6 2.3.1. Neraca... 6 2.3.2. Laporan Laba Rugi... 7 2.4. Rasio Keuangan... 7 2.5. Economic Value Added (EVA)... 10 2.5.1. Net Operating Profit After Tax... 12 2.5.2. Cost Of Capital... 13 2.5.3. Kelebihan dan Kekurangan EVA... 15 2.6. Market Value Added (MVA)... 16 2.6.1. Market Value... 16 2.6.2. Shares Outstanding... 17 2.6.3. Book Value... 17 2.7 Penelitian Terdahulu... 18 III. METODE PENELITIAN... 21 3.1. Kerangka Pemikiran... 21 3.2. Jenis dan Sumber Data... 23 3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 23 3.3.1. Rasio Keuangan... 23 3.3.2. Metode Economic Value Added (EVA)... 24 3.3.3. Metode Market Value Added (MVA)... 24 3.3.4. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan EVA Terhadap MVA.. 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33 4.1. Gambaran umum... 33 4.4.1. Sejarah Perusahaan... 33 4.4.2. Visi dan Misi Perusahaan... 34 4.2. Kinerja Keuangan... 34 4.2.1. Rasio Keuangan... 34 1. Return On Equity (ROE)... 35 2. Earning Per Share (EPS)... 37 3. Capital adequacy Ratio (CAR)... 39 4.2.2. Economic Value Added (EVA)... 40 4.2.3. Market Value Added (EVA)... 41 4.3. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan EVA terhadap MVA... 43 KESIMPULAN DAN SARAN... 50 1. Kesimpulan... 50 2. Saran... 50 DAFTAR PUSTAKA... 52 LAMPIRAN... 54

DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Peringkat Bank Umum berdasarkan Asset... 2 2. Perkembangan rasio keuangan Bank Central Asia... 3 3. Langkah perhitungan Economic Value Added... 25 4. Langkah perhitungan Market Value Added... 28 5. Return On Equity Bank Central Asia periode 2006-2009... 35 6. Earning Per Share Bank Central Asia periode 2006-2009... 37 7. Capital Adequacy Ratio Bank Central Asia periode 206-2009... 39 8. Nilai Economic Value Added Bank Central Asia Periode 2006-2009... 40 9. Nilai Market Value Added Bank Central Asia Periode 2006-2009... 43 10. Uji normalitas data melalui Kolmogorov-Smirnov... 46 11. Persamaan regresi keuangan dan Economic Value Added terhadap Market Value Addded...... 46 12. Kekuatan korelasi EVA, ROE, EPS, CAR terhadap MVA... 49

DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian... 22 2. Rata-Rata nilai EVA Tahun 2006-2009... 42

DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Laporan neraca Bank Central Asia Periode 2006-2009... 56 2. Laporan laba/rugi Bank Central Asia Periode 2006-2009... 72 3. Daftar harga saham Bank Central Asia periode 2006-2009... 80 4. Daftar suku bunga sertifikat Bank Indonesia periode 2006-2009.... 84 5. Nilai rasio keuangan, EVA dan MVA... 84 6. Output uji normalitas data melalui Kolmogorov-Smirnov...... 85 7. Output regresi berganda rasio keuangan dan EVA terhadap MVA... 88 8. Output regresi berganda melalui regresi komponen utama... 90 9. Output regresi berganda rasio keuangan dan EVA terhadap MVA (Pearson Corelation)... 94

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, di mana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis sehingga dapat dikatakan sebagai pusat dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana (deficit unit). Fungsi utama bank adalah menyediakan jasa yang menyangkut penyimpanan nilai dan perluasan kredit sehingga bank harus bekerja secara profesional dan bertanggung jawab dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan perekonomian pada masa ekonomi modern tidak dapat dipisahkan dari peranan dan fungsi bank sebagai lembaga pembiayaan dan investasi dalam pembangunan nasional (Kasmir, 2010). Penilaian keputusan berinvestasi dalam pasar modal dan menilai sehat atau tidaknya suatu perusahaan, biasanya yang dinilai adalah kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai berdasarkan analisis laporan keuangan maupun rasio keuangan perusahaan. Salah satu bank di Indonesia yang mengalami peningkatan kinerja keuangan adalah PT. Bank Central Asia, Tbk atau lebih dikenal dengan bank BCA. Dalam perkembangannya, Bank BCA selalu berusaha meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja keuangannya. Hal ini dapat dilihat dari financial performance-nya. Menurut Statistik Perbankan

