DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kesesuaian Life-Saving Appliances (LSA) dan Pembuatan Simulasi Sistem Evakuasi Pada Kapal Perintis 1200 GT Menggunakan Software Pathfinder

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

Implementasi Discrete Event Simulation untuk Analisis Evakuasi Penumpang Kapal Ro-Ro Pada Kondisi List dan Normal

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

Implementasi Discrete Event Simulation untuk Analisis Evakuasi Penumpang Kapal Ro-Ro Pada Kondisi List dan Normal

STUDI PERENCANAAN MODEL EVAKUASI SEDERHANA PADA KAPAL PENUMPANG

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

EVALUASI EMERGENCY RESPONS PLAN PADA KAPAL 42M CREW BOAT BERDASARKAN IMO INTERIM GUIDILINES

ANALISA FIRE RISK ASSESMENT PADA KAPAL PENUMPANG (STUDI KASUS RANCANGAN KAPAL 5000 GT MILIK DINAS PERHUBUNGAN DARAT)

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

ANALISA EVAKUASI PENUMPANG PADA KAPAL RO-RO MENGGUNAKAN DISCRETE EVENT SIMULATION DAN SOCIAL FORCE MODEL

Penerapan Sistem Pakar dalam Penentuan Rute Evakuasi Penyelamatan pada Kapal Penumpang

ANALISIS LOKASI KRITIS JALUR EVAKUASI PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

Analisa Evakuasi Penumpang pada Kapal Ro-Ro Menggunakan Discrete Event Simulation dan Social Force Model

SKRIPSI EVALUASI SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI KAPAL PENUMPANG KM. LAMBELU PT. PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PT.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

KAJIAN TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL DI LAUT AKIBAT HUMAN ERROR

ISYARAT BAHAYA DI KAPAL. TPL - Prod/C.01. Kompetensi : Prosedur Darurat dan Sar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN TAHAP 1 STANDAR PELAYANAN MINIMUM KAPAL PERINTIS

BAB III KESELAMATAN PELAYARAN

PROSEDUR DARURAT DAN SAR

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF

APLIKASI PENERAPAN PERATURAN SOLAS DALAM PERENCANAAN PERALATAN KESELAMATAN KMP LEGUNDI PADA LINTASAN MERAK-BAKAUHENI

OPTIMASI PELETAKAN PINTU RUANG PENUMPANG KELAS EKONOMI KAPAL FERRY UNTUK JALUR EVAKUASI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PROMODEL

EMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

PROSEDUR DARURAT DAN SAR

STUDI PENETAPAN DAERAH BAHAYA (DANGEROUS AREA) DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA BERDASARKAN AIS DATA

LAMPIRAN 2. LEMBAR OBSERVASI Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Kapal Penumpang KM. Lambelu, PT. PELNI Tahun 2008

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

LOKASI KRITIS JALUR EVAKUASI PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN ANTARPULAU DENGAN METODE PERGERAKAN SIMULTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

Ari Wibisono

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

Evaluasi Sistem Proteksi Aktif, Sistem Proteksi Pasif, dan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Kapal Tanker X Tahun 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KETERAMPILAN KHUSUS PELAUT SURVIVAL CRAFT AND RESCUE BOAT (SCRB)

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

namun metode ini hanya dapat membekali operator kapal yang merupakan subyek langsung dari kecelakaan kapal.

STUDI JALUR EVAKUASI PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang cukup lama. Dalam perkembangan pasar dunia bebas, Keselamatan dan

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

BAB II TINJAUN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR : PK.16/BPSDMP-2017 TENTANG

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 Juli 2017 Hal Disetujui: 6 Oktober 2017

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

BAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

ANALISIS LOKASI KRITIS JALUR EVAKUASI PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU DENGAN METODE PERGERAKAN SIMULTAN

Kode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Kantor SAR Propinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN.

