II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. formal masuk kategori pendidikan dasar yang cukup strategis dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari dan dalam upaya. memahami ilmu pengetahuan yang lainnya. Tujuan dari pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

II TINJAUAN PUSTAKA. menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, dalam proses belajarmengajar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala macam kegaitan yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

I. PENDAHULUAN. dapat belajar. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru diharapkan mengupayakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung melalui praktikum/percobaan. Belajar harus bersifat menyelidiki atau melalui penemuan (Kardi dan Nur, 2000). Berdasarkan hal tersebut, dengan pembelajaran penemuan memungkinkan siswa untuk mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki keterkaitan-katerkaitan baru dan bagaimana caranya meraih pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Suatu tipe pengajaran yang didesain untuk memajukan memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (self directed), inkuiri dan model belajar reflektif. Hal ini berarti dalam proses pembelajaran siswa harus diberi kesempatan mendapatkan pengalaman langsung misalnya diikutsertakan dalam proses penemuan suatu konsep sehingga sesuai dengan pernyataan di bawah ini.

8 Menurut Hamalik (2007: 134): Pendekatan discovery merupakan suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut sebagai Heuristic teaching, yakni suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (self directed), inkuiri dan model belajar reflektif. Belajar melalui penemuan berpusatkan pada siswa. Belajar menemukan, menyebabkan siswa berkembang potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan dan keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi lebih mudah mengerti struktur materi yang dipelajari, lebih mudah mengingat konsep atau rumus yang telah ditemukan. Roestiyah (2008: 75-80 ) mengungkapkan tentang beberapa keunggulan pembelajaran penemuan terbimbing, yaitu, (1) Dapat membentuk dan mengembangkan self concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, (2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, (3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. (4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri, (5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik, (6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang, (7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, (8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, (9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yan tradisional, (10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Pendekatan Discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan

9 sebagai subjek belajar. Peranan guru dalam pendekatan discovery ini adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Ada lima langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan discovery menurut Sagala (2008: 197), yakni: (1) perumusan masalah untuk dipecahkan siswa (2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis (3) siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis (4) menarik kesimpulan jawaban, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru. Kelima langkah-langkah pada pembelajaran discovery ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang dilontarkan oleh guru. Pertanyaan-

10 pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam lembar kerja kelompok (LKK). Oleh sebab itu LKK dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Pendekatan Discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada siswa untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah dipelajari. Membuktikan dengan melakukan percobaan sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan memperoleh dan mendapatkan konsep atau pengetahuan baru sebagai pengalaman belajar dibawah bimbingan dan arahan guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, pembimbing, dan evaluator untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan discovery ini pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik. Pembelajaran dengan pendekatan discovery dapat dilakukan dengan metode eksperimen dan diskusi. Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu materi, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaan, kemudian pengamatan itu didiskusikan dan diperesentasikan oleh masing-masing kelompok di kelas kemudian dievaluasi oleh guru.

11 2. Minat Belajar Pada hakekatnya setiap kegiatan yang akan dilakukan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, persiapan sebelum belajar diantaranya persiapan mental. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah minat pelajaran. Minat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam ketercapaian tujuan dari suatu proses kegiatan belajar. Roestiyah (2008: 89) mengatakan bahwa: Bila seorang anak berminat terhadap suatu pelajaran, anak akan senang belajar karena anak itu menyadari bahwa pelajaran tersebut benilai dan untuk kepentingan pribadi anak itu sendiri dimasa mendatang. Sesuai pendapat di atas, bila seseorang anak memiliki minat terhadap pelajaran fisika, maka anak itu akan senang belajar fisika tanpa disuruhsuruh karena ia mempunyai kesadaran bahwa pelajaran fisika tersebut penting baginya baik untuk dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa: Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut. Minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat ditingkatkan, karena minat merupakan hasil belajar yang menyokong belajar selanjutnya.