Indonesia, pada tahun 2007 sampai 2009, Bank Central Asia menempati peringkat ke-3 besar dalam Peringkat Bank Umum Berdasarkan Asset. Data mengenai kinerja keuangan Bank Central Asia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peringkat Bank Umum Berdasarkan Asset Nama Bank Total Assets ( Rp Trilliun) 2007 2008 2009 PT. Bank Mandiri (Pesero) Tbk 306 340 375 PT. BRI (Persero) Tbk 204 250 318 PT. Bank Central Asia Tbk 218 246 283 PT. BNI (Persero) Tbk 184 200 226 PT. Bank Cimb Niaga Tbk 54 69 106 PT. Bank Danamon Tbk 86 104 96 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 51 63 76 PT. BII Tbk 50 54 58 PT BTN (Persero) Tbk 47 52 58 PT. Bank Permata Tbk 39 52 56 Keterangan : Statistik Perbankan Indonesia Sumber : Biro komunikasi Bank Indonesia Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa selama perkembangannya dari tahun 2007 sampai 2009, secara keseluruhan Bank Central Asia mengalami peningkatan kinerja. Pada tahun 2007 total asset BCA yaitu 218 trilliun, pada tahun 2008 total asset BCA 246 trilliun dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 37 trillun dibandingkan tahun 2008 menjadi 283 trilliun. Peningkatan yang terjadi pada Bank Central Asia membuktikan bahwa perusahaan berusaha untuk selalu melakukan peningkatan dan perbaikan kinerja agar mencapai misinya sebagai lembaga keuangan terkemuka di Indonesia. Komitmen perusahaan untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang memang terbuktikan, pada periode 2006 sampai 2009 terjadi peningkatan kinerja yang signifikan. Data mengenai Perkembangan Rasio keuangan Bank BCA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan rasio keuangan Bank Central Asia RASIO KEUANGAN 2006 2007 2008 2009 Return On Asset (ROA) 3,8 % 3,3% 3,4% 3,4% Return On Equity (ROE) 29,1 % 26,7% 30,2% 31,8% Marjin Bunga Bersih (NIM) 7,2 % 6,1% 6,6% 6,4% Capital Adequacy Ratio (CAR) 22,1 % 19,2% 15,8% 15,3% Earning Per Share (EPS )(dalam Rupiah) 173 183 236 279 Sumber : Laporan Tahunan BCA 2009 Dari data yang disajikan, terlihat bahwa secara umum kinerja keuangan Bank Central Asia mengalami peningkatan. Namun pengukuran kinerja tersebut belum cukup untuk memberikan informasi mengenai penciptaan kekayaan serta nilai perusahaan terkait modal yang dipakai. Karena dalam aktivitasnya, untuk melakukan pengembangan, perusahaan tentu saja memerlukan jumlah modal dan pinjaman yang besar. Pada pengukuran tersebut, biaya modal yang menyertai belum diperhitungkan, padahal hal tersebut merupakan suatu opportunity cost bagi investor atau penyetor modal, lalu untuk dapat menghasilkan informasi mengenai profitabilitas sesungguhnya, biaya tersebut perlu diperhitungkan, sehingga tingkat kekayaan sebenarnya dan nilai perusahaan yang tercipta dapat diketahui. Evaluasi kinerja perusahaan yang dilakukan oleh Bank Central Asia hanya melihat dari segi akuntansi saja. Namun belum mengetahui nilai tambah perusahaan bagi pihak Investor. Oleh karena itu perlu digunakan suatu konsep untuk menghitung nilai kekayaan sebenarnya yang telah dihasilkan terkait modal dan pinjaman yang digunakan, dan nilai perusahaan yang berhasil diciptakan. Konsep yang menjelaskan tentang hal tersebut adalah konsep laba residu (Economic Value Added/EVA) dan Market Value Added (MVA). Konsep ini dapat menghasilkan informasi mengenai nilai kekayaan dan nilai perusahaan yang bersangkutan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja Bank Central Asia, menurut metode Economic Value Added (EVA)? 2. Bagaimana Market Value Added (MVA) Bank Central Asia yang terbentuk? 3. Apakah terdapat hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Central Asia menurut metode EVA. 2. Menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Central Asia menurut MVA. 3. Menganalisis hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai suatu masukan bagi Bank Central Asia dalam mengambil keputusan guna memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga dapat menciptakan nilai perusahaan yang tinggi untuk mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan investor. 2. Sebagai gambaran bagi investor mengenai kinerja keuangan berbasiskan nilai perusahaan sehingga dapat dijadikan masukan bagi pengambilan keputusan investasi. 3. Sebagai sumber referensi dan pengembangan yang lebih lanjut bagi penelitian mengenai pengukuran kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian hanya dilakukan seputar lingkup pengukuran kinerja keuangan berdasarkan EVA, rasio laporan keuangan berupa ROE, EPS dan CAR serta MVA pada PT. Bank Central Asia, Tbk serta menganalisis bagaimana hubungan antara EVA dan rasio keuangan terhadap MVA.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010), bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Pengertian bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 dalam Kasmir (2010) tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jadi, perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan sebagai badan intermediasi yang menghimpun dana (funding), menyalurkan kembali dalam bentuk kredit (lending), serta sebagai pelayanan jasa keuangan lainnya (service). 2.2. Kinerja Keuangan Menurut Lesmana dan Surjanto dalam Budiharti (2006), kinerja keuangan adalah analisis keuangan yang pada dasarnya dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerjanya akan berlanjut. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan tersebut menggambarkan kinerja bank selama periode tertentu. Agar laporan dapat menjadi berarti, maka perlu di analisis terlebih dahulu. Analisis yang umum dilakukan untuk menilai kinerja bank adalah menggunakan rasio keuangan. Indikator ini sering pula digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Namun, muncul konsep penilaian kinerja baru yaitu Economic Value Added (EVA). 2.3. Laporan Keuangan