Transkripsi:

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502

ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi kapan saja yang dapat membawa dampak kerusakan bahkan korban jiwa. Namun risiko dan dampak kecelakaan dapat diminimalisir dengan tindakan-tindakan preventif. Berdasarkan data kecelakaan KNKT, telah terjadi kecelakan 6 kapal kontainer sepanjang tahun 2007 dan 2008. Penelitian pada KM. Sinar Bintan milik pemerintah Singapura dengan radius pelayaran Surabaya-Singapura yaitu 752 mil dan memiliki kapasitas 241 TEU s serta memiliki karakteristik yang berbeda dengan kapal lain yaitu ruang akomodasi berada didepan kapal sedangkan kamar mesin berada di buritan kapal. sehingga penelitian ini bertujuan untuk menegatahui desain akses optimum dan sistem evakuasi sehingga seluruh ABK dapat meninggalkan kapal dengan cepat dan aman saat kondisi darurat tidak dapat ditanggulangi lagi. Penelitian desain akses optimum dan sistem evakuasi ini menghitung waktu penyelamatan diri dari masing-masing rute, yaitu rute dalam dek dengan rute luar dek. Dengan menggunakan IMO Interim Guidelines. Kemudian disimulasikan sehingga mengetahui perbandingan antara perhitungan menggunakan IMO Interim Guidelines dengan software arena 5.0. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rute evakuasi optimum dan perbandingan antara hasil perhitungan IMO Interim Guidelines lebih besar dari pada perhitungan menggunakan software arena 5.0. Dan dapat diketahui limit waktu bawah yang jika terlambat sedikit saja dapat menimbulakn korban. Kata kunci: darurat tak terkendali, rute evakusi, simulasi, arena 5.0

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan data yang diperoleh dari KNKT (Komitte Nasional Kecelakaan Transportasi), sedikitnya ada 6 kecelakaan kapal container sepanjang tahun 2007 dan 2008 dengan sebab yang bervariatif. Oleh sebab itu penanganan dalam keadaan darurat sangatlah penting jika terjadi kecelakaan yang ditandai dengan bahaya dan mengharuskan ABK meninggalkan kapal. Karena dapat meminimalisir korban jiwa maupun kerugian harta benda. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelamatan pada keadaan darurat adalah konstruksi, jumlah dan sifat pelayar, tempat keluar, jarak tempuh, control dan manajemen. Kelengkapan system evekuasi harus senantiasa dalam keadaan siap siaga terus menerus sehingga awak kapal dapat melaksanakan persiapan untuk embarkasi dan peluncuran dalam waktu kurang dari 5 menit.(solas : Chapter III). Pada KM. Sinar Bintan yang berjenis kapal container dengan panjang kapal 86.00m. akan dilakukan desain akses optimum dan sistem evakuasi saat keadaan darurat pada kapal tersebut. Optimum yang dimaksud disini adalah ABK semaksimal mungkin dapat memanfaatkan waktu yang terbatas dengan jarak terjauh antara lokasi pekerjaan ke musterstatiom. Sehingga peluang resiko hambatan saat proses pelarian diri dalam keadaan darurat dapat diminimalisir.

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana rute evakuasi (penyelamatan diri) optimum? Dimana muster station ditentukan? Berapa waktu yang dibutuhkan ABK untuk mencapai muster station berdasarkan dari masing-masing letak ruangan? Bagaimana prosedur penyelamatan saat keadaan darurat?

1.3 TUJUAN Dapat membuat rute evakuasi (penyelamatan diri) optimum. Dapat menentukan muster station. Dapat mengetahui waktu yang dibutuhkan ABK untuk mencapai muster station berdasarkan dari masing-masing letak ruangan. Dapat membuat prosedur penyelamatan diri saat keadaan darurat.