12 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah hasil belajar yang sesuai dengan ranah afektif yang berisi rasa ketertarikan pada suatu hal yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu dan usaha yang dilakukan siswa terhadap suatu pembelajaran. Sardiman (2007: 95) menyatakan bahwa: Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan minat, antara lain : (1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, (2) menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau, (3) memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan (4) menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Pendapat Sardiman didukung oleh Taner & Tanner dalam Slameto (2003: 181) yang menyatakan agar pengajar juga berusaha membentuk minat baru pada diri siswa dengan cara memberikan informasi mengenai hubungan antara suatu bahan pelajaran dan menguraikan kegunaannya bagi siswa dimasa yang akan datang. Untuk menentukan tingkat minat siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan discovery, digunakan lembar angket minat belajar. Angket minat tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri siswa. Jika didalam diri siswa tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu maka sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil

13 pembelajaran yang optimal. Jadi minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu pendidik harus mampu membangkitkan minat peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. 3. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengalaman baru yang dapat mempengaruhi atau mengubah perilaku si belajar menjadi lebih baik. Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tentunya akan memperoleh suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Dimyati (2002: 3) mengungkapkan pengertian hasil belajar sebagai berikut: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi dari tindak pembelajaran. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar yaitu dengan melakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar merupakan

14 proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. Nasution (2006: 22) yang menyatakan bahwa: Hasil belajar adalah suatu angka yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Angka-angka inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran. Selanjutnya Sudjana (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa: Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Pendapat ini didukung Bloom dalam Sudijono (2001: 49) ada tiga ranah yang harus menjadi sasaran dalam evaluasi belajar, yaitu: 1. Ranah kognitif, yang mencakup kegiatan mental (otak). Ada enam jenjang dalam proses berfikir diantaranya pengetahuan, pemahaman, penerapan. Analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah afektif, yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada lima jenjang dalam ranah afektif diantaranya menerima/ memperhatikan, menanngapi, menilai/ menghargai, mengatur/ mengorganisasi, karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah psikomotorik, yang berkaitan dengan ketrampilan/ skill. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif yang mencakup kegiatan mental, afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai, maupun psikomotoris yang berkaitan dengan ketrampilan.

15 B. Kerangka Pikir Penelitian ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan pendekatan discovery (penemuan terbimbing). Kegiatan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, yaitu peningkatan hasil belajar yang optimal, diperlukan interaksi timbal balik yang positif antara guru dengan siswa melalui pendekatan pembelajaran yang tepat. Penggunaan pembelajaran dengan pendekatan yang tepat adalah sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan selaras dengan materi yang akan disampaikan, sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran. Pendekatan discovery akan membiasakan pola pikir siswa untuk menemukan sendiri konsep dari materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Melalui pembelajaran ini, siswa akan terbiasa melakukan praktikum/percobaan dan diskusi kelompok dengan bimbingan guru. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan suatu konsep akan mempermudah siswa memahami materi pelajaran dan siswa akan lebih aktif selama proses pembelajaran sehingga membantu siswa untuk membangun pemahaman terhadap apa yang dipelajarinya dan mengkaitkannya dengan kehidupan nyata. Pendekatan discovery dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu guru mengajukan pertanyaan atau merumuskan masalah yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan pendapatnya berdasarkan fenomena, cerita atau demonstrasi yang sesuai dengan materi. Kemudian siswa menetapkan hipotesis atau jawaban sementara untuk dikaji lebih lanjut pada kegiatan

16 praktikum yang akan dilakukan dengan bimbingan guru dan panduan LKK pada tahap ini dapat menimbulkan kerjasama yang baik antar siswa, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan sikap aktif siswa dalam belajar. Setelah itu siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi dan mengumpulkan data yang diperoleh pada kegiatan praktikum tersebut. Dalam tahap ini timbul kerjasama yang baik antar siswa untuk mengkaji suatu masalah sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan yang baru dan pemahaman siswa pada suatu konsep pelajaran yang ditemukan akan lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan teori saja. Dari data yang diperoleh siswa menarik kesimpulan jawaban, kemudian siswa mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan discovery ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

17 Adapun diagram pemikiran dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery Kegiatan yang dilakukan siswa dengan bimbingan guru Guru memberikan pertanyaan yang telah dirumuskan Merumusan masalah untuk dipecahkan siswa Menetapkan hipotesis/ jawaban sementara untuk dikaji lebih lanjut Timbul rasa ingin tahu, perhatian, dan sikap aktif dalam proses pembelajaran Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis Menarik kesimpulan jawaban Mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru Menunjukkan kerjasama yang baik antar siswa dan pemahaman konsep baik sehingga Minat siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

18 C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan pembelajaran dalam penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan discovery (penemuan terbimbing) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa, menetapkan hipotesis/jawaban sementara, siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis, menarik kesimpulan jawaban, dan mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar fisika siswa pada kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar Lampung.