Menurut Brigham dan Houston (2010), laporan tahunan ( annual report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. Laporan keuangan digunakan oleh perusahaan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan serta perubahan posisi keuangan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang yang telah dibuat digunakan oleh perusahaan sendiri dan pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan antara lain : investor, karyawan, pemberi pinjaman, nasabah dan pemerintah. Bank memiliki beberapa jenis laporan keuangan (Kasmir, 2003) yaitu : 1. Neraca 2. Laporan Komitmen dan Kontijensi 3. Laporan Laba Rugi 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolodasi Dalam menganalisis kinerja keuangan menurut EVA serta rasio keuangan, maka laporan keuangan yang diperlukan adalah laporan laba rugi dan laporan neraca. 2.3.1 Neraca Menurut Brigham dan Houston (2010), Neraca adalah laporan posisi keuangan pada suatu waktu tertentu. Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban atau hutang dan ekuitas pemilik untuk periode waktu tertentu. Aktiva menggambarkan seluruh sumber daya yang dimilki perusahaan, sementara kewajiban dan ekuitas pemilik menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan didanai.

Dalam konteks perbankan, neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva (harta, pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo (Kasmir, 2003). 2.3.2 Laporan Laba Rugi Menurut Brigham dan Houston (2010), laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan atas laba dan dividen per saham disajikan pada bagian bawah laporan. 2.4. Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah sebuah alat utama untuk menganalisis keuangan sebuah perusahaan. Rasio keuangan terdiri dari perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara negatif, baik dalam persentase maupun kali (Riyadi, 2004). Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan menjadi lebih berarti (Keown, 2008): 1. Dapat meneliti rasio antar waktu untuk meneliti arah pergerakannya 2. Dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Menurut Brigham dan Houston (2010), kelebihan rasio keuangan antara lain: 1. Rasio keuangan mudah dalam perhitungannya. 2. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menganalisis,

mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan 3. Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu menentukan kemampuan perusahaan membayar utang. 4. Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan Walaupun rasio keuangan dapat memberikan informasi yang berguna tentang operasi dan kondisi keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang perlu diperhatikan. Kekurangan tersebut antara lain (Brigham dan Houston, 2010) 1. Rasio keuangan lebih berguna bagi perusahaan kecil dibandingkan perusahaan multidivisi. 2. Inflasi dapat memberikan nilai yang dicatat seringkali berbeda dengan nilai yang sebenarnya pada neraca perusahaan. 3. Faktor-faktor musiman dapat mendistorsi analisis rasio keuangan. 4. Perusahaan dapat menggunakan "window dressing" untuk membuat laporan keuangan nampak lebih baik. 5. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan. 6. Sangat sulit untuk menyamaratakan apakah suatu rasio tertentu baik dan buruk 7. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang kelihatan bagus dan yang lainnya kelihatan buruk:, yang membuat sulit untuk menyatakan apakah perusahaan tersebut kuat atau lemah. 8. Tidak memperhitungkan biaya modal. Menurut Kasmir (2003), rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank, rasio solvabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktivitasnya, sedangkan rasio rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas bank dalam mencapai tujuannya. Rasio solvabilitas atau sering juga disebut rasio permodalan merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya (Kasmir dalam Imamah, 2005). Suatu bank

dikatakan solvable apabila bank tersebut mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutangnya. Salah satu rasio yang digunakan untuk menilai tingkat solvatibilitas bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga (Martono dalam Imamah, 2005). Terdapat tiga macam perhitungan CAR, pertama CAR dengan memperhitungkan risiko kredit. Kedua, CAR dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar. Ketiga, CAR yang didapat dari perbandingan antara aktiva tetap terhadap modal. Perhitungan aktiva tetap adalah sebelum dikurangi akumulasi penyusutan.sedangkan menurut ketentuan Peraturan Bank Indonesia No. 5/12/PBV2003 tanggal 17 Juli 2003, CAR diperoleh dari perbandingan antara total modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sementara itu menurut Helfert dalam Pradhono (2004), pengukuran kinerja perusahaan bisa dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu : 1. Earning measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profti. Termasuk dalam kategori adalah earning per share (EPS), return on investment (ROI), return on net assets (RONA), return on capital employed (ROCE) dan return on equity (ROE), dan lain-lain. 2. Cash Flow Measures, yang mendasarkan kinerja pada arus kas operasi (operating cash flow). Termasuk dalam kategori ini adalah free cash flow, cash flow return on gross investment (ROGI), cash flow return on investment (CFROI), total shareholder return (TSR), dan total business return (TBR). 3. Value measure, yang mendasarkan kinerja pada nilai (value based management). Termasuk dalam kategori ini adalah economic value added (EVA), market value added (MVA), cash value added (CVA) dan shareholder value (SHV). Dalam penelitian ini, rasio keuangan berupa earning measures yang digunakan adalah :

1. Return On Equity (ROE) Menurut Brigham dan Houston (2010), ROE adalah laba bersih dibagi dengan ekuitas. Atau dengan kata lain ROE merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian atas modal yang telah di investasikan.. 2. Earning Per Share (EPS) Menurut Brigham dan Houston dalam Prehatiningsih (2006), EPS merupakan perbandingan antara laba bersih terhadap saham biasa yang beredar, sehingga EPS menggambarkan laba per lembar saham yang diperoleh investor dari suatu perusahaan. 2.5. Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) pertama kali digambarkan- oleh Alfred Marshall pada tahun 1890 dalam bukunya yang berjudul "Principle of Economic"_ Dasar teoritis dari konsep nilai tambah ekonomis disajikan dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua ekonom keuangan, yaitu Merton H. Miller dan Franco Modigiiani, yang memenangkan hadiah nobel dalam bidang ekonomi. Mereka berargumentasi bahwa laba ekonomis merupakan sumber penciptaan nilai di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian ditentukan berdasarkan risiko yang diasumsikan oleh investor. Akan tetapi, Miller dan Modigliani tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan. Konsep EVA mulai digunakan secara luas pada tahun 1990an, tepatnya dipopulerkan pertama kali oleh G. Bennett Stewart, III, Managing Partner dari Stern Stewart and Co dalam bukunya "The Quest for Value" (Tunggal, 2001). EVA adalah nilai tambah yang diberikan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu (Bringham dan Houston, 2001). EVA membantu manajer mernastikan bahwa perusahaannya dapat menambah nilai pemegang saham, sementara investor dapat menggunakan EVA untuk mengetahui saham mana yang akan meningkatkan nilainya. EVA sangat bermanfaat apabila digunakan sebagai penilai kinerja

perusahaan di mana fokus penilaian kinerjanya adalah pada penciptaan nilai. Secara sederhana, angka EVA diperoleh dari laba usaha dikurangi biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan. Menurut Young dan O'Byrne dalam Budiharti (2006), EVA sama dengan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi biaya modal. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dan operasi berjalan. Biaya modal Sama dengan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modal (Weighted Average Cost of Capital/WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal- hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan equitas pemegang sahamditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities) seperti hutang upah yang akan jatuh tempo dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya. Jadi, komponen EVA terdiri dari Net Operating Profit After Tax NOPAT (laba bersih setelah pajak), dan Cost of Capital-COC (biaya modal). Cost of Capital-COC (biaya modal) merupakan perkalian antara Weighted Average Cost of Capifal- WACC (biaya modal rata-rata tertimbang) dengan Invested Capital-IC (modal yang diinvestasikan). Dengan demikian, EVA dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA = NOPAT - Cost of Capital = NOPAT - (WACC x Invested Capital) dimana NOPAT WACC = Net Operating Profit After Tax (laba operasi setelah pajak). = Weighted Aveiage Cost of Capital (biaya modal rata-rata tertimbang).