1.4 BATASAN MASALAH Penelitian membahas keadaan darurat dimana seluruh ABK harus meninggalkan kapal. Perhitungan secara teoritis menggunakan IMO Interim Guidelines dimana asumsi kondisi kapal even level. Penelitian tidak membahas tentang kondisi darurat dengan jenis orang jatuh dari kapal dan tenggelam serta pencemaran lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SHIP EVACUATIN PLAN Menurut International Maritim Organization (IMO), bagian terpenting dari Ship Evacuation Plan (SEP) adalah arahan operasi dalam bentuk format komputer maupun cetakan dimana misi dan tugas kru, tahapan operasi dasar dan kriteria operasi ditunjukkan. Alat penghubung utama antara evakuasi kru dengan SEP adalah informasi mengenai rute keluar dan instruksi evakuasi kapal

Gambar 2.1 Level Deck Departement

2.2 JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Tubrukan. Kebakaran / ledakan. Kandas. Orang jatuh ketengah laut. Pencemaran.

2.3 Pola Penangulangan Keadaan Darurat Pola penaggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu mengintegrasikan aktivitas atau upaya penaggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia.

2.4 Pengenalan Isyarat Bahaya Isyarat kebakaran kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus Isyarat sekoci / meninggalkan kapal melalui bel atau suling kapal sebanyak 7 (tujuh) tiup pendekdan diikuti satu tiup panjang secara terus menerus Isyarat orang jatuh ke laut Berteriak Orang jatuh ke laut. Melempar pelampung penolong (lifebuoy) kearah korban. Melapor ke mualim jaga. Isyarat bahaya lainnya

2.5 Tindakan Dalam Keadaan Darurat Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa dibuat dan diinformasikan pada seluruh awak kapal. Sijil darurat di kapal perlu digantungkan di tempat yang strategis, sesuai, mudah dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan perincian prosedur dalam keadaan darurat

2.6 Lintas-lintas Penyelamatan Diri Menurut SOLAS Chapter II Yang dimaksud dengan Means Eccape adalah ketika seluruh orang yang ada di kapal dapat melarikan diri dengan selamat dan cepat ke dek embarkasi lifeboat dan liferaft Effective width (W e )

Langkah-langkah perhitungan Menghitung densitas (D) Kecepatan orang (V) Aliran orang specific (F s ) Menghitung aliran orang (F c ) F c = F s. W e Menghitung aliran waktu (t F ) t F = N/ F c t deck dan t stair (s) Waktu keseluruhan (t I ) t I = t F + t deck + t stair

Travel time T = ( * + () t I Dimana: ( = Safety factor = 2.0 *= Counterflow factor = 0.3 t I = Time over all

2.7 SIMULASI Menurut Kelton (1998), simulasi merupakan sekumpulan metode dan aplikasi yang menirukan tingkah laku dari sistem nyata dan biasanya menggunakan komputer dengan menggunakan software yang sesuai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FLOWCHART PENGERJAAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 DATA KAPAL KM. Sinar Bintan adalah kapal container dengan kapasitas 241 Teu s, 16 ABK dan rute pelayaran ke seluruh Indonesia. Adapun dimensi utama kapal adalah panjang 86 m, lebar 20 m, tinggi dek 5.7 m dan tinggi sarat kapal 4 m. Ruang akomodasi kapal terletak pada bagian depan dan kamar mesin terletak di bagian buritan kapal.

4.2 DESKRIPSI SISTEM Adalah salah satu tahapan yang dilakukan untuk analisa penyelamatan diri. Deskripsi sistem ini dilakukan dengan beberapa langkah. Yaitu: Mengidentifikasi muster station. Terletak pada Poop Deck bagian starboard dan portside kapal. Muster Station I : 1.9 m x 1.24 m = 2.34 m 2 Muster Station II : 1.9 m x 1.24 m = 2.34 m 2 Mengidentifikasi embarkation station Mengidentifikasi escape route Mengidentifikasi life saving appliance

4.3 ASUMSI Berdasarkan IMO Interim Guidelines, terdapat 9 asumsi pokok yang dilakukan agar dalam pemahaman studi kasus lebih jelas dan meminimalisir kerancuan. Dan berikut adalah beberapa asumsi yang telah ditentukan. Penyelamatan diri dimulai pada saat yang sama oleh semua ABK. yaitu saat alarm dibunyikan, terjadi Awarness.. Semua penyelamatan diri ABK melewati rute penyelamatan diri utama. Kecepatan jalan diambil berdasarkan perhitungan densitas. Semua ABK telah mengikuti BST (Basic Safety Training) dan dalam kondisi sehat. Counterflow dihitung dari factor Counterflow Jumlah ABK adalah 100%. Yaitu 16 orang. Ketersediaan rancangan pelarian diri telah diperhatikan. Semua ABK dapat bergerak tanpa ada halangan. Efek dari pergerakan kapal, kemampuan melihat saat ada asap dan lain-lain telah dihitung dalam safety factor.

