BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan, KEMENKES RI, KARS, 2011). obat tidak terjadi (Potter dan Perry, 2005). yang bertentangan (Pujiastuti, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

7 STANDAR KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETAATAN PERAWAT DALAM PENERAPAN MEDICATION SAFETY DI BANGSAL MARWAH DAN ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KLINIS DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS PUJON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN PRINSIP ENAM TEPAT DALAM PEMBERIAN OBAT DI RUANG RAWAT INAP RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB MEDICATION ERROR DI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD) RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

repository.unimus.ac.id

PaEVALUASI PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN PADA PROSES PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD PANGLIMA SEBAYA KABUPATEN PASER

BAB III METODE PENELITIAN. keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2011). data rekam medis, pasien dan keluarganya.

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

KATA PENGANTAR. Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan

Studi Observasional Kesalahan Pengobatan di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien. Melur Belinda Tim Keselamatan Pasien RSUD Dr Saiful Anwar malang

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

PENANGANAN KTD, KTC, KNC, dan KPC No. Dokumen :C/IX/SOP/4/16/171 No. Revisi : SOP Tanggal Terbit : Halaman : 1/4

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

Medication Management System Tracer

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit saat ini wajib menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan. menjadi lebih aman dan berkualitas tinggi (Kemenkes, 2011;

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keselamatan pasien menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam mencegah setiap kesalahan yang mungkin muncul akibat tindakan kelalaian. Hal ini sesuai dengan tujuan keselamatan pasien Depkes 2006 yang menyebutkan manajemen keselamatan pasien sangat penting dilaksanakan di setiap rumah sakit mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat luas. Masyarakat sudah jeli untuk melihat rumah sakit mana yang pantas dijadikan sebagai tempat mencari pertolongan pelayanan kesehatan. Terpenuhinya harapan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit merupakan salah satu tantangan terbesar bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mutu pelayanan yang kurang baik berisiko meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pemborosan waktu dan sumber daya (Kusumapraja, 2007). Fenomena yang terjadi selama ini di beberapa rumah sakit dan menjadi isu global salah satunya adalah medication error atau lebih dikenal dengan istilah kesalahan pemberian obat (depkes RI, 2006). Administrasi obat untuk pasien adalah bagian dari praktek keperawatan klinis dengan risiko tinggi terjadinya kesalahan (Athanasakis E, 2012). Pengobatan yang seharusnya memiliki tujuan yaitu mencapai kesembuhan dan derajat 1

2 kesehatan pasien yang lebih baik seringkali menjadi tumpang tindih, sehingga berisiko pada ketidakefektifan pengobatan dan kekeliruan. Menurut Potter dan Perry (2005), kesalahan pemberian obat (medication error) merupakan suatu kejadian yang dapat membuat pasien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi yang tepat. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat. Menurut Institute of Medicine (2011), kesalahan pemberian obat (medication error) merupakan definisi umum yang digunakan untuk kesalahan pengobatan, yaitu suatu peristiwa yang sebenarnya dapat dicegah dan dapat menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien sementara pengobatan ada dalam kendali tenaga kesahatan dan pasien. Joint Commission on Acreditation of Health Organization (JCAHO) (2002) menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Auburn University di 36 rumah sakit dan nursing home di Colorado dan Gorgia, USA pada tahun 2002, dari 3216 jenis pemberian obat, 43% diberikan pada waktu yang salah, 30% tidak diberikan, 17% diberikan dengan dosis yang salah, dan 4% diberikan obat yang salah. Menurut Gozdan (2009) menyatakan bahwa pada tahun 2007 di rumah sakit Aultman Ohio Amerikat terjadi kesalahan pemberian obat (medication error) berjumlah 873 kejadian dengan kesalahan pemberian obat oleh perawat mencapai 462 kejadian. Kesalahan tersebut dikatagorikan dalam salah pasien (28), salah dosis (108), salah obat (66), salah

3 waktu (50), salah cara pemberian rute (19), kelebihan dosis (45), penulisan resep oleh perawat (102). Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien, mulai dari industri, dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan, dan monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai pada beberapa tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat memberikan kontribusi terhadap kesalahan (Cohen, 1999). Menurut The Institute of Medicine (2006), mencatat bahwa kejadian kesalahan pemberian obat adalah sekitar 1,5 juta orang setiap tahun. Kesalahan tersebut terjadi disebabkan kesalahan penulisan, kesalahan persepsi, cara pemberian obat dan monitoring terhadap respon obat. Perawat salah satu tenaga kesehatan yang juga memiliki peran terhadap kesalahan pemberian obat tersebut, karena salah mendokumentasikan, kurang mengenali efek samping dan kontraindikasi, serta ketidaktahuan terhadap alergi yang diderita. Angka kejadian medication erorr di Indonesia belum terdata secara akurat dan sistematis, tetapi medication error cukup sering dijumpai di institusi pelayanan kesehatan (Dwiprahasto, 2006). Hal ini sejalan dengan Nainggolan (2003) menyatakan bahwa kasus pemberian obat yang tidak benar maupun kesalahan tindakan medis sering terjadi di Indonesia, hanya saja tidak dipublikasi oleh media massa. Menurut data dari Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) (2007), melaporkan insiden keselamatan pasien (patient safety) sebanyak 145 insiden yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) 46%, Kejadian Nyaris Cidera (KNC) 48%, dan lain-lain 6%.

4 Lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9%, diikuti Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69 dan Aceh 0,68%. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI, 2007), disebutkan kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan administering menduduki peringkat pertama. Permenkes No 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden merupakan setiap kejadian yang tidak sengaja dan kondisi yang berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien. Insiden keselamatan pasien juga merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) (Kemenkes, 2008). Berdasarkan Permenkes No 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, menyebutkan insiden keselamatan pasien terdiri dari; Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Kejadian tersebut dapat terjadi di semua tahapan dalam perawatan dari diagnosis, pengobatan dan pencegahan; Kejadian Tidak Cedera (KTC), merupakan suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak mengakibatkan cedera;

5 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) merupakan insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan kepada pasien; Kejadian Potensial Cedera (KPC), merupakan suatu kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Misalnya obat-obatan Look Alike Sound Alike (LASA) disimpan berdekatan; Kejadian Sentinel, merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Indikator kesalahan pemberian obat MEDMARX (2002) adalah obat yang rusak, kadaluarsa, dosis yang berlebih, dosis yang salah/tidak tepat, kesalahan dosis karena kelalaian, salah membuat resep, kesalahan yang tidak ditentukan, obat yang tidak sah, kesalahan dalam mendokumentasikan obat, kesalahan dosis obat, kesalahan dalam mempersiapkan obat, kesalahan pasien, kesalahan pemberian rute obat dan kesalahan waktu pemberian. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak dianggap atau tidak jelas. Termasuk hal yang sangat penting adalah bahwa saat memberikan obat pada pasien, perawat perlu memperhatikan aspek enam benar (six right principle) (Armiyati Yunie, Ernawati, Riwayati, 2007) Secara garis besar kesalahan pemberian obat terjadi ketika satu atau lebih dari enam benar dari administrasi pengobatan dilanggar (Virawan, K 2012). Prinsip enam benar pemberian obat merupakan suatu langkah pemberian obat yang aman oleh perawat yang terdiri dari (benar pasien; benar obat; benar dosis, benar waktu, benar cara/rute

6 pemberian; benar dokumentasi) (Kee dan Evelyn, 1996). Supaya pelayanan perawat dan farmasi berkualitas dan berkurangnya Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) diharapkan bisa menerapkan enam benar dalam pemberian obat kepada pasien. Namun seringkali dalam pelaksanaannya staf perawat dan farmasi belum maksimal dalam melaksanakan tahapannya. Kelancaran pelaksanaan enam benar ditentukan oleh kepatuhan perawat dan farmasi sebagai tenaga profesional yang bekerja di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus yang dibagi dalam tiga shift, yaitu pagi, sore, malam (Virawan K, 2012). Pencegahan kesalahan dalam medication error sangatlah penting dilakukan oleh perawat. Hal tersebut bukan saja untuk keselamatan pasien (patient safety) tetapi sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam melakukan pekerjaan yang profesional sehingga kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh perawat dapat dicegah. Setiap kelalaian atau kesalahan (medication error) yang terjadi tidak akan terlepas dari pengawasan pemerintah untuk melindungi pasien terhadap kejadian risiko cedera, kecacatan atau kematian yang terjadi di pelayanan kesehatan (Herwina E, 2012). Menurut Athanasakis (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Prevention of Medication Errors Made by Nurses in Clinical Practise menyebutkan bahwa keamanan dalam pemberian obat bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pemberian obat, hal tersebut dapat mengidentifikasi lebih awal sebelum pasien mendapat pengobatan yang membahayakan mereka. Strategi pencegahan dalam kesalahan dalam pemberian obat meliputi standarisasi dan penyederhanaan prosedur pengobatan dan lain-lain.

7 Perawat memainkan peran yang sangat penting dalam lingkaran esensial pencegahan kesalahan pengobatan. Kebanyakan kesalahan pengobatan dilakukan oleh perawat dan terjadi saat perawat gagal mengikuti prosedur. Kesalahan yang terjadi harus segera diketahui dan dilaporkan kepada pegawai rumah sakit yang tepat. Perawat memliki kewajiban etis dan profesi untuk melaporkan kesalahan kepada dokter dan manajer keperawatan. Dokter dapat memutuskan untuk menetralkan efek kesalahan dengan memberikan sebuah antidote ketika obat yang diberikan salah, menunda pemberian obat apabila obat sebelumnya diberikan terlalu dini, atau memantau efek obat ketika sebuah obat diberikan dalam dosis yang tinggi yang tidak lazim. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan dalam status klien harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat, misalnya memberikan antidote (Potter dan Perry, 2005). Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 27 Desember 2014, diperoleh data dari laporan tahunan patient safety (2014) yang menyebutkan terjadinya insiden prescribing errors sebanyak 1957 kejadian, dispensing errors sebanyak 73 kejadian, dan administration errors sebanyak 7 kejadian. Laporan tahunan insiden keselamatan pasien (2013) di ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar menyebutkan bahwa masih ditemukan adanya kesalahan yang dilakukan oleh beberapa perawat, seperti salah pemberian dosis obat, salah

8 pemberian rute, salah mencatat identitas pasien. Menurut data laporan tersebut juga menyebutkan dalam kurun waktu bulan Juni-Desember 2014 terjadi insiden keselamatan pasien sebanyak 82 Kejadian Nyaris Cidera (KNC). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Pelaksanaan Prinsip Enam Benar Terhadap Insiden Medication Error (kesalahan pemberian obat) di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pelaksanaan prinsip enam benar terhadap insiden medication error (kesalahan pemberian obat) di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan prinsip enam benar oleh perawat terhadap insiden medication error (kesalahan pemberian obat) di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi penerapan pelaksanaan prinsip enam benar yang dilakukan perawat di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. b. Untuk mengidentifikasi insiden medication errors (kesalahan pemberian obat) yang dilakukan oleh perawat di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar.

9 c. Menganalisis hubungan antara pelaksanaan prinsip enam benar oleh perawat terhadap insiden medication errors kesalahan dalam pemberian obat di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Segi Praktis a. Memberikan informasi tentang penerapan pelaksanaan prinsip enam benar oleh perawat di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. b. Memberikan informasi tentang insiden medication errors (kesalahan pemberian obat) yang dilakukan oleh perawat di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. c. Memberikan informasi tentang hubungan antara penerapan pelaksanaan prinsip enam benar dengan insiden medication erros (kesalahan pemberian obat) di dalam meningkatkan mutu pelayanan di Ruang Angsoka 1 RSUP Sanglah Denpasar. 1.4.2 Segi Teoritis a. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan khusunya pelayanan kesehatan di setiap instansi rumah sakit. b. Sebagai bahan usulan untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam penerapan pelaksanaan prinsip enam benar. c. Memberi informasi bagi peneliti selanjutnya tentang hubungan penerapan pelaksanaan prinsip enam benar terhadap insiden medication errors.