Invested Capital = Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari hutang dan modal sendiri. Menurut Poeradisastra dalam Budiharti (2006), hasil perhitungan EVA akan bernilai lebih besar dari nol (positif), lebih kecil dari nol (negatif), dan sama dengan nol. yang berarti: 1. Kondisi EVA yang positif (EVA>O) mencerminkan tingkat kompensasi yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. Ini berarti manajemen telah mampu menciptakan peningkatan kekayaan perusahaan. Semakin positif EVA berarti semakin bagus kinerja perusahaan tersebut, artinya manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. 2. Kondisi EVA yang negatif (EVA<O) menunjukkan adanya penurunan nilai kekayaan karena laba yang tersedia tidak mampu memberikan kompensasi yang setimpal dengan investasi yang ditanam. 3. Kondisi EVA sama dengan nol (EVA=O) berarti laba yang tersedia impas untuk memenuhi harapan pemodal dan kinerja keuangan perusahaan tergolong sehat. 2.5.1 Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/Laba Bersih Setelah Pajak sebagai Komponen EVA Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah dikurangi pajak. Sedangkan menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih seteiah pajak ditambah dengan beban bunga. Untuk perhitungan NOPAT dapat diperoleh dan laporan laba rugi perusahaan (Tunggal, 2001). 2.5.2 Cost of Capital (COC)/Biaya Modal sebagai Komponen EVA Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut biaya modal. Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau dalam

modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit atau opportunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benarbenar dikeluarkan oleh perusahaan dalam untuk pembayaran. bunga. Biaya tersebut harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan (Tunggal, 2001). Total biaya modal menunjukan besarnya tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana atas modal yang diinvestasikan di perusahaan. Besarnya kompensasi tergantung pada tingkat risiko perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi risiko perusahaan, semakin tinggi tingkat pengembalian yang di tuntut oleh investor (Utama dalam budiharti, 2006). Weighted Average Cost of Capital (WACC)/ Biaya Modal Rata Rata Tertimbang. Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Pembobotan perlu, karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda baik jangka.pendek maupun jangka panjang tidak sama resikonya bagi investor. Maka tiap-tiap bentuk pembiayaan yang dipilih perusahaan memiliki biaya yang berbeda. Pembiayaan yang dipergunakan perusahaan bermacam-macam, tetapi secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu hutang dan ekuitas (Tunggal, 2001 ). WACC terdiri dari komponen biaya hutang dan biaya ekuitas. Biaya hutang (Kd) adalah rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya hutang terjadi dalam perusahaan akibat adanya penggunaan dana pinjaman. Hutang disini mencakup semua hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek yang didapat dari kelompok di luar perusahaan.

Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitung nya adalah secara tertimbang (weighted). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak, makan Kd harus dikoreksi dengan factor (1-T), dengan T adalah tingkat pajak yang dikenakan. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Brigham dan Houstoun (2001) yang menyatakan bahwa adanya biaya bunga yang wajib dibayarkan dikurangi dengan penghematan pajak yang timbul. Bunga dalam perhitungan pajak ini bersifat tax deductible sehingga dikalikan dengan (1-T), dimana T adalah tarif pajak marjinal dari perusahaan. Sedangkan biaya ekuitas (Ke) adalah biaya yang timbul akibat investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada perusahaan. Mereka berhak untuk mendapatkan pembagian dividen di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial perusahaan tersebut. Besarnya dividen tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, tetapi bersifat tidak tentu tergantung pada kinerja perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang yang sudah memperhitungkan kepastian tingkat suku bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan return yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk itu harus berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Struktur Modal Keputusan mengenai struktur modal menurut Brigham dan Gapenski dalam Budiharti (2006) adalah hal yang sangat penting dalam menghitung biaya rata-rata tertimbang dari modal. Struktur modal perusahaan terdiri dari proporsi modal terhadap ekuitas. Adanya perubahan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko yang terkandung pada saham biasa perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham dan laba ditahan. Perusahaan menetapkan strukur modal yang optimal akan

menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian sehingga akan memaksimumkan harga saham. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut (Utama dalam Budiharti, 2006). Invested Capital (ic)/ modal yang dinvestasikan. Menurut Tunggal (2001), Invested Capital (IC) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga atau non interesting bearing liabilities. Yang termasuk dalam kategori non interest bearing liabilities yaitu hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak dan uang muka pelanggan. Ada dua cara untuk menentukan IC, yaitu dengan pendekatan operasional dan pendekatan keuangan. Menurut pendekatan operasioanl, IC diperoleh dari penjumlahan aktiva tetap, kas, dan working capital requirement yaitu total aktiva dikurangi hutang dagang dan hutang beban lainnya. Sedangkan menutur pendekatan keuangan, IC diperoleh dari penjumlahan interest bearing liabilities (pinjaman jangka pendek dan jangka panjang) dengan ekuitas pemegang saham. 2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan EVA Banyak manfaat yang didapat dengan menerapkan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Utama dalam Budiharti (2006), kelebihan EVA antara lain : 1. EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja usaha dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). 2. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya karena EVA memperhitungkan biaya modal. 3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau

proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Walaupun metode EVA umumnya mempunyai keefektifan yang tinggi dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, metode EVA juga mempunyai beberapa kelemahan (Utama dalam Budiharti, 2006), yaitu : 1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu, padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup perusahaan. 2. Secara praktis EVA belum dapat diterapkan dengan mudah karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal, dan estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum go public sulit dilakukan dengan tepat. 2.6. Market Value Added (MVA) Menurut Brigham dan Houston (2010), MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan nilai buku. Sedangkan menurut Young dan O'Byrne dalam Budiharti (2006) MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu (jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Menurut Ruky dalam Budiharti (2006), terdapat dua komponen pembentuk MVA, yakni market value equity atau nilai pasar ekuitas dan equity capital supplied by shareholders atau jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market value equity adalah nilai pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahan yang dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan equity capital supplied by shareholders dapat diperoleh dari nilai buku perusahaan. Dengan demikian, MVA dapat dirumuskan sebagai berikut : MVA = (Market Value x Shares Outstanding ) book value

Jika MVA lebih besar daripada nol, maka perusahaan telah menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham, tetapi jika MVA bernilai negatif, maka perusahaan telah melakukan kinerja yang buruk karena telah menghancurkan modal investor. 2.6.1 Market Value (Nilai Pasar) sebagai Komponen MVA Nilai pasar adalah nilai aset yang berlaku di pasar modal. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar modal. Jadi, nilai pasar perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan harga saham. 2.6.2 Shares Outstanding (Jumlah Saham) sebagai Komponen MVA Jumlah saham di sini adalah jumlah saham yang diedarkan oleh sebuah perusahaan. Saham yang beredar tersebut merupakan hak atas sebagian dari perusahaan terbatas atas suatu bukti penyertaan atau partisipasi dalam modai suatu perusahaan (Keown et ai., 2001). Seorang investor yang memiliki saham suatu perusahaan berarti turut memiliki sebagian dari perusahaan tersebut. 2.6.3 Book Value (Nilai Buku) sebagai Komponen MVA Nilai buku ekuitas adalah total nilai ekuitas atau modal yang ditanamkan pada perusahaan yang tercantum pada laporan neraca keuangan perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya historikal aktiva daripada nilai pasar sekarang. 2.6.4 Kelebihan dan Kekurangan MVA Menurut Young dan O'Byme dalam Budiharti (2006), kelebihan penggunaan MVA di antaranya adalah MVA dapat mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer suatu perusahaan sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya. MVA secara konseptual sebagai tolak ukur kinerja juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan MVA menurut Young dan O Byrne dalam Budiharti (2006), yaitu : 1. MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi. 2. Untuk suatu periode waktu tertentu, tidak memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham.

3. MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang di investasikan dalam perusahaan. 4. Pengukuran MVA gagal memperhitungkan uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham. 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan, khususnya bank telah banyak dilakukan. Umumnya kinerja keuangan bank dianalisis dengan mengunakan rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA). Menurut Prehatiningsih (2007), yang meneliti kinerja keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan menggunakan rasio keuangan dan Eva serta mencari pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA). Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA) dan Earning Per Share (EPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan menurut metode EVA dan MVA serta menganalisis kekuatan hubungan antara rasio keuangan dan EVA terhadap MVA, dan menganalisis tolak ukur mana yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan kinerja Economic Value Added (EVA) Bank Danamon adalah baik, karena sebagian besar nilainya adalah positif yang berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi investornya dan cenderung mengalami peningkatan. Nilai Market Value Added (MVA) yang dicapai Bank Danamon secara keseluruhan adalah positif, hal ini membuktikan bahwa perusahaan sudah berhasil menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya. Menurut Budiharti (2006), yang meneliti kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk dengan menggunakan rasio keuangan dan EVA serta pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA). Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis Korelasi Pearson dan Regresi Berganda dengan program Minitab. Dalam hasilnya, jika dilihat dari EVA dan MVA tingkat

kesehatan BRI tahun 2005 lebih besar daripada tahun 2004, tetapi jika dilihat dari rasio keuangan, tingkat kesehatannya menurun. Lalu disebutkan dari rasio keuangan yang terdapat dalam model regresi, hanya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang memiliki tingkat signifikansi <0,05 yang berarti memiliki pengaruh signifikan terhadap MVA, CAR memiliki pengaruh negatif terhadap EVA. Dengan penurunan CAR sebesar 1 persen akan meningkatkan EVA sebesar Rp. 1.135.320 (dalam jutaan rupiah). EVA dan MVA berpengaruh secara positif, dengan kenaikan EVA maka akan meningkatkan MVA sebesar Rp. 1.6 juta (dalam jutaan rupiah). Menurut Imamah (2005), yang meneliti kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 2003-2004 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan EVA serta mencari pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap Economic Value Added (EVA). Rasio-rasio keuangan yang digunakan terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam penelitian ini tidak dianalisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar ( Market Value Added/MVA ) juga pengaruh EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003-2004 pada umumnya menjadi lebih baik. Hasil analisis rasio-rasio keuangan dan EVA menunjukkan kinerja yang berbeda. Artinya, kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk menurut rasio keuangan pada tahun 2004 lebih baik daripada tahun 2003 karena sebagian besar pengukur kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan. Akan tetapi, kalau diukur dengan EVA, pada tahun 2004 kinerja keuangan perusahaan kurang baik daripada tahun 2003 karena EVA mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2004 pendayagunaan sumber daya perusahaan menurun dari tahun 2003 bila ditinjau dari AUR. Artinya, Bank Mandiri mengalami penurunan kinerja dalam hal pengeloaan asset perusahaan.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT. Bank Central Asia, Tbk merupakan salah satu bank go public di Indonesia, yang secara periodik wajib menyampaikan laporan keuangannya. Pengukuran kinerja keuangan Bank BCA menggunakan analisis rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA). Rasio keuangan digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan yang menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Economic Value Added (EVA) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis. Di samping itu, kinerja perusahaan juga harus memperhatikan kinerja pasar. Pengukuran kinerja pasar menggunakan analisis Market Value Added (MVA). Market Value Added (MVA) menggambarkan harapan investor terhadap kinerja suatu perusahaan di masa yang akan datang. Metode rasio keuangan dan EVA memberikan gambaran kinerja perusahaan secara keseluruhan, sedangkan metode MVA memberikan ukuran kinerja pasar. Dengan mencari pengaruh rasio keuangan dan EVA terhadap MVA maka didapat kinerja keuangan secara keseluruhan. Diharapkan dengan mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan akan membantu perusahaan meningkatkan kinerja sekarang dan masa yang akan datang. Khususnya dalam penelitian ini yaitu Bank BCA dalam menciptakan nilai bagi para pemegang saham atau investor. Secara ringkas alur penelitian yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

PT. Bank Central Asia, Tbk Kinerja Keuangan Kinerja Perusahaan Kinerja Pasar Economic Value Added (EVA) Rasio Keuangan (Earning Measures) Market Value Added (MVA) NOPAT COC Nilai ROE,EPS, CAR Ekuitas 1. Uji Kolmogorov-Smirnov 2. Uji Regresi Berganda 3. Uji Regresi Komponen Utama 4. Uji Korelasi Analisis Pengaruh dan Hubungan Pengukur Kinerja Keuangan Ket : ----------- Batas Penelitian INVESTOR Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data dilakukan selama bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Jenis data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan PT. Bank Central Asia, Tbk dari tahun 2006 sampai 2009, laporan harga saham perusahaan, indeks harga saham gabungan dan dividen perusahaan serta peraturan dan kebijakan yang terkait dengan penelitian ini, data sekunder tersebut didapat dari Website PT. Bank Central Asia, Tbk. Data sekunder digunakan untuk mencari nilai EVA dan MVA. Sebagai penunjang digunakan data yang relevan dengan penelitian yang diperoleh dari studi literatur, koran, jurnal, majalah, laporan penelitian, dan publikasi elektronik. 3.3. Metode Pengolahan dan Analisa Data Data diolah secara kuantitatif dan deskiptif, pengolahan data untuk mengetahui nilai EVA, MVA, dan rasio keuangan dilakukan secara kuantitatif, baik menggunakan microsoft excel maupun manual. Untuk mengetahui hubungan yaitu menggunakan pengujian regresi serta pengaruh antara variabel atau dalam hal ini kinerja keuangannya dengan menggunakan pengujian Korelasi Pearson, dilakukan pula secara kuantitatif yaitu dengan program Minitab TM Release 14. Setelah semua data diproses dan diketahui nilainya dilakukan analisis secara deskriptif untuk menjelaskan perbandingan antara variabel, lalu jelaskan pula hubungan serta pengaruh antara variabel yang diuji. 3.3.1 Rasio Keuangan Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah ROE (Return On Equity), Earning Per Shares (EPS) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Return On Equity = Laba setelah Pajak x 100%...(1) Modal

Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen dalam mengelola permodalan yang dimiliki semakin baik karena dapat mendatangkan laba yang tinggi. Earning Per Shares = Laba bersih.....(2) Saham biasa yang beredar Semakin tinggi rasio ini, maka kemampuan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi pemegang sahamnya semakin baik. Capital Adequacy Ratio = Total Modal.....(3) ATMR Perumusan CAR ini berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, dimana ATMR adalah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko. 3.3.2 Metode Economic Value Added (EVA) EVA merupakan selisih antara NOPAT (Net Operating Profit After Tax) dan biaya modal (Cost of Capital). NOPAT merupakan laba bersih setelah pajak ditambah biaya bunga, sementara biaya modal didapat dari WACC (Weighted Average Cost of Capital) dikalikan IC (Invested Capital). WACC merupakan penjumlahan dari biaya hutang dikalikan bobot hutang dan biaya ekuitas dikalikan bobot ekuitas. IC merupakan penjumlahan antara hutang dan ekuitas dikurangi hutang beban. adapun langkah-langkah perhitungan EVA dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Langkah perhitungan EVA Tahapan Perhitungan Sumber NOPAT NOPAT = Laba Bersih + Laba Rugi Biaya Bunga Kd * Kd = Biaya Bunga Bunga Laba Rugi, Neraca Kd * = Kd (1-T) Ke Ke = R f +β (R m -R f ) Data Histori Saham Struktur Modal Wd = hutang Neraca Aset We = Ekuitas Aset WACC WACC = [(Kd * x Wd) + (Ke x We)] Neraca, Data Histori Saham IC IC = Aset Non Interest Neraca Bearing Liabilitas COC COC = WACC x IC Neraca Eva Eva = NOPAT COC Neraca, Laba Rugi, dan Data Historis Saham NOPAT merupakan penjumlahan antara laba bersih dan biaya bunga. Dalam laporan keuangan, laba bersih merupakan laba yang sudah dikurangi pajak penghasilan. Sedangkan biaya bunga adalah beban bunga bank yang tercatat pada laporan laba rugi triwulan. Biaya hutang (Kd) yang dimaksud adalah perbandingan antara biaya bunga dengan hutang. Biaya bunga adalah beban bunga dan hutang yang dimaksud adalah pengurangan antara jumlah pasiva dan ekuitas. Lalu setelah nilainya didapat, maka biaya hutang perlu

dikurangi dengan pajak penghasilan, pajak penghasilan merupakan perbandingan antara taksiran pajak penghasilan terhadap laba/rugi sebelum pajak. Biaya ekuitas (Ke) dalam penelitian ini menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Alasan memakai model ini karena pemakaian rumus CAPM menghasilkan hasil yang lebih akurat,dan lebih banyak dipakai dalam penentuan biaya ekuitas dalam menilai EVA. Langkah-langkah dalam menghitung Biaya Ekuitas (Ke) menggunakan CAPM : 1. R it = Pit P it-1 + D t.(4) P it-1 Dimana: R it = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t Pit = harga saham per lembar bulan t P it-1 = harga saham per lembar bulan sebelumnya D t = Dividen pada bulan ke-t 2. R mt = IHSG t IHSG t-1.(5) IHSG t-1 E (Rm) = R mt....(6) N Dimana : R mt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t N = jumlah data E(R m ) = tingkat pengembalian pasar yang diharapkan 3. β i = σ im...(7) σ² m Dimana : σ im = kovarian tingkat pengambilan saham i dengan tingkat pengembalian pasar. σ² m = varian pengembalian pasar 4. Rf = Tingkat pengembalian bebas resiko = Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 5. COC = Rf + βi E(Rm-Rf)...(8)