4.4 Sijil Darurat

4.5 SKENARIO KERJA

4.6 TANGGA PADA KAPAL

4.7 LAYOUT RUTE EVAKUASI Wheel House Bridge Deck Boat Deck Poop Deck Main Deck

Back

Back

Back

Back

Back

4.8 PERHITUNGAN WAKTU EVAKUASI

Sehingga dari perhitungan diatas didapat: ti = t deck + t stair + t F = 36.43 s + 23.85 s + 7.41 s = 67.7 s T = (* + () t I = (0.3 + 2) 67.7 s = 155.7 s Waktu keseluruhan = A + T + (E+L) = 300 s + 155.7 s + 1800 s = 2255.7 s = 37.6 min

ti = t deck + t stair + t F = 36.43 s + 23.85 s + 7.41 s = 67.7 s T = (* + () t I = (0.3 + 2) 67.7 s = 155.7 s Sehingga waktu penyelmatan diri seluruhnya pada malam hari adalah = A+ T + (E+L) = 600 s + 155.7 + 1800 s = 2555.7 s = 42.6 menit

4.9 HASIL SIMULASI ARENA 5.0 Dari 4 kejadian/ kondisi yang diperhitungkan secara teoritis (IMO Interim Guidelines), maka dilakukan 2 simulasi menggunakan software arena 5.0 sebagai contoh perbandingan. Yaitu siang dengan rute dalam dek dengan kondisi malam rute luar dek. Maka didapatkan hasil Waktu yang dibutuhkan untuk escape lebih rendah dari perhitungan secara teoritis. Juga didapatkan limit bawah untuk waktu evakuasi. Sehingga jika escape meleset sedikit saja, maka akan terjadi korban (tidak selamat)yaitu: a. siang dengan rute dalam = 41 detik b. malam dengan rute luar dek = 46 detik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN Rute evakuasi (penyelamatan diri) teroptimum adalah rute dalam dek. Karena aman dari cuaca luar dan akses tercepat. Muster station berada di sisi starboard dan portside pada poop deck. Karena akses mudah dicapai dan terdekat dengan launching. Waktu yang dibutuhkan ABK untuk mencapai muster station untuk masing-masing kondisi memenuhi standar IMO Interim Guideline yaitu kuarang dari 60 menit. Dan selisih waktu masing-masing kondisi tidak beda jauh karena v yang digunakan sama hasil dari perhitungan. sehingga perbedaan terletak pada awareness masingmasing kondisi. Berikut hasil perhitungan masing-masing kondisi: Siang Hari = 37.6 menit Malam Hari = 42.6 menit SiangHhari = 35.68 menit (Arena) Malam Hari = 40.77 menit (Arena)

Prosedur evakuasi (penyelamatan diri) ada 2 jenis yang mengacu pada Basic Safety Training dan telah disesuaikan dengan kondisi ABK yang sebenarnya yaitu: Saat kondisi darurat dan kebakaran Saat dalam Boat Station

5.2 SARAN q Meskipun waktu penyelamatan telah memenuhi IMO Interim Guidelines, namun karena risiko jarak yang ditempuh dari engine room ke sekoci panjang dan rawan karena berhubungan langsung dengan cuaca luar, maka disarankan penambahan unit liferaft pada bagian after (buritan) kapal di masing-masing sisi kapal. Sehingga jika terjadi keadaan darurat dapat langsung menyelamatkan diri. q Untuk penelitian selanjutnya asumsi letak kebakaran lebih dikembangkan agar rute evakuasi (penyelamatan diri) yang didapat lebih optimum.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH